Anda di halaman 1dari 5

TUGAS AKSI NYATA

FILOSOFI PENDIDIKAN

Disusun oleh:

Elan Refsia Meinengsih


Rombel 002

PENDIDIKAN PROFESI GURU


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
Pendidikan yang Memerdekakan bagi Saya

Salah satu indikator terwujudnya merdeka belajar tergambar dalam proses


pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran berpihak pada murid ini
menjadi pelabuhan pamungkas yang harus dicapai melalui berbagai faktor
pendukungnya, juga sebagai proses yang menuntut keaktifan dan kerja sama semua
pihak. Paling tidak ada empat hal utama yang menjadi penopang terwujudnya
pembelajaran yang berpihak pada murid, yaitu pemahaman bersama pada pemikiran Ki
Hadjar Dewantara sebagai dasar filosofisnya, guru, lingkungan, dan strategi
pembelajaran.
Jauh-jauh hari, bahkan sebelum negara ini merdeka, Ki Hadjar Dewantara (KHD)
sudah menggaungkan satu konsep pendidikan yang memerdekakan dan memberikan
kebebasan kepada murid. Menurut KHD, pendidikan adalah usaha kebudayaan yang
bermaksud memberikan bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak didik agar
dalam garis-garis kodrat pribadinya serta pengaruh-pengaruh lingkungan, mendapat
kemajuan hidup lahir batin. Adapun maksudnya pendidikan adalah menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Berdasarkan pengertian dan maksud pendidikan tersebut, harus tumbuh


pemahaman yang sama di antara guru dan orang tua bahwa pendidikan tidak
bermaksud menciptakan peserta didik sesuai dengan yang kita inginkan layaknya
memahat batu menjadi sebuah patung, akan tetapi pendidikan hanya menuntun anak-
anak agar tumbuh sesuai kodratnya, ibarat petani yang menanam benih di ladang.Seorang
petani yang menanam benih berkewajiban memelihara dan merawat tanamanitu sesuai
dengan kodrat benih itu. Jika yang ditanam adalah benih jagung, pemeliharaan dan
perawatannya sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang jagung. Ini artinya, guru,
sebagai pendidik bertugas menuntun para murid untuk dapat belajarsesuai dengan potensi
dalam diri murid dan bagaimana perkembangan lingkungan danzamannya. Jika semua
murid dituntun dengan semestinya, mereka akan merasakan bagaimana pembelajaran
dilalui dengan jiwa yang merdeka dalam proses yang
memerdekaan dan bertujuan memperoleh kemerdekaan. Kemerdekaan inilah yang
kelak akan menggerakkan mereka secara otomatis untuk tumbuh menjadi pribadi-
pribadi yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

Guru
Setelah memahami konsep pemikiran pendidikan KHD sebagai landasan filosofis
pendidikan, faktor penting dalam mewujudkan pembelajaran berpihak pada murid
adalah guru. Guru merupakan ujung tombak dan nakhoda yang memegang peran
penting bagaimana membawa para muridnya dalam sebuah kapal besar bernama
pembelajaran. Untuk bisa melaksanakan peran pentingnya tersebut, seorang guru perlu
mengasah dirinya untuk memiliki nilai-nilai sebagai penggerak pembelajaran, yaitu
mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Kelima nilai tersebut
bisa jadi sudah dimiliki oleh semua guru. Tinggal bagaimana menajamkannya dengan
terus meningkatkan kompetensi dirinya. Misalnya dengan mengikuti pelatihan,
bersikap terbuka terhadap perubahan baru yang positif, aktif bekerja sama dengan rekan
sejawat dalam mengatasi permasalahan pembelajaran, kreatif dalam memilih metode,
media, dan membuat bahan pembelajaran, serta mendesain pembelajaran yang lebih
mengaktifkan para murid.
Selain kelima nilai tersebut, penting pula bagi guru untuk dapat beperan aktif
sebagai pemimpin pembelajaran, mendorong kolaborasi dengan sesama guru, menjadi
coach bagi guru lain yang membutuhkan, mendorong dan aktif dalam komunitas
praktisi, dan berusaha mewujudkan kepemimpinan murid.

Lingkungan
Faktor lain yang juga berperan sangat penting dalam mewujudkan pembelajaran
yang berpihak pada murid adalah lingkungan. Lingkungan yang dimaksud di sini secara
spesifik adalah sekolah yang menjadi ladang tempat tumbuhnya benih-benih
pendidikan. Lingkungan ini harus menjadi ladang subur dan kondusif bagi para murid
untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Untuk itu, diperlukan
penataan terbaik bagi lingkungan. Penataan tersebut harus dilakukan dengan beberapa
langkah, yaitu 1) merumuskan visi sekolah yang berpihak pada murid, 2) kerja sama
dan kolaborasi semua pihak dengan mengandalkan kekuatan yang dimiliki untuk
mewujudkan visi, dan 3) adanya budaya positif sekolah yang tercipta melalui disiplin
positif di setiap kelas dan kesepakatan bersama antara guru dan murid yang
dilaksanakan secara konsisten. Dalam hal ini, guru harus memiliki fungsi kontrol
sebagai manajer yang dapat menjalin hubungan baik dengan murid, lebih banyak
mengarahkan murid mengenal berbagai konsekuensi atas tindakan-tindakannya,
menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri murid, dan menunjukkan keteladanan yang
konsisten.

Strategi
Sebagai ujung tombak dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak padamurid,
guru dituntut memiliki strategi yang tepat dalam pembelajaran. Ada dua strategi yang
harus dikuasai guru, yaitu melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi dan
pembelajaran sosial dan emosional. Keduanya harus terintegrasi dalam pembelajaran
yang termaktub secara eksplisit dalam perencanaan pembelajaran.
Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk
menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar
individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan serangkaian keputusan
masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasikepada kebutuhan
murid. Ada tiga aspek yang harus diperhatikan guru dalam pembelajaran
berdiferensiasi, yaitu kesiapan, minat, dan profil belajar murid. Dalam praktiknya,
ketika melaksanakan pembelajaran, guru harus menjadikan tiga aspek tersebut sebagai
dasar dalam menentukan konten, proses, dan produk dalam pembelajaran. Dengan
begitu, guru harus pandai memilih metode, media, dan bahan pembelajaran yang
relevan dengan kebutuhan semua muridnya. Dengan pembelajaran berdiferensiasi,
semua murid akan merasakan bahwa lingkungannya mengundangnya untuk belajar,
semua kebutuhan murid terakomodasi, dan murid dengan karakteristik yang berbeda
dapat merasakan berada di kelas yang sama dengan guru yang sama untuk mencapai
tujuan yang sama, tetapi berproses dan berkreasi dengan cara yang berbeda.
Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan
orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran sosial dan emosional
bertujuan untuk 1) memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk
mengelola emosi, 2) menetapkan dan mencapai tujuan positif, 3) merasakan dan
menunjukkan empati kepada orang lain, 4) membangun dan mempertahankan
hubungan yang positif, serta 5) membuat keputusan yang bertanggung jawab.

Pembelajaran sosial dan emosional dapat diberikan dalam tiga ruang lingkup, yaitu
sebagai berikut.
1) Kegiatan rutin, yakni kegiatan yang dilakukan di luar waktu belajar akademik.
Misalnya, kegiatan membaca bersama, ekstrakurikuler, perayaan hari besar, acara
sekolah, apel pagi, kerja bakti, senam pagi bersama, seminar atau pelatihan, dan
sebagainya.
2) Terintegrasi dalam pembelajaran, yakni sebagai strategi pembelajaran atau
diintegrasikan dalam kurikulum. Misalnya, melakukan refleksi setelah menyelesaikan
sebuah topik pembelajaran, membuat diskusi kasus atau kerja kelompok untuk
memecahkan masalah, dan lain-lain.
3) Protokol, yakni budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan
bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk
merespons situasi atau kejadian tertentu. Misalnya, menjaga ketenangan di ruang
perpustakan, berdoa di musala sekolah dengan khidmat, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai