Anda di halaman 1dari 18

MEWUJUDKAN PERILAKU SEMANGAT

DAN KOMITMEN DALAM KEHIDUPAN

DISUSUN OLEH :

 FAREL
 ALAN
 ANDRO
 ADIT

KELAS : VIII C

SMPN 1 SEMPU BANYUWANGI


TAHUN AJARAN 2023-2024
BAB I PEMBAHASAN

I. Latar belakang

Pendidikan adalah pintu utama bagi peserta didik untuk membangun pengetahuan sebagai
usaha menciptakan manusia yang berkualitas yang memiliki kedewasaan untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan budaya. Sekaligus mampu

bertahan hidup dan memiliki daya saing dalam menghadapi kemajuan dibidang ilmu
dan teknologi yang semakin berkembang pesat dari waktu ke waktu. UU Sisdiknas
No.20 tahun 2003.

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukansecara sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana dan prosespembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri, berakhlak mulia, kecerdasan,
dan keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa bangsa yang bernartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak
mulia, sehat, berilmu. Menurut Hasbullah (2017:1) “Pendidikan diartikan sebagai
usaha yang dijalankan oleh sesorang atau kelompok

orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan

yang lebih tinggi dalam arti mental”. Proses pembelajaran dengan sesuai
dengan kurikulum 2013 mengacu pada pendekatan dan model yang sesui dengan
standar proses dan penilaian serta rancangan implementasi yang di kembangkan.
Seorang guru sangat berperan penting terhadap pembentukan peserta didik
dalam merencanakan, melakukan serta memulai pembelajaran tersebut. Mengajar
bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahun, melainkan usaha untuk menciptakan
sistem lingkungan yang membelajarkan peserta didik agar tujuan pengajaran dapat
dicapai secara optimal.
Salah satu tugas pendidik atau guru adalah memberikan dorongan kepada
siswa untuk menggunakan otoritasnya dalam membangun gagasan. Selain itu,
seorang guru bertanggung jawab pula untuk “menciptakan” situasi yang
mendorong motivasi, tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
Berdasarkan uraian diatas jelas terlihat bahwa siswa merupakan “aktor utama”
dalam proses pembelajaran, dengan kata lain pemahaman konsep siswa terhadap
materi pelajaran tergantung sepenuhnya pada diri sendiri, mereka harus dapat
memanfaatkan situasi yang diciptakan guru yang berperan sebagai fasilitator. Jadi
memilih dan menggunakan model pengajaran harus mempertimbangkan diri
siswa, yakni seberapa jauh siswa diikut sertakan dalam proses pengajaran untuk
dirinya, akan tetapi suatu kenyataan yang tidak dapat ditutup-tutupi pada saat ini
sebagian besar guru kurang memperhatikan variasi metode mengajar bahkan
monoton pada satu metode mengajar saja sehingga kegiatan tatap muka didepan
kelas cepat membosankan siswa. Misalnya dalam penyampaian materi PKN, guru
biasanya masih menggunakan metode konvensional yaitu penyampaian materi
pelajaran dengan ceramah, pengajaran dengan metode konvensional, guru berdiri
didepan kelas mendominasi seluruh kegiatan pembelajaran artinya, pembelajaran
masih berpusat pada guru sedangkan siswa hanya menerima pelajaran secara
pasif. Tugas guru seolah-olah memindahkan sebagian pengetahuan yang ada
padanya kepada siswa, supaya siswa memiliki pengetahuan yang sama
dengannya.
Melihat mutu pendidikan dijaman sekarang ini maka guru harus
berkompoten dan kreatif dalam aktifitas pembelajaran. Dalam meningkatkan dan
menciptakan siswa yang kreatif untuk pelajaran PPKn maka seorang guru harus
dapat mengetahui hasil belajar siswa terlebih dahulu dalam pembelajaran tersebut
agar materi yang diajarkan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
Berdasarkan hasil informasi yang diterima dari guru PPKn SMP Swasta
Cerdas Bangsa Tahun Ajaran 2020/2021 bahwa kesulitan dan kendala yang
dihadapi siswa dalam proses pembelajaran PPKn terjadi dikarenakan fasilitas
belajar dirumah yang kurang lengkap, dan menyebabkan nilai yang diperoleh
siswa kurang maksimal.
BAB II PENUTUP

A. Kerangka Teoritis
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu kewajiban bagi manusia. Sebagai usaha untuk membangun,
mengembangkan, dan mempertahankan eksistensi dirinya. Tanpa belajar manusia akan
mengalami kesulitan, baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun
kesulitan memenuhi tuntutan hidup dan kehidupan yang selalu berubah. Secara
psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai hasil suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat
maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang
merupakan perubahan dalam arti belajar. Ihsana (2017:7) mengemukakan “Belajar
adalah ditandainya dengan adanya perubahan, yaitu perubahan yang terjadi di dalam
diri seseorang setelah berakhirnya aktivitas tertentu”.

Selanjutnya Rusman (2015:12) menyatakan “Belajar adalah salah satu faktor yang
memengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku
individu. Sedangkan Suardi Syofrianisda (2018:8) menyatakan “Belajar merupakan
perubahan tingkah laku peserta didik secara konstuktif yang

mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan serangkaian kegiatan


misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya”.

Dari beberapa pengertian para ahli di atas, dapat di simpulkan bahwa belajar adalah suatu
aktivitas yang menghasilkan proses perubahan pada individu yang terjadi melalui prilaku berkat
adanya pengalaman untuk membangun, mengembangkan, dan mempertahankan apa yang
dimiliki dirinya.

2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan serta pembentukan sikap dan
kepercayaan kepada perserta didik. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang
melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran pada
hakikatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan tetapi juga merupakan aktifitas
profesional yang menuntut guru dapat menggunakan keterampilan dasar mengajar
secara terpadu serta menciptakan situasi efisien. Oleh karena itu dalam pembelajaran
guru perlu menciptakan suasana yang kondusif dan strategi belajar yang menarik minat
siswa. Menurut Hidayat Syarifudin dan Ika Berdati (2016:8) “Pembelajaran merupakan
proses penambahan pengetahuan dan wawasan melalui rangkaian aktivitas yang
dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya,
sehingga terjadi perubahan yang sifatnya positif, dan pada tahap akhir akan didapatkan
keterampilan, kecakapan, dan pengetahuan baru”.
Menurut Ihsana El Khuluqu (2017:51) bahwa Pembelajaran adalah usaha- usaha
yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses
belajar dalam diri peserta didik . Menurut Rusman (2015:12) menyatakan bahwa:
“Pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi
secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun tidak langsung yaitu dengan
menggunakan berbagai media pembelajaran”. Sedangkan Ahmad Susanto (2016:38)
menyatakan bahwa “Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dari beberapa pendapat
para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah adanya hubungan
interaksi antara guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan
baik secara aktif dalam pengembangan
potensi pesera didik yang didukung oleh ketersediaan media atau sumber belajar.
3. Pengertian Mengajar
Mengajar merupakan suatu komponen dan kompetensi guru dimana guru harus dapat
menguasai serta terampil dalam mengajar. Di dalam mengajar guru harus dapat
membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru dan
berusaha membawa perubahan tingkah laku siswanya. Mengajar pada prinsipnya
membimbing siswa dalam kegiatan mengajar atau mengandung pengertian bahwa
mengajar adalah segala upaya dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk
terjadi proses mengajar sesuai tujuan yang di rumuskan. mengajar merupakan
kemampuan dalam menghadapi anak didik yang mereka semua memiliki karakter,
kemampuan dan juga keinginan yang berbeda- beda. Guru atau pendidik di haruskan
dapat mengkomodir semua keinginan yang di miliki oleh anak didiknya. Setiap pengajar
yang mengajar di harapkan dapat mengerti karakter dari setiap anak didik yang di
ajarkannya agar anak tersebut mampu untuk menangkap pelajaran yang di berikan.
Menurut Slameto (2015:29) “Mengajar adalah salah satu komponen dari kompetensi-
kompetensi guru. Dan setiap guru harus menguasainya serta terampil melaksanakan
mengajar itu”. Selanjutnya Menurut Hamalik Omear (2014:44) “Mengajar adalah
menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di sekolah”. Sedangkan
Menurut Ahmad Susanto (2016:26) “Mengajar adalah aktivitas kompleks yang
dilakukan guru untuk menciptakan lingkungan agara siswa mau melakukan proses
belajar”. Menurut Alvin W. Howard dalam Slameto (2015:32) menyatakan “Mengajar
adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk
mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita),
appreciations (penghargaan) dan knowledge”
Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian mengajar adalah
suatu aktivitas yang dilakukan seseorang untuk menanamkan pengetahuan kepada siswa
dengan cara menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif untuk melakukan proses
belajar untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan,
mengubah atau mengembangkan potensi atau pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
4. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana peserta tidak dapat belajar dengan
baik, disebabkan karena adanya gangguan, baik berasal dari faktor internal siswa
maupun faktor eksternal siswa. Adanya kesulitan belajar akan menimbulkan suatu
keadaan dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya sehingga memiliki
prestasi belajar yang rendah. Adanya kesulitan belajar pada seorang siswa dapat
dideteksi dengan kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan tugas maupun soal-soal
tes. Kesalahan adalah penyimpangan terhadap jawaban yang benar pada suatu butir soal.
Ini berarti kesulitan siswa akan dapat dideteksi melalui jawaban-jawaban siswa yang
salah dalam mengerjakan suatu soal. Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan
susah dalam menyerap materi-materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga ia
akan malas dalam belajar, serta tidak dapat menguasai materi, menghindari pelajaran,
serta mengabaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini sependapat dengan Afi
Parnawi (2019:98) menyatakan “Kesulitan belajar (Learning Difficulty) adalah suatu
kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria
standar yang telah ditetapkan”.
Marlina (2019: 46) menyatakan “Kesulitan belajar suatu kondisi terjadinya
penyimpangan antara kemampuan yang sebenarnya dimiliki dengan prestasi yang
ditunjukkan yang termanifestasi pada tiga bidang akdemik dasar seperti membaca,
menulis dan berhitung”. Mulyono (2018:1) menyatakan “Kesulitan belajar merupakan
suatu konsep multidisipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi,
maupun ilmu kedokteran”. Jamaris M (2014:3) menyatakan bahwa “kesulitan belajar
merupakan suatu hal yang dialami oleh sebagian siswa di sekolah dasar, bahkan dialami
oleh siswa yang belajar di jenjang pendidikan yang lebih tinggi”.
Dari pendapat tentang kesulitan belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan
belajar adalah suatu keadaan siswa yang kurang mampu dalam proses belajar mengajar
sehingga tidak tercapai tujuan belajar yang diharapkan disebabkan karena adanya
gangguan dari dalam maupun dari luar yang dapat diketahui melalui pemberian tes
kepada siswa.
5. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab. Faktor penyebab
timbulnya kesulitan belajar menurut Muhammedi, dkk (2017:44) ada 4 faktor penyebab
kesulitan belajar anak yaitu:
a. Faktor anak didik
Anak didik adalah subjek yang belajar. Faktor yang dapat menjadi penyebabkan
kesulitan belajar anak didik: (1) Intelegensi, (2) minat, (3) emosional, (4) aktivitas, (5)
penyesuaian sosial, (6) latar belakang, (7) cita-
cita, (8) latar belakang pendidikan (9) lama belajar, (10) keadaan fisik, (11) kesehatan,
(12) pengetahuan dan keterampilan, (13) motivasi.
b. Faktor sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah
rehabilitasi anak didik. Faktor dari sekolah meliputi: (1) guru, (2) alat media, (3)
suasana, (4) bimbingan, (5) kepemimpinan, (6) waktu sekolah.
c. Faktor keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan informal yang diakui keberadaannya dalam dunia
pendidikan. Meliputi : (1) perhatian orang tua, (2) biaya pendidikan.
Makmun (2017:188) menyatakan faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan
kedalam dua golongan, yaitu:
a. Faktor internal
Faktor internal (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri), yang meliputi: (1) faktor
fisologi, (2) faktor psikologi
b. Faktor ektern
Faktor ektern (faktor dari luar manusia) meliputi: (1) faktor non sosial (2) faktor sosial.
H. Karwono (2017:46-49) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
kesulitan belajar yaitu faktor intern individu yang terdiri dari faktor fisiologis, faktor
psikologis (faktor psikologis terdiri dari intelegensi, emosi, bakat, motivasi dan
perhatian) dan faktor eksternal.
Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan antara lain di bawah ini adalah:
1. Faktor inte rnal Siswa
Faktor internal yang terdapat dalam diri siswa yang belajar yaitu berupa faktor yang
mengolah dan memproses lingkungan sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar. Faktor intern terdiri dari dua bagian yaitu:
a. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis meliputi antara lain keadaan jasmani (normal dan cacat, bentuk tubuh
kuat atau lemah), semuanya akan mememngaruhi cara merespon terhadap lingkungan.
Kondisi fisiologis sagat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar dan
pembelajaran.
b. Faktor Psikilogis
Faktor psikologis merupakan kondisi internal yang memberikan konstribusi besar untuk
terjadinya proses belajar. Faktor internal yang berupa karateristik psikologis antara lain:
intelegensi, emosi, bakat, motivasi dan perhatian.
2. Faktor Eksternal Siswa
Faktor eksternal adalah “segala sesuatu” yang berada di luar diri individu atau sering
disebut dengan lingkungan. Faktor eksternal dapat mengubah tingkah laku siswa,
mengubah karakter bahkan dapat memodifikasi karakter individu. Faktor eksternal
terbagi atas tiga macam yaitu:
a. Lingkungan keluarga, Contohnya ketidakharmonisan hubungan anata
ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan sekolah, Contohnya alat-alat yang digunakan dalam proses
pembelajaran berkualitas rendah.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor internal dan ektern
merupakan faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar anak. Keberhasilan seorang
peserta didik dalam proses belajar sangat ditentukan oleh faktor-faktor kesulitan belajar
tersebut.
6. Hakikat pembelajaran PPKn
Tujuan pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi
warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pendidikan kewarganegaraan adalah
mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral pada budaya bangsa indonesia. Tujuan pendidikan
kewarganegaraan adalah menciptakan warga negara yang memiliki wawasan
kenegaraan, menanamkan rasa cinta tanah air, dan kebanggaan sebagai warga negara
Indonesia dalam diri para generasi muda penerus bangsa. Pembelajaran PPKn disekolah
dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam rangka membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia indonesia
seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada
penciptaan suatu masyarakat yang menepatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa.
Pendidikan kewarganegaraan diharapkan mampu menumbuhkan sikap setia kepada
tanah air dan bersedia dengan tulus iklhas untuk menyumbangkan setiap potensinya
demi kemajuan tanah air walaupun mendapat iming-iming popularitas dari pihak lain.
Ahmad Susanto (2016:226) menyatakan ‘‘ Pendidikan kewarga negaraan adalah
pendidikan yang memberikan pemahaman dasar tentang pemerintahan, tata cara
demokrasi, tentang kepedulian, sikap, pengetahuan politik sehingga yang bersangkutan
memiliki political knowledge, awareness, attitude, political efficacy, dan political
participation, serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional. Jurnal
Miswandi (2018:302) menyatakan:
Pendidikan kewarga negaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran
yangmemfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-
kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang
cerdas,terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan


ialah untuk menumbuhkan pengetahuan dan wawasan serta juga kesadaran dalam
bernegara, sikap dan juga perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan
bangsa, wawasan nusantara, serta juga ketahanan nasional di dalam diri para tiap calon-
calon penerus bangsa.
7. Materi Mewujudkan Perilaku Semangat Dan Komitmen
Kebangsaan Dalam Kehiduan
Memperkuat komitmen kebangsaan dapat menumbuhkan sebuah bangsa menjadi
bangsa yang besar dan bernilai. Bangsa Indonesia adalah bangsa besar dan memiliki
potensi serta kapasitas untuk menjadi bangsa yang maju dan bersatu. Kita semua secara
tidak langsung tentu sudah mencintai negara ini. Semangat dan komitmen kebangsaan
merupakan bentuk keterikatan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di
dalamnya mengandung sikap nasionalisme dan patriotisme yang mengedepankan
semangat, rela berkorban, dan kesetiaan pada negara. Untuk turut menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, diperlukan sikap-sikap berikut.
1) Cinta Tanah Air
2) Membina Persatuan dan Kesatuan
3) Rela Berkorban
4) Pengetahuan Budaya dalam Mempertahankan NKRI
5) Sikap dan Perilaku Menjaga Kesatuan NKRI

Perwujudan semangat dan komitmen kebangsaan untuk memperkuat Negara Kesatuan


Republik Indonesia yang tercermin dalam nasionalisme dan patriotisme bagi bangsa
Indonesia dapat dilihat dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia antara lain :
a. Sebelum Masa Kebangkitan Nasional
Perjuangan bangsa Indonesia untuk membela tanah air atau jiwa patriotisme sebelum
kebangkitan nasional, masih bersifat kedaerahan, tergantung pada pemimpin, belum
terorganisir dan tujuan perjuangan belum jelas.
b. Masa Kebangkitan Nasional
Perjuangan bangsa Indoensia tidak lagi bersifat kedaerahan, tapi bersifat nasional.
Perjuangan dilakukan dengan cara organisasi modern, dimana sejak berdirinya Budi
Utomo merupakan titik awal kesadaran nasionalisme. Masa ini disebut angkata
nperintis, sebab disamping merintis kesadaran nasional juga merintis berdirinya
organisasi.
c. Masa Sumpah Pemuda
Sumpah pemuda merupakan tonggak sejarah bagi perjuangan bangsa Indonesia. Yang
jelas dan tegas dalam menuntut kemerdekaan bagi bngsa Indonesia. Sumpah pemuda
mengandung nilai yang sangat tinggi yaitu nilai persatuan dan kesatuan yan gmerupakan
modal perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Masa ini disebut angkatan penegas,
angkatan inilah yang menegaskan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa mencapai
kemerdekaan.
d. Masa Proklamsi Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan merupakan titik kulminasi (puncak) perjuangan bangsa
Indoensia, juga merupakan wujud perjuangan yan gberdasarkan persatuan Indonesia.
Oleh karena itu, semangat kebangsaan, semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang
mengantarkan Indoensis mencapai tonggak sejarah yang paling fundamental harus kita
jaga dan kita pertahankan. Proklamasi kemerdekaan merupakan jembatan emas yan
gakan mengantarkan bangsa Indoensia menuju cita-cita nasional yaitu masyarakat yang
merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
Wujud semangat dan komitmen kolektif kebangsaan untuk memperkuat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang dapat digali dari perjuangan bangsa Indonesia antara
lain Pancasila sebagai dasar Negara, Lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan,
Bendera merah putih sebagai bendera Negara, dan Garuda Pancasila sebagai lambang
Negara.
Sikap positif terhadap semangat kebangsaan mengadung arti sikap positif terhadap
nasionalisme dan patriotisme. Berikut ini contoh upaya menumbuhkembangkan sikap
positif terhadap nasionalisme dan patriotism.
1. Menumbuhkan Sikap Positif Terhadap Semangat Kebangsaan Di
Lingkungan Keluarga
Contoh upaya menumbuhkan Sikap positif terhadap semangat kebangsaan di
lingkungan keluarga, antara lain
a) Memberikan pendidikan sejak dini tentang sikap nasionalisme dan
patriotism terhadap bangsa Indonesia.
b) Setiap anggota keluarga dapat memberikan contoh atau tauladan tentang
rasa kecintaan dan penghormatan pada bangsa.
c) Orang tua selalu memberikan pengawasan terhadap pergaulan
anaknya agar terhindari dari kenakalan remaja dan bahaya narkoba.
d) Membiasakan menanamkan nilai demokratis melalui
musyawarah keluarga
e) selalu menggunakan produk dalam negeri, dll.

2. Menumbuhkan sikap positif terhadap semangat kebangsaan di lingkungan


sekolah
Contoh upaya menumbuhkan Sikap positif terhadap semangat kebangsaan di
lingkungan keluarga, antara lain
a) Memberikan pelajaran tentang pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan dan juga bela Negara.
b) Menanamkan sikap cinta tanah air dan menghormati jasa pahlawan
dengan mengadakan upacara setiap hari senindan upacara hari besar nasional.
c) Memberikan pendidikan moral, sehingga para pemuda tidak mudah
menyerap hal-hal negatif yang dapat mengancam ketahanan nasional.
d) Membiasakan hidup bersih, disiplin dan taat aturan melalui
pelaksanaan tata tertib sekolah
e) Melatih untuk aktif berorganisasi, dan lain‒lain

3. Menumbuhkan Sikap Positif Terhadap Semangat Kebangsaan Di


Lingkungan Masyarakat, Bangsa dan Negara
Contoh upaya menumbuhkan sikap positif terhadap semangat kebangsaan di lingkungan
masyarakat, bangsa dan negara, antara lain
a) Menggalakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan rasa
nasionalisme, seperti gotong royong, bakti sosial, pameran budaya,dan linnya.
b) Mewajibkan pemakaian batik kepada pegawai negeri sipil pada hari
tertentu. Hal ini dilakukan karena batik merupakan sebuah kebudayaan asli Indonesia,
yang diharapkan dengan kebijakan tersebut dapat meningkatkan rasa nasionalisme
dan patrotisme bangsa.
c) Tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, pejabat negara dan anggota
dewan Para pejabat harus lebih mendengarkan dan menghargai aspirasi rakyat, serta
lebih mementingkan kepentingan rakyat.

Saat ini kita harus mampu menumbuh semangat kebangsaan seperti yang dicontohkan
para pejuang bangsa untuk mengatasi berbagai permasalahan bangsa dengan bersikap
pantang menyerah, selalu bekerja keras, jujur, adil, disiplin, berani melawan
kesewenang-wenangan, tidak korupsi, toleran, dan lain-lain. Bila tidak bisa, artinya kita
tidak bisa lagi mempertahankan eksistensi bangsa dan negara dari kehancuran. Generasi
muda yang bertanggung jawab akan menyaring pengaruh-pengaruh dari luar,
mengambil sisi positifnya dan menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai luhur dan
moral bangsa.

B. Kerangka Berpikir
Proses pelaksaan pembelajaran PPKn dimana guru kelas VIII SMP Swasta Cerdas
Bangsa kurang mampu untuk menarik minat belajar siswa, sehingga siswa mengangap
pelajaran PPKn sulit untuk di pahami. Kesulitan yang di hadapi mengakibatkan hasil
belajar kurang maksimal. Salah satu materi yang sulit dimengerti siswa yaitu, tentang
bagaimana menwujudkan positif terhadap semangat kebangsaan di lingkungan keluarga,
menumbuhkan sikap positif terhadap semangat kebangsaan di lingkungan sekolah, dan
menumbuhkan sikap positif terhadap semangat kebangsaan di lingkungan Masyarakat,
Bangsa dan Negara

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang
faktor kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa di kelas VIII SMP Swasta Cerdas,
pada materi mewujudkan perilaku semangat dan komitmen kebangsaan dalam
kehidupan. Untuk mengetahui kesulitan yang dialami oleh siswa pada materi
mewujudkan perilaku semangat dan komitmen kebangsaan dalam kehiduan maka akan
menggunakan teknik angket, tes, dan wawancara. Tes yang digunakan ialah berupa soal
essai, dan apabila jika siswa yang mendapatkan nilai yang rendah atau tidak tuntas
maka di lakukan wawancara.

C. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi persepsi terhadap judul peneliti ini, maka perlu didefenisiskan hal‒hal
sebagai berikut:

1. Belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan proses perubahan pada individu
yang terjadi melalui prilaku berkat adanya pengalaman untuk membangun,
mengembangkan, dan mempertahankan apa yang dimiliki dirinya.
2. Kesulitan belajar adalah suatu keadaan siswa yang kurang mampu dalam proses
belajar mengajar sehingga tidak tercapai tujuan belajar yang diharapkan
disebabkan karena adanya gangguan dari dalam maupun dari luar yang dapat
diketahui melalui pemberian tes kepada siswa.
3. Faktor penyebab kesulitan belajar siswa adalah faktor yang mempengaruhi
kesulitan belajar anak, keberhasilan seorang peserta didik dalam proses belajar
sangat ditentukan oleh faktor-faktor kesulitan belajar tersebut.
4. PPKn adalah untuk menumbuhkan pengetahuan dan wawasan serta juga
kesadaran dalam bernegara, sikap dan juga perilaku yang cinta tanah air dan
bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta juga ketahanan
nasional di dalam diri para tiap calon-calon penerus bangsa.

5. Perwujudan semangat dan komitmen kebangsaan adalah suatu cara siswa untuk
membangkitkan semangat nasionalisisme siswa dan membela bangsa Indonesia dalam
lingkungan sekitarnya.
BAB III PENUTUP

I. Kesimpulan

Kebangsaan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan identitas suatu bangsa mulai
dari semangat membela bangsa, sikap cinta akan tanah air hingga ideology yang hidup
dalam suatu bangsa. Dalam kebangsaan terdapat semangat kebangsaan dan nilai-nilai
kebangsaan yang baik dan berharga.
Sikap kebangsaan dan wawasan kebangsaan pasti dimiliki oleh setiap orang dalam
perasaan atau pikiran, paling tidak di dalam hati nuraninya. Secara realitas, rasa kebangsaan
itu seperti sesuatu yang dapat dirasakan tetapi sulit dipahami. Namun ada getaran atau
resonansi dan pikiran ketika rasa kebangsaan tersentuh. Rasa kebangsaan bisa timbul dan
terpendam secara berbeda dari orang per orang dengan naluri kejuangannya masing-masing,
tetapi bisa juga timbul dalam kelompok yang berpotensi dasyat luar biasa kekuatannya.
Sikap kebangsaan di setiap Negara belum tentu sama bahkan sikap kebangsaan dalam satu
Negara saja terkadang berubah secara perlahan seiring berjalannya waktu.
Rasa kebangsanaan adalah kesadaran berbangsa, yakni rasa yang lahir secara alamiah
karena adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi
perjuangan masa lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa
kini. Dinamisasi rasa kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangsa berkembang menjadi
wawasan kebangsaan, yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa
memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan nasional yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham
kebangsaan itu, timbul semangat kebangsaan atau semangat patriotisme.
Rasa kebangsaan bukan monopoli suatu bangsa, tetapi ia merupakan perekat yang
mempersatukan dan memberi dasar keberadaan (raison d’entre) bangsa-bangsa di dunia.
Dengan demikian rasa kebangsaan bukanlah sesuatu yang unik yang hanya ada dalam diri
bangsa kita karena hal yang sama juga dialami bangsa-bangsa lain.
Di Indonesia, terdapat empat pilar yang menjamin terwujudnya sikap kebangsaan dan
rasa kebangsaan. Empat pilar tersebut antara lain Pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika. Dengan adanya empat pilar ini, Rakyat akan merasa aman
terlindungi sehingga merasa tenteram dan bahagia.
Akan tetapi, belakangan ini sikap kebangsaan dan cinta tanah air perlahan mulai
memudar. Hal ini disebabkan adanya sikap individualisme yang berlebihan, sikap terlalu
mencintai budaya Barat dan sikap malas dari masyarakat sendiri untuk berpartisipasi dalam
peringatan kemerdekaan Indonesia dan upacara bendera. Dalam upaya untuk
menumbuhkan kembali sikap nasionalisme dan kebangsaan, diperlukan upaya-upaya
kongkrit dari semua orang.

II. Saran
Sikap kebangsaan dan rasa kebangsaan merupakan hal yang penting. Setiap orang harus
mengembangkan sikap peduli terhadap kebangsaan agar dapat menumbuhkan kembali rasa
kebangsaan dan jiwa kebangsaan serta sikap cinta tanah air. Penumbuhan sikap rasa
kebangsaan dan sikap kebangsaan dapat dilakukan dari berbagai bidang baik di dalam
keluarga, dalam proses pendidikan hingga peran pemerintah dalam berbagai bidang
kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Bennedict, Imagined Community : reflections on the Origin and


Spread of Nationalism, London: Verso, 1991.

Anshory, Irfan, "Asal Usul Nama Indonesia", Pikiran Rakyat, 2004-08-16.

Kaelan MS. 2010. Pendidikan Pancasila. Paradigma: Jakarta

Justus M. van der Kroef 1951. "The Term Indonesia: Its Origin and Usage".
Journal of the American Oriental Society 71 (3): 166–171

Davis, Keith. 1962. Human Relations at Work, (New York, San Francisco,
Toronto, London: 1962

Konopaske, Robert dan John M. Ivancevich. 2005. Perilaku dan Manajemen


Organisasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Lembaga Soekarno-Hatta.1984.Sejarah Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945

21

Anda mungkin juga menyukai