Anda di halaman 1dari 11

NAMA : MESTRI SHALSA DAMANIK

NIM : 7163142028

KELAS : REGULER B

PRODI : PENDIDIKAN AKUNTANSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Psikologi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang peduli dengan proses


pembelajaran serta penerapan metoda dan teori-teori psikologi dalam proses
pendidikan. Woolfok (1995: 11) menegaskan educational psychology the
discipline concerned with teaching and learning processes; applies the method and
theories of psychology and has its own as well. Pembelajaran yang dimaksud
merupakan proses edukatif yang melibatkan pendidik dan peserta didik sebagai
pelaku utamanya. Pendidik berperan sebagai facilitator terjadinya perkembangan
peserta didik dan peserta didik merupakan subjek pembelajaran yan sedang
mengembangkan dirinya. Dalam interaksi antara pendidik dan peserta didik
terjadi saling mempengaruhi, terutama pengaruh pendidik terhadap perkembangan
peserta didik.
Dalam kerangka pendidikan ini, pendidik berupaya memilih metoda
pembelajaran yang tepat, yakni yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Misalnya, metoda pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran di SD kelas awal
adalah belajar sambil bermain atau bermain seraya belajar sebab peserta didik SD
kelas awal masih kental dengan nuansa kekanak-kanakan yang sangat famiiar
dengan permainan. Disamping itu pendidik berupaya menerapkan prinsip-prinsip
teori psikologi yang dipandang tepat digunakan dalam memfasiitasi perkembanan
peserta didik. Salah satu contoh, pendidik senantia memperhatikan keunikan
individual setiap peserta didik meskipun daam pembelajaran kelompok karena is
paham bahwa secara teoritis pada prinsipnya individu bersifat unik.

II
PEMBAHASAN

B. SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Perkembangan Psikologi Pendidikan pada permulaan abad ke-20 ditandai


penelitian-penelitian psikologi yang lebih khusus yang memberikan dampak besar
terhadap teori-teori dan praktek pendidikan. Tokohnya antara lain adalah
Termann, Thorndike, dan Jude. Aliran-aliran Psikologi yang berkembang pada
permulaan abad ke-20 yang mempelajari perilaku dan proses belajar dari sudut
pandang yang berbeda-beda, juga telah memberikan penagaruh terhadap
perkembangan teori dan praktek pendidikan, seperti : Behaviorisme (Watson),
Psikoanalisis (Freud), dan Gestalt(Kohler,Koffka). Teori-teori ini tidak ada yang
terbaik karena sifatnya komplementer/melengkapi.

Pengujian, pengklasifikasian, dan penilaian pertimbangan metode-metode


pendidikan telah dilakukan beberapa abad sebelum lahirnya psikologi pada akhir
tahun 1800-an. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh ahli-ahli filsafat
pendidikan seperti Democritos, Quantilian, Vives, dan Cominius. Oleh karena itu,
psikologi pendidikan tidak dapat mengakui sebagai yang pertama yang
melakuakan analisis sistematis proses pendidikan. Namun aspirasi-aspirasi
tentang disiplin baru berhenti pada aplikasi metode-metode ilmiah mengenai
observasi dan eksperimentasi untuk masalah-masalah pendidikan. Bahkan pada
tahun-tahun awal disiplin ilmu ini, para ahli psikologi pendidikan, mengemukakan
ketebatasan pendekatan baru ini.

William James, pemuka ahli psikologi Amerika, mengemukakan dalam seri


kuliahnya yang terkenal, bahwa psikologi adalah ilmu, sedangkan mengajar
adalah seni atau kiat, dan ilmu tidak pernah menurunkan langsung seni atau kiat
diluar keilmuannya sendiri. Suatu pemikiran inventif intermediet harus membuat
aplikasi itu, dengan menggunakan keasliannya sebagai sebuah ilmu pengetahuan.

Sejarah dan Definisi Psikologi Pendidikan : Psikologi merupakan salah


satu ilmu yang sudah lama berkembang. Ilmu ini diyakini sudah ada sejak zaman
Yunani Kuno, meskipun disadari bahwa pada zaman ini psikologi merupakan
domain dari filsafat. Ini terjadi karena memang sebagai suatu ilmu, psikologi pada
waktu itu masih spekulatif. Bukti bahwa psikologi merupakan ilmu yang sudah
ada sejak Zaman Yunani Kuno adalah munculnya spekulasi Plato (427-347 SM)
yang menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan individual sesungguhnya
mempunyai dasar genetik. Berbicara tentang perbedaan individual dan dasar
genetik berarti berbicara tentang psikologi sebab salah satu kajian dalam psikologi
adalah perbedaan individual dan faktor genetik. Secara leksikal psikologi berasal
dari bahasa Yunani, yakni psyche yang berarti jiwa atau ruh dan logos yang
berarti ilmu. Di lihat secara leksikal psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu
tentang jiwa atau ruh. Definisi inilah yang dijadikan pegangan dan diyakini
masyarakat selama berabad-abad.

Psikologi pendidikan merupakan cabang dari psikologi yang tujuan


utamanya adalah memahami dan mengembangkan pendidikan. Woolfolk (1995 :
11) menjelaskan bahwa educational psychology is distinct from other branches of
psychology because it has the understannding and improvement of education as
its primary goal. Memahami pendidikan dimaksud adalah memahami perilaku
semua yang terlibat dalam proses pendidikan serta berbagai hal yang akan
mempengaruhi perilaku individu dalam proses pendidikan. Terlingkup di
dalamnya perilaku peserta didik. guru, kepala sekolah bangunan, pakaian, nuansa
akademik, budaya, keyakinan yang dianut oleh I ingkungan sekitar, dan
sebagainya.

B. PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI


Psikologi sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Beberapa ahli yang
memberikan andil dalam perkembangan Psikologi Pendidikan (baik dari filsafat,
pendidikan, maupun psikologi) antara lain adalah :

1. Democritus, filsuf pertama yang menekankan pentingnya pengaruh lingkungan


dan suasana rumah terhadap perkembangan kepribadian seseorang sehingga
lingkungan dan suasana rumah perlu dibina sebaik mungkin agar suasananya
kondusif (menguntungkan) bagi perkembangan anak.

2. Plato & Aristoteles, mengembangkan sistem pendidikan berdasarkan pada


prinsip-prinsip psikologi.

Aristoteles adalah tokoh yang idenya berkembang menjadi Psikologi Daya.


Dalam psikologi Daya ada 3 kekuatan/komponen dalam jiwa manusia yang
ketiganya saling interdependent (bergantung satu sama lain). Ketiga komponen
tersebut adalah :

a. Penalaran/Pengertian/Kognitif/Cipta

b. Perasaan/Emosi/Afektif/Rasa

c. Kehendak/Will/ Konasi/Karsa

3. John Amos Comenicus, orang pertama yang melakukan penyelidikan ilmiah


terhadap anak. Ia mengatakan bahwa anak adalah individu yang sedang
berkembang, oleh karena itu dilihat dalam bentuk dan karakternya sebagai “anak”
dan tidak sebagai “miniatur orang dewasa”.

4. Rousseau (seorang penganut Naturalis), mendasarkan ide-ide pendidikan pada


prinsip-prinsip perkembangan manusia. Ia juga mengatakan bahwa pada dasarnya,
anak adalah baik.

5. John Locke (seseorang penganut Empirisme), secara kritis mengemukakan


bahwa sewaktu individu lahir dalam jiwanya belum terdapat apa-apa (teoritabula
rasa/kertas putih), tetapi secara potensial, jiwa individu itu sensitif intuk
melakukan impresi terhadap dunia luar dengan melalui sense. Belajar melalui
penalaman dan latihan merupakan sumbangan terbesar dari John Locke dan
tokoh-tokoh empirisme lainnya.

6. John Heinrich Pestalozzi, dikenal sebagai tokoh yang menyarankan


penyelenggaraan pendidikan yang bersifat klasikal (rombongan).

7. Pada akhir abad ke-18, para psikologi seperti Francis Galton, Stanley Hall,
mempublikasikan hasil-hasil penelitian mereka tentang aspek-aspek perilaku
individu. Hasil- hasil penelitian ini sangat membantu bagi pendidik untuk
memahami para anak didiknya.

8. William James, Cattel, Alfred Binet, masing-masing memberikan sumbangan


sebagai berikut :

C. TEORI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

1. Teori Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku


individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah,
dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak
mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu
belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional
atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya
dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.

Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap
lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari
teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis,
menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,
menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh
adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut
S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran
atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian
dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi
behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat
bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku
adalah hasil belajar.

2. Teori Humanistik

Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya


dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu
adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dala
pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik Education?”, Krischenbaum
menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik
dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe
pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan
ini terangkum dalam psikologi humanistik.

Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic Psychologist”


Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik.
Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang
dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian
manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang
dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah
“sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk
melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut
sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya
memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif
yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan
menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan
kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran
interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah
meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.

Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang


beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu
anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi,
mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik
humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku
manusia. “Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? Dan bagaimana aku
bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?

Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik,


tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia
pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu
perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi
bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak
dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling
beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu
potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar menggunakan emosi kita dan
mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita
dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.

D. PENERAPAN ATAU KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

1. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.

Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan


kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek
perilaku dalam konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi
yang mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan
perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat berjalan
dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.

Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi,


kajian psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa
melakukan sesuatu dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3)
hasil belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa

2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran.

Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari


sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran,
seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt,
teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari
kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada
kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan
dalam proses pembelajaran.

3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian.

Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam


pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan.
Melaui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja
yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau
pembelajaran tertentu.

Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata


dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik,
terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur
tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal
sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur
potensi seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial
Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
E. TEORI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

1. Teori Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku


individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah,
dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak
mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu
belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil
belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional
atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya
dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.

2. Teori Humanistik

Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam


dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya
satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dala pendidikan.
Dalam artikel “What is Humanistik Education?”, Krischenbaum menyatakan
bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik dalam
beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan
humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini
terangkum dalam psikologi humanistik.

Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang


beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu
anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi,
mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik
humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku
manusia. “Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? Dan bagaimana aku
bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?
F. RUANG LINGKUP PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Pada garis besarnya ruang lingkup psikologi pendidikan meliputi studi
pembahasan tentang :
1)      Masalah pertumbuhan dan perkembangan individu, yang mencakup
pembahasan tentang hereditas dan lingkungn, perlengkapan dasar dan ajar,
perbedaan individual dan sebagainya.
2)      Masalah belajar dan mengajar, yang mencakup pengertian belajar, factor-faktor
yang mempengaruhi, perlengkapan belajar, motivasi belajar dan lain sebagainya.
3)      Masalah pengukuran dan penilaian, yang mencakup tentang pengukuran
kecerdasan, hasil belajar, perbuatan belajar dan sebagainya .
4)      Masalah bimbingan dan penyluhan, yang mencakup masalah dasar-dasar
bimbingan, macam-macam serta tujuannya.
G. MANFAAT TEORI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Para ahli psikologi pendidikan pada umumn), a berkeyakinan bahwa dua
orang anak (yang kembar sekalipun) tidak pernah memiliki respons yang sama
persis terhadap situasi belajar mengajar di sekolah. Keduanya sangat mungkin
berbeda dalam hal pembawaan, kematangan, jasmani. inteligensi. dan
keterampilan motoriknya. Anak-anak itu seperti anak-anak yang lainnya. relatif
berbeda dalam berkepribadian sebagaimana tampak dalam penampilan dan cars
berpikir atau memecahkan masalah mereka masing-masing.
Para pendidik, khususnya guru sekolah. sangat diharapkan memiliki
pengetahuan psikologi pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para
siswa melalui proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Pengetahuan
mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam
menyelenggarakan pendichian-pendidikan di sekolahsekolah. Hal itu disebabkan
oleh eratnya hubungan psikologi khusus tersebut dengan pendidikan.
Pengetahuan yang bersifat psikologis mengenai peserta didik dalam proses
belajar dan proses belajar mengajar sesungguhnya tidak hanya diperlukan oleh
calon guru atau guru yang sedang bertugas. Para dosen di perguruan tinggi pun
bahkan para orang tua, mereka perlu tahu sekaligus memahmi dengan benar apa
dan bagaimana psikologi pendidikan itu.

III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas kita dapat mengambil
beberapa kesimpulan diantaranya yaitu :
1.      Psikologi ialah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
2.      Psikologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala
kejiwaan pada diri manusia ketika berlangsung proses interaksi belajar dan
mengajar.
3.      Obyek kajian dalam psikologi pendidikan terbagi menjadi dua, yaitu obyek
material yang berupa manusia, dan obyek formal yakni gejala kejiwaan yang
tampak pada tingkah laku, gejala pertumbuhan dan gejala perkembangan untuk
kepentingan pendidikan.
4.      Ruang lingkup psikologi pendidikan adalah cakupan yang menjadi obyek
psikologi pendidikan dalam pembahasan dan sasaran yang diteliti.

Anda mungkin juga menyukai