Anda di halaman 1dari 9

HASIL WAWANCARA PENERAPAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

TERHADAP KEPALA SEKOLAH

Nama Pewawancara : ASEP RAHMAT SAEPULOH, M.Pd. (SDN Kartawijaya)


Yang Diwawancara :
1. Dr. ENDO KOSASIH, M.Pd. (SDN Patimban), pelaksanaan Rabu, 8 Februari 2023
2. RISNAWATI, M.Pd. (SDN Pangipukan), pelaksanaan Minggu, 12 Februari 2023

No. Pertanyaan Dr. Endo Kosasih, M.Pd, (SDN Patimban) Risnawati, M.Pd. (SDN Pangipukan)
1 Selama ini, bagaimana Beberapa hal pernah saya saksikan beberapa Dengan mempelajari kasus-kasus yang
Anda dapat persoalan dilema moral yang terdapat pada para dihadapi dan menjadikan aturan sebagai
mengidentifikasi kasus- siswa. Suatu ketika, saya menyaksikan fakta bahwa pedoman dalam mengambil keputusan,
kasus yang merupakan ada siswi yang ternyata beragama non-Islam. Hal ini setelah itu baru menentukan prioritas,
dilema etika atau bujukan baru diketahui setelah orang tua siswa tersebut mana yang harus didahulukan dan mana
moral? mengajukan permohonan pindah sekolah. Ibunya yang bisa dilakukan kemudian.
adalah seorang bergama Islam, tapi tampaknya ayah
kandung dari siswi tersebut beragama non-Islam.
Sehingga, pada saat pendaftaran ditulis agama non-
Islam. Tampaknya hal ini tidak sadari oleh semua
guru dan kepala sekolah. Sehingga siswi tersebut
diberi layanan Pendidikan termasuk agama menuruti
agama Ibunya selama lebih dari tiga tahun

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1_Asep Rahmat Saepuloh 1


No. Pertanyaan Dr. Endo Kosasih, M.Pd, (SDN Patimban) Risnawati, M.Pd. (SDN Pangipukan)
bersekolah dan orang tua dalam hal ini ibunya tidak
mempermasalahkan hal ini. Namun, surat pindah
yang dibuat, tetap mengacu pada data di saat
pendaftaran bahwa agama siswi tersebut adalah non-
Islam. Saya hanya berharap Ibunya dapat
mempertegas identitas keagamaan siswa tersebut
apakah mengikuti ayahnya yang non-muslim atau
Ibunya yang beragama Islam. Keputusan saya ini
didasarkan dokumen legal data pendaftaran siswi
tersebut dengan diskusi Bersama guru-guru.
2 Selama ini, bagaimana Jika ada dua hal yang sama-sama benar dan • Melihat urgensi masalahnya, mana
Anda menjalankan mengandung kebaikan, saya memilih yang lebih penting itu menjadi prioritas
pengambilan keputusan di memusyawarahkan untuk mencapai mufakat atau • Melihat situasi kasus itu, terutama
sekolah Anda, terutama pengambilan suara terbanyak jika mufakat tidak bisa apabila menyangkut kepentingan
untuk kasus-kasus di mana dicapai. Saya meminta Bapak/Ibu dan semua warga individu
ada dua kepentingan yang sekolah untuk memusyawarahkan terlebih dahulu • Mempelajari masalahnya mana yang
sama-sama benar atau berkenaan hal yang sama-sama benar dan baik lebih mudah dicari solusinya, itu yang
sama-sama mengandung tersebut, semua pihak diajak untuk duduk Bersama dilakukan.
nilai kebajikan? dan berbicara sehingga diperoleh suatu kesepakatan
Bersama. Namun jika mufakat tidak bisa tercapai

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1_Asep Rahmat Saepuloh 2


No. Pertanyaan Dr. Endo Kosasih, M.Pd, (SDN Patimban) Risnawati, M.Pd. (SDN Pangipukan)
saya memutuskan untuk melakukan pemungutan
suara, dengan terlebih dahulu diberi arahan bahwa
apapun hasil pemungutan suara semua pihak harus
menerimanya.
3 Langkah-langkah atau Langkah pertama saya berbicara secara informal Sebelum mengambil keputusan, saya
prosedur seperti apa yang dengan semua warga berkenaan dengan hal yang mempelajari dulu masalahnya, melihat
biasa Anda lakukan selama perlu diputuskan. Apabila sudah dirasakan cukup situasi dan kepentingannya, dan meminta
ini? diketahui warga sekolah dan responsnya bisa referensi dari orang yang dianggap lebih
dirasakan baik mendukung atau sebaliknya, maka paham tentang situasi yang dihadapi.
saya mengadakan pertemuan untuk
memusyawarahkan hal tersebut.
4 Hal-hal apa saja yang Dokumen-dokumen legal harus tersedia agar kita Keberpihakan pada masalah yang lebih
selama ini Anda anggap memiliki landasan pengambilan yang jelas. Seperti penting (urgent) dan lebih dulu (prioritas)
efektif dalam pengambilan kasus, identitas agama siswa tersebut saya diselesaikan. Selain itu, pendapat dari
keputusan pada kasus- mengutamakan bukti dokumen legal yang tersedia di orang-orang yang dekat atau paham
kasus dilema etika? sekolah, disamping musyawarah bersama guru-guru dengan latar belakang kasus tersebut,
tetap dilakukan untuk melihat hal itu dari berbagai membuat saya bisa lebih tegas dalam
perspektif. mengambil keputusan.

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1_Asep Rahmat Saepuloh 3


No. Pertanyaan Dr. Endo Kosasih, M.Pd, (SDN Patimban) Risnawati, M.Pd. (SDN Pangipukan)
5 Hal-hal apa saja yang Tantangan dalam pengambilan keputusan adalah • Saat guru meminta ijin tidak masuk
selama ini merupakan dorongan-dorongan untuk menyamakan apa yang sekolah karena ada kepentingan
tantangan dalam kita yakini pada persoalan etika yang kita hadapi. pribadi atau keluarga.
pengambilan keputusan Padahal apa yang kita yakini belum tentu sama atau • Pengeluaran yang tidak ada dalam
pada kasus-kasus dilema sesuai dengan nilai keyakinan yang dipegang oleh juknis BOS tetapi memang harus
etika? para siswa maupun orang tua. Sehingga terkadang, dikeluarkan karena kebutuhan sekolah.
kita harus mampu memandang dari sudut pandang Aturan anggaran dibuat sama rata
siswa dan orang tua siswa juga. Oleh karena itu, padahal kebutuhan tiap sekolah
pertemuan perlu dilakukan dengan para orang tua berbeda-beda.
atau siswa atau bahkan guru yang menghadapi
masalah tersebut.
6 Apakah Anda memiliki Tentu saya melihat dari bobot masalah dan dampak Tergantung permasalahannya. Apabila
sebuah tatakala atau jadwal penyelesaian masalahnya. Jika masalah ringan- memang sangat darurat untuk diputuskan
tertentu dalam sebuah ringan seperti masalah pakaian seragam dan segera, maka langsung diambil keputusan.
penyelesaian kasus dilema atributnya, maka keputusan dapat diambil dengan Tapi ababila masih bisa ditunda, maka
etika, apakah Anda segera. Namun jika berhubungan dengan persoalan saya pelajari dulu sisi negatif dan
langsung menyelesaikan di berat seperti permohonan cerai guru, maka itu perlu positifnya atau manfaat dan mudharatnya.
tempat, atau memiliki dilakukan beberapa tahapan. Yang pertama adalah
sebuah jadwal untuk berusaha memahami masalah yang terjadi.
menyelesaikannya, bentuk Selanjutnya, setelah mempelajari masalah dan

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1_Asep Rahmat Saepuloh 4


No. Pertanyaan Dr. Endo Kosasih, M.Pd, (SDN Patimban) Risnawati, M.Pd. (SDN Pangipukan)
atau prosedur seperti apa mengembangkan alternatif solusi, melakukan
yang Anda jalankan? pertemuan dan mediasi. Setelah upaya memperbaiki
rumah tangga dilakukan, maka keputusan akhir
diambil dengan melihat perkembangan yang ada.
7 Adakah seseorang atau Selain berdiskusi dengan guru-guru di sekolah, saya Ada. Apabila ada kasus yang pelik dan
faktor-faktor apa yang pun berdiskusi dengan tokoh agama yang saya kenal menyangkut aturan, saya konsultasi
selama ini mempermudah akrab di masjid di kampung saya untuk memperoleh dengan yang lebih tahu tentang kasus
atau membantu Anda perspektif yang luas dari persoalan yang saya hadapi tersebut. Penyelesaian yang paling
dalam pengambilan dan tentunya dengan alternatif solusi. berhasil selama ini adalah dengan
keputusan dalam kasus- mengedepankan kekeluargaan.
kasus dilema etika?
8 Dari semua hal yang telah Yang pertama, tentu saya harus banyak belajar baik • Mengedepankan kekeluargaan sangat
disampaikan, pembelajaran dari buku, artikel, video, audio, pengalaman rekan penting dan lebih banyak berhasil
apa yang dapat Anda petik sejawat/tokoh masyarakat berkenaan dengan • Mempelajari seni berkomunikasi.
dari pengalaman Anda persoalan yang saya hadapi. Kedua, saya perlu Dalam berkomunikasi harus
mengambil keputusan berdiskusi baik dengan teman sejawat maupun tokoh diperhatikan dengan siapa berbicara,
dilema etika? masyarakat/orang yang dianggap arif dan bijaksana. situasi seperti apa saat berbicara, dan
Ketiga, saya memusyawarahkan persoalan tersebut sampaikan dengan bahasa yang
ke dewan guru/warga sekolah untuk diambil dipahami oleh mereka.
keputusan secara mufakat atau pemilihan suara.

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1_Asep Rahmat Saepuloh 5


ANALISIS HASIL WAWANCARA PENERAPAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
TERHADAP KEPALA SEKOLAH

Wawancara dilakukan terhadap 2 (dua) orang kepala sekolah dengan lokasi yang berbeda, yaitu wilayah pantai dan perkotaan. Hal
yang menarik dari wawancara yang terhadap 2 (dua) pimpinan sekolah, yaitu: (1) pendekatan yang digunakan berbeda; (2) kerangka
berpikir yang menjadi acuan adalah bahwa pengambilan keputusan secara kolektif dapat menghasilkan keputusan terbaik; dan (3) dalam
menetapkan keputusan menggunakan hierarki urgensi (prioritas) atas kasus-kasus yang dihadapi. Sehubungan dengan moda yang
digunakan dalam wawancara adalah daring, maka dalam proses wawancara terbatas dengan waktu sehingga menyisakan pertanyaan yang
mengganjal mengenai alasan atau argumentasi atas jawaban yang mereka berikan. Banyak hal yang dapat dipetik dari wawancara yang
sudah dilakukan dengan kedua kepala sekolah, diantaranya: (1) kedua kepala sekolah sudah mampu mengidentifikasi kasus-kasus dilema
etika melalui perspektif yang berbeda melalui proses berpikir dengan basis yang berbeda pula dan pengambilan keputusan oleh masing-
masing kepala sekolah telah memuat 9 (Sembilan) langkah pengujian.
Hasil wawancara memberikan gambaran bahwa dalam proses penerapan pengambilan keputusan oleh kedua kepala sekolah
tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan proses penerapan pengambilan keputusan oleh kedua kepala sekolah,
diantaranya:
• pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan kolektif;
• dilakukan dengan menerapkan prinsip demokratis; dan
• berpikir berbasis peraturan cukup dominan.
Perbedaan proses penerapan pengambilan keputusan oleh kedua kepala sekolah, diantaranya:
• pendekatan dalam proses pengambilan keputusan;
• para pihak yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan;
• pemanfaatan sumber literasi yang mendukung pengambilan keputusan.

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1_Asep Rahmat Saepuloh 6


Setiap orang memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda, tergantung pada latar belakang pendidikan, kompetensi, dan kondisi
lingkungan. Kedua pimpinan sekolah yang diwawancarai memiliki kelebihan masing-masing. Bapak Endo Kosasih, dalam mengambil
keputusan lebih cenderung memanfaatkan informasi yang lebih komprehensif namun demokratis. Sedangkan Ibu Risnawati, dalam
mengambil keputusan cenderung lebih lugas dan mandiri. Berdasarkan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepada kedua kepala sekolah, dapat disimpulkan bahwa:
1. Bapak Endo Kosasih, dalam menjalankan proses pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika menggunakan strategi:
a. menggali informasi sebanyak mungkin sebagai bahan kajian dan diskusi;
b. meningkatkan pengetahuan dan wawasan melalui kegiatan literasi dari berbagai sumber;
c. melakukan musyawarah untuk pengambilan keputusan;
d. mengukur efektivitas pengambilan keputusan adalah dapat dilihat dari dampak yang ditimbulkan dan prosedur benar.
2. Ibu Risnawati, dalam menjalankan proses pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika menggunakan strategi:
a. mempelajari kasus dengan menelaah urgensi, situasi, dan kepentingannya;
b. meminta pendapat kepada orang yang dianggap lebih paham;
c. pengambilan keputusan dapat dilakukan lebih banyak dilakukan mandiri namun selalu mengedapankan kekeluargaan; dan
d. mengukur efektivitas pengambilan keputusan adalah apabila keputusan yang diambil dapat menyelesaikan kasus yang lebih penting
dan prioritas.
Setelah menganalisis hasil wawancara 2 (dua) orang pimpinan sekolah, yaitu Dr. Endo Kosasih, M.Pd. sebagai Kepala SDN
Patimbang dan Risnawati, M.Pd. sebagai Kepala SDN Pangipukan, diperoleh perspektif yang berbeda dalam menerapkan pengambilan
keputusan dilema etika. Sebagai guru sekaligus pemimpin pembelajaran, saya sering menghadapi berbagai kasus baik kasus biasa maupun
kasus luar biasa. Pengambilan keputusan di sekolah untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-
sama mengandung nilai kebajikan dilakukan melalui upaya yang komprehensif dengan melibatkan rekan-rekan guru dan berkonsultasi
dengan komite sekolah maupun pengawas pembina.

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1_Asep Rahmat Saepuloh 7


Proses pengambilan keputusan dilaksanakan secara musyawarah untuk mufakat dengan menggali berbagai aspek dan perspektif
sehingga dapat menghasilkan keputusan yang terbaik. Langkah-langkah atau prosedur yang akan saya lakukan dalam proses pengambilan
keputusan yang mengandung unsur dilema etika adalah:
1. mengidentifikasi kasus, termasuk kasus sederhana maupun kompleks;
2. mencari informasi tambahan untuk memperjelas kasus;
3. berdiskusi dengan rekan guru supaya mendapat gagasan yang berbeda dalam upaya menyelesaikan kasus;
4. kumpulan gagasan-gagasan tersebut kemudian direduksi melalui proses sintesis agar menghasilkan rumusan penyelesaian kasus;
5. berkonsultasi dengan pengawas pembina mengenai rumusan penyelesaian kasus; dan
6. membuat keputusan untuk penyelesaian kasus.
Dalam proses pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika saya akan berupaya mempertimbangkan berbagai
faktor, diantaranya:
1. pengalaman menghadapi berbagai kasus;
2. keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama yang bersifat aspiratif;
3. melakukan konsultasi dengan komite sekolah, pengawas pembina atau pihak dinas pendidikan;
4. menggunakan pertimbangan yang komprehensif, meliputi: asas keadilan, manfaat/dampak bagi banyak orang, pemikiran yang rasional,
dan memperhatikan regulasi yang berlaku.
Keberhasilan menjadi pemimpin pembelajaran dapat dilihat dari kompetensi pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema
etika. Untuk dapat memiliki kompetensi tersebut diperlukan kerja keras dan perjuangan yang penuh semangat. Beberapa strategi yang
dapat diterapkan agar kompeten dalam menyelesaikan berbagai kasus adalah:
1. perlu banyak berlatih agar memiliki pengalaman dalam pengambilan keputusan;
2. perlu keberanian menanggung resiko atas keputusan yang diambil;
3. konsisten meningkatkan pengetahuan dan wawasan melalui budaya literasi;

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1_Asep Rahmat Saepuloh 8


4. bersikap netral saat melakukan pengambilan keputusan; dan
5. berpegang teguh pada prinsip keadilan, kebermanfaatan, rasionalitas, dan regulasi yang berlaku.
Penambahan pengetahuan mengenai proses pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika, tidak akan bermanfaat
jika tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Langkah awal yang sangat penting dalam menerapkan proses pengambilan keputusan
yang mengandung unsur dilema etika dimulai dari lingkungan keluarga, kemudian di sekolah pada murid-murid, dan rekan-rekan guru.
Secara tidak sadar, di masa lalu proses pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika telah dilaksanakan. Dengan
pengetahuan yang meningkat, maka mulai saat ini proses pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika harus menjadi
budaya, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1_Asep Rahmat Saepuloh 9

Anda mungkin juga menyukai