Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 2.

Pembelajaran Sosial dan Emosional

NURUL AZKIYAH

CGP A7- KABUPATEN KUDUS

Jurnal Refleksi Dwimingguan Pembelajaran Sosial dan Emosional Model 6: Reporting, responding,
relating, reasoning, reconstructing (5R) Model refleksi 5M diadaptasi dari model 5R (Bain, dkk, 2002,
dalam Ryan & Ryan, 2013
REPORTING
Pada minggu ini dalam modul CGP berisikan, Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan
lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan
kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. Penerapan konsep
pembelajaran sosial dan emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic,
Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) kompetensi sosial dan
emosional (KSE), yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Selain itu juga modul 2.2. juga Mempraktikkan bagaimana konsep kesadaran penuh (mindfulness)
sebagai dasar pengembangan 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional (KSE), melalui Analisa kasus
bagaimana peristiwa dan perasaan yang dihadapi oleh pa Eling dan bagaimana menemukan solusi dan
cara menyelesaikan melalui Analisa Pembelajan Sosial Emosional. Mengimplementasikan Pembelajaran
Sosial dan Emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness) melalui pengajaran eksplisit, yang
terintegrasi dalam praktek mengajar dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya
sekolah, dan penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di
sekolah.
Selanjutnya pendalaman materi dilakukan melalui kolaborasi dalam diskusi kelompok, dan demonstrasi
kontekstual tentang penyusunan RPP yang eksplisit pembelajaran Sosial Emosional, serta bagaimana
cara melakukan kolaborasi dengan PTK di sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan
aman demi berkembangnya Kompetensi Sosial Emosional sehingga mengantarkan siswa memiliki
wellbeing.
RESPONDING
Proses pembelajaran yang kami lakukan pertama mulai dari diri, hal ini dimaksudkan agar kami
mengenal emosi yang ada pada diri sendiri. Kemudian eksplorasi konsep Pembelajan Sosial Emosional
yang dilakukan melalui diskusi secara asinkronus dan kemudian saling memberi umpan balik Bersama
CGP lain, selanjutnya diarahkan untuk lebih mengenal Kompetensi Sosial Ekonomi dan bagaimana cara
mengenali dan cara menyelesaikan solusinya dengan diskusi kasus melalui asinkronus. Untuk lebih
memperdalam pemahaman tentang Kompetensi Sosial Ekonomi, CGP diarahkan untuk diskusi secara
sinkronus melalui G meet dengan dipandu oleh fasilitator. Disini CGP diberikan kesempatan untuk
merefleksikan setiap pemahamannya dan mengungkapkan setiap permasalahan yang ditemukan ketika
mempelajari materi modul secara mandiri. Dengan lugas dan jelas fasilitor memberikan banyak
pencerahan tentang strategi mengimplementasikan Pembelajaran Sosial Emosional.
Untuk lebih memperdalam pemahaman tentang Pembelajan Sosial Emosional, CGP dikelompokan
berdasarkan tinggat Pendidikan tempat CGP mengajar. Disini kami diarahkan agar mampu
merencanakan Pembelajaran Pembelajan Sosial Emosional serta strategi bagaimana berkolaborasi
Bersama PTK sekolah yang lainnya. Fasilitator menekankan perencanaan pembelajaran yang kami susun
selain eksplisit penanaman Kompetensi Sosial Ekonomi juga terintegrasi dengan pembelajarn
berdiferensiasi, untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan aman demi berkembangnya KSE
sehingga mengantarkan siswa memiliki wellbeing, demi terwujudnya profile pelajar Pancasila.
RELATING
Mengaitkan (Relating Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan
secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang
dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai
aspek sosial dan emosional agar dapat: 1. Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran
diri) 2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri) 3. Merasakan dan menunjukkan
empati kepada orang lain (kesadaran sosial) 4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang
positif (keterampilan berelasi) 5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab).
Urgensi PSE, yaitu peningkatan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang
lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan
sekolah. Selain itu, Pembelajan Sosial Emosional di kelas terbukti Dapat menghasilkan pencapaian
akademik yang lebih baik. Pembelajan Sosial Emosional memberikan pondasi yang kuat bagi murid
untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan
psikologis (well-being) secara optimal. Well-being adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap
yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah
lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan
dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha
mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Pentingnya Pembelajaran Sosial Emosional:
1. Terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif.
2. Peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan
sekolah.
3. Dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik.
4. Memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan
mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
Pembahasan di atas sejalan dengan implementasi Kompetensi Sosial Emosional, dimana KSE untuk
meningkatkan prestasi akademik dan ketercapaian wellbeing dilakukan melalui strategi berikut:
1. Menguatkan 5 KSE pendidik dan tendik
2. Mengajarkan 5 KSE secara spesifik dan eksplisit
3. Mengintegrasi kan 5 KSE dalam praktik mengajar (interaksi guru dan murid) serta kurikulum
akademik
4. Menciptakan iklim kelas, budaya dan kebijakan sekolah
Menguatkan 5 KSE Pendidik dan Tendik
A. Menjadi Teladan (memodelkan): Mendukung pendidik dan tenaga kependidikan dalam
memodelkan kompetensi dan pola pikir di seluruh komunitas sekolah dengan murid, keluarga
murid, mitra komunitas, dan satu sama lain. Dengan Menciptakan budaya mengapresiasi dan
Menunjukkan kepedulian.
B. Belajar : pendidik dan tenaga kependidikan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional
pribadi dan mengembangkan kapasitas untuk mengimplementasikan kompetensi sosial dan
emosional. Dengan Membiasakan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi,
Mempelajari kemungkinan adanya bias terkait dengan literasi budaya, Mengembangkan pola
pikir bertumbuh, dan Memahami tahapan perkembangan murid.
C. Berkolaborasi: menciptakan struktur berbentuk komunitas pembelajaran profesional atau
pendampingan sejawat bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk berkolaborasi tentang
cara mengasah strategi untuk mempromosikan KSE di seluruh sekolah.
Dengan Membuat kesepakatan bersama-sama, Membuat komunitas belajar professional, Membuat
sistem mentoring rekan sejawat, dan Mengintegrasikan kompetensi sosial emosional dalam pelaksanaan
rapat guru.
REASONING
Menganalisis (Reasoning): menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi, lalu
mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk
mendukung analisis tersebut. Peran pendidik sesuai dengan filosodi Ki Hajar Dewantara, dimana
Pendidik adalah penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai
manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya. Pemikiran KHD tersebut mengingatkan bahwa tugas pendidik sebagai pemimpin
pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi mereka untuk dapat membangun perhatian yang
berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar yang mengundang dan bermakna. Kita
merencanakan secara sadar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk
mewujudkan kekuatan (potensinya). Pembelajaran holistik yang memberikan mereka pengalaman untuk
dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggi-tingginya, baik
sebagai manusia maupun anggota masyarakat agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Mengingat tentang filosofi Ki Hajar Dewantara tentunya kita akan teringat tentang guru seperti petani
atau tukang kebun yang bertugas menanam, menyiram,memupuk dan merawat agar tanaman tumbuh
subur dan berbuah. Guru itu menghamba pada anak dimana peran guru itu menuntun dengan system
among. Selanjutnya memahami kodrat anak dengan cara memahami bahwa anak itu suka bermain
sehingga guru dapat mengawali pembelajaran dengan permainan agar anak dapat belajar sambil
bermain.
RECONSTRUCTING
Merancang ulang (Reconstructing) Dalam proses merancang ulang, saya sebagai Guru Penggerakakan
mengimplementasikan Pembelajaran Sosial Emosional. Karena Pembelajaran Sosial Emosional
memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka
di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. Ketika Pembelajaran
Sosial Emosional diterapkan, maka siswa merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar, siswa akan
menjadikan kesulitan sebagai sebuah tantangan (efikasi diri tinggi), menciptakan kesuksesan pada siswa,
siswa mudah beradaptasi pada lingkungan yang dianggap sulit dan dapat menurunkan tingkat
agresivitas pada siswa.
5 Kompetensi Sosial dan Emosional berhubungan erat dengan 6 (enam) dimensi Profil Pelajar Pancasila,
juga berkaitan dengan Standar Pendidikan nasional terutama dengan standar kompetensi lulusan,
dimana KSE bertujuan menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli,
responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial,
budaya, dan humaniora. penyusunan RPP pun terpusat agar mencakup penyampaian materi
sebagaimana tuntutan KD ternyata melalui pembelajarn eksplisit, murid memiliki kesempatan untuk
menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai
dan selaras dengan perkembangan budaya yang dimiliki. melatih teknik Mindfullness agar dapat
memperoleh kesadaran diri melalui mindfullness itu sendiri.
Melalui strategi STOP (Take a deep breath, Observe dan Proceed) Menggunakan strategi STOP dalam
proses pembelajaran dan kehidupan sehari-hari, guru maupun murid akan dapat memitigasi stress
ketika dihadapkan pada kondisi dan situasi konflik baik dengan orang lain maupun dengan beban tugas
yang dipikul. Merancang Pembelajaran sosial emosional ini dapat dijadikan sebagai awal dan dasar
penanaman pendidikan karakter kepada murid. Ada empat kompetensi kunci pengembangan dalam
aspek sosial emosional murid; self-awareness, self-management, social awareness, responsible decision
making, dan relationship management. sekolah, kelas, ruang-ruang yang ada disekolah,waktu belajar,
dihubungkan dengan komunitas sekolah dan keluarga, sebagai upaya kolaboratif dalam memenuhi
kebutuhan belajar siswa di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai