A. PENDAHULUAN
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali
melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu
bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan sangat
penting artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan
hidup di masa depan. Manusia yang dapat bergumul dalam masa dimana dunia
semakin sengit tingkat kompetensinya adalah manusia yang berkualitas. Manusia
demikianlah yang diharapkan dapat bersama-sama manusia yang lain turut
bepartisipasi dalam percaturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka-teki
(Isjoni, 2008:vii).
Berangkat dari pemikiran tersebut, Persarikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui
lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural
Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan, yakni: (1) Learning to know,
(2) Learning to do, (3) Learning to live together, dan (4) Learning to be. Berikut ini
akan kami sampaikan ulasan mengenai ke empat pilar pendidikan tersebut.
3. Belajar/ mendidik diri sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian integral/
totalitas kehidupan (Burhannudin Salam, 1997:207).
Menurut Isjoni (2008:47), guru adalah orang yang identik dengan pihak yang
memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Di tangan
gurulah tunas-tunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitasnya, sehingga mampu
memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini di masa yang akan datang.
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan
dan membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatkan kemampuan
belajar bagi siswanya, dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut
perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode
mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam
mengelola proses belajar-mengajar.
Guru bisa dikatakan unggul dan profesional bila mampu mengembangkan
kompetensi individunya dan tidak banyak bergantung pada orang lain.
Konsep learning to know ini menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu
berperan sebagai berikut:
1. Guru berperan sebagai sumber belajar. Peran ini berkaitan penting dengan
penguasaan materi pembelajaran. Dikatakan guru yang baik apabila ia dapat
menguasai materi pembelajaran dengan baik, sehingga benar-benar
berperan sebagi sumber belajar bagi anak didiknya.
2. Guru
sebagai Fasilitator. Guru berperan memberikan pelayanan
memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
3. Guru sebagai pengelola. Guru berperan menciptakan iklim blajar yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Prinsip-prinsip belajar
yang harus diperhatikan guru dalam pengelolaan pembelajaran, yaitu: (a)
sesuatu yang dipelajari siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri, (b)
setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing-masing, (c) siswa akan
belajar lebih banyak, apabila setiap selesai melaksanakan tahapan kegiatan
diberikan reinforcement, (d) penguasaan secara penuh, dan (e) siswa yang
diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi untuk belajar.
4. Guru sebagai demonstrator. Guru berperan untuk menunjukkan kepada
siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan
memahami setiap pesan yang disampaikan.
5. Guru sebagai pembimbing. Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu
bisa dilihat dari adanya setiap perbedaan. Perbedaan inilah yang menuntut
guru harus berperan sebagai pembimbing..
6. Guru sebagai mediator. Guru selain dituntut untuk memiliki pengetahuan
tentang media pendidikan juga harus memiliki keterampilan memilih dan
menggunakan media dengan baik.
keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be)
(Atika, 2010). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap
kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang
berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya
merupakan proses pencapain aktualisasi diri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan menurut Djamal (2007:101)
yaitu:
1. Motivasi. Yaitu kondisi fisiologi dan psikologis yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan/ kebutuhan
2. Sikap. Sikap yaitu suatu kesiapan mental atau emosional dalam berbagai
jenis tindakan pada situasi yang tepat.
3. Minat
4. Kebiasaan belajar. Berbagai hasil penelitian menunjukkan, bahwa hasil
belajar mempunyai kolerasi positif dengan kebiasaan atau study habit.
Kebiasan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara
berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.
5. Konsep diri. Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya
sendiri yang menyangkut perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut
berpengaruh terhadap orang lain.
Makna pilar ke empat ini adalah muara akhir dari tiga pilar pendidikan diatas.
Dengan pilar ini, peserta didik berpotensi menjadi generasi baru yang
berkepribadian mantap dan mandiri (Aezacan, 2011).
D.
KESIMPULAN
1. Pilar-pilar pendidikan tersebut dirancang dengan sangat bagus dan dengan
tujuan yang sangat bagus pula. Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut,
diharapkan pendidikan yang berlangsung di seluruh dunia termasuk
Indonesia dapat menjadi lebih baik.
2. Namun masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut, baik
mengenai SDM nya, fasilitasnya, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau
daerah dalam memandang arti penting pendidikan, dan kendala-kendala lain.
3. Persoalan pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama, karenanya
tentu secara bersama-sama pula kita mencari alternative pemecahannya.
Mudah-mudahan ke empat pilar tersebut dapat kita realisasikan dan akan
nampak hasinya.
4. Mari melakukan introspeksi diri sejauh mana kita sudah melakukan yang
terbaik untuk perubahan dan perbaikan terhadap persoalan pendidikan yang
melilit negeri ini. Satu harapan kita semua, agar dunia pendidikan di
Indonesia bisa menjadi lebih baik dan berkualitas.
5. Majulah pendidikan indonesiaku..
DAFTAR PUSTAKA
Djamal. (2007). Psikologi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Fakhrudin. (2010). Menjadi guru favorit Yogyakarta: Diva Press.
Isjoni.(2008). Guru sebagai motivator perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni.(2008). Memajukan bangsa dengan pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Salam, B. (1997). Pengantar pedagogik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syah, M. (2004). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
http://gears99.blogspot.com/2012/04/empat-pilar-pendidikan-menurut-unesco.html
27 Maret 2013