Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ULANGAN TENGAH SEMESTER

FILSAFAT PENDIDIKAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ulangan Tengah Semester Genap 2018/2019


Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Diampu Oleh Dosen Moh. Luqman Hakim, M.Pd.

Oleh:
Ahmad Fajri Romadhoni (160611100058)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2019
SOAL 1 dan JAWABAN
Analisislah, adakah contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari tentang penerapan
mengenai beberapa prinsip pendidikan atau belajar menurut paham progresivisme,
esensialisme dan konstruktivisme!
Progresivisme
Progresivisme adalah salah satu aliran pendidika yang mengutamakan pada
penyelenggaraan pendidik di lembaga pendidikan. Aliran ini merupakan aliran
yang berpusat pada anak (child centered). Aliran ini muncul sebagai upaya
penyempurnaan pelaksanaan yang sebelumnya berpusat pada guru (teavher
centered) atau bahan ajar (subject centered). Menurut Al Rasyid dan Mujtahidin
(2012: 57) berpendapat bahwa aliran pendidikan progresivisme memiliki
pemahaman bahwa pengetahuan yang sekarang benar belum tentu benar di masa
selanjutnya. Aliran ini memiliki konsep yang berdasarkan pengetahuan dan
kepercayaan dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan.
Tujuan pendidikan pada aliran ini adalah menyiapkan anak untuk dapat
terjun di dunia masyarakat secara sistematis. Tujuan tersebut dapat dicapai melaalui
pengembangan minat dan bakat supaya dapat menjadi keunggulan individu
dibandingkan dengan yang lainnya. Minat dan bakat merupakan kemampuan yang
dimiliki setiap individu, antara individu satu dengan individu yang lain berbeda-
beda.
Implementasi dalam pendidikan pada saat ini dapat dilihat dari beberapa
aspek, di antaranya: makna pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum, belajar, dan
peran guru dalam pembeleran. Secara singkat ciri implementasi progresivisme ini
dalam pendidikan dapat dipahami sebegai berikut: 1) berpusat pada anak sebagai
peserta didik dari pada pelajaran; 2) menekankan pada kegiatan dan pengalamn
daripada pengetahuan dan kemampuan; dan 3) dorongan untuk membentuk pola
pembelajaran kelompok yang kooperatif bukan kompetisi individual peserta didik.
Sedangkan yang menjadi tantangan aliran progresivisme dalam pendidikan ialah
banyak meninggalkan ajaran masa lalu. Selain itu, berbagai persoalan teknik atau
praktik langsung dalam pelaksanaan pembelajaran
Aliran Esensialisme
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali ditemukan konsep pembelajaran
yang menggunakan prinsip progresivisme. Esensialisme. Menurut Al Rasyid dan
Mujtahidin (2012: 62) esensialisme memandang bahwa pendidikan berpedoman
berpedoman pada nilai-nilai universal yang teruji. Pedidikan harus kembali pada
kebudayaan lama karena kebudayaan tersebut banyak menyumbang untuk
kebaiakan manusia. Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan yang ada pada
zaman dahulu, salah satunya adalah kesenian. Kebudayaan tersebut juga dapat
diartikan sebagai adat istiadat yang diciptakan oleh nenek moyang kita.
Esensialisme dimasukkan dalam aliran pendidikan karena pendidikan mampu
mengembangkan dan melestarikan kebudayaan. Kebudayaan tersebut yang
menjadikan perbedaan antara daerah satu dengan daerah lainnya atau yang biasa
disebut dengan identitas.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa esensialisme yaitu filsafat yang
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai yang memiliki kejelasan
dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai terpilih mempunyai dampak
terhadap milieu pendidikan diantaranya, bahwa pengawasan pengarahan dan
bimbingan orang yang belum dewasa akan melekat pada masa balita yang
panjang.Dalam hal ini keluarga menjadi lingkungan pertama yang sangat
berpengaruh terhadap tindak tanduk si anak nantinya.Ajaran dan didikan dalam
keluarga sangat berpengaruh pada anak.
Dalam esensialisme sekolah menyampaikan warisan budaya kepada pelajar.
Di SDN 1 Pangkah wetan siswa dibebankan pada aturan-aturan ,tugas-tugas, disini
siswa akan berlatih untuk bertanggung jawab atas tugas yang sudah dibebankan.
Guru memiliki peranan penting dalam membentuk kepribadian anak,guru adalah
contoh dalam penguasaan pengetahuan,dalam hal ini sikap dan tingkah laku
seorang guru harus bias menjadi teladan bagi anak didiknya. Generasi muda perlu
belajaruntuk mengembangkan diri setinggi-tingginyadan kesejahteraan social.di
sini perlu adanya sikap yang positif agar anak bisa diterima dalam masyarakat.
Aliran Kontruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu aliran pendidikan yang menganggap
bahwa manusia memperoleh pengetahuannya melalui kegiatan konstruksi yang
dilakukan manusia itu sendiri. Konstruksi yang dilakukan oleh manusia melalui
interaksi dengan objek, fenomena, alam, dan lingkungan mereka. Pengetahuan
tersebut tidak lain supaya dapat bermanfaat bagi makhluk lainnya.
Pembelajaran tidak dilakukan dengan mentransfer ilmu tetapi harus
diinterpretasikan sendiri kepada yang lainnya. Pengetahuan merupakan suatu
proses yang selalu berkembang. Pengetahuan seseorang akan berkembang sejalan
dengan dengan kemauan orang tersebut untuk mengembangkannya.
Jadi pengetahuan tidak dapat berkembang dengan sendirinya tanpa
dikembangkan. Oleh sebab itu manusia harus membangun dan mengembangkan
pengetahuannya melalui upaya mendapatkan pengalaman sebanyak mungkin.
Dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran menekankan peserta didik untuk aktif
mengembangkan pengetahuan kemudia bertanggung jawab atas pengetahuan yang
telah diperolehnya untuk diimplementasikan.
Kaum konstruktivis personal berpendapat bahwa pengetahuan diperoleh
melalui konstruksi individual dengan melakukan pemaknaan terhadap realitas yang
dihadapi dan bukan lewat akumulasi informasi. Implikasinya dalam proses
pembelajaran adalah bahwa pendidik tidak dapat secara langsung memberikan
informasi, melainkan proses belajar hanya akan terjadi bila peserta didik
berhadapan langsung dengan realitas atau objek tertentu. Pengetahuan diperoleh
oleh peserta didik atas dasar proses transformasi struktur kognitif tersebut. Dengan
demikian tugas pendidik dalam proses pembelajaran adalah menyediakan objek
pengetahuan secara konkret, mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan
pengalaman peserta didik atau memberikan pengalaman-pengalaman hidup konkret
(nilai-nilai, tingkah laku, sikap) untuk dijadikan objek pemaknaan.
Kaum konstruktivis berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk dalam diri
individu atas dasar struktur kognitif yang telah dimilikinya, hal ini berimplikasi
pada proses belajar yang menekankan aktivitas personal peserta didik. Agar proses
belajar dapat berjalan lancar maka pendidik dituntut untuk mengenali secara cermat
tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Atas dasar pemahamannya pendidik
merancang pengalaman belajar yang dapat merangsang struktur kognitif anak untuk
berpikir, berinteraksi membentuk pengetahuan yang baru. Pengalaman yang
disajikan tidak boleh terlalu jauh dari pengetahuan peserta didik tetapi juga jangan
sama seperti yang telah dimilikinya. Pengalaman sedapat mungkin berada di
ambang batas antara pengetahuan yang sudah diketahui dan pengetahuan yang
belum diketahui sebagai zone of proximal development of knowledge.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah proses mengkonstruksi
pengetahuan. Proses konstruksi itu dilakukan secara pribadi dan sosial. Proses ini
adalah proses aktif, sedangkan mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari
pendidik ke peserta didik, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta
didik membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan
peserta didik dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan,
dan bersikap kritis. Jadi mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri.
Dalam aliran kostruktivisme, pendidik bukanlah seseorang yang maha tahu
dan peserta didik bukanlah yang belum tahu, karena itu harus diberi tahu. Dalam
proses belajar, peserta didik aktif mencari tahu dengan membentuk
pengetahuannya, sedangkan pendidik membantu agar pencarian itu berjalan baik.
Dalam banyak hal Pendidik dan peserta didik bersama-sama membangun
pengetahuan. Dalam hal ini hubungan pendidik dan peserta didik lebih sebagai
mitra yang bersamasama membangun pengetahuan.

SOAL 2 dan JAWABAN


Pernahkah anda melihat anak yang putus sekolah dan bekerja menjadi “pengemis”
di Pelabuhan Kamal? Jika jawaban anda iya, itu gambaran anak-anak yang putus
sekolah dapat ditemui yang diwasa ini dapat ditemui di mana-mana, tidak hanya di
pelabuhan, hampir di setiap jalanan baik di perempatan, pertigaan lampu merah,
dan di tempat lainnya kita temui anak-anak usia sekolah itu berkeliaran.
Menyoroti tentang kualitas pendidikan, sebuah informasi yang mencengangkan
dari artikel yang ditulis di internet bahwa sebuah negara yang beribukota Helsinki
tempat di mana sebuah perjanjian damai dengan GAM dirundingkan ternyata
merupakan negara yang menduduki peringkat utama sebagai negara yang kualitas
pendidikannya terbaik di dunia. Peringkat 1 dunia diperoleh negara yang bernama
Finlandia ini berdasarkan hasil survey internasional yang komprehensif pada tahun
2003 oleh Organization of Economic Cooperation of Development (OECD) melalui
sebuah tes yang dikenal dengan nama PISA yaitu mengukur kemampuan siswa di
bidang Sains, Membaca, dan Matematika. Bahkan negara Finlandia bukan saja
unggul secara akademis tetapi unggul dalam mewujudkan pendidikan bagi anak-
anak yang lemah mental.

Ada banyak sekali anak yang putus sekolah seperti yang di Pelabuhan Kamal.
Anak-anak yang seharusnya belum waktunya bekerja mereka sudah bekerja, yaitu
jadi pengemis. Hal ini disebabkan permintaan orang tua agar mereka membantu
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Kesempatan mereka untuk bersekolah
tidak diberikan, alasannya tidak ada biaya. Padahal pemerintah Indonesia sudah
menggratiskan biaya sekolah dan memiliki program wajib belajar 9 tahun.
Permasalahan inilah yang seharusnya perlu diperhatikan oleh pemerintah. Putus
sekolah merupakan salah satu permasalahan bidang pedidikan yang terjadi hampir
di setiap negara termasuk Indonesia. Ada banyak faktor yang menyebabkan
permasalahan ini terjadi, seperti minimnya kepedulian orang tua terhadap
pendidikan anak, rendahnya pendapatan orang tua sehingga tidak mampu
menyelesaikan pendidikan anak, dan tuntunan orang tua untuk melibatkan anak
dalam ekonomi keluarga.

A. Menurut anda, dasar filsafat pendidikan apakah yang paling mendekati


kebenaran yang digunakan oleh Finlandia? (penjelasan jawaban disertai
analisis anda)?
Menurut saya dasar filsafat pendidikan yang paling mendekati
kebenaran yang digunakan oleh finlandia adalah aliran konstruktivisme.
Menurut Suparno (2008:28) konstruktivisme adalah suatu filsafat
pengetahuan yang memiliki anggapan bahwa pengetahuan adalah hasil dari
manusia itu sendiri. Manusia menkonstruksikan pengetahuan mereka
melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan.
Suatu pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan
persoalan yang sesuai. Aliran ini percaya bahwa, pengetahuan tidak dapat
di tranfer dari pendidik pada peserta didik, tetapi harus di interpretasikan
sendiri oleh setiap individu. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah ada
secara langsung, akan tetapi belajar membutuhkan proses untuk
berkembang secara terus menerus.
Berdasarkan teori yang telah jelaskan diatas, sistem pendidikan
Filandia sesuai dengan aliran filsafat konstruktivisme tersebut. Sebagai
bukti bahwa negara Finlandia menggunakan dasar pendidikan
konstruktivisme dalam pendidikan adalah peserta didik diharuskan
mengolah pengetahuannya sendiri sehingga apa yang ditemukan siswa akan
menjadi konsep pembelajaran bermakna. Mereka belajar dengan waktu
yang sangat singkat tetapi kompetensi pendidik sangat berkualitas sehingga
pendidik tersebut mampu menciptakan hasil yang sangat maksimal. Hal ini
dapat dilihat dari, kebebasan peserta didik untuk mengembangkan potensi
sesuai dengan keinginan mereka sendiri tanpa adanya paksaan dari luar diri
individu. Proses pembelajaran yang diterapkan di Finlandia yaitu, bermain
sambil belajar dimana anak-anak diberikan waktu untuk belajar menemukan
konsep sendiri di kelas dan diberikan waktu istirahat 15 menit dalam 1 jam
pembelajaran. Sehingga, dengan porsi yang sedikit dalam belajar anak-anak
akan merasa nyaman ketika belajar dan terkadang anak tidak merasa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Aliran filsafat kontruktivisme yang
diterapkan berpusat pada peserta didik dalam mengemabngkan potesi
dirinya. Dalam kontruktivisme peserta didik tidak diberikan kebebasan
untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam kontruktivise anak
lebih ditekankan pada penemuan pengalaman yang nantinya akan membuat
anak memiliki banyak pengetahuan. Pembelajaran yang ada di Finlandia
sangat memperhatikan kebutuahn peserta didik di masa yang akan datang,
dimana sudah jelas bahwa siswa lebih berperan aktif untuk belajar sehingga
siswa terbiasa untuk mengemukakan, melakukan penemuan, dan
sebagainya.
Keberhasilan negara Finlandia sebagai negara terbaik kulitas
pendidikannya tidak terlepas dari peran guru yang sangat berkompeten
dalam mendidik. Kompetensi yang dimiliki oleh pendidik di Finlandia
sudah tidak diragukan lagi. Mereka adalah orang-orang pilihan yang telah
lulus berbagai jenis seleksi yang akhirnya menjadi tenaga pendidik di
Finlandia. Kompetensi yang dimiliki pendidik tersebut lah yang menjadi
dasar keberhasilan negara Finlandia. Prinsip pendidikan yang diterapkan di
Finlandia adalah bahwa anak belajar dengan kemampuan yang dimiliki
sehingga tidak ada paksaan dalam belajar.
B. Melihat suksesnya negara Finlandia tentunya banyak negara yang iri,
termasuk negara Indonesia. Menurut anda apakah negara kita perlu
mengganti dasar filsafat pendidikan (filosofi hakikat pendidikan Indonesia)
untuk menciptakan pendidikan ideal seperti Finlandia? (penjelasan jawaban
disertai analisis anda)?
Filsafat pendidikan di Indonesia adalah pancasila.Pancasila yang
dibahas secara filosofis adalah pancasila yang butir-butir yang termuat dala
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tertulis dalam alinea ke-4.
Dijelaskan bahwa negara Indonsia didasarkan atas pancasila, pernyataan
tersebut menegaskan hubungan yang erat antara eksistensi negara Indonesia
dengan pancasila. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, ras, etnis,
dan agama sehungga perlu rumusan yang jelas untuk pemersatu bangsa
Indonesia. Jadi, pancasila mengarahkan seluruh kehidupan untuk berbangsa
dan bernegara.
Sistem pendidikan Indonesia tidaklah harus diganti, karena dengan
filsafat pendidikan pancasila menjadikan bukti bangsa Indonesia adalah
negara yang bersatu dalam keberagaman. Hanya saja system pendidikan di
Indonesia perlu dikembangkan yakni menyiapkan dan memperbaiki tenaga
pendidiknya. Karena, apabila tenaga pendidik sudah baik dan berkualitas
tinggi maka pendidikan yang diterapkan juga akan maksimal. Filsafat
pancasila berati menjunjung tinggi keadailan dalam bidang pendidikan,
karena meskipun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku tetapi
memegang tegung pada satu landasan yaitu pancasila. Sitem pendidikan
Indonesia adalah pancasila dimana system tersebut merupakan pandangan
hidup bagi warga Indonesia termasuk pada bidang pendidikan. Pendidikan
yang diterapkan di Indonesia adalah implementasi dari kurikulum yang
sudah dirancang. Kurikulum tersebut merupakan acuan dalam menerapkan
sistem pendidikan. Dalam kurikulum tersebut sudah diatur tentang apa saja
yang menjadi kebutuhan dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang
diterapkan di Indonesia merupakan implementasi dari tujuan negara
Indonesia yang tercantum pada pembukaan UUD 1945 yaitu
“mencerdaskan kehidupan bangsa” Sehingga keberhasilan pendidikan
Indonesia merupakan bagian dari majunya negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai