Anda di halaman 1dari 14

Koneksi Antar Materi - Modul 2.

1
Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh:
Okta Setiawan, S.Pd.
Unit Kerja SMKS Al Falah Pemalang

Calon Guru Penggerak Angkatan 7


Kabupaten Pemalang
Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense)
yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid

Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait


dengan:
1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang
didefinisikan secara jelas.
2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan
belajar muridnya.
3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang
“mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk
mencapai tujuan belajar yang tinggi.
4. Manajemen kelas yang efektif.
5. Penilaian berkelanjutan.
Kaitan dengan Standar
Nasional Pendidikan
Di dalam Standar Proses, dijelaskan tentang kriteria minimal proses pelaksanaan
pembelajaran yang harus dilakukan guru. Salah satunya terkait dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam pembuatan RPP terdapat beberapa prinsip yang
harus diikuti, dimana salah satunya adalah bahwa perencanaan pembelajaran harus
dilakukan dengan memperhatikan perbedaan individu setiap peserta didik.

Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar


pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan
bagaimana guru merespon kebutuhan belajar
tersebut.
Dalam pembelajaran berdiferensiasi ada tiga strategi pembelajaran
berdiferensiasi yaitu:
1. Diferensiasi Konten
Adalah mendiferensiasikan materi pembelajaran kepada murid berdasarkan kebutuhan,
dilihat dari kesiapan belajar murid secara konkret – abstrak, minat belajar murid dengan
mempersiapkan topik atau materi sesuai minat siswa, profil belajar siswa sesuai gaya
belajar, audio, visual, atau kinestetik.
2. Diferensiasi Proses
Adalah usaha untuk membantu murid memahami materi pembelajaran dengan memberi
beberapa kegiatan atau scaffolding sesuai dengan kebutuhan murid.
3. Diferensiasi Produk
Produk berupa tagihan atau hasil yang diharapkan dari murid setelah proses
pembelajaran, baik berupa hasil tes, presentasi atau diskusi, pertunjukkan, pidato,
diagram dan lainnya yang mencerminkan pemahaman murid dari tujuan yang
diharapkan dalam pembelajaran.
Mengetahui Kebutuhan Belajar Murid

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang


berjudul How to Differentiate Instruction in
Mixed Ability Classroom menyampaikan
bahwa kita dapat mengkategorikan
kebutuhan belajar murid, paling tidak
berdasarkan 3 aspek.

Ketiga aspek tersebut adalah:


1. Kesiapan belajar (readiness) murid
2. Minat murid
3. Profil belajar murid
Kesiapan Belajar
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau
keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan
membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan,
namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap
dapat menguasai materi atau keterampilan baru tersebut.

Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran mirip dengan


menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan
kombinasi suara terbaik, biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut
terlebih dahulu.

Dalam modul ini, kita hanya akan mencoba membahas 6 dari beberapa contoh perspektif
yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (2001: 47) tersebut.
Equalizer yang diperkenalkan oleh
Tomlinson (Tomlinson, 2001)
1. Bersifat mendasar - Bersifat transformatif
2. Konkret - Abstrak
3. Sederhana - Kompleks
4. Terstruktur - Terbuka
5. Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent)
6. Lambat - Cepat

Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal
ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki
murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Adapun tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan
tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan
pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas,
Simonette & Ramsook, 2013: 29).
MINAT MURID
Tomlinson (2001: 53), mengatakan bahwa tujuan melakukan pembelajaran yang berbasis
minat, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan kecintaan
mereka sendiri untuk belajar;
2. mendemonstrasikan keterhubungan antar semua pembelajaran;
3. menggunakan keterampilan atau ide yang dikenal murid sebagai jembatan untuk
mempelajari ide atau keterampilan yang kurang dikenal atau baru bagi mereka, dan;
4. meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

Minat dapat dilihat dalam 2 perspektif, yaitu:


1. Minat situasional. Seorang anak bisa saja tertarik saat seorang gurunya berbicara tentang
topik hewan, meskipun sebenarnya ia tidak menyukainya, karena gurunya berbicara dengan
cara yang sangat menghibur, menarik dan menggunakan berbagai alat bantu visual.
2. Minat individu untuk terlibat dalam jangka waktu lama dengan objek atau topik tertentu.
Seorang anak yang memang memiliki minat terhadap hewan, maka ia akan tetap tertarik untuk
belajar tentang hewan meskipun mungkin saat itu guru yang mengajar sama sekali tidak
membawakannya dengan cara yang menarik atau menghibur.
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat
murid diantaranya adalah dengan:
1. menciptakan situasi pembelajaran yang menarik perhatian murid (misalnya dengan
humor, menciptakan kejutan-kejutan, dsb),
2. menciptakan konteks pembelajaran yang dikaitkan dengan minat individu murid,
3. mengkomunikasikan nilai manfaat dari apa yang dipelajari murid,
4. menciptakan kesempatan-kesempatan belajar di mana murid dapat memecahkan
persoalan (problem-based learning).

Minat setiap murid tentunya akan berbeda-beda. Sepanjang tahun, murid yang berbeda akan
menunjukkan minat pada topik yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat
adalah untuk "menghubungkan" murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan
menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid. Hal lain
yang perlu disadari oleh guru terkait dengan pembelajaran berbasis minat adalah bahwa
minat murid dapat dikembangkan. Pembelajaran berbasis minat seharusnya tidak hanya
dapat menarik dan memperluas minat murid yang sudah ada, tetapi juga dapat membantu
mereka menemukan minat baru.
PROFIL BELAJAR MURID
Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar.
Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil
belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan
efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung
memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap
anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru
dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah beberapa diantaranya:
1. Preferensi terhadap lingkungan belajar.
2. Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
3. Preferensi gaya belajar. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu: visual, auditori,
kinestetik.
4. Preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Kecerdasan
tersebut adalah visual-spasial, musical, bodily- kinestetik, interpersonal, intrapersonal,
verbal-linguistik, naturalis, logic- matematika.
Contoh cara-cara yang dapat dilakukan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid.

1. mengamati perilaku murid-murid mereka;


2. mencari tahu pengetahuan awal yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik yang akan
dipelajari;
3. melakukan penilaian untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka saat
ini, dan kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh informasi yang diperoleh dari
proses penilaian tersebut;
4. mendiskusikan kebutuhan murid dengan orang tua atau wali murid;
5. mengamati murid ketika mereka sedang menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas;
6. bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan murid;
7. membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya untuk melihat komentar dari guru-guru
sebelumnya atau melihat pencapaian murid sebelumnya;
8. berbicara dengan guru murid sebelumnya;
9. membandingkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau
keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini;
10. menggunakan berbagai penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa murid telah berada
dalam level yang sesuai;
11. melakukan survey untuk mengetahui kebutuhan belajar murid;
12. mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran mereka sendiri untuk
Kaitan dengan Nilai dan peran Guru penggerak
Kaitan dengan Nilai dan peran Guru penggerak bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat
mewujudkan Merdeka Belajar apabila guru penggerak telah memiliki nilai guru penggerak
dan menerapkan peran guru penggerak. Nilai guru penggerak meliputi: mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif, berpihak pada murid. Dan peran guru penggerak meliputi menjadi
pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain,
mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid.
Kaitan dengan Budaya Positif
Budaya positif adalah perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di
sekolah. Lingkungan belajar yang mendukung diferensiasi dibangun dengan menerapkan
budaya positif yaitu :
1. Komunitas belajar setiap orang di dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut
oleh orang lain.
2. Setiap orang di dalam kelas saling menghargai
3. Murid merasa aman, menciptakan murid berani dalam mengemukakan pendapat
4. Ada harapan bagi pertumbuhan yang ditunjukkan murid.
5. Guru mengajak murid untuk mencapai kesuksesan, pengalaman belajar mendorong
murid lebih cepat, sedikit melampaui apa yang telah dikuasainya, guru memberikan
dukungan sehingga murid tidak merasa frustasi tetapi mencapai kesuksesan.
6. Adanya bentuk keadilan dalam bentuk nyata.
7. Guru berkolaborasi dengan murid untuk mencapai pertumbuhan dan kesuksesan
bersama, adanya tanggung jawab masing-masing agar pembentukan dan tercipta kelas
yang efektif. Guru sebagai pemimpin kelas memiliki peran sangat penting dalam
mengembangkan lingkungan belajar yang positif.
Ellen Key
“Pendidikan bisa memberi Anda keahlian,
tetapi pendidikan budaya mampu memberi
Anda martabat.”

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai