Anda di halaman 1dari 5

KONEKSI

ANTAR
MATERI
SRI YULIANAH - SMAN 1 SUKANAGARA - CGP A.8
Pengertian PSE Pembelajaran yang dilakukan Kolaborasi ini memungkinkan anak
dan orang dewasa di sekolah
secara kolaboratif oleh seluruh memperoleh dan menerapkan
komunitas sekolah. pengetahuan, keterampilan dan sikap
positif mengenai aspek sosial dan
emosional

Tujuan PSE Memberikan pemahaman dan Ruang lingkup PSE


kemampuan mengelola emosi,
menetapkan tujuan positif, empati Rutin, terintegrasi dalam mata
terhadap orang lain, membangun pelajaran
hubungan positif dan membuat
keputusan bertanggung jawab

Kompetensi kesadaran diri Budaya Positif


pengelolaan diri
Sosial Emosional kesadaran sosial PSE dapat menjadi budaya positif
(KSE) kemampuan berinteraksi sosial
pengambilan keputusan yang di sekolah yang diterapkan guru
bertanggung jawabb dalam kegiatan pembelajarannya
agar murid memiliki KSE yang
berdampak pada fokus dan
kesiapannya dalam belajar

Peran Guru menciptakan iklim belajar yang Pembelajaran Berdiferensiasi


nyaman
Penggerak Inti dari pembelajaran
menciptakan well-being ekosistem
sekolah berdiferensiasi adalah berorientasi
menciptakan pembelajaran yang pada kebutuhan murid, hal ini
menyenangkan dengan akan terciota ketika guru juga
memperhatikan kondisi psikologis
memperhatikan kebutuhan sosial
murid
dan emosional muridnya

Visi Sekolah Dengan penerapan semua konsep

ini, maka dapat menjadi usaha sadar


dalam mewujudkan terciptanya
lulusan yang unggul, berakhlakul
karimah, dan berwawasan
kebangsaan
CATATAN MODUL PSE
P h M d l1
Pada modul 1.1 dalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD)diketahui bahwa setiap murid
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Hal inikarena setiap murid memiliki keunikannya
sendiri, karena dipengaruhi karakterdan minat yang berbeda-beda. Karenanya guru perlu
memberikan keteladanan,keseimbangan, dan dorongan kepada murid seperti halnya
semboyan Ing Ngarso SungTulodho, Ing Ngarso Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani.

Pada modul 1.2 mengenai Nilai-nilai dan peran gurupenggerak, dapat dimaknai bahwa
dengan mengimplementasikan nilai dan perantersebut pada proses kegiatan belajar
mengejar (KBM), guru dapat menjadi agenperubahan yang mampu memberikan inspirasi,
motivasi, merangsang tumbuhnyakemandirian murid, mengembangkan potensi murid sesuai
kodrat alam dan zamannya,sehingga mampu mewujudkan konsep merdeka belajar dan profil
pelajar Pancasila.

Pada modul 1.3 mengenai visi sekolah dibahas mengenaibagaimana mengelola perubahan
yang positif dengan menjadikan sekolah sebagairumah yang aman, nyaman dan bermakna
bagi murid. Untuk dapat mewujudkan visisekolah dan melakukan proses perubahan tersebut,
maka perlu sebuah pendekatanatau paradigma Inkuiri Apresiatif (IA). IA menggunakan
prinsip-prinsip utamapsikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa
setiaporang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan.Inti
positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalamimplementasinya,
IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yangtelah dicapai dan kekuatan
yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapakpada tahap selanjutnya dalam
melakukan perencanaan perubahan. IA lebih dalamsebagai salah satu model manajemen
perubahan di sekolah diterapkan melaluitahapan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran,
Gali Mimpi, Jabarkan Rencana,Atur Eksekusi).

Pada modul 1.4 mengenai budaya positif di sekolah,diketahui bahwa peran sekolah salah
satunya sebagai institusi pembentukankarakter yang bukan hanya mendorong murid untuk
sukses secara moral maupunakademik di lingkungan sekolah, tetapi juga untuk
menumbuhkan moral yang baikpada diri murid ketika sudah terlibat di dalam masyarakat.
budaya sekolahmerupakan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang dibangun dalam jangka
waktulama yang tercermin pada sikap keseharian seluruh komponen sekolah. Dalam
kebanyakansekolah di Indonesia, contoh budaya sekolah yang sudah berjalan dengan
baikadalah budaya senyum, salam, dan sapa. Tentunya, budaya sekolah tersebut masihperlu
dilaksanakan mengingat perannya yang dapat membuat sekolah menjadilingkungan yang
nyaman. Selain itu, upaya dalam membangun budaya positif disekolah yang berpihak pada
murid juga dapat diawali dengan membentuk lingkungankelas yang mendukung terciptanya
budaya positif, yaitu dengan menyusunkesepakatan kelas. Kesepakatan kelas yang efektif
dapat membantu dalampembentukan budaya disiplin positif di kelas. Hal ini juga dapat
membantuproses belajar mengajar yang lebih mudah dan tidak menekan.
CATATAN MODUL PSE
P h M d l21d 22
Pada modul 2.1 mengenai pembelajaran berdiferensiasidiketahui bahwa dalam proses
pembelajaran di kelas guru harus mampu membuatserangkaian keputusan masuk akal yang
berorientasi kepada kebutuhan murid. Agardapat menciptakan lingkungan belajar yang
“mengundang’ murid untuk belajar danbekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang
tinggi. Kemudian jugamemastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada
dukungan untukmereka di sepanjang prosesnya.

Pada modul 2.2 mengenai pembelajaran sosial dan emosional.Pembelajaran sosial dan
emosional ini diawali dengan kesadaran penuh bahwatidaklah cukup apabila murid hanya
mengembangkan kemampuan akademiknya saja.Murid juga perlu mengembangkan aspek
sosial dan emosionalnya. Berbagai hasilpenelitian menunjukkan bahwa kompetensi sosial-
emosional berperan penting dalamkeberhasilan akademik maupun kehidupan seseorang.
Untuk dapat mengembangkankompetensi sosial dan emosional murid secara optimal, peran
guru  sangatlah  penting. Sebelum guru dapat membantu murid, ia perlu belajar
memahami,mengelola, dan menerapkan pembelajaran sosial dan emosional dalam
dirinya.Sehingga mampu menyadari dan mengelola emosi agar berpengaruh positif
dalamberperan sebagai guru, serta membiasakan pembelajaran sosial dan emosionaldalam
lingkup kelas, sekolah dan komunitasnya.

Dalam mewujudkan kesuksesan dimaksud, membangun emosi anaksangatlah penting.


Sebagai seorang guru penggerak peran ini dapat dilakukanmelalui penciptaan wellbeing
pada ekosistem di sekolah yang dilakukan secarakolaboratif antara murid dan guru guna
mengembangkan pengetahuan, keterampilan,dan sikap murid. Hal ini berarti pula bahwa
guru sebagai pendidik berkewajibandalam menciptakan kondisi nyaman, sehat dan bahagia
bagi anak didiknya.

Pembelajaran emosional dan sosial (PES) dimulai denganmembentuk kesadaran serta


kontrol diri dibarengi pula dengan adanya kemampuandalam berkomunikasi. Hal ini menjadi
penting diberikan kepada murid agar merekamampu mengatasi setiap permasalahan
emosional dan sosial yang dialaminya. Carayang dapat dilakukan adalah dengan berlatih
kesadaran penuh (mindfulness)seperti dengan menerapkan teknik STOP, yaitu:

S:Stop (berhenti sejenak),

T: Take a deep break (Menarik nafas dalam),

O: Observe (Mengamati apa yang terjadi pada tubuh, pikirandan perasaan). P: Proceed
(Lanjutkan).

Sedangkandalam menumbuh kembangkan PES terdapat 5 kompetensi dasar Sosial


Emosional(KSE) yaitu:

1.  Kesadaran diri;

2.  Pengelolaan diri;

3.  Kesadaran sosial (Empati);

4.  Keterampilan sosial(Resiliensi) dan

5.  Pengambilankeputusan yang bertanggung jawab.


Hal ini dilakukan dalam ruang lingkup ekosistem sekolah seperti di:

1.      Kegiatan Rutin (Di luar waktubelajar akademik, seperti: kegiatan ekskul, kegiatan sekolah,
apel pagi, kerjabakti, perayaan hari besar, senam bersama dsb);

2.    Terintegrasi dalam mata pelajaran(kegiatan pembelajaran seperti diskusi, dan penugasan
kerja kelompok);

3.   Protokol (menjadi budaya atauaturan sekolah yang merupakan kesepakatan bersama dan
diterapkan secara mandirioleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi
atau kejadian tertentu).

Dampak dari keberhasilan dalam penerapan KSE tersebut tidakhanya pada kesuksesan diri
seseorang dalam akademik yang lebih baik namun jugamemberikan pondasi yang kuat bagi
seseorang untuk dapat sukses dalam berbagaiarea kehidupan mereka di luar akademik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sosialemosional dapat dilatih dan
ditumbuhkembangkan agar dapat menciptakanwell-being dalam ekosistem pendidikan yang
sejalan dengan filosofi KihajarDewantara. Melalui latihan kesadaran penuh secara konsisten
dapat menumbuhkankesadaran diri, penghargaan terhadap perbedaan dan empati,
pemahaman diri danorang lain, serta kemampuan dalam menghadapi berbagai tantangan
dengankarakteristik yang berbeda-beda.

KETERKAITAN ANTAR MATERI


Keterkaitan antar materi pembelajaran sosial emosionaldengan modul 1 dan 2.1. yang telah
dipelajari sebelumnya bahwa dalammenjalankan nilai dan perannya sebagai guru
penggerak, maka diperlukan adanyaperan dan nilai kemandirian, reflektif, kolaboratif, inovatif
serta berpihakpada murid. Guru penggerak juga harus menggunakan segala kekuatan dan
potensiyang ada dalam dirinya dan lingkungan sekitarnya untuk membangun budaya
positifdi sekolah.

Budaya positif yang dikembangkan tentunya bertujuan untukmendorong pemenuhan


kebutuhan belajar murid sesuai dengan kodratnya. Sepertiyang dikemukan filosofi KHD yakni
pendidikan itu harus berjalan sesuai dengankodrat alam dan kodrat zaman.

Apabila pembelajaran sosial emosional dengan pendekatanberkesadaran penuh


(mindfulness) telah menjadi budaya positif di sekolah makapembelajaran berdifferensiasi
akan lebih mudah diterapkan. Hal ini karena muriddapat lebih focus, bersemangat, dan
bertanggung jawab terhadap tugas yangmerupakan bagaian dari kewajibannya. Hal ini tentu
pada akhirnya akan membawakebahagiaan bagi murid karena pembelajaran yang disajikan
sesuai dengankebutuhan belajar, minat  dan profilmereka. Sehingga harapan besar
terwujudnya profil Pelajar Pancasila yang cerdasdan berkarakter dapat dilakukan.

DONE ONGOING STUCK ARCHIVED

Anda mungkin juga menyukai