Anda di halaman 1dari 30

PEMBELAJARAN PARTISIPATIF

PEMBELAJARAN PARTISIPATIF
PENDAHULUAN
Dengan diberlakukannya Kurikulum 2006, yang juga dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (baca: kurikulum sekolah), guru diberi kebebasan mendesain pembelajaran sendiri
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah. Oleh karena itu, sudah bukan saatnya lagi guru
memaksakan pengetahuan kepada siswa. Model pembelajaran seperti itu menempatkan siswa
hanya sebagai obyek. Siswa tidak dihargai sebagai individu yang sedang belajar dan
membutuhkan bimbingan untuk mengembangkan potensinya, baik potensi intelektual maupun
kepribadiannya.
Sudah saatnya guru meninggalkan model pembelajaran yang menggunakan cara-cara instan.
Model pembelajaran dengan sistem dril, yang mengharapkan hasil bagus dengan cepat tanpa
mengindahkan prosedur pembelajaran yang semestinya, sesungguhnya bersifat intimidatif.
Bagaimana tidak meng-’intimidasi’ bila siswa senantiasa dihadapkan pada keharusan meraih
minimal ’nilai tertentu’ yang menjadi standar kelulusan atau kenaikan kelas? Akibatnya, siswa
mengikuti pembelajaran di bawah bayang-bayang ancaman dan ketakutan ’tidak naik kelas atau
tidak lulus ujian’ jika tidak dapat menyerap atau menguasai materi pelajaran (lebih tepatnya:
menghafal), yang akan dibuktikan dengan ulangan/tes/ujian.
Apabila dengan pembelajaran intimidatif tadi siswa merasa terpaksa mengikuti kegiatan
pembelajaran, sudah saatnya guru memikirkan dan menerapkan model pembelajaran lain yang
lebih memahami kondisi siswa. Salah satu alternatifnya adalah model pembelajaran yang bersifat
partisipatif. Di sini siswa dilibatkan dan diikutsertakan dalam menentukan dan mencari
bahan/materi (dari berbagai sumber) yang akan dipelajari.

PEMBAHASAN

A. Konsep Pembelajaran Partisipatif


Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikut
sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program,
pelaksanaan program dan penilaian program. Partisipasi pada tahap perencanaan adalah
keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan,
sumber-sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran.
Partisipasi dalam tahap pelaksanaan program kegiatan pembelajaran adalah keterlibatan peserta
didik dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Dimana salah satu iklim yang
kondusif untuk kegiatan belajar adalah pembinaan hubungan antara peserta didik, dan antara
peserta didik dengan pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab,
terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar. Partisipasi dalam tahap penilaian
program pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam penilaian pelaksanaan
pembelajaran maupun untuk penilaian program pembelajaran. Penilaian pelaksanaan
pembelajaran mencakup penilaian terhadap proses, hasil dan dampak pembelajaran.

Prinsip-prisip utama kegiatan pembelajaran partisipatif meliputi: 1) berdasarkan kebutuhan


belajar 2) berorientasi pada tujuan kegiatan belajar, 3) berpusat pada warga belajar, 4) belajar
berdasarkan pengalaman, 5) kegiatan belajar dilakukan bersama oleh warga belajar dengan
sumber belajar dalam kelompok yang terorganisasi, 6) kegiatan pembelajaran merupakan proses
kegiatan saling membelajarkan, 7) kegiatan pembelajaran diarahkan pada tujuan belajar yang
hasilnya dapat langsung dimanfaatkan oleh warga belajar, 8) kegiatan pembelajaran menitik
beratkan pada sumber-sumber pembelajaran yang tersedia dalam masyarakat dan 9) kegiatan
pembelajaran amat memperhatikan potensi-potensi manusiawi warga belajar.
Selain itu, pembelajaran partisipatif sebagai kegiatan pembelajaran juga memperhatikan prinsip
proses stimulus dan respons yang di dalamnya mengandung unsur-unsur kesiapan belajar,
latihan, dan munculnya pengaruh pada terjadinya perubahan tingkah laku. Pembelajaran
partisipatif sebagai kegiatan belajar lebih memperhatikan kegiatan-kegiatan individual dan
mengutamakan kemampuan pendidik, menekankan pentingnya pengalaman dan pemecahan
masalah, dan memfokuskan pada manfaat belajar bagi peserta didik
Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003) menyebutkan indikator pembelajaran
partisipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (2) adanya
kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam
kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.

B. Ciri-ciri kegiatan pembelajaran partisipatif


Kegiatan pembelajaran partisipatif memilikii ciri-ciri pokok yang meliputi:
1. Sumber belajar menenpatkann diri pada posisi yang tidak serba mengetahui terhadap semua
bahan belajar. Memandang warga belajar sebagai sumber yang mempunyai nilai dan manfaat
dalam kegiatan belajar.
2. Sumber belajar memainkan peranan membantu warga belajar dalam melakukan kegiatan
belajar. Kegiatan belajar ini didasarkan atas kebutuhan belajar warga belajar.
3. Sumber belajar memotovasi warga belajar agar berpartisipasi dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan dalam mengevaluasi program pembelajaran yang dijalaninya.
4. Sumber belajar bersama warga belajar melakukan kegiatan saling membelajarkan dalam
bentuk bertukar fikiran mengenai isi,proses, dan hasil belajar serta pengembangannya.
5. Sumber belajar berperan membantu warga belajar dalam menciptakan situasi pembelajaran
yang kondusif, sehingga warga belajar dapat melibatkan diri secara aktif dan bertanggungjawab
dalam proses kegiatan pembelajaran.
6. Sumber belajar mengembangkan kegiatan belajar kelompok.
7. Sumber belajar mendorong warga be;lajar untuk meningkatkan semangat berprestasi,
semangat berkompetisi menghadapi tantangan yang berorientasi pada perbaikan kehidupan yang
lebih baik.
8. Sumber belajar mendorong dan membantu warga belajar untuk mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah di dalam dan terhadap kehidupan yang dihadapinya sehari-hari.
9. Sumber belajar dan warga belajar secara bersama-sama mengembangkan kemampuan
antisipasi dan partisipasi.
10. Pembelajaran mencapai otonomi dan integrasi dalam kegiatan individual dan kehidupan
sosialnya.

C. Teori pendukung pembelajaran partisipasi


Menurut Sudjana, kegiatan belajar partisipasif didukung oleh beberapa teori pembelajaran, di
antaranya adalah teori connectionism Thorndike, teori aliran tingkah laku yang dikembangkan
oleh Guthrie, Skinner, Crowder dan Hull, teori Gestal dan teori medan. Dalam Kaitan ini,
Trisnamansyah mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran dalam pendidikandi luar sekolah
termasuk di da;lamnya kegiatan pembelajaran partisipasi mendapat dukungan dari teori-teori
perubahan sosial dan psikologi sosial yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran
seperti teori perubahan sikap sosial, teori dinamika kelompok, teori komunikasi inovasi dan teori
manajemen perubahan dalam pendidikan.
Teori yang relevan dibahas dalam hubungannya dengan kebutuhan pengkajian ini adalah teori
Asosiasi dan teori medan. Teori asosiasi dikembangkan oleh Thorndike dan dilanjutkan Witson
dan William James. Toeri asosiasi berpandangan bahwa mutu kegiatan belajar akan efektif
apabila interaksi antara sumber belajar dan warga belajar dilakukan melalui stimulus dan respon
(S-R). Oleh karena itu makin giat dan makin tinggi kemampuan warga belajar dalam
mengembangkan stimulus dan respon, maka makin efektif kegiatan belajarnya. Teori asosiasi
mengandung prinsip-prinsip dalam kegiatan belajar-membelajarkan, yaitu prinsip kesiapan
(readness), latihan (exercise), dan pengaruh (effect). Prinsip kegiatan menekankan perlunya
motovasi yang tinggi pada diri warga belajar atau peserta didik untuk menghubungkan stimulus
dan respon. Prinsip latihan menekankan pentingya kegiatan latihan secara berulang oleh warga
belajar atau peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar. Prinsip pengaruh menekankan pada
pentingnya hasil dan manfaat langsung dari kegiatan belajar yang dijalani oleh warga belajar
atau peserta didik. Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran partisipasi, teori asosiasi
semakin mempertegas pentingnya peserta didik untuk melakukan respon terhadap setiap
stimullus oleh warga belajar atau peserta didik itu sendiri serta menekankan pentingnya kegiatan
belajar perorangan.
Sementara itu teori medan yang dikembangkan oleh Kurt Lewin, menekankan pentingnya
pengalaman warga belajar yang berorientasi pada pemecahan masalah serta didasari oleh
motivasi belajar yang kuat. Teori medan beranggapan bahwa setiap kegiatan akan efektif apabila
warga belajar merasakan kebutuhan untuk belajar serta memiliki kesadaran diri bahwa belajar
adalah sesuatu yang penting dalam meningkatkan kualitas dan martabat kehuidupannya. Oleh
karena itu, kegiatan belajar bersama dalam kelompok belajar menjadi penting dan utama bagi
warga belajar.

D. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif


Pendidikan partisipatif, atau teknik partisipatif, dilandasi oleh suatu pandangan bahwa setiap
orang pada dasarnya memiliki pengalaman yang cukup kaya – untuk bisa diolah menjadi bahan
pembelajaran. Pendidikan partisipatif, tentu bukan sekedar teknik, melainkan statu pendekatan
atau bahkan paradigma baru yang meninggalkan paradigma lama yang bersifat sistem bank.
Metode pembelajaran atau dalam istilah Knowels, “format pembelajaran” diartikan sebagai
patokan umum oleh karena itu bisa dikatakan bahwa metode pembelajaran partisipatif adalah
suatu patokan umum pembelajaran partisipatif. Ahli lain seperti Vemer mengklasifikasikan
metode pembelajaran ke dalam tiga kategori, yaitu: metode pembelajaran perorangan (Individual
Methods), metode pembelajaran kelompok (Group Methods) dan metode pembelajaran
pembangunan masyarakat (Community Methods).
Selanjutnya teknik pembelajaran diartikan sebagai penggunaan patokan-patokan khusus dalam
melaksanakan suatu methode pembelajaran tertentu yang meliputi langkah-langakah, sarana dan
alat bantu dalam ruang lingkup metode pembelajaran yang digunakan. Knowleds
menggolongkan teknik-teknik pembelajaran ke dalam jenis-jenis teknik pembelajaran berikut: 1)
teknik penyajian, meliputi ceramah, siaran, televisi dan video tape, dialog, tanya jawab dan lain-
lain, 2) teknik partisipasi dalam kelompok besar mencakup tanya jawab, forum, kelompok guru
dan panel berangkai, 3) teknik diskusi berupa diskusi terbimbing, pemecahan masalah dan
diskusi kasus, 4) teknik simulasi terdiri dari beermain peran, pemecahan masalah dan studi
kasus, 5) teknik latihan kelompok, 6) teknik latihan tanpa bicara, dan 7) teknik latihan
keterampilan dan latihan.

E. Peran Pendidik Dalam Pembelajaran


Peran pendidik dalam pembelajaran partisipatif lebih banyak berperan sebagai pembimbing dan
pendorong bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran sehingga mempengaruhi
terhadap intensitas peranan pendidik dalam pembelajaran. Menurut Knowles dan Cronne,
peranan sumber belajar mencakup: 1) menciptakan dan mengembangkan situasi kegiatan belajar
partisipatif, 2) menekankan peranan warga belajar yang melaksanakan kegiatan belajar, dan 3)
sumber belajar dituntut agar mampu menyusun dan mengembangkan strategi pembelajaran
partisipatif.
Pada awal pembelajaran, intensitas peran pendidik sangat tinggi yaitu untuk menyajikan berbagai
informasi bahan belajar, memberikan motivasi serta memberikan bimbingan kepada peserta
dalam melakukan pembelajaran, tetapi makin lama makin menurun intensitas perannya
digantikan oleh peran yang sangat tinggi dari peserta didik untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran secara maksimal.
Langkah-langkah yang harus ditempuh pendidik dalam membantu peserta didik untuk
mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah:
1. Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar.
2. Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan
3. Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya.
4. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.
5. Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar.
6. Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
7. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar

F. Proses Pembelajaran Partisipatif


Proses pembelajaran partisipatif dibentuk oleh unsur-unsur atau faktor pembentuk proses
pembelajaran. Unsur pembentuk proses pembelajaran tersebut adalah: 1) tujuan, 2) materi, 3)
metode, 4) warga belajar, 5) fasilitator, 6) iklim dan 7) evaluasi. Kegiatan proses pembelajaran
partisipatif mencakup enam tahapan kegiatan yang berorientasi. Keenam langkah kegiatan
tersebut adalah: pembinaan keakraban, identifikasi keutuhan, sumber dan kemungkinan
hambatan, perumusan tujuan belajar, penyusunan program kegiatan belajar, pelaksanaan
kegiatan belajar dan penilaian terhadap proses, hasil, dan dampak kegiatan pembelajarn yang
dilaksanakan.
Pembelajaran partisipatif menghargai pengetahuan dan pengalaman para pendidik untuk terampil
dalam menggunakan semua metode yang berbeda. Suatu situasi pembelajaran yang berhubungan
dengan pengalaman seharusnya selalu diikuti oleh suatu sesi tanya jawab. Sesi tanya jawab
membantu melakukan kontekstualisasi pengelaman individu dan kelompok ke dalam suatu
kerangka verja yang lebih luas.
Kerangka kerja tanya jawab mengikuti siklus pembelajaran sebagai berikut:
1. Publikasi Data: Berbagi pengalaman dan pengamatan.
Pertanyaan-pertanyaan spesifik seharusnya dituliskan di papan/bagan. Guru sebagai fasilitator
harus bekerja mengenai bagaimana data akan dituliskan pada bagan. Pertanyaan seharusnya
diajukan atas masing-masing peserta dan respon dicatat pada bagan. Perasaan yang seharusnya
diungkapkan hanya yang berhubungan dengan isu-isu kunci untuk analisis.
2. Pemrosesan Data: Membahas pola dan dinamika.
Respon-respon ini seharusnya dicatat dan saling hubungan perasaan, interaksi, dan peristiwa
dibangun di dalam proses. Sementara para peserta berbagi pengalaman mereka, fasilitator harus
mendengarkan dengan penuh perhatian dan tidak mempertanyakan atau membalas perasaan yang
diungkapkan. Sebaliknya ia harus menuliskannya pada bagan
3. Penyamarataan dan Penerapan Data: Mengemukakan prinsip-prinsip.
Respon-respon ini harus juga dicatat dan dikonsolidasikan di dalam proses. Prinsip-prinsip kunci
harus diturunkan atas dasar data dan analisisnya. Prinsip-prinsip ini harus dihubungkan dengan
konsep-konsep teoritis yang ada.
4. Penutup pengalaman.
Suatu penutupan formal atas latihan harus dilakukan ádalah meninggalkan pada para peserta
dengan rasa puas dan berani melakukan eksplorasi ke depan.

PENUTUP
Pendidikan partisipatif, atau teknik partisipatif, ádalah sebuah upaya pendidik untuk mengikut
sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam tahap perencanaan program,
pelaksanaan program dan penilaian program. Pembelajaran partisipatif dilandasi oleh suatu
pandangan bahwa setiap orang pada dasarnya memiliki pengalaman yang cukup kaya – untuk
bisa diolah menjadi bahan pembelajaran. Pendidikan partisipatif, tentu bukan sekedar teknik,
melainkan statu pendekatan atau bahkan paradigma baru yang meninggalkan paradigma lama
yang bersifat sistem bank.
Mengubah paradigma tentu bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Masalah ini tentu tidak bisa
diselesaikan dalam waktu yang singkat. Kita membutuhkan suatu langkah yang sistematis,
massal dan terus menerus. Pendidikan partisipatif memiliki maksud dasar untuk mengubah pola
hubungan yang ada antara peserta didik dengan pendidik (sumber relajar). Para guru harus
bersedia mengakui bahwa pihaknya juga memerlukan belajar dari muridnya (warga relajar) dan
demikian pula sebaliknya.
Kebutuhan ini, sudah tentu sangat sulit bisa diharapkan berkembang dalam waktu dekat. Guru
sebagai fasilitator dituntut untuk mengubah diri, demikian juga peserta didik. Inilah yang
dikatakan bahwa perubahan paradigma tidak bisa dilakukan dalam jangka dekat. Salah satu
proses penting yang layak dilalui ádalah adanya pembaharuan model-model pendidikan.
Pembaharuan dalam model ini tidak hanya hendak mengoreksi cara mengajar, tetapi juga
mengoreksi keseluruhan proses pembelajaran. Kesemuanya ini menuntut adanya kesediaan
semua pihak untuk bersedia mengubah atau mentrasformasi pandangannya mengenai
pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

D. Sudjana. 1993. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif Dalam Pendidikan Luar
Sekolah, Bandung: Nusantara Press.
E.A Locke & Associates. 2002. Essensi Kepemimpinan : Empat Kunci Untk Memimpin Dengan
Penuh Keberhasilan, Jakarta: Spektrum.
Knowles, M. 1975. Self Directed Learning. Chicago : Follet Publishing Company.
M. Knowles, Informal Adult Education, New York: Association Publishing Company.
Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi.
Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
Robert K. Cooper dan Sawaf. 2002. Kecerdasan Emosional Dalam Kepemimpinan dan
Organisasi, Jakarta: Gramedia, 2002.
S. Trisnamansyah. 1993. Perkembangan Pendidikan luar Sekolah dan Upaya Mempersiapkan
Pelaksanaan Wajib Belajar Dasar Sembilan Tahun, Bandung: IKIP.
Sudjana. 2000. Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Luar Sekolah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Penerbit Falah Production.
http://anakciremai.blogspot.com/2008/09/makalah-ilmu-pendidikan-tentang-model.html
http://www.sampoernafoundation.org/content/view/567/48/1/1/lang,id/
http://blog.uny.ac.id/yoyonsuryono/makalah/

BEBERAPA TEKNIK PEMBELAJARAN PARTISIPATIF


3 02 2009

Banyak sekali teknik pembelajaran yang dapat dipakai dalam pembelajaran partisipatif. Masing-
masing teknik mempunyai kekuatan dan kelemahan. Selain itu, masing-masing teknik mungkin
lebih cocok dilakukan pada tahap tertentu, tetapi beberapa teknik dapat dipakai pada beberapa
tahap pembelajaran yang berbeda.

Untuk menyederhanakan pembahasan, dan untuk memusatkan perhatian pembaca, di sini hanya dipilih
beberapa teknik yang biasa digunakan dalam pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh penulis. Sebaiknya
Anda mendalami teknik-teknik pembelajaran yang dibahas di sini, dan berusaha untuk menerapkannya
dalam pelatihan yang akan Anda adakan, sampai Anda merasa mantap menggunakannya. Setelah itu
Anda dapat menambah perbendaharaan teknik pembelajaran yang Anda kuasai dengan memperlajari
teknik-teknik yang lain. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) yang sudah
terbukti unggul dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik.

Berikut ini diberikan gambaran umum tentang beberapa teknik pembelajaran partisipatif.

1. Teknik Delphi:

Teknik Delphi digunakan untuk menghimpun keputusan-keputusan tertulis yang diajukan oleh sejumlah
calon peserta didik atau para pakar yang tempat tinggalnya terpisah-pisah dan mereka tidak dapat
berkumpul atau tidak dapat bertemu muka dalam menentukan keputusan-keputusan itu. Keputusan-
keputusan tersebut menyangkut tujuan kegiatan belajar, perencanaan kegiatan, pemecahan masalah
yang dihadapi bersama, dan lain sebagainya. Karena itu teknik ini sangat cocok dipakai pada tahap
perencanaan program.

Teknik Delphi pada dasarnya merupakan proses kegiatan kelompok dengan menggunakan jawaban-
jawaban tertulis dari para calon peserta didik atau para pakar terhadap pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang diajukan kepada mereka. Kegiatan ini bertujuan untuk melibatkan para calon peserta didik atau
para pakar dalam membuat keputusan bersama sehingga keputusan-keputusan itu lebih berbobot dan
menjadi milik bersama.

Teknik Delphi tidak mensyaratkan peserta didik dan para pakar untuk berkumpul atau bertemu muka.
Karena itu teknik ini sangat berguna untuk melibatkan pimpinan lembaga dan masyarakat dalam
memberika masukan terhadap rencana pelatihan.

Teknik Delphi pada dasarnya merupakan rangkain pertanyaan yang bertahap dan berkelanjutan.
Pertanyaan-pertanyaan pertama memerlukan jawaban-jawaban yang bersifat umum seperti tentang
tujuan program kegiatan belajar, masalah dan pemecahannya. Pertanyaan berikutnya disusun dan
dikirimkan kembali kepada responden berdasarkan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan pertama.
Proses tanya jawab ini berakhir apabila kesepakatan di antara calon peserta didik atau para pakar telah
tercapai setelah informasi yang lengkap terkumpul.

Langkah-langkah pelaksanaan teknik ini adalah sebagai berikut:

a. Pelatih atau perencana program menyusun daftar pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan,
kebutuhan belajar, tujuan belajar, masalah dan hambatan, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan
rencana program.

b. Pelatih atau perencana program menghubungi para calon peserta didik atau para pakar yang akan
terlibat dalam pelatihan. Untuk itu dapat dipakai berbagai sarana komunikasi yang tersedia, seperti
surat, telepon, e-mail dan lain-lain. Pada kesempatan ini pelatih memperkenalkan diri kepada calon
peserta, menjelaskan kepada peserta bahwa mereka akan dikirimi daftar pertanyaan. Pelatih juga perlu
menjelaskan bahwa informasi yang diberikan oleh peserta akan berguna untuk merancang pelatihan
yang akan memenuhi kebutuhan mereka, dan memotivasi mereka untuk melibatkan diri secara aktif
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.

c. Pelatih atau perencana program mengirimkan daftar pertanyaan, dan meminta peserta untuk mengisi
dan mengembalikan daftar pertanyaan tersebut kepada pelatih.

d. Pelatih atau perencana program menganalisa jawaban-jawaban yang diberikan, dan merumuskan
kesimpulan.

e. Berdasarkan hasil analisa di atas, pelatih atau perencana program membuat lagi pertanyaan-
pertanyaan yang lebih khusus dan terperinci.

f. Pelatih atau perencana program melakukan langka (c) dan (d).

g. Pelatih atau perencana program merumuskan dan menetapkan keputusan berdasarkan informasi
tersebut.
2. Diad

Teknik diad atau berpasangan merupakan teknik belajar partisipatif yang melibatkan dua orang yang
berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Teknik diad sangat cocok dilakukan pada tahap pembinaan
keakraban, khususnya kalau peserta belum saling mengenal. Teknik ini digunakan agar peserta lebih
mengenal satu sama lain dan lebih akrab, sehingga akan mengurangi atau meniadakan hambatan
komunikasi di antara para peserta. Hal ini perlu dilakukan agar peserta pelatihan dapat lebih ikut terlibat
dalam setiap kegiatan pembelajaran. Tetapi teknik diad bukan hanya dipakai pada tahap perkenalan,
melainkan dapat dipakai pada tahap pembelajaran lain yang menuntut pemikiran yang tajam dan
mendalam.

Teknik diad dapat dilakukan dengan cara yang cukup sederhana, bahkan oleh orang-orang yang belum
berkenalan satu sama lain. Pada tahap perkenalan, teknik ini dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Mula-mula pelatih meminta peserta untuk mencari seorang pasangan dari antara peserta yang lain.
Kalau dilakukan pada tahap pembinaan keakraban, sebaiknya peserta mencari pasangan yang belum
dikenal.

b. Kemudian pelatih memberikan pokok-pokok yang harus ditanyakan secara bergantian oleh masing-
masing pasangan, misalnya: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, minat, kegemaran, latar belakang
keluarga, alasan mengikuti pelatihan, dll. Untuk membuat pembelajaran lebih menarik, dapat pula
ditanyakan pengalaman yang paling lucu atau berkesan. Hasil wawancara disusun secara tertulis
berdasarkan urutan pertanyaannya.

c. Apabila pasangan diad sudah selesai saling mewawancarai, masing-masing peserta diminta
memperkenalkan pasangannya kepada seluruh kelompok. Cara memperkenalkannya dapat diselingi
dengan guyonan, nyanyian, deklamasi, dan sebagainya.

d. Pelatih dapat memberikan komentar singkat setelah setiap pasangan melaporkan hasil
wawancaranya. Sebaiknya komentar yang diberikan merupakan humor, tetapi jangan sampai menyakiti
hati orang yang dikomentari.

3. Curah Pendapat (Brainsorming):

Curah pendapat adalah teknik pembelajaran yang dipakai untuk menghimpun gagasan dan pendapat
untuk menjawab pertanyaan tertentu, dengan cara mengajukan pendapat atau gagasan sebanyak-
banyaknya. Curah pendapat dilakukan dalam kelompok yang pesertanya memiliki latar belakang yang
berbeda-beda. Hal ini akan memberikan peluang untuk mendapatkan sebanyak mungkin pendapat atau
gagasan yang berbeda. Pada kegiatan curah pendapat, yang ditekankan adalah menghasilkan pendapat
atau gagasan yang sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat.
Dalam pelaksanaan teknik ini setiap peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya atau
gagasannya. Pelatih atau fasilitator atau peserta yang tidak sedang menyampaikan pendapat tidak boleh
menyanggah atau memberikan komentar terhadap pendapat atau gagasan yang disampaikan oleh
peserta yang sedang berbicara, tetapi menerima saja setiap pendapat atau gagasan yang disampaikan.

Kegiatan curah pendapat dilakukan sebagai berikut:

a. Pelatih menyusun pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pembelajaran. Sebagai contoh,


pelatih dapat menanyakan apa yang diperlukan peserta untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan
tugas atau pekerjaannya.

b. Pelatih mengajukan pertanyaan tersebut kepada peserta. Kemudian pelatih memberikan waktu 2-3
menit kepada setiap peserta untuk memikirkan jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Perlu pula
dijelaskan bahwa setiap peserta hanya perlu menyampaikan pendapatnya, tidak boleh megkritik atau
menyela pendapat orang lain.

c. Pelatih dapat berperan sebagai juru tulis yang mencatat pendapat atau gagasan itu di papan tulis atau
pada kertas (flipchart) yang disediakan, atau menunjukkan seorang dari peserta untuk melaksanakan
tugas tersebut.

d. Sesudah peserta diberi kesempatan untuk memikirkan jawabannya, peserta diberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapatnya secara bebas. Setiap pendapat akan ditulis di papan tulis atau kertas yang
sudah disediakan. Pelatih dapat memberi batasan waktu untuk melakukan kegiatan ini, misalnya 5 atau
10 menit.

e. Sesudah waktu habis, pendapat atau gagasan yang terkumpul dapat dikelompokkan berdasarkan
kategori-kategori tertentu. Pada akhirnya tim dapat memgevaluasi pendapat-pendapat yang sudah
terkumpul.

4. Kelompok Kecil:

Kelompok kecil terdiri dari dua orang atau lebih. Kelompok ini dapat terdiri dari orang-orang yang
memiliki minat dan keahlian yang sama (homogen), dapat juga terdiri dari orang-orang yang memiliki
minat atau keahlian yang berbeda (heterogen). Pemilihan kelompok homogen atau heterogen
ditentukan oleh tugas yang diberikan atau masalah yang dihadapi. Kalau tugas yang diberikan masih
dalam tahap penjajagan dan memerlukan pemikiran yang meluas, lebih baik kalau membentuk
kelompok-kelompok yang heterogen. Tetapi kalau tugas atau masalah yang dihadapi memerlukan
pemikiran yang tajam dan mendalam, mungkin lebih baik kalau membentuk kelompok-kelompok yang
homogen.

Setiap kelompok dapat membahas pokok pikiran atau topik bahasan tertentu. Dalam kelompok kecil
peserta dapat mengungkapkan pikiran, gagasan atau pendapat tentang pokok pikiran atau topik yang
dibahas. Melalui kegiatan ini peserta dapat tukar menukar informasi tentang topik yang dibahas
sehingga dapat dicapai kesepakatan di antara peserta. Hasil dari diskusi kelompok kecil ini kemudian
dapat dibagikan dalam kelompok besar, yaitu di hadapan seluruh peserta yang lain.

Kegiatan diskusi kelompok kecil dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Sebelum diskusi dilangsungkan, pelatih menghimpun sebanyak-banyaknya informasi yang


berhubungan dengan pokok pikiran atau topik yang akan dibahas.

b. Pelatih menyusun uraian suatu topik dan masalah yang ada. Uraian topik ini mungkin berupa
pernyataan-pernyataan atau uraian pendek dalam bentuk cerita. Pada akhir uraian, pelatih melontarkan
masalah, baik dalam bentuk pertanyaan maupun dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh
masing-masing kelompok. Perlu pula dicantumkan lamanya waktu yang disediakan untuk membahas
topik itu.

c. Sebelum meminta peserta untuk memulai diskusi, pelatih perlu menjelaskan topik yang akan dibahas,
tujuan pembahasan dan cara-cara diskusi secara demokratis, serta mendorong semua peserta untuk ikut
terlibat secara aktif dalam diskusi.

d. Kemudian pelatih menyarankan agar peserta membentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari 3-5
orang anggota. Dapat pula ditunjuk seorang yang menjadi pemimpin kelompok, dan seorang yang
menjadi penulis.

e. Pelatih membagikan lembaran yang berisi uraian topik serta tugas atau masalah yang harus dijawab
oleh masing-masing kelompok, dan mempersilakan masing-masing kelompok untuk melakukan diskusi.
Pelatih perlu mengingatkan masing-masing kelompok bahwa hasil diskusi mereka akan dilaporkan dalam
kelompok besar atau di hadapan semua peserta yang lain. Pelatih perlu pula mengingatkan peserta
lamanya waktu yang disediakan untuk melakukan diskusi.

f. Ketika diskusi berjalan, pelatih perlu sesekali berjalan menghampiri kelompok-kelompok yang sedang
berdiskusi, dan memperhatikan jalannya diskusi. Ada kalanya pelatih perlu memberikan arahan atau
mengingatkan kembali topik yang sedang dibahas kalau pembicaraan terlihat menyimpang dari yang
diharapkan. Tetapi pelatih perlu membatasi komentar yang diberikan. Penelitian menunjukkan bahwa
semakin sedikit komentar atau arahan yang diberikan pelatih, semakin hidup pembahasan yang
dilakukan. Karena itu arahan atau komentar dari pelatih hanya perlu diberikan kalau pembahasan sudah
cukup jauh menyimpang, atau kalau ada satu orang peserta yang mendominasi pembicaraan.

g. Kalau waktu sudah habis dan pembahasan belum selesai, pelatih mungkin perlu menawarkan
tambahan waktu. Tetapi perlu diingat bahwa tambahan waktu sebaiknya tidak diberikan terlalu banyak,
karena akan menggangu jalannya kegiatan pembelajaran. Karena itu pada waktu persiapan pelatih perlu
memikirkan dan merencanakan alokasi waktu ini dengan sangat cermat.
h. Sesudah pembahasan dalam kelompok kecil selesai, pelatih meminta setiap kelompok untuk
membagikan hasil diskusi mereka dalam kelompok besar. Pelatih dapat memimpin diskusi kelompok
besar ini.

i. Pelatih bersama peserta membahas dan menyimpulkan hasil-hasil diskusi kelompok kecil, sehingga
menghasilkan kesimpulan bersama.

j. Pelatih perlu pula memberi kesempatan bagi peserta untuk mengevaluasi jalannya diskusi dan hasil,
baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar. Hal ini akan memberikan kesempatan
peserta untuk merenungkan kembali proses belajarnya dan mengambil pelajaran yang penting dari
kegiatan itu.

5. Kunjungan Lapangan dan Praktek Lapangan:

Kunjungan lapangan dan praktek lapangan adalah teknik yang digunakan untuk melatih dan
meningkatkan kemampuan para peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang
telah mereka peroleh, dengan mempraktekkannya di lapangan atau dalam kehidupan nyata, dalam
pekerjaan atau tugas yang sebenarnya. Teknik ini sangat tepat digunakan untuk membina dan
meningkatkan kemampuan peserta dengan menerapkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam
memecahkan masalah dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Penyusunan rencana kunjungan lapangan dan praktek lapangan didasarkan atas kebutuhan belajar yang
dirasakan dan diungkapkan oleh para peserta didik. Kebutuhan belajar itu dapat pula ditambah dengan
kebutuhan yang diungkapkan pelatih, lembaga pengutus peserta dan masyarakat. Dengan demikian
rencana itu dapat disetujui oleh peserta dan pelatih serta lembaga dan masyarakat. Rencana itu
memuat komponen-komponen antara lain tujuan belajar yang ingin dicapai melalui kunjungan lapangan
dan praktek lapangan, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, pembagian tugas, pengaturan
penempatan peserta di lapangan, jadwal dan waktu kegiatan, laporan proses dan hasil studi, serta
tindak lanjut yang perlu dilakukan.

Tujuan penggunaan teknik ini adalah agar para peserta memperoleh pengalaman langsung dari daerah-
daerah yang dikunjungi serta memperoleh pengalaman belajar dari kegiatan lapangan, seperti tentang
latihan dan pekerjaan dalam dunia nyata. Di samping itu teknik ini dapat digunakan untuk menerapkan
pengetahuan dan ketrampilan yang baru diperoleh peserta dalam memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan nyata.

Dalam kunjungan dan praktek lapangan, peserta melakukan kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan
nyata sehari-hari, tetapi peserta masih mendapatkan pengawasan dan bimbingan pelatih. Karena itu
peserta dapat memperoleh keuntungan dari pengalaman nyata sekaligus rasa aman karena tersedianya
pengawasan dan bimbingan pelatih, yang memungkinkannya berkonsultasi bila memghadapi masalah
yang terlalu rumit untuk dipecahkannya sendiri.
Kegiatan kunjungan lapangan dan praktek lapangan dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Pelatih bersama peserta didik mengidentifikasi kebutuhan belajar dari peserta didik yang dapat
dijadikan dasar untuk menyusun rencana kunjungan lapangan dan praktek lapangan.

b. Atas dasar kebutuhan belajar itu pelatih bersama peserta menyusun rencana kunjungan lapangan dan
praktek lapangan. Rencana ini mencakup tujuan kunjungan dan praktek lapangan, lokasi, keahlian atau
ketrampilan yang akan diterapkan, rangkaian kegiatan yang akan dilakukan, orang-orang yang terlibat,
fasilitas dan alat-alat, dana, jadwal dan waktu kegiatan, dan lain sebagainya.

c. Pelatih menugaskan kepada peserta untuk menjajagi obyek yang akan dikunjungi, guna
menyampaikan informasi tentang kunjungan dan untuk mengindentifikasi informasi yang berhubungan
dengan kunjungan untuk dijadikan masukan guna memodifikasi dan menyempurnakan rencana
pelaksanaan kunjungan lapangan.

d. Pelatih membantu peserta dalam melaksanakan kunjungan dan praktek lapangan, dengan kegiatan
antara lain:

Mengarahkan dan memotivasi peserta untuk melakukan tugas dan kegiatan sebagaimana
tercantum dalam rencana

Melakukan monitoring, supervisi dan evaluasi pelaksanaan kunjungan lapangan

e. Selaesai kunjungan lapangan, peserta menyusun laporan pelaksanaan tugas kunjungan lapangan.

f. Peserta mendiskusikan proses, hasil dan pengaruh kunjungan dan praktek lapangan.

g. Pelatih bersama peserta melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil pelaksanaan kunjungan dan
praktek lapangan.:

6. Evaluasi Diri (Self Evaluation):

Teknik ini secara khusus dipakai untuk mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. Penggunaan teknik
ini menuntut partisipasi yang sungguh-sungguh dari peserta didik. Evaluasi diri dilakukan dengan
menjawab pernyataan-pernyataan yang sudah disediakan pada lembaran khusus. Evaluasi ini dapat
dilakukan untuk menghimpun pendapat peserta didik antara lain terhadap proses kegiatan
pembelajaran, bahan pelajar, penampilan pendidik, dan pengaruh kegiatan belajar yang dirasakan oleh
peserta didik. Evaluasi ini juga dapat digunakan untuk mengetahui pendapat peserta didik tentang
perubahan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran dibandingkan dengan sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran.

Kegiatan evaluasi diri dapat dilakukan sebagai berikut:


a. Pelatih menyusun lembaran tertulis yang berisi daftar pernyataan pendapat peserta.

b. Pelatih menyediakan lembaran tersebut sesuai dengan jumlah peserta.

c. Pelatih menyebarkan lembaran itu pada waktu yang bersamaan kepada para peserta didik untuk
selanjutnya diisi oleh para peserta didik.

d. Setelah jawaban-jawaban itu dihimpun dan diolah, pelatih bersama peserta didik mendiskusikan hasil
evaluasi. Hasil diskusi dijadikan bahan untuk perbaikan atau pengembangan program kegiatan
pembelajaran.

e. Selesai melaksanakan langkah-langkah di atas, pelatih bersama peserta didik melakukan evaluasi
terhadap proses dan hasil penggunaan teknik ini.

Daftar Pustaka

Sudjana, D. (2000). Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production.

About these ads

Metode Pembelajaran Partisipatif Eureka Pendidikan. Metode yang dikembangkan dalam


penelitian ini adalah metode pembelajaran partisipatif. Metode-metode yang dapat digunakan
dalam pembelajaran partisipatif ternyata bermacam ragam, yang dapat digolongkan ke dalam
tiga kategori yaitu metode pembelajaran perorangan ( individual methods ), metode
pembelajaran kelompok ( group methods ), dan metode pembelajaran massal atau pembangunan
masyarakat ( community methods ) ( Verne and Knowles, 1977:13 ). Metode pembelajaran
perorangan dikenal teknik-teknik pembelajaran yaitu tutorial, bimbingan perorangan,
pembelajaran individual, magang, sorogan, dan lain-lain. Dalam metode pembelajaran kelompok
terdapat teknik-teknik diskusi, demonstrasi, simulasi, kerja kelompok, situasi hipotesis,
pemecahan masalah kritis, bermain peran, dan sebagainya. Namun yang akan dibahas lebih
lanjut adalah teknik kelompok buzz. Sedangkan metode pembelajaran massal atau pembangunan
masyarakat termasuk teknik-teknik kontak sosial, “paksaan sosial”, demonstrasi proses dan /atau
demostrasi hasil, aksi partisipasi, dan lain sebagainya. Teknik kelompok buzz digunakan dalam
kegiatan pembelajaran pemecahan masalah yang di dalamnya mengandung bagian-bagian
khusus dalam masalah itu. Kegiatan belajar biasanya dilakukan dengan cara diskusi di dalam
kelompok-kelompok kecil dengan jumla anggota 3-4 orang. Kelompok-kelomok kecil itu
melakukan kegiatan diskusi dalam waktu singkat tentang bagian-bagian khusus dari masalah
yang dihadapi oleh kelompok besar. Pemilihan anggota kelompok kecil biasanya dilakukan oleh
seorang peserta didik yang ditunjuk untuk membentuk sub kelompok. Peserta didik yang
mendapat tugas untuk membentuk kelompok kecil itu menunjuk teman-temannya yang duduk di
samping kiri dan kanan serta bagian depan dan atau di bagian belakang tempat duduknya.
Penunjukan teman-teman dengan cara ini diharapkan agar mereka lebih akrab antara satu dengan
yang lainnya. Dalam kelompok kecil tidak ada ketua atau sekretaris, yang diperlukan ialah
pelapor atau juru bicara untuk melaporkan hasil diskusi di dalam kelompok besar. Adapun
langkah-langkah penggunaan teknik kelompok buzz ini, yaitu : Pendidik mungkin bersama
peserta didik, memilih dan menentukan masalah dan bagian-bagaian masalah yang akan dibahas
dan perlu dipecahkan dalam kegiatan belajar. Pendidik menunjuk beberapa peserta didik untuk
membentuk kelompok kecil. Jumlah kelompok yang akan dibentuk dan banyaknya peserta dalam
setiap kelompok kecil disesuaikan dengan jumlah bagian masalah yang akan dibahas. Pendidik
membagikan bagian-bagian masalah kepada masing-masing kelompok kecil. Satu kelompok
membahas satu bagian masalah. Selanjutnya, pendidik menjelaskan tentang tugas kelompok
yang harus dilakukan, waktu pembahasan biasanya 5-15 menit, dan lain sebagainya. Kelompok-
kelompok kecil berdiskusi untuk membahas bagian masalah yang telah ditentukan. Para peserta
didik dalam kelompok kecil itu memperjelas bagian masalaha, serta memberikan saran-saran
untuk pemecahannya. Apabila waktu yang telah ditentukan selesai , pendidik mengundang
kelompok-kelompok kecil untuk berkumpul kembali ke dalam kelompok besar, kemudain
mempersilahkan para pelapor dari masing-masing kelompok kecil secara bergiliran untuk
menyampaikan laporannya kepada kelompok besar. Pendidik atau eorang peserta didik yang
ditunjuk, mencatat pokok-pokok laporan yang telah disampaikan. Selanjutnya para peserta didik
diminta untuk menambah, mengurangi, atau mengomentari laporan itu. Pendidik dapat
menugaskan salah seorang atau beberapa orang peserta didik untuk merangkum hasil
pembahasan akhir laporan. Pendidik bersama peserta didik dapat mengajukan kemungkinan
kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil diskusi dan selanjutnya melakukan
evaluasi terhadap proses dan hasil diskusi itu. Sedangkan keunggulan dari teknik kelompok buzz
ini dapat dilihat dalam pernyataan berikut : Peserta didik yang kurang biasa menyampaikan
pendapat dalam kelompok belajar seolah-olah dipaksa oleh situasi untuk berbicara dalam
kelompok kecil. Menumbuhkan suasana yang akrab, penuh perhatian terhadap pendapat orang
lain, dan mungkin akan menyenangkan. Dapat menghimpun berbagai pendapat tentang bagian-
bagian masalah dalam waktu singkat. Dapat digunakan bersama teknik lain sehingga penggunaan
teknik ini bervariasi. Adapun kelemahan yang ditampilkan teknik kelompok buzz adalah :
Mungkin saja terjadi pengelompokan-pengelompokan yang pesertanya terdiri atas orang-orang
yang tidak tahu apa-apa, atau orang-orang yang cerdas, sehingga kekuatan kelompok menjadi
tidak seimbang. Pembicaran mungkin dapat berbelit-belit. Waktu yang tepat penggunaan teknik
kelompok buzz ialah apabila peserta didik dalam suatu kelompok terlalu banyak sehingga setiap
orang tidak mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi. Alasan lain untuk menggunakan teknik
ini adalah : Apabila masalah itu mengandung beberapa aspek atau bagian yang perlu dibahas
khusus. Apabila waktu yang tersedia yang digunakan untuk membahas masalah itu terbatas.
Apabila terdapat peserta didik yang lamban atau kurang berminat untuk berpartisipasi. Untuk
meningkatkan suasana kegembiraan dalam belajar, teknik ini akan efektif digunakan.

Source: http://www.eurekapendidikan.com/2014/11/metode-pembelajaran-partisipatif.html
Disalin dan Dipublikasikan melalui Eureka Pendidikan

 Home
 Contact
 About
 Privacy Policy
Search her

Home » MAKALAH » Pengertian Metode Pembelajaran Partisipatif

Saturday, February 16, 2013

Pengertian Metode Pembelajaran Partisipatif


MAKALAH Efendi Pakpahan

Proses pembelajaran partisipatif adalah ingin menempatkan peserta didik sebagai pemain utama dalam
setiap proses pembelajaran. Artinya, peserta didik diberi kesempatan yang luas untuk mencari informasi
sendiri, menemukan fakta atau data sendiri serta memecahkan persoalan yang menjadi kajian dalam
suatu topik pembelajaran.

Berdasarkan ayat diatas dapat ditafsirkan bahwa peserta didik yang menjadi peran utama diberikan ilmu
pengetahuan dan mampu melaksanakan dengan metode yang diterapkan untuk mencapai peranan yang
sangat penting dalam proses belajar yang dilakukan dalam menyajikan bahan pelajaran untuk mencari
hasil belajar yang baik.

Menurut Sudjana (2005:155), ”Pembelajaran Partisipatif dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk
mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan Pembelajaran Partisipatif
mengandung arti ikut sertanya peserta didik didalam program pembelajaran Partisipatif.”

Menurut Sudjana (2001:1), ”Pembelajaran Partisipatif merupakan fenomena yang sedang tumbuh
dalam pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan diluar sekolah.”

Kegiatan Pembelajaran Partisipatif sebagai pendekatan baru dalam proses pendidikan dan memiliki sifat
keluwesan dan terbuka untuk berupaya mengembangkan prinsip, metode dan teknik yang tepat untuk
digunakan dalam Pembelajaran Partisipatif. Menurut Sudjana (2001:53) keikutsertaan peserta didik
dapat diwujudnyatakan dalam ketiga tahapan kegiatan pembelajaran tersebut yaitu perencanaan
program, pelaksanaan program, dan penilaian kegiatan pembelajaran.

Ketiga cakupan tahapan tersebut dalam metode Pembelajaran Partisipatif dibawah ini akan diperjelas
satu persatu.
1. Tahapan Perencanaan

Tahapan kagiatan pembelajaran meliputi identifikasi kebutuhan belajar, sumber- sumber belajar yang
tersedia dan kemungkinan hambatan yang akan ditemui dalam kegiatan pembelajaran, penyusunan
prioritas kebutuhan, perumusan tujuan pembelajaran, dan penetapan program kegiatan pembelajaran.

2. Tahapan Pelaksanaan

Partisipatif dalam tahap pelaksanaan program kegiatan pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik
dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Iklim yang kondusif ini mencakup Pertama,
kedisiplinan peserta didik yang ditandai dengan keteraturan dalam kehadiran pada setiap kegiatan
pembelajaran. Kedua, pembinaan hubungan antara peserta didik dengan pendidik sehingga tercipta
hubungan kemanusiaan yang terbuka, terarah, saling membantu, dan saling belajar. Ketiga, interaksi
kegiatan pembelajaran antara peserta didik dan pendidik dilakukan melalui hubungan horizontal.
Hubungan ini menggambarkan corak terjalinnya komunikasi yang sejajar baik antara peserta didik
maupun pendidik. Keempat, tekanan kegiatan pembelajaran adalah pada peranan peserta didik yang
lebih aktif melakukan kegiatan pembelajaran bukan pada pendidik yang lebih mengutamakan kegiatan
mengajar. Peranan pendidik ialah membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

3. Tahapan Evaluasi Program Pembelajaran

Partisipatif dalam tahap evaluasi pembelajaran amat penting evaluasi dilakukan untuk menghimpun,
mengolah, dan menyajikan data atau informasi yang dapat digunakan sebagai masukan dalam
pengambilan keputusan. Partisipatif dalam tahap evaluasi ini sangat bermanfaat bagi para peserta didik
untuk mengetahui tentang sejauh mana yang telah dialami dan dicapai oleh mereka melalui kegiatan
Pembelajaran Partisipatif.

Berdasarkan uraian di atas, pendidik melakukan kegiatan pada saat sebelum (tahap perencanaan),
selama berlangsung (tahap pelaksanaan), dan setelah selesai kegiatan pembelajaran (tahap evaluasi
program pembelajaran). Pertama, pada saat sebelum pembelajaran, pendidik perlu melakukan
perencanaan yang meliputi kegiatan mempelajari peraturan, menyiapkan bahan dan strategi
pembelajaran. Kedua, pada saat pelaksanaan pembelajaran, pendidik perlu memulai pembelajaran
tepat waktu sesuai dengan jadwal pembelajaran, memeriksa kondisi bahan, membina keakraban melalui
perkenalan antara pendidik dan peserta didik, menciptakan suasana belajar yang terbuka. Ketiga, selesai
pembelajaran, pendidik perlu melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar, dan akhirnya
menghimpun bahan belajar dan hasil penilaian yang berkaitan dengan pembelajaran yang telah
dilakukan.
Tekanan dalam proses pembelajaran ini adalah peranan peserta didik yang lebih aktif melakukan
kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti peserta didik merupakan komponen pembelajaran yang harus
bermuara pada peserta didik sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Karakteristik peserta didik yang
aktif sangat menonjol dan peserta didik dapat belajar dari berbagai sumber, baik yang ada dalam
lingkungan sekolah atau yang ada dalam kelas maupun yang ada diluar kelas, dimasyarakat sekitar,
dengan keterlibatan langsung peserta didik akan memperoleh pengalaman, keterampilan, kematangan
berfikir yang sangat berharga. Melalui pembelajaran yang aktif, interaktif, komunikatif, efektif,
menyenangkan dan inovatif akan memberikan pancaran semangat secara psikis. Dalam diri peserta didik
ada totalitas keterlibatan yang pasif. Peserta didik berkembang karena mengalami proses interaksi
antara temannya, dengan lingkungan benda-benda, dan peristiwa nyata.

Manfaat Metode Pembelajaran Partisipatif

Menurut Sudjana (2005:39), manfaat Pembelajaran Metode Partisipatif bagi peserta didik ada lima hal,
yaitu:

1. Kegiatan pembelajaran partisipatif dilakukan secara bersama oleh peserta didik dengan
bimbingan pendidik dalam kelompok-kelompok belajar yang terorganisasi.
2. Kegiatan Pembelajaran Partisipatif merupakan peningkatan proses pendidikan tradisional yang
sering didominasi oleh guru menuju kegiatan interaksi pembelajaran antara peserta didik
dengan pendidik.
3. Kegiatan Pembelajaran Partisipatif berorientasi pada tujuan belajar yang hasilnya diharapkan
langsung dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk meningkatkan sikap dan prilaku hidup
bersama secara harmonis, serta untuk mengembangkan partisipatif peserta didik dalam
kegiatan sosio dan pembangunan masyarakat.
4. Kegiatan pembelajaran menitikberatkan pada penggunaan sumber-sumber yang tersedia
dimasyarakat, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam, sehingga terwujud
kegiatan belajar dengan kepekaan yang tinggi terhadap pemberdayaan dan pelestarian
lingkungan.
5. Kegiatan Pembelajaran Partisipatif lebih memperhatikan segi kemanusiaan peserta didik dengan
menghargai potensi dan kemampuan yang ia miliki serta dengan menekankan upaya fasilitas
oleh pendidik terhadap kegiatan peserta didik dalam memanfaatkan lingkungan potensi dan
menampilkan kemampuan untuk melakukan kegiatan berfikir dan berbuat secara bersama
dalam mencapai tujuan belajar yang mereka tetapkan.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa manfaat pembelajaran partisipatif dalam proses
pembelajaran ini adalah peranan peserta didik yang dibimbing pendidik dalam kelonpok-kelompok
pembelajaran sehingga tercipta interaksi pembelajaran antara pendidik dan peserta didik. Kegiatan
pembelajaran peserta didik dapat belajar dari berbagai sumber, baik yang ada dilingkungan sekolah atau
yang ada dalam kelas maupun yang ada diluar kelas, dimasyarakat sekitar, sehingga terwujud kegiatan
belajar. Peserta didik juga memanfaatkan lingkungan potensi dan menampilkan kemampuan untuk
melakukan kegiatan berfikir sehingga tercipta tujuan belajar yang diinginkan.

Kelebihan dan kekurangan Metode Pembelajaran Partisipatif

Menurut Sudjana (2001:38) setiap metode pembelajaran selalu memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan Metode Pembelajaran Partisipatif sebagai berikut:

 Peserta didik akan dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri, karena
peserta diberi kesempatan yang luas berpartisipatif,
 Peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran,
 Tumbuhnya suasana demokrasi dalam pembelajaran sehingga akan terjadi dialog dan diskusi
untuk saling belajar membelajarkan diantara siswa,
 Menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi siswa karena sesuatu yang dialami dan
disampaikan peserta didik mungkin belum diketahui sebelumnya oleh guru.

Berdasarkan pernyataan di atas, kelebihan metode pembelajaran partisipatif berpusat pada peserta
didik. Dimana kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta
didik untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran. Strategi pembelajaran ini
menekankan behwa peserta didik adalah pemegang peran dalam proses keseluruhan kegiatan
pembelajaran, sedangkan pendidik berfungsi untuk memfasilitasi peserta didik dalam melakukan
kegiatan pembelajaran.

Kelemahan Metode Pembelajaran Partisipatif sebagai berikut :

 Membutuhkan waktu yang relatif lama dari waktu pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya,
 Aktivitas dan pembicaraan dalam pembelajaran cenderung akan didominasi oleh peserta didik
yang biasa atau senang berbicara sehingga peserta didik lainnya lebih banyak mengikuti jalan
pikiran peserta didik yang senang berbicara,
 Pembicaraan dapat menyimpang dari arah pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas, kelemahan metode pembelajaran partisipatif yaitu pendidik hanya berperan
sebagai pembantu (fasilitator) peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar, memerlukan waktu yang
memadai (relatif lama), dan memerlukan dukungan sarana belajar yang lengkap.

Langkah-langkah Metode Pembelajaran Partisipatif


Menurut Knowles dalam Sudjana (1997:269), ”Pembelajaran Partisipatif memiliki langkah-langkah
tertentu secara berurutan yang harus diperankan oleh pendidik untuk mengetahui peranan pendidik
dalam Pembelajaran Partisipatif.” Dalam hal ini dapat dilakukan melalui urutan sebagai berikut:

a. Membantu Peserta Didik dalam Menciptakan Iklim Belajar

Dalam upaya menciptakan iklim belajar, pendidik bersama peserta didik menyiapkan bahan belajar,
menentukan fasilitas dan alat-alat, serta membina keakraban diantara peserta didik. Bahan-bahan
belajar perlu diperoleh peserta didik sebelum kegiatan pembelajaran dimulai bahan-bahan tersebut
terdiri atas informasi tertulis, atau informasi lisan. Informasi tertulis dapat disampaikan antara lain
melalui buku petunjuk, selebaran brosur informasi. Sedangkan informasi lisan penjelasan langsung
kepada calon peserta didik. Informasi disampaikan dengan tujuan untuk menjelaskan syarat-syarat dan
ketentuan calon peserta didik dan gambaran tentang program pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Membantu Peserta Didik untuk Menyusun Kelompok Belajar

Situasi yang baik untuk melibatkan peserta didik dalam perencanaan kegiatan pembelajaran adalah
apabila kegiatan pembelajaran itu dilakukan oleh kelompok terbatas tidak terlalu besar atau terlalu kecil
jumlah anggotanya.

c. Membantu Peserta Didik dalam Mendiagnosis Kebutuhan Belajar

Identifikasi kebutuhan belajar adalah kebutuhan belajar yang bersifat khusus dengan maksud untuk
meningkatkan motivasi peserta didik supaya berperan serta secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Diagnosis kebutuhan belajar dilakukan melalui dua langkah. Pertama, merumuskan model tingkah laku
atau kemampuan yang ingin dimiliki oleh peserta didik. Kedua, menggambarkan tingkah laku atau
kemampuan yang telah dimiliki oleh peserta didik. Kemampuan yang diinginkan peserta didik dengan
tingkah laku atau kemampuan yang telah dimiliki peserta didik pada saat ini.

d. Membantu Peserta dalam Menyusun Tujuan Belajar

Tujuan belajar itu merupakan tolak ukur yang menentukan untuk pemilihan sarana balajar, merinci isi
atau meteri pelajaran, mengembangkan kegiatan pembelajaran, dan menyiapkan alat-alat evaluasi
kegiatan pembelajaran, serta melakukan perencanaan, menyusun tugas, menetapkan standar supervise,
melakukan komunikasi dan motivasi, dan meningkatkan moral petugas yang menjadi peserrta didik. Dari
kesimpulan tujuan tersebut tugas-tugas yang disusun dalam setiap aspek tingkah laku dalam
menentukan pengalaman belajar yang akan dilalui oleh peserta didik.
e. Membantu Peserta Didik dalam Merancang Pengalaman Belajar

Pendidik membantu peserta didik dalam merancang model pengalaman. Bahan belajar dirumuskan
berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh peserta didik. Sehingga memungkinkan peserta didik
dapat mempelajarinya dimulai dari keseluruhan kemudian sampai pada bagian-bagiannya.

f. Membantu Peserta Didik dalam Menilai Proses dan Hasil Kegiatan

Pembelajaran Untuk mencapai tujuan belajar peranan pendidik ialah sebagai pemberi dorongan kepada
peserta didik, pendidik dapat memberikan informasi tentang bahan pelajaran, teknik-teknik yang dapat
digunakan, dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

g. Membantu Peserta Didik dan Mengevaluasi Hasil Proses dan Pengaruh Kegiatan Pembelajaran

Dalam mengevaluasi proses, hasil dan pengaruh kegiatan pembelajaran evaluasi program dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana kecocokan rencana dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam
mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dengan prinsip ini pendidik akan membantu para
peserta didik untuk berbuat dan kemudian menganalisis serta merefleksikan terhadap hasil dan proses
perbuatan itu.

Dilihat dari uraian langkah-langkah metode pembelajaran partisipatif strategi pembelajaran berpusat
pada pendidik adalah kegiatan yang menekankan terhadap pentingnya aktivitas pendidik dalam
mengajar atau membelajarkan peserta didik. Dimana pendidik selalu membantu peserta didik dalam
menciptakan iklim belajar, menyusun kelompok belajar, mendiagnosis kebutuhan belajar, menyusun
tujuan belajar, merancang pengalaman belajar, menilai proses dan hasil kegiatan pembelajaran, serta
mengevaluasi hasil proses dan pengaruh kegiatan pembelajaran.

Ciri- ciri Proses Kegiatan Metode Pembelajaran Partisipatif

Menurut Freire dalam Sudjana (2005:180) proses kegiatan Pembelajaran Partisipatif ditinjau dari segi
interaksi antara pendidik dengan peserta didik maka proses kegiatan Pembelajaran Partisipatif
dilingkungan pendidikan sekolah memiliki enam ciri-ciri dibawah ini:
1. Pendidik menempatkan diri pada kedudukan yang tidak serba mengetahui terhadap semua
bahan belajar. Ia memandang peserta didik sebagai sumber yang mempunyai nilai bermanfaat
dalam kegiatan pembelajaran.
2. Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran itu berdasarkan atas kebutuhan belajar yang dirasakan
perlu, penting dan mendesak oleh para peserta didik.
3. Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik supaya berpartisipasi dalam menyususun
tujuan belajar, bahan belajar, dan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam kegiatan
pembelajaran.
4. Pendidik sekaligus menempatkan dirinya sebagai peserta didik selama kegiatan pembelajaran
yang memberikan dorongan dan bimbingan terhadap peserta didik untuk selalu memikirkan,
melakukan, dan menilai kegiatan pembelajarannya.
5. Pendidik mendorong dan membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah yang diangkat dari kehidupan peserta didik sehingga mereka mampu
berpikir dan bertindak terhadap dan didalam dunia kehidupannya.
6. Pendidik bersama peserta didik melakukan kegiatan saling belajar dengan cara bertukar pikiran
mengenai isi, proses dan hasil kegiatan pembelajaran, serta tentang cara-cara dan langkah-
langkah pengembangan pengalaman belajar untuk masa berikutnya.

Dilihat dari pengorganisasian meteri pembelajaran, ada perbedaan yang sangat prinsip dibandingkan
dengan metode sebelumnya, yaitu metode tanya jawab materi pelajaran sudah diorganisir sedemikian
rupa sehingga guru tinggal membimbing dengan pertanyaan, maka tidak demikian halnya dengan
metode Pembelajaran Partisipatif. Pada metode ini bahan atau materi pembelajaran tidak di organisir
sebelumnya tidak disajikan secara langsung kepada siswa. Materi pembelajaran ditemukan dan
diorganisir oleh siswa sendiri, oleh karena itu tujuan utama metode ini bukan hanya sekedar hasil
belajar tetapi, keterlibatan belajarnya juga. Pada metode tanya jawab guru pada umumnya berusaha
menanyakan apakah siswa telah mengetahui fakta tertentu yang sudah diajarkan. Pada umumnya setiap
proses belajar mengajar ada tanya jawab, namun tidak setiap kegiatan belajar mengajar menggunakan
metode tanya jawab. Suatu pengajaran disajikan dangan metode tanya jawab apabila didalam belajar
mengajar menggunakan metode tanya jawab. Suatu pengajaran disajikan dengan metode tanya jawab
apabila didalam menyampaikan konsep, latihan penyelesaian soal-soal, proses pembelajaran melalui
petanyaan-pertanyaan disajikan guru.
MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF

MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF

Pengertian Model Pembelajaran Partisipatif.

Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) ”merupakan model


pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran”. Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya
atau cara pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang
meliputi tiga tahap, yaitu tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian
program. Ketiga tahapan-tahapan tersebut dapat diuraikan penjelasannya sebagai berikut :

a. Tahap perencanaan (Program Planning) adalah keterlibatan peserta didik dalam kegiatan
mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan, sumber-sumber atau potensi yang tersedia
dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran.

b. Tahap pelaksanaan program (Program Implementation) adalah keterlibatan peserta didik


dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Dimana salah satu iklim yang kondusif
untuk kegiatan belajar adalah pembinaan hubungan antara peserta didik, dan antara peserta didik
dengan pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab, terarah, saling
menghargai, saling membantu dan saling belajar.

c. Tahap penilaian program (Program Evaluation) adalah keterlibatan peserta didik dalam
penilaian pelaksanaan pembelajaran maupun untuk penilaian program pembelajaran. Penilaian
pelaksanaan pembelajaran mencakup penilaian terhadap proses, hasil dan dampak pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan banyak dijumpai berbagai model pembelajaran yang masing-masing
berciri khas berbeda-beda, untuk mengidentifikasi bahwa suatu pembelajaran dikatakan
menggunakan model pembelajaran partisipatif dapat diketahui melalui tingkat keikutsertaan
peserta didik dalam pembelajaran dan kerjasama sosial antar peserta didik dan pendidik.
Disamping itu terdapat indikator-indikator yang menunjukkan ciri-ciri model pembelajaran
partisipatif seperti yang dikemukakan oleh E.Mulyasa dengan meminjam pemikiran Knowles,
Dia menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu :

(1) Adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik;


(2) Adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan;
(3) Dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.

Selain indikator-indikator di atas terdapat juga ciri-ciri khusus dari model pembelajaran
partisipatif yang dapat dilihat dari kegiatan pembelajarannya yang meliputi:
a) Sumber belajar menempatkan diri pada posisi yang tidak serba mengetahui terhadap semua
bahan belajar. Memandang warga belajar sebagai sumber yang mempunyai nilai dan manfaat
dalam kegiatan belajar.
b) Sumber belajar memainkan peranan membantu warga belajar dalam melakukan kegiatan
belajar. Kegiatan belajar ini didasarkan atas kebutuhan belajar warga belajar.
c) Sumber belajar memotovasi warga belajar agar berpartisipasi dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan dalam mengevaluasi program pembelajaran yang dijalaninya.
d) Sumber belajar bersama warga belajar melakukan kegiatan saling membelajarkan dalam
bentuk bertukar fikiran mengenai isi,proses, dan hasil belajar serta pengembangannya.
e) Sumber belajar berperan membantu warga belajar dalam menciptakan situasi pembelajaran
yang kondusif, sehingga warga belajar dapat melibatkan diri secara aktif dan bertanggungjawab
dalam proses kegiatan pembelajaran.
f) Sumber belajar mengembangkan kegiatan belajar kelompok.
g) Sumber belajar mendorong warga belajar untuk meningkatkan semangat berprestasi, semangat
berkompetisi menghadapi tantangan yang berorientasi pada perbaikan kehidupan yang lebih
baik.
h) Sumber belajar mendorong dan membantu warga belajar untuk mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah di dalam dan terhadap kehidupan yang dihadapinya sehari-hari.
i) Sumber belajar dan warga belajar secara bersama-sama mengembangkan kemampuan
antisipasi dan partisipasi.
j) Pembelajaran mencapai otonomi dan integrasi dalam kegiatan individual dan kehidupan
sosialnya.

Untuk lebih memperjelas pengertian model pembelajaran partisipatif perlu juga diketahui
prinsip-prinsip landasan pelaksanaanya, seperti dikemukakan oleh Sudjana, bahwa pembelajaran
partisipatif biasanya dilandaskan pada prinsif-prinsif :
1) Berdasarkan Kebutuhan Belajar (Learning Needs Based). Kebutuhan belajar adalah setiap
keinginan atau kehendak yang dirasakan dan dinyatakan oleh seseorang, masyarakat, atau
organisasi untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan/atau sikap tertentu melalui
kegiatan pembelajaran. Kebutuhan ini bersumber dari peserta didik atau calon peserta didik.
2) Berorientasi pada Tujuan Kegiatan Pembelajaran (Learning Goals and Objectives Oriented).
Tujuan pembelajaran disusun dan dirumuskan berdasarkan kebutuhan belajar peserta didik
dengan mempertimbangkan latar belakang pengalaman peserta didik, potensi yang dimiliki,
sumber-sumber yang tersedia di lingkungan, serta hambatan yang mungkin ada.
3) Berpusat pada Peserta didik (Participant Centered). Kegiatan pembelajaran yang dilakukan
didasarkan atas dan disesuaikan dengan latar belakang kehidupan peserta didik. Selain itu,
peserta didik dilibatkan dalam merumuskan tujuan, mengoperasionalkan program, dan
mengevaluasi hasil kegiatan.
4) Berangkat dari Pengalaman Belajar (Experiential Learning). Prinsip ini memberi arah bahwa
kegiatan pembelajaran partisipatif disusun dan dilaksanakan dengan berangkat dari hal-hal yang
telah dikuasai oleh peserta didik atau dari pengalaman yang telah dimiliki peserta didik.

Teori-teori dan Teknik Pembelajaran Partisipatif.

Dalam pelaksanaannya pembelajaran partisipatif dilandasi oleh berbagai teori-teori. Di antara


sejumlah kajian teori pembelajaran tersebut, ada dua teori yang seringkali dijadikan landasan
dalam penyelenggaraan pembelajaran partisipatif. Kedua teori tersebut adalah :

a. Teori Asosiasi,

Menurut teori Asosiasi, kegiatan pembelajaran akan efektif apabila interaksi antara pendidik
dengan peserta didik dilakukan melalui stimulus dan respons (S-R). Kegiatan pembelajaran
adalah proses menghubungkan stimulus (S) dengan respons (R). Berdasarkan teori ini,
pembelajaran makin efektif apabila peserta didik makin giat belajar dan makin tinggi
kemampuannya dalam menghubungkan stimulus dan respons. Prinsip-prinsip yang digunakan
dalam teori ini adalah: kesiapan (readiness) berkaitan dengan motivasi peserta didik, latihan
(exercise) yaitu kegiatan berulang peserta didik dalam menghubungkan stimulus-respons, dan
pengaruh (effect) yang berhubungan dengan hasil kegiatan dan manfaat yang dirasakan langsung
oleh peserta didik dalam dunia kehidupannya. Prinsip „pengaruh‟ berkaitan pula dengan
penciptaan suasana, penghargaan, celaan, hukuman, dan ganjaran. Jika kita telaah lebih lanjut, di
samping hal-hal positif dari teori Asosiasi, kita menemukan adanya hal-hal yang negatif dari
teori ini. Di antaranya, teori ini mengenyampingkan peranan minat, kreativitas, dan apirasi
peserta didik. Selain itu teori ini juga lebih menekankan peluang belajar individual, dominasi
kemampuan pendidik atau sumber belajar lainnya dalam menciptakan stimulus.

b. Teori Medan (Field theory)

Teori Medan (Field theory) dikembangkan oleh Kurt Lewin. Teori ini mengutamakan pentingnya
pengalaman peserta didik, berorientasi pada pemecahan masalah, serta berperannya motivasi.
Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran dilakukan dalam suatu konteks „wilayah kehidupan‟
atau ruang hayat (life space) peserta didik. Wilayah kehidupan merupakan lingkungan fisik dan
psikis yang berhubungan dengan peranan peserta didik dalam pembelajaran. Life space juga
berkaitan dengan tujuan, kebutuhan, dan kesadaran individu (peserta didik). Dalam pandangan
teori Medan, peserta didik merupakan subjek yang memiliki kemampuan berpikir aktif dan
kreatif, dapat mengidentifikasi masalah, menganalisis dan mencari alternatif pemecahan
masalah, serta mampu melakukan kegiatan pemecahan masalah. Dengan demikian, menurut teori
Medan, kegiatan pembelajaran akan efektif apabila peserta didik merasa butuh untuk belajar,
menyadari bahwa belajar itu penting bagi perubahan dirinya, serta ikut ambil peran dalam
merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Implikasi dari pandangan
ini terhadap pembelajaran partisipatif ialah peserta didik tidak melakukan pembelajaran
individual tetapi belajar kelompok.

Pembelajaran partisipatif merupakan fenomena yang sedang tumbuh dalam pendidikan, baik
pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Setiap jenis pembelajaran menggunakan
metode dan teknik yang disesuaikan dengan faktor-faktor yang ada disekelilingnya. “Agar
pembelajaran partisipatif berjalan efisien dan efektif mencapai sasarannya, maka diperlukan
metode dan teknik-teknik pembelajaran partisipatif”. Di era pendidikan sekarang banyak sekali
teknik pembelajaran yang dapat dipakai dalam pembelajaran partisipatif. Masing-masing teknik
mempunyai kekuatan dan kelemahan. Selain itu, masing-masing teknik mungkin lebih cocok
dilakukan pada tahap tertentu, tetapi beberapa teknik dapat dipakai pada beberapa tahap
pembelajaran yang berbeda. Berikut ini diberikan gambaran umum tentang beberapa teknik
pembelajaran partisipatif:

1. Teknik belajar melalui tukar delegasi antar kelompok (Jigsaw Learning)

Teknik ini merupakan proses kegiatan yang memberikan pelatihan kepada peserta didik untuk
terbiasa melakukan diskusi dan bertanggung jawab secara individu untuk membantu memberi
pemahaman tentang materi pokok kepada teman-teman diskusinya. Langkah-langkah
pelaksanaan teknik ini adalah sebagai berikut:
a. Pilih materi pembelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian).
b. Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada, jika
jumlah peserta 25 sedang segmen yang ada 5 maka masing-masing kelompok terdiri dari 5
orang.
c. Setiap kelompok mendapat tugas membaca, memahami, dan mendiskusikan serta membuat
ringkasan materi pembelajaran yang berbeda.
d. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang
telah mereka pelajari di kelompoknya.
e. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan seandainya ada persoalan-
persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
f. Berilah peserta didik pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi yang
dipelajari.
g. Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak lanjut.

2. Teknik Turnamen Belajar (Learning Tournament)

Teknik ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawannya, teknik ini dapat digunakan untuk
mengembangkan pelajaran atas macam-macam fakta, konsep, dan keahlian yang luas. Langkah-
langkah pelaksanaan teknik ini adalah sebagai berikut:
a. Bagilah peserta didik dalam tim yang terdiri atas 2-8 anggota. Masing-masing tim harus
memiliki jumlah yang sama.
b. Berilah materi untuk dibahas bersama.
c. Kembangkan beberapa pertanyaan untuk menguji pemahaman dan/ mengingat materi
pelajaran. Gunakan bentuk yang menggunakan skor mudah, seperti pilihan ganda atau isian.
d. Berikan serangkaian pertanyaan kepada peserta didik, sebagai “babak pertama” untuk
turnamen belajar. Setiap peserta didik harus menjawab pertanyaan secara pribadi.
e. Setelah pertanyaan-pertanyaan diberikan, sediakan jawaban dan mintalah peserta didik
menghitung pertanyaan yang mereka jawab secara benar. Kemudian suruhlah mereka
menyatakan skor mereka kepada anggota lain dalam tim tersebut untuk mendapat skor tim.
Umumkan skor masing-masing tim.
f. Mintalah tim mempelajari lagi turnamen pada babak kedua. Kemudian mintalah tes pertanyaan
yang lebih banyak sebagai bagian “babak kedua”. Mintalah sekali lagi tim menyatakan skornya
dan tambahan satu skor kepada gilirannya.
g. Anda dapat melakukan beberapa ronde seperti yang anda sukai. Akan tetapi, pastikan
membolehkan tim memiliki sesi untuk belajar antara ronde.42

3. Teknik Delphi.

Teknik ini pada dasarnya merupakan proses kegiatan kelompok dengan menggunakan jawaban-
jawaban tertulis dari para calon peserta didik atau para pakar terhadap pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang diajukan kepada mereka. Kegiatan ini bertujuan untuk melibatkan para calon
peserta didik atau para pakar dalam membuat keputusan bersama sehingga keputusan-keputusan
itu lebih berbobot dan menjadi milik bersama. Langkah-langkah pelaksanaan teknik ini adalah
sebagai berikut:
a. Pelatih atau perencana program menyusun daftar pertanyaan yang berkaitan dengan
kemampuan, kebutuhan belajar, tujuan belajar, masalah dan hambatan.
b. Pelatih atau perencana program menghubungi para calon peserta didik atau para pakar yang
akan terlibat dalam pelatihan
c. Pelatih atau perencana program mengirimkan daftar pertanyaan, dan meminta peserta untuk
mengisi dan mengembalikan daftar pertanyaan tersebut kepada pelatih.
d. Pelatih atau perencana program menganalisa jawab
e. Berdasarkan hasil analisa di atas, pelatih atau perencana program membuat lagi pertanyaan-
pertanyaan yang lebih khusus dan terperinci.
f. Pelatih atau perencana program melakukan langkah (c) dan (d).
g. Pelatih atau perencana program merumuskan dan menetapkan keputusan berdasarkan
informasi tersebut. 43

4. Teknik Diad.

Teknik ini merupakan teknik belajar partisipatif yang melibatkan dua orang yang berkomunikasi
secara lisan maupun tulisan. Teknik diad sangat cocok dilakukan pada tahap pembinaan
keakraban, khususnya kalau peserta belum saling mengenal. Teknik ini digunakan agar peserta
lebih mengenal satu sama lain dan lebih akrab, sehingga akan mengurangi atau meniadakan
hambatan komunikasi di antara para peserta. teknik ini dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Mula-mula pelatih meminta peserta untuk mencari seorang pasangan dari antara peserta yang
lain.
b. Kemudian pelatih memberikan pokok-pokok yang harus ditanyakan secara bergantian oleh
masing-masing pasangan, misalnya: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, minat, kegemaran, latar
belakang keluarga, alasan mengikuti pelatihan, dll. Hasil wawancara disusun secara tertulis
berdasarkan urutan pertanyaannya.
c. Apabila pasangan diad sudah selesai saling mewawancarai, masing-masing peserta diminta
memperkenalkan pasangannya kepada seluruh kelompok. Cara memperkenalkannya dapat
diselingi dengan guyonan, nyanyian, deklamasi, dan sebagainya.
d. Pelatih dapat memberikan komentar singkat setelah setiap pasangan melaporkan hasil
wawancaranya. Sebaiknya komentar yang diberikan merupakan humor, tetapi jangan sampai
menyakiti hati orang yang dikomentari. 44

5. Teknik Kelompok Kecil.

Dalam teknik ini peserta dapat mengungkapkan pikiran, gagasan atau pendapat tentang pokok
pikiran atau topik yang dibahas. Melalui kegiatan ini peserta dapat tukar menukar informasi
tentang topik yang dibahas sehingga dapat dicapai kesepakatan di antara peserta. Hasil dari
diskusi kelompok kecil ini kemudian dapat dibagikan dalam kelompok besar, yaitu di hadapan
seluruh peserta yang lain. Kegiatan diskusi kelompok kecil dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Sebelum diskusi dilangsungkan, pelatih menghimpun sebanyak-banyaknya informasi yang
berhubungan dengan pokok pikiran atau topik yang akan dibahas.
b. Pelatih menyusun uraian suatu topik dan masalah yang ada berupa pernyataan-pernyataan atau
uraian pendek dalam bentuk cerita. Pada akhir uraian, pelatih melontarkan masalah, baik dalam
bentuk pertanyaan maupun dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing
kelompok. Perlu pula dicantumkan lamanya waktu yang disediakan untuk membahas topik itu.
c. Sebelum meminta peserta untuk memulai diskusi, pelatih perlu menjelaskan topik yang akan
dibahas, tujuan pembahasan dan cara-cara diskusi secara demokratis, serta mendorong semua
peserta untuk ikut terlibat secara aktif dalam diskusi.
d. Kemudian pelatih menyarankan agar peserta membentuk kelompok-kelompok yang terdiri
dari 3-5 orang anggota. Dapat pula ditunjuk seorang yang menjadi pemimpin kelompok, dan
seorang yang menjadi penulis.
e. Pelatih membagikan lembaran yang berisi uraian topik serta tugas atau masalah yang harus
dijawab oleh masing-masing kelompok, dan mempersilakan masing-masing kelompok untuk
melakukan diskusi. Pelatih perlu mengingatkan masing-masing kelompok bahwa hasil diskusi
mereka akan dilaporkan dalam kelompok besar atau di hadapan semua peserta yang lain. Pelatih
perlu pula mengingatkan peserta lamanya waktu yang disediakan untuk melakukan diskusi.
f. Ketika diskusi berjalan, pelatih perlu sesekali berjalan menghampiri kelompok-kelompok yang
sedang berdiskusi, dan memperhatikan jalannya diskusi. Ada kalanya pelatih perlu memberikan
arahan atau mengingatkan kembali topik yang sedang dibahas kalau pembicaraan terlihat
menyimpang dari yang diharapkan. Tetapi pelatih perlu membatasi komentar yang diberikan.
Penelitian menunjukkan bahwa

Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Partisipatif Serta Cara Mengatasinya.


Berangkat dari penjelasan-penjelasan di atas, penerapan model pembelajaran partisipatif dalam
proses belajar mengajar harus memperhatikan tujuan yang akan dicapai, Pendidik harus mampu
mengkondisikan model pembelajaran partisipatif dengan karakter peserta didik dalam proses
belajar mengajar. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, oleh karena itu
sebagai pendidik harus pandai dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.

Dalam perkembangannya pendidikan orang dewasa saat ini lebih banyak menggunakan metode
partisipatif dimana semua pihak yang terkait dalam pendidikan dilibatkan dalam proses
pendidikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya. Alasan mengapa dalam
pendidikan sekarang banyak digunakan model pembelajaran partisipatif, hal ini dikarenakan
model pembelajaran partisipatif banyak memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan
model pembelajaran yang lain. Akan tetapi sebaik-baiknya model pembelajaran tentunya
terdapat juga kelemahanya. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan beberapa keunggulan-
keunggulan, kelemahan dan cara mengatasi kelemahan model pembelajaran partisipatif, sebagai
berikut :

1. Keunggulan-keunggulan Model Pembelajaran Partisipatif.

Model Pembelajaran Partisipatif memiliki kelebihan dibandingkan dengan Model pembelajaran


yang lain, diantaranya adalah:
a. Keputusan-keputusan dalam proses pembelajaran dibuat dengan melibatkan peserta didik atau
pendidik secara bersama, sehingga keputusan bersama itu lebih berbobot dan menjadi milik
bersama.
b. Peserta didik lebih mengenal satu sama lain dan lebih akrab, sehingga akan mengurangi
hambatan komunikasi di antara mereka.
c. Proses Pembelajaran menghasilkan pendapat atau gagasan yang lebih banyak dalam waktu
yang singkat, karena peserta didik berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.
d. Peserta didik dapat mengevaluasi sendiri proses pembelajaran, baik yang berhubungan dengan
dirinya sendiri maupun pendidik.
e. Peserta didik dapat memperoleh pengalaman belajar secara langsung dari proses pembelajaran,
khususnya pada teknik kunjungan lapangan.
f. Proses dan hasil pembelajaran dapat dievaluasi sendiri oleh peserta didik.
g. Pendidik lebih mudah mengenali karakteristik peserta didik, karena prinsip pembelajaran
partisipatif berpusat pada peserta didik.

2. Kelemahan-kelemahan Model Pembelajaran Partisipatif.

Model Pembelajaran Partisipatif disamping memiliki kelebihan-kelebihan juga tidak lepas dari
kelemahan-kelemahan yang bersifat mendasar dibandingkan dengan Model pembelajaran yang
lain, diantaranya adalah:
a. Peserta didik sulit dikontrol mobilitasnya, karena kondisi kelas yang menjadikan peserta didik
terlalu proaktif.
b. Pendidik harus lebih berkonsentrasi dalam proses pembelajaran, oleh karena fokus
pembelajaran berpusat pada peserta didik tidak pada pendidik.
c. Membutuhkan alat bantu belajar yang cukup banyak, karena peserta didik dituntut untuk aktif
dan proaktif agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang ditentukan.
d. Penggunaan model pembelajaran partisipatif tidak bisa lepas dari implementasi psikologi
belajar dan teori pembelajaran.46 Dengan demikian pendidik harus memiliki pengetahuan yang
lebih luas tentang psikologi belajar dan teori-teori pembelajaran.
e. Kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan sulit dicapai
secara keseluruhan karena karakteristik emosional dan mental peserta didik yang berbeda-beda.
f. Pendidik ditempatkan pada posisi yang tidak serba mengetahui terhadap semua bahan belajar,
oleh karena Pendidik hanya memainkan peranan membantu peserta didik dalam melakukan
kegiatan belajar, sehingga terkesan pendidik kurang menguasai materi pembelajaran.
g. Transparansi dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
menjadi tuntutan bagi pendidik untuk lebih bertanggungjawab besar atas berhasilnya seluruh
proses pembelajaran.

3. Cara mengatasi Kelemahan Model Pembelajaran Partisipatif.

Setiap model pembelajaran pasti mempunyai kelemahan-kelemahan tidak terkecuali model


partisipatifpun tetap memiliki kelemahan-kelemahan, oleh karena itu sebagai pendidik harus
mampu mencari solusi yang tepat untuk memecahkannya. Bercermin dari kelemahan-kelemahan
model partisipatif yang diuraikan diatas, maka cara mengatasinya adalah :
a. Penataan kelas yang responsif agar iklim kelas menjadi lebih baik sesuai dengan kebutuhan
belajar.
b. Pendidik harus fokus kepada karakter psikologis dan mental individu peserta didik, lebih-lebih
menekankan pada pembelajaran individual secara sistematis.
c. Pemenuhan dan kelengkapan alat bantu belajar yang cukup, agar proses pembelajaran dapat
mencapai tujuan yang ditentukan.
d. Pendidik harus memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai psikologi belajar dan teori-
teori pembelajaran.
e. Memotivasi semua peserta didik agar bersedia memberi kontribusi dalam pencapaian tujuan.
f. Meningkatkan penguasaan materi pembelajaran bagi pendidik melalui pelatihan-pelatihan.
g. Menumbuhkan mentalitas pendidik untuk lebih bertanggung jawab terhadap hasil belajar
melalui bimbingan mental.

Anda mungkin juga menyukai