Pembelajaran Sosial Emosional adalah proses belajar seumur hidup untuk lebih memahami diri
kita sendiri, terhubung dengan orang lain, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan dan
mendukung komunitas. Pembelajaran sosial dan emosional akan lebih berhasil bila dilaksanakan
secara kolaboratif oleh semua pemangku kepentingan sekolah.
Ruang Lingkup Pembelajaran Sosial Emosional antara lain Rutin artinya diluar waktu belajar
akademik, misalnya : kegiatan ekstrakurikuler, perayaan hari besar, pelatihan dsb. Terintegrasi
dalam pembelajaran artinya membuat diskusi kasus atau kerja kelompok dalam sebuah topik
mata pelajaran. Protokol/ Budaya Sekolah artinya aturan sekolah yang sudah menjadi
kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah
untuk merespon situasi pada kejadian tertentu.
Sebelum mempelajari modul ini saya berpikir pembelajaran yang saya lakukan sudah sesuai
dengan proses pembelajaran yang pernah saya pelajari baik metode maupun strategi. Apersepsi
yang saya lakukan untuk mengaitkan materi yang akan saya berikan dengan materi yang sudah
dimiliki oleh anak. Memberikan penyegaran pada anak melalui ice breaking untuk
mengembalikan kesegaran kefokusan siswa pada proses pembelajaran. Namun, setelah
mempelajari modul ini, ternyata apa yang sudah saya lakukan merupakan salah satu pembelajaran
social emosional, akan tetapi masih pada langkah awal perlu adanya penambahan langkah yang
lebih baik lagi. Antara lain perlunya saya melakukan kesadaran penuh pada diri saya maupun
siswa agar dapat mencapai titik kefokusan dalam belajar sehingga dapat menghasilkan
pembelajaran yang bermakna.
Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk menfasilitasi
seluruh siswa di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejateraan
psikilogis [well-being], 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari antara lain; Pertama
adalah konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL
(Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk
mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri,
manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab.Yang kedua adalah tentang pemahaman konsep kesadaran penuh
(mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) serta
bagaimana mengimplementasikan pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah melalui 4
indikator, yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum
akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan kompetensi sosial dan
emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah. Dan yang ketiga tentang
kesejateraan psikologis [well-being]. Dengan memahami ketiga hal tersebut penerapan
kompetensi social emosional baik pada siswa maupun pada guru dapat terlaksana dengan baik.
Karena pembelajaran social emosional merupakan suatu system yang saling terkait.
Perubahan yang akan saya terapkan di kelas pada anak didik saya dengan membiasakan
maindfullness pada setiap awal pembelajaran dengan mengenalkan emosi pada anak, dengan
pembiasaan ini diharapkan anak dapat mengenali dirinya dan mengelola asset-aset yang ada
didirinya sehingga memiliki kesiapan dalam belajar. Disamping itu juga menerapkan 5 KSE baik
pada pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktik mengajar guru dan kurikulum akademik,
penciptaan iklim kelas dengan melibatkan siswa dalam memecahkan masalah, mengambil
keputusan.Dengan penerapan tersebut anak mencapai well-being sehingga tujuan pendidikan
dapat tercapai.
Perubahan yang akan saya terapkan pada teman sejawat dengan berusaha untuk menumbuhkan
rasa percaya pada teman sejawat sehingga dapat mendukung teman sejawat dalam menerapkan
kompetensi social emosional dalam peran dan tugas sebagai guru dengan peduli kepada mereka.
Selalu belajar merefleksi kemampuan social emosional pribadi dan berkolaborasi dengan teman
sejawat untuk menciptakan struktur komunitas dalam penerapan pembelajaran social emosional,
dengan menyamakan persepsi tentang kompetensi social emosional sehingga dapat tercipta
lingkungan sekolah yang aman dan nyaman yaitu lingkungan yang membangun persepsi bahwa
setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda dan perbedaan itu dapat saling melengkapi
bukan menyaingi. Dengan penguatan KSE pendidik mampu menjadi teladan, berkolaborasi dan
saling belajar sehingga mampu membantu murid menemukan jati diri dan mengembangkan
potensinya.
Dampak dari keberhasilan dalam penerapan KSE (Kompetensi Sosial Emosional) tersebut tidak
hanya pada kesuksesan diri seseorang dalam akademik yang lebih baik namun juga memberikan
fondasi yang kuat bagi seseorang untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di
luar akademik.
Pembelajaran sosial emosional dapat dilatih dan ditumbuhkan di luar pembelajaran, terintegrasi
dalam pembelajaran, menjadi budaya atau tata tertib sekolah dengan berbagai kompetensi dan
teknik, sehingga dapat menciptakan Well Being Ekosistem Pendidikan yang nyaman dan sehat.
Melalui pembelajaran sosial emosional, salah satu peran guru sebagai pendidik adalah
menciptakan Well Being Ekosistem Pendidikan di sekolah sehingga kondisi menjadi nyaman,
sehat dan bagahia bagi murid. Hal ini sejalan dengan Filosofi Ki Hadjar Dewantara.
Seorang guru penggerak yang memiliki nilai kemandirian, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta
berpihak pada murid harus menggunakan segala kekuatan dan potensi yang ada untuk
membangun budaya positif di sekolah. Budaya positif yang dikembangkan hendaknya dapat
mendorong pemenuhan kebutuhan belajar murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman
Seorang guru atau pendidik, harus mampu menggunakan segala kekuatan dan potensi yang ada
untuk mengembangkan budaya positif di sekolah. Budaya positif yang dapat dilakukan di sekolah
untuk menerapkan latihan Berkesadaran Penuh (mindfulness) sambil mengembangkan
kompetensi Kesadaran Diri (Self Awareness) adalah dengan mengenali emosi. Hal ini dapat
membantu guru dan murid merespon terhadap kondisinya sendiri.