Anda di halaman 1dari 24

Koneksi Antar Materi

Modul 2.2
Cucu Wahyuni
CGP Angkatan 8
Kabupaten Sumedang
Pengertian Pembelajaran
Sosial dan Emosional (PSE)

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah Pembelajaran yang


dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses
kolaborasi ini memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga
kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

Tujuan Pembelajaran Sosial


dan Emosional (PSE)
Memahami, menghayati dan mengelola emosi (kesadaran diri)
Menetapkan dan mencapai tujuan positif (manajemen diri)
Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan
membangun relasi)
Membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab)
Capaian Pembelajaran Sosial
dan Emosional (PSE)
Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu
di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan
psikologis (well-being) secara optimal.
Meningkatkan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan
belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid
terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah
Menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli,
responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang
ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora.

Menerapkan PSE dengan kerangka CASEL (Collaborative for the


Advancement of Social and Emotional Learning). Pembelajaran Sosial
Emosional dalam kerangka CASEL ini mencakup 5 komponen yaitu:
Kesadaran Diri (Self Awareness), Pengelolaan Diri (Self
Management), Kesadaran Sosial (Social Awareness), Kemampuan
Berinteraksi Sosial (Relationship Skills), Pengambilan Keputusan
Bertanggung Jawab (Responsible Decision-Making).

Well-Being

Well-being adalah kondisi nyaman, sehat, dan bahagia.


Kondisi individu yang memiliki sikap yang positif
terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat
keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat
memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan
mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup
dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta
berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

5 (lima) Kompetensi Sosial dan


Emosional (KSE)
Kesadaran Diri: kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan
bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.
Manajemen Diri: kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam
berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi
Kesadaran Sosial: kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang
lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda.
Keterampilan Berelasi: kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan
yang sehat dan suportif.
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan
membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar
etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam
tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan
kelompok.
Implementasi Kompetensi
Sosial dan Emosional
Pengajaran KSE secara eksplisit
Murid secara khusus memiliki kesempatan untuk menumbuhkan, melatih, dan
merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan
selaras dengan perkembangan budaya
Integrasi KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik
Tujuan KSE diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi
pembelajaran pada materi akademik, musik, seni, dan pendidikan jasmani.
Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah
Lingkungan belajar di seluruh sekolah dan kelas mendukung pengembangan
kompetensi sosial dan emosional, responsif secara budaya, dan berfokus pada
upaya membangun hubungan dan komunitas

Kesadaran Diri (Mindfulnes)

PSE berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dapat memberikan


perhatian secara berkualitas yang didasarkan keterbukaan pikiran,
rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan hati (compassion)
yang akan membantu seseorang dalam menghadapi situasi-situasi
menantang dan sulit. Kesadaran diri memberikan penghargaan
terhadap perbedaan, pemahaman diri dan orang lain, kemampuan
menghadapi tantangan dan perspektif yang berbeda-beda dari orang
lain (resiliensi)

Penerapan PSE di Kelas


PSE Teknik Rutin, Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dan Protokol. Penerapan PSE dengan teknik
Rutin, Terintegrasi dalam Mata Pelajaran, dan Protokol.
PSE Rutin merupakan penerapan PSE yang terjadwal, misalnya kegiatan rutin yang dilakukan di
sekolah seperti kegiatan membuat lingkaran pada pagi hari dimana masing-masing siswa menulis
atau menyampaikan apa yang akan dicapai selama belajar pada hari tersebut.
PSE Terintegrasi mata pelajaran dapat dilakukan di sela-sela penyampaian materi, misalnya dengan
diskusi kasus atau diskusi penyelesaian masalah secara berkelompok.
PSE Protokol menjadi kegiatan sekolah yang sudah menjadi sebuah tata tertib dan kebijakan sekolah
dilakukan secara mandiri oleh peserta didik, misalnya membangun hubungan sosial yang positif,
penyelesaian masalah tanpa kekerasan dan lain sebagainya.

PSE Teknik STOP


PSE dengan STOP (Stop, Take a deep breath, Observe, dan


Proceed) artinya S-Berhenti, T-ambil nafas dalam, O-amati
sensasi pada tubuh, perasaan, pikiran dan lingkungan, P- selesai
dan lanjutkan. STOP sebagai teknik pembelajaran yang
bermanfaat dalam membangun kesadaran penuh (mindfulness),
meredakan ketegangan, mengembalikan dan membangun fokus
murid.

Keterkaitan Antar Materi


Keterkaitan antar materi sebagai bentuk


penguasaan pemahaman penulis terhadap materi
yang telah dipelajari dengan mengaitkan materi
awal sampai dengan materi saat ini modul 2.2.
Penyampaian keterkaitan materi itu menandakan
sejauh mana penguasaan dan pemahaman
terhadap materi tersebut, yaitu:

Modul 1.1 Pembelajaran Sosial


Emosional dengan Filosofi
Pendidikan KHD
Dari filosofi pendidikan KHD – Guru sebagai Pamong, guru
membutuhkan pemahaman dan penguasaan terhadap KSE yang
matang. Mampu menciptakan ekosistem sekolah yang mendorong
pertumbuhan budi pekerti selain aspek intelektual. Harus paham
benar dengan situasi lahir batin dirinya sendiri dan muridnya.
Murid diajak untuk menyadari, melihat, mendengarkan, merasakan,
mengalami pengalaman belajar yang dapat mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial
dan emosionalnya.

Modul 1.2 Pembelajaran Sosial


Emosional dengan Nilai dan
Peran Guru Penggerak

Guru dapat menumbuhkan nilai dan peran pada guru dan murid
dalam pengelolaan emosi sehingga nilai kemandirian dan
pembelajaran yang berpusat pada murid serta peran guru
penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan mendorong
kolaborasi dapat tercapai dan berjalan seimbang.

Modul 1.3 Pembelajaran Sosial


Emosional dengan Visi Guru
Penggerak

Guru dapat mewujudkan visi yang diharapkan dengan melakukan


prakarsa perubahan dengan memberikan pembelajaran kesadaran
diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi dan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sehingga
diharapkan dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Modul 1.4 Pembelajaran Sosial


Emosional dengan Budaya
Positif

Guru dan murid dapat mengenali dan memahami emosi masing-


masing sehingga mampu mengontrol diri dan dapat menciptakan
suasana yang menyenangkan, aman, dan nyaman yang berpengaruh
dalam penerapan budaya positif baik berupa disiplin positif maupun
keyakinan kelas dengan sebaik mungkin sesuai dengan kesadaran
diri dan manajemen diri.

Modul 2.1 Pembelajaran Sosial


Emosional
dengan
Pembelajaran Berdiferensiasi

Guru dapat melakukan pembelajaran dengan mengidentifikasi


perasaan dan emosi. Hal ini sejalan dengan pembelajaran
berdiferensiasi yang memetakan kebutuhan murid diantaranya
kesiapan murid, minat, dan profil belajar murid dengan
menggunakan strategi diferensiasi konten, proses, dan produk,
sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan murid agar pembelajaran semakin menyenangkan dan
dapat mewujudkan merdeka belajar.

Sebelum mempelajari
modul 2.2

Sebelum mempelajari modul 2.2, penulis berpikir bahwa


kompetensi sosial dan emosional akan terbentuk dengan
tersendirinya bersamaan dengan pembelajaran di kelas
sehingga penulis hanya fokus pada proses penyampaian
materi (kognitif) sesuai dengan kurikulum.
Setelah mempelajari
modul 2.2

Setelah mempelajari modul ini, ternyata penulis menyadari


bahwa pembelajaran sosial emosional juga penting untuk
diterapkan di sekolah karena mengabaikan pengembangan
ketrampilan sosial dan emosional akan membawa dampak
buruk secara akademik dan murid yang berkembang
secara sosial dan emosional bersamaan dengan
berkembangnya secara akademik.
Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan
yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh
individu di sekolah agar dapat meningkatkan
kompetensi akademik maupun kesejahteraan
psikologis (well-being), 3 (tiga) hal mendasar dan
penting yang penulis pelajari adalah,
Peningkatan 5 (lima) kompetensi
sosial emosional, yaitu kesadaran Kesadaran penuh (mindfulness)
diri, manajemen diri, kesadaran sebagai dasar penguatan 5 (lima)
sosial, keterampilan berelasi, dan kompetensi sosial dan emosional.
pengambilan keputusan yang

bertanggungjawab.

Penerapan PSE berbasis kesadaran


penuh yang terhubung,
terkoordinasi, aktif, fokus dan
eksplisit dapat mendukung
terwujudnya well-being ekosistem
sekolah.

Berkaitan dengan tiga hal mendasar di atas, perubahan yang penulis


terapkan di kelas dan sekolah bagi murid-murid:
Pengajaran eksplisit, yaitu dengan melakukan pengajaran eksplisit
sebagai implementasi PSE ke pengajaran eksplisit memastikan murid
memiliki kesempatan yang konsisten dalam menumbuhkan, melatih
dan berefleksi tentang 5 KSE dengan cara yang sesuai dan
terbuka dengan ragam budaya.
Pembelajaran akademik terintegrasi KSE, yaitu dengan
mengintegrasikan KSE ke dalam konten pembelajaran dan strategi
pembelajaran pada materi akademik, seni, musik, dan pendidikan
jasmani.
Keterlibatan murid, yaitu mengajak warga sekolah menghormati
dan meningkatkan persepektif dan pengalaman murid dengan
melibatkan murid sebagai pemimpin, pemecah masalah, dan pembuat
keputusan.

Perubahan yang penulis terapkan di kelas dan sekolah


bagi rekan sejawat:

Menjadi teladan, yaitu menerapkan KSE dalam peran dan tugas,


menciptakan budaya saling memberi apresiasi, dan menumbuhkan
rasa peduli dengan teman sejawat.
Belajar, yaitu membiasakan melakukan refleksi KSE pribadi,
berkolaborasi antar rekan sejawat, mengembangkan pola pikir
bertumbuh, memahami tahapan perkembangan murid, meluangkan
waktu untuk berintropeksi (self-care) dan mengagendakan sesi
berbagi praktik baik.
Berkolaborasi, yaitu membuat kesepakatan bersama-sama,
membuat komunitas belajar profesional, membuat sistem mentoring
rekan sejawat, dan mengintegrasikan KSE dalam pelaksanaan
rapat guru.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai