Anda di halaman 1dari 4

Nama : Alifia Zuanita Rahmasari

NIM : 22108244146

Landasan Sosiokultural Pendidikan


A. Pendahuluan
Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia,
makmanusia haru dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Dilain pihak
manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran yang berbeda-beda
dengan makhluk lainnya. Sedangkan pendidikan itu adalah meruapakan suatu usaha
yang dirugikan dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan
manusia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya. Secara sosial pendidikan adalah
sebuah warisan budaya dari generasi ke generasi, agar kehidupan masyarakat
berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Kultur sosial merupakan
bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hamper
setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur kultur sosial.
Memasuki abad ke-21 dan menyongsong millennium ketiga tentu akan terjadi
banyak sekali perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari era
globalisasi. Sedangkan pada kenyataannya masyarakat mengalami perubahan sosial
yang begitu cepat, maju dan memperlihatkan gejala desintegrasi yang meliputi berbagai
sendi kehidupan dan menjadi masalah, salah satunya dirasakan oleh duni pendidikan.
Tak hanya pada perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar dalam dunia
pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah cara hidup,
berkomunikasi, berpikir dan cara bagaimana mencapai kesejahteraan. Dengan
mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia pendidikan
dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijaksana.

B. Definisi Landasan Sosiokultural


August Comte berpendapat bahwa manusia sebagai makhluk yang dituntut
untuk selalu hidup bersama dengan sesamanya. Menurut Abu Ahmadi, sosial adalah
merupakan tingkah laku manusia dalam kelompok. Sudut pandangnya ialah
memandang hakekat suatu masyarakat, kebudayaan dan individu secara ilmiah.
Sedangkan susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri atas konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang mengenai kehidupan kelompok sosial, kebudayaan dan
perkembangan pribadi. Kata kultur berasal dari bahasa Inggris yaitu culture sedangkan
jika dikaji secara mendalam kultur memiliki arti yaitu sebuah budaya. Budaya ini
berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhaya yang artinya adalah suatu bentuk jamak
dari kata buddhi (budi dan akal). Landasan sosiokultural mengandung makna norma
dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan berbudaya yang dianut oleh
suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan berbudaya suatu bangsa harus bersimpati
pada berbagai dimensi kultur terkait dengan ciri manusia sendiri sebagai makhluk yang
“belum selesai” dan harus berkembang, maka kultur juga terkait dengan usaha
pemenuhan kebutuhan manusia yang asasi, maka dari itu dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Kultur dapat dipahami sebagai strategi manusia dalam menghadapi
lingkungannya.
2. Kultur merupakan suatu system yang terkait dengan system sosial. Budaya
dari satu pihak mengkondisikan suatu system sosial dalam arti ikut serta
membentuk atau mengarahkanm tetapi juga dikondisikan oleh system
sosial.
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan
perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai, dan norma-
norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini
disebut transformasi kultur. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat
transmisi dan transformasi kultur adalah pada Lembaga-lembaga pendidikan, pimpinan
sekolah dan system keluarga.
Sosiokultural merupakan struktur sosial dan pola budaya dalam suatu
masyarakat. Landasan sosiokultural mengacu pada hubungan antar individu secara
alami, artinya aspek yang telah ada sejak manusia dilahirkan. Landasan sosiokultural
pada pendidikan adalah merupakan peranan aspek sosial budaya pada pendidikan.
Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan bagian dari system sosial masyarakat
secara berkelompok yang membentuk suatu budaya. Karena aspek sosial telah melekat
pada diri individu, maka perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar
menjadi matang. Di samping tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu
sendiri sangat berperan dalam membantu anak dalam mengembangkan dirinya. Larson
dan Smalley (1972: 39) menggambarkan sosiokultural sebagai sebuah blue print yang
menuntun perilaku manusia dalam sebuah masyarakat yang ditetaskan dalam
kehidupan keluarga. Sosiokultural mengatur tingkah laku seseorang dalam kelompok,
membuah seseorang sensitive terhadap status, dan dapat membantunya mengetahui apa
yang diharapkan orang lain terhadap dirinya dan apa yang akan terjadi jika tidak
memenuhi harapan-harapan mereka.
Sosiokultural membantu seseorang untuk mengetahui seberapa jauh dirinya
dapat berperan sebagai individu dan apa tanggung jawab dirinya terhadap kelompok.
Dimyati (2006: 269) mengatakan bahwa nilai sosial kultur bersumber pada hasil karya,
akal budi, kreasi manusia, sehingga dapat menyebarluaskannya dan memeliharanya.
Jadi landasan sosiokultural memiliki makna bahwa suatu hasil interaksi masyarakat
yang telah melekat dan saling terkait erat dan memiliki nilai-nilai yang terkandung
didalamnya dalam pola pendidikan suatu masyarakat.
C. Cakupan Landasan Sosiokultural
Pada umumnya sosialisasi berhubungan dengan proses interaksi dimana
seorang individu mendapatkan norma, nilai, keyakinan, sikap dan bahasa dalam
kelompoknya. Budaya sekolah cakupannya sangat luas, umumnya mencakup ritual,
harapan, hubungan, demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakulikuler, proses
pengambilan keputusan, kebijakan maupun interaksi sosial antar komponen di sekolah.
Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi
dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai
administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat di sekolah.
Interaksi internal kelompok dan antar kelompok terikat oleh berbagai aturan, norma,
moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah.

D. Ciri-ciri Landasan Sosiokultural di Indonesia


Kultur sosial dalam pendidikan di Indonesia, secara umum ada tiga hal yang dapat
didefinisikan, yaitu:
1. Non Formal
Cara non formal terjadi di masyarakat. Hal ini terjadi secara terus menerus dimana
masyarakat yang terlibat bagaimana terbentuknya suatu tatanan norma sosial yang
berlaku.
2. Formal
Cara formal terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini terjadi di dalam suatu proses
pembelajaran di sekolah dan hasil interaksi yang terjadi di dalam mengenal ilmu
pengetahuan, etika dan norma-norma yang berlaku di dalam suatu system yang
disebut dengan sekolah.

E. Implikasi Landasan Sosiokultural dalam Pendidikan di Indonesia


Budaya sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan
selalu terkait dengan pendidikan dan pembelajaran yang utama. Menurut
Koentjaraningrat dalam Umar Tirtaraharja (2005: 100) kultir dalam arti luas dapat
diwujudkan sebagai berikut:
1. Ideal seperti ide, gagasan dan nilai.
2. Kelakuan berpola dari manusia dan masyarakat.
3. Fisik yakni benda hasil karya manusia.
Kultur dapat dibentuk dan dikembangkan dari sebuah pendidikan. Hal ini dapat
dibuktikan di dalam penggunaan bahasa, setiap masyarakat dapat dikatakan melarang
kepada anak-anak untuk mengatakan sesuatu, kapan hal itu dapat dikatakan, bagaimana
mengatakannya dan kepada siapa mengatakannya. Sedangkan beberapa contoh lain dari
hasil kultur dalam dewan pendidikan adalah bagaimana menyikapi pakaian yang sesuai
dengan norma-norma yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat dan mengajarkan
pola tingkah laku dalam pergaulan sosial di masyarakat.
F. Fungsi Penting Landasan Sosiokultural dalam Pendidikan
Dalam perkembangannya, landasan sosiokultural memiliki peranan fungsi yang
penting di dalam dunia pendidikan, yaitu:
1. Mewujudkan masyarakat yang cerdas; yaitu masyarakat yang pancasilais yang
memiliki cita-cita da harapan dapat dimodifikasi dan beradab, menjunjung tinggi
hak-hak asasi manusia dan bertanggung jawab serta berakhlak mulia, tertib dan
sadar akan hukum, kooperatif dan kompetitif serta memiliki kesadaran dan
solidaritas antar generasi dan antar bangsa.
2. Transimisi budaya di sekolah yang berfungsi sebagai reproduksi budaya
menempatkan sekolah sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi
semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang
lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan yang tinggi.
3. Pengendalian sosial, yang berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku
yang menyimpang dan terjadinya perilaku yang menyimpang. Pengendalian sosial
juga berfungsi melindungi kesejahteraan masyarakat seperti Lembaga
pemasyarakatan dan Lembaga pendidikan.
4. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena pendidikan
sebagai budaya harus dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan
perasaannya agar taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dianutnya.
5. Analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat dan hubungan antar Lembaga
pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain batik.
Dalam hal ini, motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah Lembaga pendidikan
dan latarnya adalah masyarakat. Antara Lembaga pendidikan dengan masyarakat
terjadi suatu hubungan timbal balik atau bisa disebut dengan symbiosis mutualisme.
Pendidikan atau sekola memberi manfaat untuk meningkatkan peran mereka
sebagai warga masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai