Anda di halaman 1dari 3

KONEKSI ANTARMATERI MODUL 3.

2
PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Oleh
ASEP RAHMAT SAEPULOH
SDN Kartawijaya, Kecamatan Kalijati

Perkembangan ilmu pengetahuan adalah suatu keniscayaan. Jika tidak


mengikuti perkembangan dan perubahan zaman dipastikan akan tergilas oleh
tantangan zaman yang mengalami perubahan sangat cepat. Pemimpin yang
visioner tentu akan selalu belajar dan meningkatkan kompetensinya agar mampu
menghadapi berbagai tantangan dan masalah yang semakin kompleks. Ekosistem
merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup
dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang
saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu. Jika diibaratkan
sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor
biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Pemimpin
pembelajaran memiliki tanggung jawab menciptakan hubungan yang selaras dan
harmonis antara faktor biotik dan abiotic di sekolah. Pemimpin pembelajaran
memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) mempraktikkan dialog berkelanjutan dan
partisipasi warga sekolah; (2) menumbuhkan komitmen warga sekolah; (3)
membangun koneksi dan kolaborasi antara warga sekolah masyarakat sekitar,
organisasi yang ada, dan aset lainnya; (4) mengenal diri sendiri dan membangun
asset yang ada; (5) memiliki visi sebagai perwakilan dari cita-cita yang diwujudkan
pada murid-murid; (6) bertindak dengan obsesi ide dan peluang; (7) merangkul
perubahan dan bertanggung jawab; dan (8) menghasilkan kepemimpinan, baik guru
maupun murid. Salah satu strategi dalam mengimplementasikan konsep pemimpin
pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya di sekolah melalui penerapan
pendekatan berbasis asset dan pendekatan pengembangan komunitas berbasis
asset.
Kemampuan mengelola sumber daya dapat mendorong terwujudnya
peningkatan sumber daya guru melalui berbagai kegiatan pengembangan diri.
Kemampuan pengelolaan sumber daya diantaranya kemampuan mengoptimalkan
sumber daya yang dimiliki dengan kebijakan yang akan diterapkan. Untuk
mendorong terjadinya pengajaran yang memerdekakan murid perlu didukung
dengan kebijakan yang mendukung dan sumber daya manusia (guru) yang
berkualitas. Kebijakan yang mendukung merdeka belajar maupun merdeka
mengajar merupakan prioritas dalam memenuhi kebutuhan belajar murid. Kebijakan
penerapan pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan dan mengembangkan
potensi murid melalui pembelajaran diferensiasi. Pembelajaran diferensiasi dapat
mengakomodasi kebutuhan murid berdasarkan perbedaan konten, perbedaan
produk, perbedaan proses, dan lingkungan belajar murid. Agar mampu menjalankan
kebijakan yang dibuat, maka dibutuhkan sumber daya manusia, yaitu guru yang
berkualitas. Guru yang yang juga mampu menjadi pemimpin pembelajaran di kelas.
Guru yang tidak memahami konsep pembelajaran diferensiasi tidak akan mampu
menyusun perencanaan dan melaksanakan pembelajaran diferensiasi.
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri dapat mempengaruhi penggunaan prinsip-
prinsip dalam pengambilan keputusan. Nilai berpihak pada murid adalah nilai utama
yang menjadi dasar penggunaan prinsip berpikir berbasis rasa peduli. Kepedulian
terhadap generasi yang akan datang sangatlah penting agar mampu menuntun
mereka untuk mampu menjadi pemimpin masa depan yang bertanggung jawab dan
tangguh. Nilai mandiri merupakan dasar dari kemerdekaan seseorang dalam
menentukan sebuah keputusan tanpa ada tekanan dan campur tangan dari pihak
lain. Kemandirian ini menjadi dasar dalam berpikir berbasis peraturan. Nilai
kolaboratif merupakan dasar berpikir berbasis rasa peduli. Sejatinya setiap manusia
adalah makhluk sosial yang memerlukan orang lain untuk hidup dan berkembang.
Nilai inovatif merupakan kemampuan seseorang memiliki berbagai perspektif dalam
membantu orang lain untuk berkembang menjadi lebih baik. Nilai inovatif menjadi
dasar seseorang untuk menuntun seseorang tumbuh dan berkembang secara terus-
menuerus. Nilai reflektif merupakan dasar berpikir untuk menilai diri sendiri. Nilai
reflektif akan mendorong seseorang untuk mampu berpikir komprehensif, yaitu
berbasis rasa peduli, peraturan, dan hasil akhir. Kemampuan pengelolaan sumber
daya dipengaruhi oleh nilai-nilai kebajikan yang dimiliki. Dengan dasar nilai-nilai
kebajikan, maka dalam pengelolaan sumber daya cenderung dilakukan secara hati-
hati. Karena nilai-nilai kebajikan menjadi acuan dalam menentukan setiap kebijakan.
Dampak dari suatu pengambilan keputusan terdiri dari 2 kemungkinan, yaitu
dampak positif dan negatif. Pengambilan keputusan yang tepat kemungkinan besar
akan berdampak positif. Terdapat ciri dalam pengambilan keputusan yang
berdampak positif, diantaranya: menggunakan prinsip keadilan, kebermanfaatan
bagi orang banyak, pemikiran rasional, dan memperhatikan regulasi yang berlaku.
Penerapan pendekatan berbasis aset maupun pengembangan komunitas berbasis
aset memberikan kesempatan kepada pemimpin pembelajaran untuk dapat
melakukan pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien. Dengan demikian
keputusan yang dihasilkan kemungkinan besar berdampak positif.
Pratap Triloka merupakan pondasi pembangunan pendidikan di Indonesia
sebagai hasil dari pemikiran yang mendalam dari seorang pejuang pendidikan, yaitu
Ki Hadjar Dewantara. Pemikiran KHD ini melahirkan nilai-nilai yang harus dianut
oleh seorang pendidik agar memiliki patokan dalam melakukan pengambilan
keputusan yang berdasarkan prinsip-prinsip pengambilan keputusan. Dalam proses
menuntun murid menjadi generasi yang bermartabat, maka setiap pendidik
senantiasa dihadapkan pada masalah-masalah yang mesti diselesaikan.
Penyelesaian masalah ini pada gilirannya menuntut pendidik untuk mampu
mengambil keputusan secara tepat. Keputusan yang tepat dipengaruhi oleh
kemampuan pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya. Dengan
pendekatan berbasis aset pendidik memiliki modal untuk mampu memberikan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan keberagaman murid. Dalam
mempersiapkan pembelajaran maupun proses pembelajarannya, pendidik akan
bergelut dengan keputusan-keputusan yang harus diambil. Misalnya: pendidik
memutuskan untuk melakukan pembelajaran diferensiasi, tentu keputusan ini
berimplikasi pada keputusan lain tentang keberagaman konten, keberagaman
proses, keberagaman produk, maupun keberagaman lingkungan belajar yang
mendukung. Ketajaman melihat aset yang dimiliki dan kemampuan
mengoptimalkannya dapat mendukung peningkatan mutu Pendidikan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pendidik dalam tugasnya mencerdaskan
kehidupan bangsa selalu dibarengi dengan rutinitas pengambilan keputusan yang
ditopang dengan kemampuan pengelolaan sumber daya.

Anda mungkin juga menyukai