Anda di halaman 1dari 26

MODUL 2.2.

KONEKSI ANTAR MATERI

PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL


ADI MUHAMMAD MOERYA MAULANA

CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 9


KABUPATEN CIANJUR
Koneksi Antar Materi
Modul 2.2
Pembelajaran Sosial Emosional

Fasilitator: Pengajar Praktik:


HAMIDAH NURJAMILAH, M.Pd VERA DESI ARIANTI, S.Pd
Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan,
sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari
pembelajaran sosial dan emosional?

Setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional di modul 2.2.


Pertanyaan
ini saya mmemahami bahwa pembelajaran sosial dan emosional
Pemantik 1 menjadi salah satu cara dalam mewujudkan pembelajaran yang
berpihak kepada murid. Hal ini sangat mendukung keterampilan dan
sikap saya sebagai pemimpin pembelajaran karena dalam
pembelajaran saya tidak hanya fokus pada materi pembelajaran saja,
tetapi juga memperhatikan dan memahami sosial emosional para
murid. Dengan memahami pembelajaran sosial emosional, saya tidak
hanya memperhatikan perkembangan akademik saja, namun juga
sosial emosionalnya.
Pengertian Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah Pembelajaran
yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas
sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak serta
pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan
menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif
mengenai aspek sosial dan emosional.
Tujuan Pembelajaran Sosial
dan Emosional (PSE)
Memahami, menghayati dan mengelola emosi (kesadaran diri)
Menetapkan dan mencapai tujuan positif (manajemen diri)
Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran
sosial)
Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif
(keterampilan membangun relasi)
Membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab)
Capaian Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)
Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di
sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan
psikologis (well-being) secara optimal.
Meningkatkan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar
yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap
dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah
Menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli,
responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang
ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora.
Menerapkan PSE dengan kerangka CASEL (Collaborative for the
Advancement of Social and Emotional Learning). Pembelajaran Sosial
Emosional dalam kerangka CASEL ini mencakup 5 komponen yaitu:
Kesadaran Diri (Self Awareness), Pengelolaan Diri (Self Management),
Kesadaran Sosial (Social Awareness), Kemampuan Berinteraksi
Sosial (Relationship Skills), Pengambilan Keputusan Bertanggung
Jawab (Responsible Decision-Making).
5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE)
Kesadaran Diri: kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan
bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.
Manajemen Diri: kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif
dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi
Kesadaran Sosial: kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan
orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang
berbeda-beda.
Keterampilan Berelasi: kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan
yang sehat dan suportif.
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan
membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-
standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-
macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri,
masyarakat, dan kelompok.
Well-Being

Well-being adalah kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Kondisi


individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri
dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah
lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan
menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki
tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta
berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Implementasi Kompetensi Sosial dan Emosional
Pengajaran KSE secara eksplisit
Murid secara khusus memiliki kesempatan untuk menumbuhkan, melatih, dan
merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan
selaras dengan perkembangan budaya
Integrasi KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik
Tujuan KSE diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran
pada materi akademik, musik, seni, dan pendidikan jasmani.
Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah
Lingkungan belajar di seluruh sekolah dan kelas mendukung pengembangan
kompetensi sosial dan emosional, responsif secara budaya, dan berfokus pada
upaya membangun hubungan dan komunitas
Kesadaran Diri (Mindfulnes)

PSE berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dapat memberikan


perhatian secara berkualitas yang didasarkan keterbukaan pikiran,
rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan hati (compassion)
yang akan membantu seseorang dalam menghadapi situasi-situasi
menantang dan sulit. Kesadaran diri memberikan penghargaan
terhadap perbedaan, pemahaman diri dan orang lain, kemampuan
menghadapi tantangan dan perspektif yang berbeda-beda dari orang
lain (resiliensi)
Penerapan PSE di Kelas
PSE Teknik Rutin, Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dan Protokol. Penerapan PSE
dengan teknik Rutin, Terintegrasi dalam Mata Pelajaran, dan Protokol.
PSE Rutin merupakan penerapan PSE yang terjadwal, misalnya kegiatan rutin yang
dilakukan di sekolah seperti kegiatan membuat lingkaran pada pagi hari dimana
masing-masing murid menulis atau menyampaikan apa yang akan dicapai selama
belajar pada hari tersebut.
PSE Terintegrasi mata pelajaran dapat dilakukan di sela-sela penyampaian materi,
misalnya dengan diskusi kasus atau diskusi penyelesaian masalah secara
berkelompok.
PSE Protokol menjadi kegiatan sekolah yang sudah menjadi sebuah budaya dan
kebijakan sekolah dilakukan secara mandiri oleh murid, misalnya membangun
hubungan sosial yang positif, penyelesaian masalah menggunakan segitiga
restitusi.
PSE Teknik STOP

PSE dengan STOP (Stop, Take a deep breath, Observe, dan


Proceed) artinya S-Berhenti, T-ambil nafas dalam, O-amati
sensasi pada tubuh, perasaan, pikiran dan lingkungan, P- selesai
dan lanjutkan. STOP sebagai teknik pembelajaran yang
bermanfaat dalam membangun kesadaran penuh (mindfulness),
meredakan ketegangan, mengembalikan dan membangun fokus
murid.
Pertanyaan Pemantik 2

Apa kaitan pembelajaran sosial dan


emosional yang telah Anda pelajari dengan
modul-modul sebelumnya?
Kaitan modul 2.2.
Pembelajaran Sosial Emosional
dengan modul 1.1
Filosofi Ki Hajar Dewantara
Berdasarkan Filosofi Pendidikan Ki Hajara Dewantara Guru sebagai
Pamong, guru membutuhkan pemahaman dan penguasaan terhadap
Kompetensi Sosial Emosional (KSE) yang matang. Mampu menciptakan
lingkungan yang mendorong tumbuhnya budi pekerti selain aspek
intelektual. Harus paham dengan situasi lahir batin dirinya sendiri dan
muridnya. Murid diajak untuk menyadari, melihat, mendengarkan,
merasakan, mengalami pengalaman belajar yang dapat mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan
emosionalnya
Kaitan modul 2.2.
Pembelajaran Sosial Emosional
dengan modul 1.2
Nilai dan Peran Guru Penggerak

Guru dapat menumbuhkan nilai dan perannya sebagai guru pada


dirinya sendiri dan murid dengan mengelola emosi. Sehingga nilai
kemandirian dan pembelajaran yang berpusat pada murid serta
peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dapat
mendorong kolaborasi. Hal ini dapat mencapai proses pembelajaran
yang berjalan seimbang.
Kaitan modul 2.2.
Pembelajaran Sosial Emosional
dengan modul 1.3
Visi Guru Penggerak
Guru dapat mewujudkan visi yang diharapkan dengan
melakukan prakarsa perubahan dengan memberikan
pembelajaran kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial,
kemampuan berelasi dan pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab sehingga diharapkan dapat mewujudkan
Profil Pelajar Pancasila.
Kaitan modul 2.2.
Pembelajaran Sosial Emosional
dengan modul 1.4
Budaya Positif

Guru dan murid dapat mengenali dan memahami emosi masing-


masing sehingga mampu mengontrol diri dan dapat menciptakan
suasana yang menyenangkan, aman, dan nyaman yang berpengaruh
dalam penerapan budaya positif baik berupa disiplin positif maupun
keyakinan kelas dengan sebaik mungkin sesuai dengan kesadaran diri
dan manajemen diri.
Kaitan modul 2.2.
Pembelajaran Sosial Emosional
dengan modul 2.1
Pembelajaran Berdiferensiasi
Guru dapat melakukan pembelajaran dengan mengidentifikasi perasaan
dan emosi. Hal ini sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi yang
memetakan kebutuhan murid diantaranya kesiapan murid, minat, dan
profil belajar murid dengan menggunakan strategi diferensiasi konten,
proses, dan produk, sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan murid agar pembelajaran semakin menyenangkan
sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar.
Sebelum mempelajari modul 2.2, saya berpikir bahwa kompetensi
sosial dan emosional akan terbentuk dengan tersendirinya
bersamaan dengan pembelajaran di kelas sehingga saya hanya
fokus pada proses penyampaian materi (kognitif) sesuai dengan
kurikulum.
Setelah mempelajari modul ini, ternyata saya menyadari bahwa
pembelajaran sosial emosional sangat penting untuk diterapkan di
sekolah karena hal tersebut dapat pengembangan ketrampilan
sosial dan emosional yang akan membawa dampak baik bagi
perkembangan akademik, sosial dan emosional murid.
Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan
nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat
meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan
psikologis (well-being), 3 (tiga) hal mendasar dan penting yang
penulis pelajari adalah,
Tiga Hal Dasar yang Harus Dipelajari Berkaitan dengan
Kebutuhan Belajar

Peningkatan 5 (lima) kompetensi sosial emosional, yaitu


kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial,
keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang
bertanggungjawab.
Kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan 5
(lima) kompetensi sosial dan emosional.
Penerapan PSE berbasis kesadaran penuh yang terhubung,
terkoordinasi, aktif, fokus dan eksplisit dapat mendukung
terwujudnya well-being ekosistem sekolah.
Berkaitan dengan tiga hal mendasar tersebut, perubahan yang diterapkan di
kelas dan sekolah bagi murid:

Pengajaran eksplisit, yaitu dengan melakukan pengajaran eksplisit sebagai


implementasi PSE ke pengajaran eksplisit memastikan murid memiliki kesempatan
yang konsisten dalam menumbuhkan, melatih dan berefleksi tentang 5 KSE dengan
cara yang sesuai dan terbuka dengan ragam budaya.
Pembelajaran akademik terintegrasi KSE, yaitu dengan mengintegrasikan KSE ke
dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, seni,
musik, dan pendidikan jasmani.
Keterlibatan murid, yaitu mengajak warga sekolah menghormati dan meningkatkan
persepektif dan pengalaman murid dengan melibatkan murid sebagai pemimpin,
pemecah masalah, dan pembuat keputusan.
Refleksi
Perubahan yang dapat diterapkan di kelas dan sekolah bagi
rekan sejawat:
Menjadi teladan, yaitu menerapkan KSE dalam peran dan tugas,
menciptakan budaya saling memberi apresiasi, dan menumbuhkan rasa
peduli dengan teman sejawat.
Belajar, yaitu membiasakan melakukan refleksi KSE pribadi, berkolaborasi antar
rekan sejawat, mengembangkan pola pikir bertumbuh, memahami tahapan
perkembangan murid, meluangkan waktu untuk berintropeksi (self-care) dan
mengagendakan sesi berbagi praktik baik.
Berkolaborasi, yaitu membuat kesepakatan bersama-sama, membuat
komunitas belajar profesional, membuat sistem mentoring rekan
sejawat, dan mengintegrasikan KSE dalam pelaksanaan rapat guru.
Akhirnya, peran kita sebagai pendidik adalah tugas mulia sekaligus
membutuhkan keuletan dan kesabaran. Mari terus belajar, berefleksi,
bertumbuh, berbagi, dan berkolaborasi untuk menjadi lebih baik bagi
murid-murid kita.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai