A. Pendahuluan Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia, makmanusia haru dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Dilain pihak manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran yang berbeda-beda dengan makhluk lainnya. Sedangkan pendidikan itu adalah meruapakan suatu usaha yang dirugikan dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan manusia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya. Secara sosial pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi ke generasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Kultur sosial merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hamper setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur kultur sosial. Memasuki abad ke-21 dan menyongsong millennium ketiga tentu akan terjadi banyak sekali perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari era globalisasi. Sedangkan pada kenyataannya masyarakat mengalami perubahan sosial yang begitu cepat, maju dan memperlihatkan gejala desintegrasi yang meliputi berbagai sendi kehidupan dan menjadi masalah, salah satunya dirasakan oleh duni pendidikan. Tak hanya pada perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar dalam dunia pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah cara hidup, berkomunikasi, berpikir dan cara bagaimana mencapai kesejahteraan. Dengan mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijaksana.
B. Definisi Landasan Sosiokultural
August Comte berpendapat bahwa manusia sebagai makhluk yang dituntut untuk selalu hidup bersama dengan sesamanya. Menurut Abu Ahmadi, sosial adalah merupakan tingkah laku manusia dalam kelompok. Sudut pandangnya ialah memandang hakekat suatu masyarakat, kebudayaan dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri atas konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mengenai kehidupan kelompok sosial, kebudayaan dan perkembangan pribadi. Kata kultur berasal dari bahasa Inggris yaitu culture sedangkan jika dikaji secara mendalam kultur memiliki arti yaitu sebuah budaya. Budaya ini berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhaya yang artinya adalah suatu bentuk jamak dari kata buddhi (budi dan akal). Landasan sosiokultural mengandung makna norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan berbudaya yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan berbudaya suatu bangsa harus bersimpati pada berbagai dimensi kultur terkait dengan ciri manusia sendiri sebagai makhluk yang “belum selesai” dan harus berkembang, maka kultur juga terkait dengan usaha pemenuhan kebutuhan manusia yang asasi, maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Kultur dapat dipahami sebagai strategi manusia dalam menghadapi lingkungannya. 2. Kultur merupakan suatu system yang terkait dengan system sosial. Budaya dari satu pihak mengkondisikan suatu system sosial dalam arti ikut serta membentuk atau mengarahkanm tetapi juga dikondisikan oleh system sosial. Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai, dan norma- norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kultur. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kultur adalah pada Lembaga-lembaga pendidikan, pimpinan sekolah dan system keluarga. Sosiokultural merupakan struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Landasan sosiokultural mengacu pada hubungan antar individu secara alami, artinya aspek yang telah ada sejak manusia dilahirkan. Landasan sosiokultural pada pendidikan adalah merupakan peranan aspek sosial budaya pada pendidikan. Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan bagian dari system sosial masyarakat secara berkelompok yang membentuk suatu budaya. Karena aspek sosial telah melekat pada diri individu, maka perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Di samping tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak dalam mengembangkan dirinya. Larson dan Smalley (1972: 39) menggambarkan sosiokultural sebagai sebuah blue print yang menuntun perilaku manusia dalam sebuah masyarakat yang ditetaskan dalam kehidupan keluarga. Sosiokultural mengatur tingkah laku seseorang dalam kelompok, membuah seseorang sensitive terhadap status, dan dapat membantunya mengetahui apa yang diharapkan orang lain terhadap dirinya dan apa yang akan terjadi jika tidak memenuhi harapan-harapan mereka. Sosiokultural membantu seseorang untuk mengetahui seberapa jauh dirinya dapat berperan sebagai individu dan apa tanggung jawab dirinya terhadap kelompok. Dimyati (2006: 269) mengatakan bahwa nilai sosial kultur bersumber pada hasil karya, akal budi, kreasi manusia, sehingga dapat menyebarluaskannya dan memeliharanya. Jadi landasan sosiokultural memiliki makna bahwa suatu hasil interaksi masyarakat yang telah melekat dan saling terkait erat dan memiliki nilai-nilai yang terkandung didalamnya dalam pola pendidikan suatu masyarakat. C. Cakupan Landasan Sosiokultural Pada umumnya sosialisasi berhubungan dengan proses interaksi dimana seorang individu mendapatkan norma, nilai, keyakinan, sikap dan bahasa dalam kelompoknya. Budaya sekolah cakupannya sangat luas, umumnya mencakup ritual, harapan, hubungan, demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakulikuler, proses pengambilan keputusan, kebijakan maupun interaksi sosial antar komponen di sekolah. Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat di sekolah. Interaksi internal kelompok dan antar kelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah.
D. Ciri-ciri Landasan Sosiokultural di Indonesia
Kultur sosial dalam pendidikan di Indonesia, secara umum ada tiga hal yang dapat didefinisikan, yaitu: 1. Non Formal Cara non formal terjadi di masyarakat. Hal ini terjadi secara terus menerus dimana masyarakat yang terlibat bagaimana terbentuknya suatu tatanan norma sosial yang berlaku. 2. Formal Cara formal terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini terjadi di dalam suatu proses pembelajaran di sekolah dan hasil interaksi yang terjadi di dalam mengenal ilmu pengetahuan, etika dan norma-norma yang berlaku di dalam suatu system yang disebut dengan sekolah.
E. Implikasi Landasan Sosiokultural dalam Pendidikan di Indonesia
Budaya sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan dan pembelajaran yang utama. Menurut Koentjaraningrat dalam Umar Tirtaraharja (2005: 100) kultir dalam arti luas dapat diwujudkan sebagai berikut: 1. Ideal seperti ide, gagasan dan nilai. 2. Kelakuan berpola dari manusia dan masyarakat. 3. Fisik yakni benda hasil karya manusia. Kultur dapat dibentuk dan dikembangkan dari sebuah pendidikan. Hal ini dapat dibuktikan di dalam penggunaan bahasa, setiap masyarakat dapat dikatakan melarang kepada anak-anak untuk mengatakan sesuatu, kapan hal itu dapat dikatakan, bagaimana mengatakannya dan kepada siapa mengatakannya. Sedangkan beberapa contoh lain dari hasil kultur dalam dewan pendidikan adalah bagaimana menyikapi pakaian yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat dan mengajarkan pola tingkah laku dalam pergaulan sosial di masyarakat. F. Fungsi Penting Landasan Sosiokultural dalam Pendidikan Dalam perkembangannya, landasan sosiokultural memiliki peranan fungsi yang penting di dalam dunia pendidikan, yaitu: 1. Mewujudkan masyarakat yang cerdas; yaitu masyarakat yang pancasilais yang memiliki cita-cita da harapan dapat dimodifikasi dan beradab, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan bertanggung jawab serta berakhlak mulia, tertib dan sadar akan hukum, kooperatif dan kompetitif serta memiliki kesadaran dan solidaritas antar generasi dan antar bangsa. 2. Transimisi budaya di sekolah yang berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan yang tinggi. 3. Pengendalian sosial, yang berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku yang menyimpang dan terjadinya perilaku yang menyimpang. Pengendalian sosial juga berfungsi melindungi kesejahteraan masyarakat seperti Lembaga pemasyarakatan dan Lembaga pendidikan. 4. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena pendidikan sebagai budaya harus dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan perasaannya agar taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dianutnya. 5. Analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat dan hubungan antar Lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini, motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah Lembaga pendidikan dan latarnya adalah masyarakat. Antara Lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi suatu hubungan timbal balik atau bisa disebut dengan symbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekola memberi manfaat untuk meningkatkan peran mereka sebagai warga masyarakat.