Psikologi sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Psikologi merupakan salah satu ilmu yang
sudah lama berkembang. Ilmu ini diyakini sudah ada sejak zaman Yunani Kuno, meskipun
disadari bahwa pada zaman ini psikologi merupakan domain dari filsafat. Ini terjadi karena
memang sebagai suatu ilmu, psikologi pada waktu itu masih spekulatif. Bukti bahwa psikologi
merupakan ilmu yang sudah ada sejak Zaman Yunani Kuno adalah munculnya spekulasi Plato
(427-347 SM) yang menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan individual sesungguhnya
mempunyai dasar genetik. Berbicara tentang perbedaan individual dan dasar genetik berarti
berbicara tentang psikologi sebab salah satu kajian dalam psikologi adalah perbedaan individual
dan faktor genetik.
Secara leksikal psikologi berasal dari bahasa Yunani, yakni psyche yang berarti jiwa atau ruh
dan logos yang berarti ilmu. Di lihat secara leksikal psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu
tentang jiwa atau ruh. Definisi inilah yang dijadikan pegangan dan diyakini masyarakat selama
berabad-abad. Beberapa ahli yang memberikan andil dalam perkembangan Psikologi Pendidikan
(baik dari filsafat, pendidikan, maupun psikologi) antara lain adalah :
3. Aristoteles adalah tokoh yang idenya berkembang menjadi Psikologi Daya. Dalam psikologi
Daya ada 3 kekuatan/komponen dalam jiwa manusia yang ketiganya
saling interdependent (bergantung satu sama lain). Ketiga komponen tersebut adalah :
(Penalaran/Pengertian/Kognitif/Cipta, Perasaan/Emosi/Afektif/Rasa, dan Kehendak/Will/
Konasi/Karsa).
4. John Heinrich Pestalozzi, dikenal sebagai tokoh yang menyarankan penyelenggaraan
pendidikan yang bersifat klasikal (rombongan).
Pada akhir abad ke-18, para psikologi seperti Francis Galton, Stanley Hall,
mempublikasikan hasil-hasil penelitian mereka tentang aspek-aspek perilaku individu. Hasil-
hasil penelitian ini sangat membantu bagi pendidik untuk memahami para anak didiknya.
William James, pemuka ahli psikologi Amerika, mengemukakan dalam seri kuliahnya
yang terkenal, bahwa psikologi adalah ilmu, sedangkan mengajar adalah seni atau kiat, dan ilmu
tidak pernah menurunkan langsung seni atau kiat diluar keilmuannya sendiri. Suatu pemikiran
inventif intermediet harus membuat aplikasi itu, dengan menggunakan keasliannya sebagai
sebuah ilmu pengetahuan.
B. Cakupan Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan pada asasnya adalah sebuah disiplin psikologi yang khusus
mempelajari, meneliti, dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses
pendidikan itu meliputi tingkah laku belajar (oleh siswa), tingkah laku mengajar (oleh guru), dan
tingkah laku mengajar-belajar (oleh guru dan siswa yang saling berinteraksi).
Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi
pendidikan menjadi tiga macam.
1. Pokok bahasan mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas
perilaku belajar siswa, dan sebagainya.
2. Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi
dalam kegiatan belajar siswa.
3. Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat
fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.
Sementara itu, Samuel Smith sebagaimana yang dikutip Suryabrata (1984), menetapkan
16 topik bahasan yang rinciannya sebagai berikut:
Masalah pokok kita sekarang adalah apa dan bagaimana belajar itu sesungguhnya?
Samakah dengan latihan, menghapal, mengumpulkan fakta dan sebagainya?
Selanjutnya, walaupun masalah belajar merupakan pokok bahasan sentral dan vital, tidak
berarti masalah-masalah lain tidak perlu dibahas oleh psikologi pendidikan. Masalah mengajar
(teaching) dan proses mengajar belajar (teaching-learning process) seperti telah penyusun
tekankan sebelum ini, juga dibicarakan dengan porsi yang cukup besar dan luas dalam psikologi
pendidikan. Betapa pentingnya masalah proses mengajar-belajar tersebut, terbukti dengan
banyaknya penelitian yang dilakukan dan buku-buku psikologi pendidikan yang secara khusus
membahas masalah interaksi instruksional (hubungan bersifat pengajaran) antara guru dengan
siswa.
Khusus mengenai proses mengajar-belajar, para ahli psikologi pendidikan seperti Barlow
(1985) dan Good & Brophy (1990) mengelompokkan pembahasan ke dalam tujuah bagian.
Dalam hal penanganan manajemen (proses penggunaan sumber daya untuk mencapai
tujuan) yakni manajemen ruang belajar atau kelas, tugas utama guru adalah: 1) melakukan
kontrol terhadap seluruh keadaan dan aktivitas kelas; 2) menciptakan iklim ruang belajar
(classroom climate) sedemikian rupa agar proses mengajar-belajar dapat berjalan wajar dan
lancar. Pengendalian atau kontrol yang dilakukan guru, menurut tinjauan psikologi pendidikan
harus senantiasa diorientasikan pada tercapainya disiplin.
Para peneliti bidang psikologi khususnya psikologi pendidkan kini telah semakin sadar
betapa dalam dan rumitnya proses berpikir siswa ketika ia belajar, sehingga gejala perilaku
hewan percobaan tak layak lagi digunakan sebagai bahan kiasan (analogi) yang memadai.
Perubahan ini mengakibatkan berubahnya pola riset dan penggunaan metode untuk menghimpun
data psikologis di bidang kependidikan.
Pada umunya, para ahli psikologi pendidikan melakukan riset psikologi di bidang
kependidikan dengan memanfaatkan beberapa metode penelitian tertentu seperti: a) eksperimen;
b) kuesioner; c) studi kasus d) penyelidikan klinis; dan e) observasi naturalistic. Di samping lima
macam metode di atas, H.C. Witherington menyebut satu metode lagi yang bernama metode
filosofis atau spekulatif.
Metode Eksperimen
Metode eksperimen bagi para psikolog, termasuk psikolog pendidikan dianggap sebagai
metode pilihan dalam arti lebih utama untuk digunakan dalam riset-riset. Alasannya, data dan
informasi yang dihimpun melalui metode ini lebih bersifat definitive (pasti) dan lebih sainstifik
(ilmiah) jika dibandingkan dengan data dan informasi yang dihimpun melalui penggunaan-
penggunaan metode lainnya.
Metode Kuesioner
Metode kuesioner (qustionaire) lazim juga disebut metode surat-menyurat (mail survey).
Kuesioner disebut “mail survey” karena pelaksanaan penyebaran dan pengembaliannya sering
dikirimkan ke dan dari responden melalui jasa pos.
Studi kasus (case study) ialah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk
memeroleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau
sekelompok siswa tertentu. Metode ini, selain dipakai oleh para peneliti psikologi pendidikan,
juga sering dipakai oleh peneliti ilmu-ilmu sosial lainnya karena lebih memungkinkan peneliti
melakukan investigasi (penyelidikan dengan mencatat fakta) dan penafsiran yang lebih luas dan
mendalam.
Metode Penyelidikan Klinis
Pada mulanya, metode penyelidikan klinis atau sebut saja metode klinis (clinical method)
hanya digunakan oleh para ahli psikologi klinis atau psikiater. Dalam metode ini terdapat
prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara-cara memberi perlakuan
pemulihan (psychological treatment) terhadap kelainan jiwa tersebut.
Jean Piaget adalah yang mula-mula memanfaatkan metode penyelidikan klinis tersebut
untuk kepentingan pendidikan. Piaget telah sering menggunakan metode ini untuk
mengumpulkan data dengan cara yang unik yakni interaksi semu alamiah (quasi-natural) antara
peneliti dengan anak yang diteliti (Reber, 1988).
Metode penyelidikan klinis pada umumnya hanya diberlakukan untuk menyelidiki anak
atau siswa yang mengalami penyimpangan psikologis tak terkecuali penyimpangan perilaku
(maladaptive behavior/behaviorisme). Oleh karenanya, penggunaan sarana dan cara yang
dikaitkan dengan metode tersebut selalu memperhatikan batas-batas kesanggupan siswa. Sama
halnya dengan metode eksperimen yang dilakukan dalam laboratorium, metode klinis juga
mementingkan intensitas dan ketelitian yang sungguh-sungguh.
Pada mulanya, observasi naturalistik lebih banyak digunakan oleh para ahli ilmu hewan
(ethologist) untuk mempelajari perilaku hewan tertentu, misalnya perkembangan perilaku ikan
jantan terhadap ikan betina (Lazerson, 1975). Kemudian, metode observasi naturalistik
digunakan oleh psikolog sosial untuk meneliti peranan kepemimpinan dalam sebuah masyarakat
atau meneliti sekelompok orang yang memerlukan terapi (perawatan dan pemulihan) yang
bersifat kemasyarakatan. Selanjutnya, metode ini juga digunakan oleh para psikolog
perkembangan para psikolog kognitif, dan para psikolog pendidikan.