Anda di halaman 1dari 11

NAMA : MESTRI SHALSA DAMANIK

NIM : 7163142028

KELAS : B REGULER

PRODI : PENDIDIKAN AKUNTANSI

MA.KUL : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana


manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang
kompleks dari belajar. Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu
Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme. Pada dasarnya teori pertama
dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama,
ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana,
atau bahkan menjadi teori tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan.
Yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori mana yang baik untuk
diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan
lainnya. Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Teori belajar kontruktitisme
2) Teori belajar behaviorisme
3) Teori belajar kognitisme

C. TUJUAN
1) Menjelaskan teori belajar kontruktitisme
2) Menjelaskan Teori belajar behaviorisme
3) Menjelaskan belajar kognitisme

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI BELAJAR KONTRUKTIVISME
1. Pegertian
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai
beberapa konsep umum seperti:

1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah


ada.
2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri
pengetahuan mereka.
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui
proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan
pembelajaran terbaru.
4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan
dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan
pemahamannya yang sudah ada.
5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama.
Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya
tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan
pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.

Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif
membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat
memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan membri kesempatan kepada

2
siswa untuk menemukan atau menerapkan ide – ide mereka sendiri, dan mengajar
siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk
belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawasiswa ke
tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka
tulis dengan bahasa dan kata – kata mereka sendiri.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut


konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina sendiri
pengtahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses
menyelesaikan konsep dan idea-idea baru dengan kerangka berfikir yang telah ada
dan dimilikinya (Shymansky,1992).

Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan


mempunyai dasar bagaimana membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan
untuk mengujinya, menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan
yang ditemuinya, mengadakan renungan, mengekspresikan ide dan gagasan
sehingga diperoleh konstruksi yang baru.

  Berkaitan dengan konstruktivisme, terdapat dua teori belajar yang dikaji dan
dikembangkan oleh Jean Piaget dan Vygotsky, yang dapat diuraikan sebagai
berikut:

a. Teori Belajar Konstruktivisme Jean Piaget


Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159)
menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk
menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran
guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator
atau moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih
mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa
ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi
dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Proses mengkonstruksi,
sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai berikut:

3
 Skemata. Sekumpulan konsep yang digunakan  ketika berinteraksi dengan
lingkungan disebut dengan skemata. Sejak kecil anak sudah memiliki
struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema (schema). Skema
terbentuk karena pengalaman.
 Asimilasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam
skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
 Akomodasi. Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru
seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan
skemata yang telah dipunyai.
 Keseimbangan. Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak
seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat
membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur
dalamnya.

b. Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky


Ratumanan (2004:45) mengemukakan bahwa karya Vygotsky didasarkan
pada dua ide utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami hanya
bila ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman anak. Kedua,
perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-
simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berfikir,
berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan demikian  perkembangan
kognitif anak mensyaratkan sistem  komunikasi budaya dan belajar menggunakan
sistem-sistem ini  untuk menyesuaikan proses-proses berfikir diri sendiri.

2. Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran


Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan
anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut:
1)Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan
individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan
setiap persoalan yang dihadapi,

4
2)Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui
belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3)Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan
teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi
pengetahuan pada diri peserta didik.

B. TEORI BELAJAR BEHAVIORISME


1. Pengertian

Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang telah cukup lama
dianut oleh para pendidik. Teori ini dicetuskan oleh Gage dan Berliner yang berisi
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting
untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku. Teori behavioristik dengan
model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode
pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu


hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental.
Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat
dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu. Dengan kata lain proses pembelajaran menurut teori Behaviorisme
adalah bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian
stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Inti
pembelajaran dalam pandangan behaviorisme terletak pada stimulus respon (S-R).

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada


penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang
menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah

5
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran
menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum
secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku
teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi
buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil
belajar.

2. Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik

a) Obyek psikologi adalah tingkah laku.

b) Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek.

c) Mementingkan pembentukan kebiasaan.

d) Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri.

e) Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus dihindari.

3. Kelemahan Teori Behavioristik


a) Hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati
b) Kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi,
bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri
c) Pebelajar berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif
d) Pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang
jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat
e) Kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar
4. Kelebihan Teori Behavioristik

Sesuai untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktik dan


pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas,
kelenturan, reflex.

5. Implikasi Teori Behaviorisme

Implikasi teori ini dalam pembelajaran tergantung tujuan pembelajaran,


sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran
yang tersedia.Teori ini sangat sesuai untuk pengetahuan yang bersifat obyektif,

6
pasti, tetap, tidak berubah. Dalam hal ini pengetahuan telah terstruktur dengan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau
pebelajar

Menurut teori behaviorisme apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa
saja yang dihasilkan siswa (respons) semua harus bisa diamati, diukur, dan tidak
boleh hanya implisit (tersirat). Faktor lain yang juga penting adalah faktor penguat
(reinforcement). Penguat adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya
respons. Bila penguatan ditambah (positive reinforcement) maka respons akan
semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement)
responspun akan tetap dikuatkan.

C. TEORI BELAJAR KOGNITIVISME


1. Pengertian
Teori belajar kognitif berasal dari pandangan Kurt Lewin (1890-1947),
seorang Jerman yang kemudian beremigrasi ke Amerika Serikat. Intisari dari teori
belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses penemuan
(discovery) dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri
seseorang. Individu yang sedang belajar dipandang sebagai orang yang secara
konstan memberikan informasi baru untuk dikonfirmasikan dengan prinsip yang
telah dimiliki, kemudian merevisi prinsip tersebut apabila sudah tidak sesuai
dengan informasi yang baru diperoleh. Agar siswa mampu melakukan kegiatan
belajar, maka ia harus melibatkan diri secara aktif.
Teori kognitivisme ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik
memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,
menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru
dengan pengetahuan yang telah ada. Teori ini menekankan pada bagaimana
informasi diproses.

2. Ciri-ciri Aliran Kognitivisme


a) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
c) Mementingkn peranan kognitif
d) Mementingkan kondisi waktu sekarang

7
e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif
3. Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran

Menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu


masalah; anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan
model mental yang telah dimilikinya; dan dengan pengalamannya anak akan
mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya
dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dadalam benaknya.

Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya
didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa
(advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan
kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi
umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa.
Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu : Menyediakan suatu
kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari. Berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan
dipelajari. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih
mudah

4. Aplikasi teori Kognitivisme

Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran yaitu guru harus


memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan
benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi
dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru
menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual
siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.

5. Kelebihan dan kelemahan teori Kognitivisme


a) Kelebihannya yaitu : menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri;
membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
b) Kekurangannya yaitu : teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat
pendidikan; sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut; beberapa

8
prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum
tuntas.

Implikasi Teori Kognitivisme


Implikasi teori kognitivisme dalam kegiatan pembelajaran lebih memusatkan
perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada
hasilnya. Selain itu, peran siswa sangat diharapkan untuk berinisiatif dan terlibat
secara aktif dalam kegiatan belajar. Teori ini juga mengutamakan peran siswa
untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan – gagasan tidak
dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat
diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.
Implikasi dalam konsep evaluasi bahwa evaluasi dilakukan selama proses
belajar bukan hanya semata dinilai dari hasil belajar. Jadi, teori ini
menitikberatkan pada proses daripada hasil yang dicapai oleh siswa.
Bagi para penganut aliran kognitifisme, pembelajaran dipandang sebagai
upaya memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh informasi atau
pengetahuan baru melalui proses discovery dan internalisasi. Agar discovery dan
internalisasi dapat berlangsung secara benar maka perlu diperhatikan beberapa
prinsip pembelajaran yang perlu sebagai berikut:

 Setiap siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa bahwa belajar
merupakan suatu kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban
 Pembelajaran hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit ke hal-hal yang
abstrak.
 Setiap usaha mengkonseptualisasikan matari pembelajaran hendaknya
diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa belajar.
 Pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan pengalaman belajar
siswa dengan memperhatikan tahap-tahap perkembangannya.
 Materi pelajaran hendaknya dirancang dengan memperhatikan sequencing
penyajian secara logis.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pembelajaran menurut teori aliran behavioristik adalah upaya membentuk
tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan. Prinsip
pembelajarannya ada penguatan untuk meningkatkan motivasi belajar berupa
pujian, aktivitas (mainan) dan simbolik (uang, nilai), hukuman, dan perilaku
belajar yang segera diikuti konsekuensi.
Pembelajaran menurut aliran kognitif ,  Jean Piaget memiliki 3 prinsip
pembelajaran yaitu belajar aktif, belajar lewat interkasi sosial dan pengalaman
sendiri. Menurut Brunner antara lain pengalaman optimal untuk mau dan dapat
belajar, perstrukturan pengetahuan, urutan penyajian materi dan pemberian
penguatan. Sedangkan, David Ausubel yaitu kerangka cantolan, belajar progesif,
belajar superodinat dan penyesuaian integratif..
Pembelajaran berdasarkan teori kontruktivisme yang berperan dalam model
pembelajaran kuantum. Model ini adalah upaya untuk mengorkestrasikan berbagai
interaksi dalam proses pembelajaran menjadi cahaya prestasi, dengan
menyingkirkan hambatan belajar dan menfasilitasinya sehingga peserta didik
dapat belajar dengan mudah.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://magister-pendidikan.blogspot.com/p/teori-konstruktivistik.html
http://choy080990.blogspot.com/2012/11/teori-belajar-behaviorisme-
kognitivisme.html
http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-kognitivisme-
406223.html

11

Anda mungkin juga menyukai