Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN


Pilar-pilar Pendidikan

Oleh : kelompok 6

Sri rezeki richman zain / 17018164


Jefrizal / 21073117
Diva najwa sabila / 22058156

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


BAB I
1.1 LATAR BELAKANG
1.2
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui
peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu bangsa,
bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting artinya, karena
hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa depan. Manusia yang
dapat bergumul dalam masa dimana dunia semakin sengit tingkat kompetensinya adalah
manusia yang berkualitas. Manusia demikianlah yang diharapkan dapat bersama-sama
manusia yang lain turut bepartisipasi dalam percaturan dunia yang senantiasa berubah dan
penuh teka-teki (Isjoni, 2008:vii).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalahnya sebagai berikut
Apa sajakah pilar-pilar pendidikan?
Bagaimana peran dari pilar-pilar pendidikan?

1.3 TUJUAN PENULIS


1.Untuk mengetahui pilar-pilar pendidikan yang ada.
2.Untuk mengetahui peran dari masing-masing pilar-pilar pendidikan.

BAB II
2.1 PEMBAHSAN

UNESCO sebagai salah satu badan organisasi dunia yang berkiprah dalam bidang
pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya telah meneliti perubahan kehidupan itu semua dan
mengantisipasinya melalui perubahan visi atau cara pandang pendidikan yang dituangkan
dalam sebuah buku; Belajar: Harta Karun di Dalamnya, Laporan UNESCO dari Komisi
Internasional tentang Pendidikan di Abad XXI. Yaitu pilar-pilar pendidikandengan learning
to know, learning to do, learning to be,learning to live together, dan learning to believe in
God.
Dalam kamus umum,pilar adalah tiang penyangga/penguat dari beton dan
sebagainya,juga sekaligus dipakai untuk keindahan/keserasian,penunjang untuk kegiatan.
Menurut M.J.Langelveld “Pendidikan adalah setiap usaha,pengarugh ,perlindumgan dan
bantuan secara sadar dan sengaja kepada anak(yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya
menuju kea rah kedewasaan dalam arti dapat bediri sendiri dan bertanggung jawab atas
segala tindakannya menurut pilihannya sendiri. Jadi pilar pendidikan adalah tiang atau
penunjang suatu kegiatan usaha,pengaruh perlindungan dan bantuan yang akan diberikan ke
anak didik untuk pendewasaanya.

A. Jenis-jenis pilar pendidikan dan implikasinya dalam pendidikan

1. Learning to know (belajar untuk mengetahui)


Suatu proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk menghayati dan
akhirnya dapat menerapkan cara memperoleh pengetahuan,suatu proses yang memungkinkan
tertanamnya sikap ilmiah yaitu sikap ingin tahu dan selanjutnya menimbulkan rasa mampu
untuk selalu mencari jawaban atas masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Learning to know dilakukan dengan cara memadukan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja secara mendalam
pada sejumlah kecil mata pelajaran.

Artinya belajar itu harus dapat memahami apa yang dipelajari bukan hanya dihafalkan
tetapi harus ada pengertian yang dalam. Secara implisit, learning to know bermakna belajar
sepanjang hayat, yang berkeyakinan bahwa pendidikan berlangsung selama manusia hidup ,
didalam atau di luar sekolah dan tanpa mengenal batasan umur. Dengan demikian, kita
mendorong bahwa tiap pribadi sebagai subjek yang bertanggung jawab atas pendidikannya
sendiri, untuk menyadari bahwa :
 1.Proses dan waktu pendidikan berlangsung seumur hidup sejak dalam
kandungan hingga manusia meninggal.
 2. Belajar tidak mengenal batasan waktu, artinya tidak ada kata terlambat
untuk belajar.
 3. Belajar adalah proses alamiah sebagai bagian integral/totalitas kehidupan.

Konsep learning to know menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu berperan
sebagai informator, organisator, motivator, diretor, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator,
dan evaluator bagi siswanya, sehingga peserta didik perlu dimotivasi agar timbul kebutuhan
terhadap informasi, keterampilan hidup, dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya. Yusak
(2003) mengatakan bahwa secara kreatif menguasai instrumen ilmu dan pemahaman yang
terus berkembang, umum atau spesifik, sebagai sarana dan tujuan , dan memungkinkan
terjadinya belajar sepanjang hayat (long life educations).
Dan learning to know mengandung beberapa prinsip,yaitu:
 Sesuatu yang dipelajari siswa, maka siswa harus mempelajarinya
 Setiap siswa yang belajar mekan belajar miliki kecepatan masing-masing
 Siswa akan belajar banyak, apabila setiap selesai melaksanakan tahapan kegiatan
diberikan reinforcement.Pengusaan penuh
 Mahasiswa yang diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar
 Guru sebagai demonstrator
 Guru sebagai pembimbing
 Guru sebagai mediator
 Guru sebagai evaluator

Dan sasaran terakhir dari penerapan pilar “learning to know” adalah lahirnya suatu
generasi yang mampu mendukung perkembangan iptek,yang menjadikan iptek sebagai
kebudayaan.Karena bagi mereka yang menjadikan iptek sebagai kebudayaan,”science”
adalah wujud berpikir yang paling baik.

2. Learning to do (belajar untuk membuat)


Belajardimaknai sebagai untuk membuat peserta didik bukan hanya
mengetahui,mendengar,dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan,tetapi lebih
kepada dapat melakukan,terampil berbuat atau mengerjakan kegiatan tertentu(sesuatu)
sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan.

Learning to do lebih ditekankan pada bagaimana mengajarkan anak-anak untuk


mempraktikkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya dan dapat mengadaptasikan
pengetahuan-pengetahuan yang telah diperolehnya tersebut dengan pekerjaan-pekerjaan di
masa depan.. Seperti kemampuan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan seperti “ controlling,
monitoring, designing, organizing.”peserta didik diajarkan melakukan sesuatu dalam situasi
konkrit yang tidak hanya terbatas pada pengusaan keterampilan yang mekanitis tetapi juga
kemampuan terampil berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, mengelola dan
mengatasi suatu konflik. Melalui pilar ini, dimungkinkan mencetak generasi muda yang
intelligent dalam bekerja dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi.

Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya


untuk mengembangkan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya. Guna
mencapai keberhasilan dimasa mendatang. Walaupun bakat dan minat dipengaruhi oleh
factor keturunan namun tumbuh berkembangnya bergantung pada lingkungan. Lingkungan di
bagi dua yaitu :
• Lingkungan sosial .
• Lingkungan nonsosial
Konsep learning to do menyiratkan bahwa siswa dilatih untuk sadar dan mampu melakukan
suatu perbuatan atau tindakan produktif dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Terkait dengan hal tersebut maka proses belajar-mengajar perlu didesain secara aplikatif agar
keterlibatan peserta didik, baik fisik, mental dan emosionalnya dapat terakomodasi sehingga
mencapai tujuan yang diharapkan.

Learning to do mengandung prinsip,yaitu:


 Menjembatani pengetahuan dan keterampilan
 Memadukan learning by doing dan doing by learning
 Mengkaitkan pembelajaran dengan kompetensi
 Mengkaitkan psikologi pembelajaran dengan sosiologi pembelajaran

3. Learning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri)


Belajar menjadi seseorang,mengembangkan kepribadian dan kemampuan untuk
bertindak secara mandiri,kritis,penuh pertimbangan serta bertanggung jawab.Dalam
hubungan ini,pendidikan harus berubungan dengan setiap aspek dari potensi pribadi yang
berupa:mengingat,menalar,rasa estetis,kemampuan-kemampuan fisik,dan keterampilan-
keterampilan berkomunikasi.

Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa
agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama dalam
hidup bermasyarakat. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari
proses menjadi diri sendiri. Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman
terhadap kebutuhan dan jati diri. Berprilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku
dimasyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses
pencapaian aktualisasi diri.

Learning to be mengandung prinsip,yaitu:


 Berfungsi sebagai andil terhadap pembentukan nilai-nilai yang dimiliki bersama
 Menghubungkan antara tangan dan fikiran,individu dengan masyarakat dengan
masyarakat pembelajaran kognitif dan non-kognitif serta pembelajaran formal dan
non-formal.

4. Learning to live together (belajar untuk bersosial)

Learning to live together, pada dasarnya adalah mengajarkan, melatih dan


membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi
yang baik, menjauhi prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain serta menjauhi dan
menghindari terjadinya perselisihan dan konflik. Persaingan dalam misi ini harus dipandang
sebagai upaya-upaya yang sehat untuk mencapai keberhasilan, bukan sebaliknya bahwa
persaingan justru mengalahkan nilai-nilai kebersamaan bahkan pengehancuran terhadap
orang lain atau pihak lain untuk kepentingan sendiri.
Artinya siswa dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dalam proses pendidikan , melalui
bekerja atau belajar bersama atau dalam kelas, saling menghargai pendapat orang lain,
menerima pendapat yang berbeda, belajar mengemukakan pendapat dan atau bersedia
“sharing ideas” dengan orang lain dalam kegiatan pembelajaran atau bidang lainnya. Dalam
kaitan ini adalah tugas pendidikan untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bahwa
hakekat manusia adalah beragam tetapi dalam keragaman tersebut terdapat persamaan. Itulah
sebabnya learning to live together menjadi pilar belajar yang penting untuk menanamkan
jiwa perdamaian.

.Learning to live together mengandung prinsip,yaitu:


 v Membangun system nilai
 v Pembentukan identitas melalui proses pemilikan konsep luas

5. Learning to believe in God (belajar untuk mempercayai Tuhan Yang Maha Esa)
Belajar untuk Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan dengan teologi
bahwa faktanya,Tuhan menciptakan manusia lengkap dengan berbagai potensi yang
diberikan kepadanya termasuk potensi kemauan dan kehendak diri serta kemampuan memilih
dan berupaya untuk mandiri.

BAB III
3.1 KESIMPULAN

Pilar-pilar pendidikan tersebut dirancang dengan sangat bagus dan dengan tujuan yang sangat
bagus pula. Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan yang
berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih baik.

Namun masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut, baik mengenai SDM
nya, fasilitasnya, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau daerah dalam memandang arti
penting pendidikan, dan kendala-kendala lain.

Persoalan pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama, karenanya tentu secara
bersama-sama pula kita mencari alternative pemecahannya. Mudah-mudahan ke empat pilar
tersebut dapat kita realisasikan dan akan nampak hasinya.

Mari melakukan introspeksi diri sejauh mana kita sudah melakukan yang terbaik untuk
perubahan dan perbaikan terhadap persoalan pendidikan yang melilit negeri ini. Satu harapan
kita semua, agar dunia pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik dan berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai