Oleh : kelompok 6
BAB II
2.1 PEMBAHSAN
UNESCO sebagai salah satu badan organisasi dunia yang berkiprah dalam bidang
pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya telah meneliti perubahan kehidupan itu semua dan
mengantisipasinya melalui perubahan visi atau cara pandang pendidikan yang dituangkan
dalam sebuah buku; Belajar: Harta Karun di Dalamnya, Laporan UNESCO dari Komisi
Internasional tentang Pendidikan di Abad XXI. Yaitu pilar-pilar pendidikandengan learning
to know, learning to do, learning to be,learning to live together, dan learning to believe in
God.
Dalam kamus umum,pilar adalah tiang penyangga/penguat dari beton dan
sebagainya,juga sekaligus dipakai untuk keindahan/keserasian,penunjang untuk kegiatan.
Menurut M.J.Langelveld “Pendidikan adalah setiap usaha,pengarugh ,perlindumgan dan
bantuan secara sadar dan sengaja kepada anak(yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya
menuju kea rah kedewasaan dalam arti dapat bediri sendiri dan bertanggung jawab atas
segala tindakannya menurut pilihannya sendiri. Jadi pilar pendidikan adalah tiang atau
penunjang suatu kegiatan usaha,pengaruh perlindungan dan bantuan yang akan diberikan ke
anak didik untuk pendewasaanya.
Artinya belajar itu harus dapat memahami apa yang dipelajari bukan hanya dihafalkan
tetapi harus ada pengertian yang dalam. Secara implisit, learning to know bermakna belajar
sepanjang hayat, yang berkeyakinan bahwa pendidikan berlangsung selama manusia hidup ,
didalam atau di luar sekolah dan tanpa mengenal batasan umur. Dengan demikian, kita
mendorong bahwa tiap pribadi sebagai subjek yang bertanggung jawab atas pendidikannya
sendiri, untuk menyadari bahwa :
1.Proses dan waktu pendidikan berlangsung seumur hidup sejak dalam
kandungan hingga manusia meninggal.
2. Belajar tidak mengenal batasan waktu, artinya tidak ada kata terlambat
untuk belajar.
3. Belajar adalah proses alamiah sebagai bagian integral/totalitas kehidupan.
Konsep learning to know menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu berperan
sebagai informator, organisator, motivator, diretor, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator,
dan evaluator bagi siswanya, sehingga peserta didik perlu dimotivasi agar timbul kebutuhan
terhadap informasi, keterampilan hidup, dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya. Yusak
(2003) mengatakan bahwa secara kreatif menguasai instrumen ilmu dan pemahaman yang
terus berkembang, umum atau spesifik, sebagai sarana dan tujuan , dan memungkinkan
terjadinya belajar sepanjang hayat (long life educations).
Dan learning to know mengandung beberapa prinsip,yaitu:
Sesuatu yang dipelajari siswa, maka siswa harus mempelajarinya
Setiap siswa yang belajar mekan belajar miliki kecepatan masing-masing
Siswa akan belajar banyak, apabila setiap selesai melaksanakan tahapan kegiatan
diberikan reinforcement.Pengusaan penuh
Mahasiswa yang diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar
Guru sebagai demonstrator
Guru sebagai pembimbing
Guru sebagai mediator
Guru sebagai evaluator
Dan sasaran terakhir dari penerapan pilar “learning to know” adalah lahirnya suatu
generasi yang mampu mendukung perkembangan iptek,yang menjadikan iptek sebagai
kebudayaan.Karena bagi mereka yang menjadikan iptek sebagai kebudayaan,”science”
adalah wujud berpikir yang paling baik.
Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa
agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama dalam
hidup bermasyarakat. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari
proses menjadi diri sendiri. Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman
terhadap kebutuhan dan jati diri. Berprilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku
dimasyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses
pencapaian aktualisasi diri.
5. Learning to believe in God (belajar untuk mempercayai Tuhan Yang Maha Esa)
Belajar untuk Beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan dengan teologi
bahwa faktanya,Tuhan menciptakan manusia lengkap dengan berbagai potensi yang
diberikan kepadanya termasuk potensi kemauan dan kehendak diri serta kemampuan memilih
dan berupaya untuk mandiri.
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Pilar-pilar pendidikan tersebut dirancang dengan sangat bagus dan dengan tujuan yang sangat
bagus pula. Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan pendidikan yang
berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi lebih baik.
Namun masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut, baik mengenai SDM
nya, fasilitasnya, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau daerah dalam memandang arti
penting pendidikan, dan kendala-kendala lain.
Persoalan pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama, karenanya tentu secara
bersama-sama pula kita mencari alternative pemecahannya. Mudah-mudahan ke empat pilar
tersebut dapat kita realisasikan dan akan nampak hasinya.
Mari melakukan introspeksi diri sejauh mana kita sudah melakukan yang terbaik untuk
perubahan dan perbaikan terhadap persoalan pendidikan yang melilit negeri ini. Satu harapan
kita semua, agar dunia pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik dan berkualitas.