Anda di halaman 1dari 3

KONEKSI ANTAR MATERI

Pembelajaran Sosial Emosional adalah proses belajar seumur hidup untuk lebih memahami diri
kita sendiri, terhubung dengan orang lain, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan dan
mendukung komunitas. Pembelajaran sosial dan emosional akan lebih berhasil bila dilaksanakan
secara kolaboratif oleh semua pemangku kepentingan sekolah.

Tujuan Pembelajaran Sosial Emosional adalah 1. Memberikan pemahaman, penghayatan dan


kemampuan untuk mengelola emosi. 2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif. 3. Merasakan
dan menunjukkan empati kepada orang lain. 4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang
positif. 5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab.

Ruang Lingkup Pembelajaran Sosial Emosional antara lain Rutin artinya diluar waktu belajar
akademik, misalnya : kegiatan ekstrakurikuler, perayaan hari besar, pelatihan dsb. Terintegrasi
dalam pembelajaran artinya membuat diskusi kasus atau kerja kelompok dalam sebuah topik
mata pelajaran. Protokol/ Budaya Sekolah artinya aturan sekolah yang sudah menjadi
kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah
untuk merespon situasi pada kejadian tertentu.

Sebelum mempelajari modul ini saya berpikir pembelajaran yang saya lakukan sudah sesuai
dengan proses pembelajaran yang pernah saya pelajari baik metode maupun strategi. Apersepsi
yang saya lakukan untuk mengaitkan materi yang akan saya berikan dengan materi yang sudah
dimiliki oleh anak. Memberikan penyegaran pada anak melalui ice breaking untuk
mengembalikan kesegaran kefokusan siswa pada proses pembelajaran. Namun, setelah
mempelajari modul ini, ternyata apa yang sudah saya lakukan merupakan salah satu pembelajaran
social emosional, akan tetapi masih pada langkah awal perlu adanya penambahan langkah yang
lebih baik lagi. Antara lain perlunya saya melakukan kesadaran penuh pada diri saya maupun
siswa agar dapat mencapai titik kefokusan dalam belajar sehingga dapat menghasilkan
pembelajaran yang bermakna.

Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk menfasilitasi
seluruh siswa di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejateraan
psikilogis [well-being], 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari antara lain; Pertama
adalah  konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL 
(Collaborative  for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk
mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri,
manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab.Yang kedua adalah tentang pemahaman  konsep kesadaran penuh 
(mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 Kompetensi Sosial dan  Emosional  (KSE) serta
bagaimana mengimplementasikan pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah melalui 4
indikator,  yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam  praktek mengajar guru dan kurikulum
akademik,  penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan  kompetensi sosial dan
emosional  pendidik dan tenaga kependidikan (PTK)  di sekolah. Dan yang ketiga tentang
kesejateraan psikologis [well-being]. Dengan memahami ketiga hal tersebut penerapan
kompetensi social emosional baik pada siswa maupun pada guru dapat terlaksana dengan baik.
Karena pembelajaran social emosional merupakan suatu system yang saling terkait.

Perubahan yang akan saya terapkan di kelas pada anak didik saya dengan membiasakan
maindfullness pada setiap awal pembelajaran dengan mengenalkan emosi pada anak, dengan
pembiasaan ini diharapkan anak dapat mengenali dirinya dan mengelola asset-aset yang ada
didirinya sehingga memiliki kesiapan dalam belajar. Disamping itu juga menerapkan 5 KSE baik
pada pengajaran eksplisit, integrasi dalam  praktik mengajar guru dan kurikulum akademik, 
penciptaan iklim kelas dengan melibatkan siswa dalam memecahkan masalah, mengambil
keputusan.Dengan penerapan tersebut anak mencapai well-being sehingga tujuan pendidikan
dapat tercapai.

Perubahan yang akan saya terapkan pada teman sejawat dengan berusaha untuk menumbuhkan
rasa percaya pada teman sejawat sehingga dapat mendukung teman sejawat dalam menerapkan
kompetensi social emosional dalam peran dan tugas sebagai guru dengan peduli kepada mereka.
Selalu belajar merefleksi kemampuan social emosional pribadi dan berkolaborasi dengan teman
sejawat untuk menciptakan struktur komunitas dalam penerapan pembelajaran social emosional,
dengan menyamakan persepsi tentang kompetensi social emosional sehingga dapat tercipta
lingkungan sekolah yang aman dan nyaman yaitu  lingkungan yang membangun  persepsi bahwa
setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda dan perbedaan itu dapat saling melengkapi
bukan menyaingi.   Dengan penguatan KSE pendidik mampu menjadi teladan, berkolaborasi dan
saling belajar sehingga mampu  membantu murid menemukan jati diri dan mengembangkan
potensinya.

Dampak pembelajaran pembelajaran sosial emosional

Dampak dari keberhasilan dalam penerapan KSE (Kompetensi Sosial Emosional) tersebut tidak
hanya pada kesuksesan diri seseorang dalam akademik yang lebih baik namun juga memberikan
fondasi yang kuat bagi seseorang untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di
luar akademik.

Pembelajaran sosial emosional dapat dilatih dan ditumbuhkan di luar pembelajaran, terintegrasi
dalam pembelajaran, menjadi budaya atau tata tertib sekolah dengan berbagai kompetensi dan
teknik, sehingga dapat menciptakan Well Being Ekosistem Pendidikan yang nyaman dan sehat.

Keterkaitan materi pembelajaran sosial emosional dengan modul sebelumnya

Melalui pembelajaran sosial emosional, salah satu peran guru sebagai pendidik adalah
menciptakan Well Being Ekosistem Pendidikan di sekolah sehingga kondisi menjadi nyaman,
sehat dan bagahia bagi murid. Hal ini sejalan dengan Filosofi Ki Hadjar Dewantara.

Seorang guru penggerak yang memiliki nilai kemandirian, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta
berpihak pada murid harus menggunakan segala kekuatan dan potensi yang ada untuk
membangun budaya positif di sekolah. Budaya positif yang dikembangkan hendaknya dapat
mendorong pemenuhan kebutuhan belajar murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman

Seorang guru atau pendidik, harus mampu menggunakan segala kekuatan dan potensi yang ada
untuk mengembangkan budaya positif di sekolah. Budaya positif yang dapat dilakukan di sekolah
untuk menerapkan latihan Berkesadaran Penuh (mindfulness) sambil mengembangkan
kompetensi Kesadaran Diri (Self Awareness) adalah dengan mengenali emosi. Hal ini dapat
membantu guru dan murid merespon terhadap kondisinya sendiri.

Jika pembelajaran sosial emosional dengan pendekatan berkesadaran penuh (mindfulness)


menjadi budaya positif di sekolah maka pembelajaran berdiferensiasi lebih mudah diterapkan.
Hal ini tentunya akan membahagiakan murid karena pembelajaran yang disajikan sesuai dengan
kebutuhan belajar, baik melalui pendekatan kesiapan belajar, minat, dan profil murid.
Pendekatan kesadaran penuh (mindfulness) menggunakan teknik STOP dapat dijakdikan sebagai
metode dan pendekatan yang dapat menciptakan Well Being Ekosistem. Siswa yang memiliki
Well Being yang optimal memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi
akademik yang tinggi, kesehatan fisik, dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan dalam
menghadapi stres dan terlibat aktif dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.

Melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pelajaran sosial emosional diharapkan dapat


mewujudkan profil pelajar Pancasila. Maka dengan demikian terwujudlah insan-insan yang
cerdas dan karakter yang pada akhirnya berjuang dengan melahirkan berbagai kebijaksanaan

Anda mungkin juga menyukai