PENDAHULUAN
Belajar merupakan salah satu usaha sadar manusia dalam mendidik dalam upaya
meningkatkan kemampuan kemudian diiringi oleh perubahan dan peningkatan kualitas dan
kuantitas pengetahuan manusia itu sendiri. Belajar adalah salah satu aktivitas siswa yang
terjadi di dalam lingkungan belajar. Belajar diperoleh melalui lembaga pendidikan formal dan
nonformal. Salah satu lembaga pendidikan formal yang umum di Indonesia yaitu sekolah
dimana di dalamnya terjadi kegiatan belajar dan mengajar yang melibatkan interaksi antara
guru dan siswa. Tujuan belajar siswa sendiri adalah untuk mencapai atau memperoleh
pengetahuan yang tercantum melalui hasil belajar yang optimal sesuai dengan kecerdasan
intelektual yang dimilikinya.
Di era modern ilmu pengetahuan dan teknologi, perbaikan kegiatan belajar dan
mengajar harus diupayakan secara maksimal agar mutu pendidikan meningkat, hal ini
dilakukan karena majunya pendidikan membawa dampak besar terhadap pemikiran manusia
dalam berbagai bidang sehingga setiap generasi muda harus belajar banyak untuk menjadi
manusia terdidik sesuai dengan tuntunan zaman. Berhasilnya suatu tujuan pendidikan
tergantung bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh peserta didik, seorang guru
dituntut untuk teliti dalam memilih dan menerapkan metode mengajar yang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Akan tetapi dalam mencapai suatu tujuan yang baik pasti ada
kendala suatu masalah yang menghalangi dalam pencapaian tujuan itu, seperti halnya dalam
bidang pendidikan, pasti ada masalah-masalah dalam pembelajaran siswa. Masalah yang
timbul dalam proses belajar mengajar disebabkan kurang hubungan komunikasi antara guru
dan siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya sehingga proses interaksi menjadi vakum.
Untuk lebih meningkatkan keberhasilan belajar siswa diantaranya dapat
dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pengajaran sehingga dalam perbaikan proses
pengajaran ini peranan guru sangat penting. Selaku pengelola kegiatan siswa, guru juga
diharapkan membimbing dan membantu siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar juga
dilihat dari ingatan jangka panjang peserta didik pada suatu materi pembelajaran karena hasil
belajarnya melalui diskusi teman sebaya, mengenali lingkungan tempat tinggalnya dan
menggali pengetahuan atau informasi secara mandiri atau kelompok menggunakan media
digital yang sangat dikuasainya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
peserta didik dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat
menambah daya kemampuan peserta didik semakin kuat tentang hal-hal yang
dipelajarinya.
3
berkembang terus menerus. Keaktifan peserta didik yang diwujudkan oleh rasa
ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.
Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik (direct
experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Sebab itu, pengalaman orang lain
yang diformulasikan misalnya dalam suatu buku teks perlu dihubungkan dengan
pengalaman peserta didik secara langsung. Aliran konstruktivisme ini
menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia.
Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek,
fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Suatu pengetahuan dianggap benar
bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan
atau fenomena yang sesuai. Bagi konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat
ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada peserta didik, tetapi harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing peserta didik. Peserta didik harus
mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi,
melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu
keaktifan peserta didik yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya amat berperan
dalam perkembangan pengetahuannya. Pengetahuan tidak lepas dari subjek yang
sedang belajar, pengetahuan lebih dianggap sebagai proses pembentukan
(konstruksi) yang terus-menerus, terus berkembang, dan berubah.
Aliran humanisme melihat peserta didik dari segi keunikan/kekhasannya,
potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Aliran humanisme melihat peserta didik
dari segi: (a) keunikan/kekhasannya, (b) potensinya, dan (c) motivasi yang
dimilikinya. Peserta didik selain memiliki kesamaan juga memiliki kekhasan.
Implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu: (a) layanan
pembelajaran selain bersifat klasikal, juga bersifat individual, (b) pengakuan adanya
peserta didik yang lambat dan peserta didik yang cepat, (c) penyikapan yang unik
terhadap peserta didik baik yang menyangkut faktor personal/individual maupun
yang menyangkut faktor lingkungan sosial/kemasyarakatan.
4
tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam
hal bagaimana isi/materi pembelajaran terpadu tersebut disampaikan kepada peserta
didik dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya.
C. Landasan praktis, berkaitan dengan kondisi-kondisi nyata yang pada umumnya terjadi
dalam proses pembelajaran saat ini, sehingga harus mendapat perhatian dalam
pembelajaran terpadu yang meliputi :
Perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat sehingga terlalu banyak informasi
yang harus dimuat dalam kurikulum.
Hampir semua pelajaran di sekolah diberikan secara terpisah satu sama lain,
padahal seharusnya saling terkait.
Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran (interdisipliner) sehingga
diperlukan uasaha kolaboratif antara berbagai mata pelajaran untuk
memecahkannya.
Kesenjangan yang terjadi antara teori dan praktek dapat dipersempit dengan
pembelajaran yang dirancang secara terpadu sehingga peserta didik akan mampu
berpikir teoritis dan pada saat yang sama mampu berpikir praktis.
5
lingkungan. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan
budayanya, harus menjadi dasar dan acuan untuk mencapai keberhasilan pembelajaran
terpadu. Landasan IPTEK diperlukan dalam pengembangan pembelajaran terpadu sebagai
upaya menyelaraskan materi pembelajaran terpadu dengan perkembangan dan kemajuan
yang terjadi dalam dunia IPTEK, baik secara langsung maupun tidak langsung.
6
b) Pembelajaran terpadu dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta
didik (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, peserta didik
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami
hal-hal yang lebih abstrak.
c) Dalam pembelajaran terpadu pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak
begitu jelas. Bahkan dalam pelaksanaan di kelas-kelas awal sekolah dasar, fokus
pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat
berkaitan dengan kehidupan peserta didik.
d) Pembelajaran terpadu menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik dapat
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
e) Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan
bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan
peserta didik berada.
f) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan
peserta didik. Dengan demikian, peserta didik diberi kesempatan untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
7
BAB III
KESIMPULAN