Anda di halaman 1dari 20

Kelas: PAI 4A

MANAJEMEN KURIKULUM

disusun untuk memenuhi tugas makul Manajemen Pendidikan


pengampu : Drs. Aminuddin, M.S.I.

Oleh: Kelompok 8

1. Nurfalah Finajiyah 183111015


2. Melinia Setyaningsih 183111016
3. Nadida Urwatul Azizah 183111022
4. Annisa Istiqomah 183111035
5. Khafifah Alawy Zera 183111043

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAK. TARBIYAH


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Kurikulum merupakan salah satu bagian penting dalam suatu proses pendidikan.
Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan terlihat tidak teratur. Hal ini akan
menimbulkan perubahan dalam perkembangan kurikulum, khususnya di Indonesia.
Kurikulum sendiri merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan
sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada
berbagai jenis dan tingkat sekolah. Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan
hidup suatu bangsa, akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di
masa depan, semua itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan.
Kurikulum haruslah bersifat dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan
berbagai perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah menetapkan
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Semua aspek pendidikan kemudian menjadi
sorotan seluruh masyarakat Indonesia. Aspek pendidikan yang dimaksud adalah guru,
kurikulum, tujuan, dan metode, pemerintah sebagai penanggung jawab, dan tentu saja sistem
yang menjadi naungan bagi kegiatan pendidikan tersebut. Semua aspek tersebut bagaikan
mata rantai yang harus di benahi terlebih dahulu. Seorang pendidik harus mengetahui hal-
hal apasaja yang perlu diperhatikan dalam kurikulum, agar menjadi pendidik yang dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Maka dari itu, Penulis memiliki kesempatan untuk
membuat makalah yang berudul Manajemen Kurikulum. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan informasi bagi para pembacanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari manajemen kurikulum?
2. Apa fungsi dan tujuan manajemen kurikulum?
3. Apa saja prinsip-prinsip manajemen kurikulum dalam pendidikan Islam?
4. Apa saja komponen atau ruang lingkup manajemen kurikulum?
5. Bagaimana pelaksanaan manajemen (komponen) kurikulum?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen kurikulum.
2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan manajemen kurikulum.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip manajemen kurikulum dalam pendidikan Islam.
4. Untuk mengetahui komponen atau ruang lingkup manajemen kurikulum.
5. Untuk mengetahui pelaksanaan manajemen (komponen) kurikulum.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Kurikulum1
Secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari yunani, yaitu “curir” yang artinya
“pelari” dan “curere” yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia
olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman romawi kuno. Dalam bahasa pranci,
istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti
suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan finish
untuk memperoleh medali atau penghargaan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, serta bahan yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
UU. NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa,
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Manajemen kurikulum adalah suatu system pengelolaan kurikulum yang kooperatif,
komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan
kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga
pendidikan dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan
dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan tidak mengabaikan
kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan.
Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat
memahami, membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga
pendidikan selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi
kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan
hasil kurikulum, baik kepada masyarakat maupun pemerintah.

B. Fungsi dan Tujuan Manajemen Kurikulum

1
Ibrahim Nasbi, “Manajemen kurikulum: Sebuah kajian teoritis”, Jurnla Idaarah, Vol 01 No 02, 2017, Hlm 318-319.

3
Ada beberapa fungsi dari manajemen kurkulum di antaranya sebagai berikut:
1. Meningkatkan keadilan (equality) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai suatu
hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak
hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra dan
kokurikuler yang dikeloka secara integritas dalam mencapai suatu tujuan kurikulum.
2. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa
atau peserta didik maupun lingkungan, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat
memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan suatu kebutuhan peserta didik
maupun lingkungan disekitarnya.
3. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber
maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan yang sudah
terencana dan efektif.2
4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupum aktivitas peserta didik dalam mencapau
suatu tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang professional, efektif dan
terpadu dapat memberikan motivasi atau dorongan pada kinerja guru maupun aktivitas
peserta didik dalam melakukan suatu pembelajaran.
5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas suatu proses belajar mengajar,proses
pembelajaran selalu diawasi atau dipantau dalam rangka untuk melihat konsistensi
antara desaian yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan
demikian jika ada ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi (penerapan)
dapat dihindarkan. Disamping itu juga, guru maupun peserta didik selalu termotivasi
untuk melaksanakan pembelajaran yang ehektif dan efisien karena adanya dukungan
kondisi positif yang diciptakan dalam suatu kegiatan pengelolaan kurikulum.
Adapun fungsi yang lain dari manajemen kurikulum, yaitu untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan suatu kurikulum agar mencapai
tujuan kurikulum yang udah ditentukan. Jadi kesimpulanya bahwa fungsi manajemen
kurikulum secara singkat yaitu: 1). Meningkatkan efiensi pemanfaatan sumber daya
kurikulum, 2). Meningkatkan keadilan dan kesepakatan kepada siswa untuk mencapai hasil
yang maksimal, 3). Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan

2
Ibrahim Nasbi, “ Manajemen Kurikulum: sebuah kajian teoritis”, Jurnal Idaarah, Vol.I, No. 2, Desember 2017,
Hlm. 320-321

4
kebutuhan siswa maupun lingkungan sekitar peserta didik, 4). Meningkatkan efektivitas
kinerja guru maupun aktivitas peserta didik, 5). Meningkatkan efektivitas dan efisiensi
proses belajar mengajar, 6). Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu
mengembangkan . 3
Fungsi-fungsi manajemen kurikulum yang lainnya yaitu sebagai berikut :
1. Perencanaan kurikulum
Perencanaan kurikulum merupakan perencanaan kesempatan-kesempatan belajar
untuk membina siswa kearah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai
sampai mana perubahan-perubahan telah terjadi pada diri siswa.
2. Peroganisasian kurikulum
Organisasi kurikulum adalah pola atau desaian bahan kurikulum yang tujuannya
untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta
mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
3. Pelaksanaan kurikulum
Implementasi kurikulum berupa proses pembelajaran impementasi kurikulum dapat
didefinisikan sebafai penutup. Pelaksanaan kurikulum tingkat mata pelajaran
merupakan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Guru sebagai pelaksana kurikulum
mata pelajaran.
4. Pengawasan kurikulum
Menurut Hani Handoko, proses pengawasan memiliki lima tahapan:
a. Penetapan standar pelaksanaan.
b. Pengukuran pelaksanaan kegiatan.
c. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata.
d. Perbandingan pelaksanaan kegiatan dengan standard dan penganalisisan
penyimpangan-penyimpangan.
e. Pengambilan tindakan.4
Tujuan manajemen kurikulum yaitu untuk mencapai pengajaran dengan menitik
beratkan pada peningkatan kualitas interaksi belajar mengajar, mengembangkan sumber

3
Syafaruddin & Amiruddin, Manajemen Kurikulum, Perdana Publishing, Medan 2017, Hlm. 43
4
Wiji Hidayati, “ Manajemen kurikulum pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti jenjang SMA bermuatan
keilmuan integrasi interkoneksi”, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol.1,No.2, November 2016,Hlm.202-205

5
daya manusia dengan mengacu pada pendayagunaan seoptimal mungkin, penvapaian visi
dan misis pendidikan nasional, meningkatkan kualitas belajar mengajar disuatu pendidikan
tertentu.

C. Prinsip-prinsip Kurikulum dalam Pendidikan Islam


Prinsip sering diartikan sebagai way of life atau pandangan hidup, atau sesuatu yang
harus patuhi, disini prinsip berarti rule of the games atau aturan main, yakni semacam acuan
dan rambu-rambu yang harus diperhatikan dan dipatuhi dalam pengembangan sebuah
kurikulum. Prinsip-prinsip dasar tersebut mempunyai tujuan agar kurikulum yang didesain
atau yang dihasilkan diharapkan memang betul-betul sesuai dengan kebutuhan (the need)
semua pihak, yakni anak didik, orangtua, masyarakat umum, pemakai lulusan (the user),
bangsa dan negara.
Menurut Yooke Tjuparmah, dkk, terdapat banyak prinsip yang dapat digunakan dalam
pengembangan kurikulum. Macam-macam prinsip itu bisa dibedakan dalam dua kategori,
yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.
a. Prinsip umum, prinsip umum biasanya digunakan hampir dalam setiap pengembangan
kurikulum di manapun. Selain itu, prinsip umum ini merujuk pada prinsip yang harus
diperhatikan dalam pengembangan kurikulum secara totalitas dari gabungan komponen-
komponen yang membangunnya. Terdapat lima prinsip umum dalam pengembangan
kurikulum, yaitu; prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis atau efisiensi dan
efektivitas.
b. Prinsip khusus, pinsip khusus artinya prinsip yang hanya berlaku di tempat tertentu
dan situasi tertentu. Prinsip ini juga merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam
pengembangan komponen-komponen kurikulum. Adapun prinsip pengembangan
kurikulum yang dimaksud adalah:
1) Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidik.
2) Prinsip yang berkenaan dengan isi pendidikan.
3) Prinsip yang berkenaan dengan proses pembelajaran.
4) Prinsip yang berkenaan dengan media atau alat bantu pembelajaran.

6
5) Prinsip yang berkenaan dengan evaluasi.5
Menurut Subandijah ada 6 (enam) prinsip pengembangan kurikulum, yaitu:
a. Prinsip Relevansi
Dalam Oxford Advanced Dictionary of Current English kata relevansi atau relevant
mempunyai arti (closely) connected with what is happining, yaitu berhubungan dengan
apa yang terjadi. Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka perlu adanya penyesuaian
program pendidikan dengan tuntutan kehidupan masyarakat. Pendidikan dikatakan
relevan bila hasil yang diperoleh akan berguna bagi kehidupan seseorang. Hendyat
Soetopo & Wasty Soemanto (1986) dan Subandijah (1993) mengungkapkan prinsip
relevansi sebagai berikut:
1) Relevansi pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik. Relevansi
pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik berarti bahwa dalam
pengembangan kurikulum atau dalam menetapkan bahan pengajaran yang
diajarkan hendaknya dipertimbangkan atau disesuaikan dengan kehidupan nyata
sehari-hari di sekitar peserta didik. Seperti kondisi daerah antara perkotaan dengan
pedesaan, daerah pegunungan atau daerah pantai dan sebagainya.
2) Relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang.
Apa yang diajarkan kepada peserta didik harus bermanfaat untuk menghadapi
kehidupan dimasa yang akan datang. Misalnya, cara yang dipergunakan untuk
berhitung angka, kalau dulu masih dipergunakan lidi atau jari, setelah adanya
kalkulator atau computer maka pembelajaranpun mengalami perubahan.
3) Relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja. Disamping relevansi dari segi
isi pendidikan, hal yang lain yang juga perlu dipertimbangkan relevansinya adalah
berkenaan dengan relevansi dari segi kegiatan belajar. Kurangnya relevansi segi
kegiatan belajar ini sering mengakibatkan sukarnya lulusan (output) sekolah dalam
menghadapi tuntutan dari duni kerja. Karena fungsi sekolah adalah menyiapkan
peserta didik untuk dapat melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi atau harus terjun
ke masyarakat dengan bekal keterampilam kerja untuk dapat hidup mandiri.

5
Dr. Hasan Bahrun, M. Pd., dkk, “Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik (Konsep, Prinsip, Model,
Pendekatan, dan Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum PAI)”, Karanganyar: Pustaka Nurja, 2017, hlm. 107-
108.

7
4) Relevansi pendidikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembang dengan laju yang berlari sangat
cepat, Oleh karena itu, pendidikan harus dapat menyesuaikan diri dan bahkan dapat
memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut.
b. Prinsip Efektivitas dan Efesiensi
1) Prinsip Efektivitas
Mengembangkan kurikulum pendidikan perlu mempertimbangkan prinsip
efektivitas, yang dimaksud dengan efektivitas di sini adalah sejauh mana rencana
program pembelajaran dicapai atau diimplementasikan. Dalam prinsip ini ada dua
aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: efektivitas mengajar guru dan efektivitas
belajar siswa. Dalam aspek mengajar guru, jika masih kurang efektif dalam
mengajar bahan ajar atau program, maka itu menjadi bahan dalam mengembangkan
kurikulum di masa depan, yaitu dengan mengadakan pelatihan, workshop dan lain-
lain. Sedangkan pada aspek efektivitas belajar siswa, perlu dikembangkan
kurikulum yang terkait dengan metodologi pembelajaran sehingga apa yang sudah
direncanakan dapat tercapai dengan metode yang relevan dengan materi atau materi
pembelajaran.6
2) Prinsip Efesiensi
Untuk menyelesaikan suatu program diperlukan waktu, tenaga dan biaya yang
terkadang sangat besar jumlahnya. Yang semuannya itu sangat bergantung kepada
banyak program yang akan diselesaikan. Hal ini yang dikatakan bahwa usaha yang
dilakukan itu efisien. Jadi efisiensi merupakan perbandingan antara hasil yang
dicapai dan pengeluaran yang diharapkan paling tidak menunjukkan hasil yang
seimbang. Dengan kata lain prinsip ekonomis ini harus diterapkan dengan tenaga,
waktu dan biaya sedikit atau sekecil mungkin untuk mendapakan hasil yang
optimal.
c. Prinsip Kesinambungan (Continuity)

6
Shofiyah, “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran”,
Edureligia, Vol. 2, No. 2, 2018.

8
Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan dan
tidak terputus-putus. Oleh karena itu, pengalaman belajar yang disediakan kurikulum
juga hendaknya berkesinambungan antara suatu tingkat kelas dengan kelas lainnya,
antara satu jenjang dengan jenjang lainnya, juga antar jenjang pendidikan dengan
pekerjaananya.7
1) Kesinambungan antara berbagai jenjang sekolah. Bahan pelajaran (subjectmatters)
yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi harus sudah diajarkan pada jenjang pendidikan sebelumnya atau dibawahnya.
Bahan pelajaran yang telah diajarkan pada jenjang pendidikan yang lebih rendah
tidak harus diajarkan lagi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sehingga
terhidar dari tumpang tindih dalam dalam proses belajar-mengajar.
2) Kesinambungan antara berbagai mata pelajaran. Kesinambungan antara berbagai
mata pelajaran menunjukkan bahwa dalam pengembangan kurikulum harus
memperhatikan hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya.
d. Prinsip Keluwesan (Flexibility)
Prinsip keluwesan menunjukkan bahwa kurikulum adalah tidak kaku. Tidak kaku
dalam artian bahwa ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan
dalam bertindak. Hal ini berarti bahwa dalam proses pembelajaran harus diperhatikan
kondisi perbedaan yang ada dalam diri peserta didik. Fleksibilitas dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu:
1) Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan. Fleksibilitas di sini maksudnya
bentuk pengadaan program-program pilihan yang dapat berbentuk jurusan,
program spesialis, ataupun program-program pendidikan keterampilan seperti
kegiatan ekstra kurikuler dan pengembangan diri (kegiatan ekstra kurikuler) yang
dapat dipilih peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
2) Fleksibilitas dalam pengembangan program pengajaran. Fleksibilitas dalam
pengembangan program pengajaran berarti memberikan kesempatan kepada para
pendidik untuk mengembangkan sendiri program-program pembelajaran dengan
berpegang pada tujuan dan bahan pelajaran dalam kurikulum.

7
Asmariani, “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Perspektif Islam”, Jurnal Al-Afkar, Vol. 03, No. 02,
2014, hlm. 61.

9
e. Prinsip Berorientasi pada Tujuan
Prinsip yang berorientasi pada tujuan berarti sebelum bahan ditentukan maka
langkah yang pertama dilakukan oleh seorang pendidik adalah menentukan tujuan
terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar semua jam dan aktifitas pembelajaran betul-
betul terarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan tersebut.
Dengan adanya kejelasan tujuan, pendidik diharapkan dapat menentukan secara tepat
mengenai metode mengajar, media pengajaran, dan evaluasi.
f. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup (Long Life Education)
Proses pendidikan tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi dapat dilakukan di luar
sekolah, misalnya dalam keluarga (informal), dan masyarakat. Jadi sekolah merupakan
salah satu alternatif dalam penyediaan waktu dan aktivitas dalam membentuk peserta
didik menjadi manusia yang berkembang menjadi lebih baik. Waktu belajar disediakan
dan tersedia sepanjang hidup manusia. Jadi harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
Pendidikan di sekolah tidak hanya memberi pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan pada saat peserta didik tamat dari sekolah tetapi juga memberikan bekal
kemampuan untuk dapat menumbuh-kembangkan dirinya sendiri setelah mereka keluar
dari sekolah. 8

D. Komponen atau Ruang lingkup Manajemen Kurikulum


Lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan evaluasi kurikulum.9 Dalam konteks KTSP, Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang
siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap yaitu:
1. Tahap perencanaan
Langkah-langkah sebagai berikut:
a. Analisis kebutuhan
b. Merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofi
c. Menentukan desain kurikulum
d. Membuat rencana induk: pengembangan, pelaksanaan, penilaian.
2. Tahap pengembangan

8
Drs. Hamdan, M. Pd., “Pengembangan Kurikulum Agama Islam (PAI) : Teori dan Praktek”, Banjarmasin: IAIN
Antasari Press, 2014, hlm. 48-55.
9
Ibrahim Nasbi, “ Manajemen Kurikulum: Sebuah Kajian Teoritis”, Jurnal Idaaroh, Vol. 1, No.2, 2017, Hlm. 319.

10
Langkah-langkah sebagai berikut:
a. Perumusan rasional atau dasar pemikiran
b. Perumusan visi, misi, dan tujuan
c. Penentuan struktur da nisi program
d. Pemilihan dan pengorganisasian materi
e. Pengorganisasian kegiatan pembelajaran
f. Pemilihan sumber, alat, dan sarana blajar
g. Penentuan cara mengukur hasil belajar
3. Tahap implementasi atau pelaksanaan
Langkah-langkah sebagai berikut:
a. Penyususnan rencana pembelajaran
b. Penjabaran materi
c. Penentuan strategi dan metode pembelajaran
d. Penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran
e. Penentuan cara dan penilaian proses dan hasil belajar
f. Setting lingkungan pembelajaran
4. Tahap penilaian
Untuk melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang
dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun submatif. Penilaian kurikulum
dapat mencakup context, input, proses, produk. Penilaian produk berfokus pada
mengukur dan pencapaian proses pada akhir program.10
Penjelasan:
1) Manajemen perencanaan kurikulum, maksud dari perencanaan manajemen
kurikulum yaitu keahlian “managing” dalam arti kemampuan dalam
merencanakan dan mengorganisasikan kurikulum. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam proses perencanaan kurikulum ialah siapa yang
bertanggung jawab atas perencanaan tersebut dan bagaimana perencanaan
kurikulum direncanakan secara professional.
2) Manajemen organisasi kurikulum, organisasi kurikulum sangat terkait
dengan segala pengaturan yang ada pada kurikulum, sedangkan yang menjadi

10
Syafaruddin, “Manajemen Kurikulum”, ( Medan: Perdana Publishing. 2017), Hlm. 41.

11
sumber bahan pelajaran dalam kurikulum itu sendiri ialah nilai budaya, nilai
sosial, aspek siswa, dan masyarakat serta ilmu pengetahuan teknologi. Faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum menurut Rusman
2009:60, diantaranya berkaitan dengan ruang lingkup, urutan bahan,
kontinuitas, keseimbangan dan keterpaduan.
3) Manajemen pelaksanaan kurikulum, pembinaan kurikulum pada dasarnya
adalah suatu usaha terhadap pelaksanaan kurikulum di sekolah, sedangkan
bentuk dari pelaksanaan kurikulum itu sendiri adalah proses belajar dan
mengajar sesuai dengan prinsip kurikulum yang telah ditetapkan. Pelaksanaan
kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yakni, pelaksanaan kurikulum tingkat
sekolah dan pelaksanaan kurikulum tingkat kelas.
a) Pembagian tugas mengajarPelaksanaan kurikulum pada tingkat sekolah,
yang berperan adalah kepala sekolah. Dalam tingkatan ini kepala sekolah
bertanggung jawab melaksanakan kurikulum di lingkungan sekolah yang
dipimpinnya dan berkewajiban melaksanakan kegiatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan kurikulum itu sendiri.
b) Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, pada tingkatan ini yang berperan
ialah guru. Pembagian tugas guru harus diatur secara administrasi untuk
menjamin kelancaran pelaksanaan kurikulum lingkungan kelas.
Pembagian tugas tersebut antara lain:
1. Pembagian tugas mengajar.
2. Pembagian tugas pembinaan ekstrakurikuler
3. Pembagian tugas bimbingan belajar
4) Manajemen evaluasi kurikulum, evaluasi adalah suatu hal yang bersifat
komprehensif yang meliputi pengukuran, pengamatan dimana yang nantinya
akan menjadi hasil keputusan terhadap nilai suatu objek.11
5)
E. Pelaksanaan Manajemen (Komponen) Kurikulum.
1. Pelaksanaan Manajemen Kurikulum.

11
Ahmad Fauzi, “ Manajemen Kurikulum”, Jurnal Manajemen Kurikulum, Padang, 2019.

12
Pelaksanaan manajemen kurikulum merupakan bagian dari keseluruhan
manajemen pendidikan yang diterapkan disemua jenis dan jenjang pendidikan.
Pelaksanaan kurikulum harus diarahkan agar proses pembelajaran berjalan dengan baik,
melalui tolak ukur pencapaian tujuan oleh siswa.12 Pelaksanaan manajemen kurikulum
tersebut sangat tergantung pada kemampuan kepala sekolah untuk dapat berperan
secara aktif dalam pengelolaan sekolah dengan cara memberdayakan semua komponen
yang terlibat dalam penyelenggaraan sekolah secara keseluruhan.
Pelaksanaan Kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu:
a. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah.
Dalam tingkatan ini, yang bertanggung jawab dalam melaksanakan
kurikulum dilingkungan sekolah adalah kepala sekolah. Dimana kepala
sekolah memimpin dan berkewajiban melakukan kegiatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan kurikulum itu sendiri.
b. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas.
Kurikulum tingkat kelas diperankan oleh guru, dimana terdapat
pembagian tugas guru yang harus diatur secara administrasi untuk menjamin
kelancaran pelaksanaan kurikulum di lingkungan kelas. Pembagian tugas guru
dalam kurikulum tingkat kelas ini adalah sebagai berikut13:
1) Pembagian tugas mengajar.
2) Pembagian tugas pembinaan ekstrakurikuler.
3) Pembagian tugas bimbingan belajar.
2. Komponen Kurikulum
Dilihat dari fungsi kurikulum dalam proses pendidikan, yaitu menjadi alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Maka, sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki
bagian-bagian yang penting yang disebut dengan komponen. Sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan, kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen
penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi dalam rangka dukungannya untuk
mencapai tujuan tersebut. Komponen pokok kurikulum meliputi:
a. Komponen tujuan

12
Amri Yusuf Lubis, “Pelaksanaan Manajemen Kurikulum pada SMA Negeri 1 Buengcala Kabupaten Aceh Besar”,
Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol. 3, No. 1, 2015, hal. 15.
13
Ahmad Fauzi, Hade Afriansyah, “Manajemen Kurikulum”, Universitas Negeri Padang, 2019, hal. 5.

13
Tujuan dalam kurikulum dijadikan sebagai atah atau acuan segala kegiatan
pendidikan yang dijalankan. Tujuan kurikulum tersebut dibagi menjadi tiga
tingkatan, yaitu :
1) Tujuan jangka panjang, yaitu tujuan yang diharapkan dan didasari pada nilai
yang hubungannya langsung dengan target setelah anak didik menyelesaikan
sekolah.
2) Tujuan jangka menengah, yaitu tujuan yang merujuk pada jenjangnya seperti
tujuan SD, SMP, atau SMA.
3) Tujuan jangka dekat, yaitu tujuan yang dikhususkan pada pembelajaran
dikelas, seperti keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Komponen isi/ materi
Isi dari kurikulum adalah semua yang akan diberikan kepada anak didik dalam
kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum sendiri
meliputi jenis mata pelajaran yang diajarkan disesuaikan dengan jenjang
pendidikan yang ada. Perencanaan isi kurikulum harus memenuhi beberapa kriteria
agar isi kurikulum menjadi efektif dan efisien. Berikut kriteria isi kurikulum:
1) Kebermaknaan (signifikansi), dimana isi kurikulum diukur dari esensi/
porsinya dalam kaitan dengan isi materi yang lain.
2) Manfaat atau kegunaan, yaitu seberapa besar kurikulum memberi manfaat bagi
masyarakat.
3) Pengembangan manusia, dengan kriteria yang mengarah pada nilai-nilai
demokratis, nilai sosial, nilai religius, dan nilai moral pada pengembangan
sosial.
c. Komponen media atau sarana prasarana.
Media yang dijadikan perantara untuk menjabarkan isi kurikulum agar lebih
mudah dipahami oleh peserta didik.
d. Komponen strategi.
Merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang
digunakan dalam pembelajaran.
e. Komponen proses belajar mengajar.

14
Salah satu indicator keberhasilan pelaksanaan kurikulum adalah keberhasilan
dalam proses belajar mengajar. Komponen tersebut sangat penting dalam sistem
pengajaran, sebab diharapkan melalui proses belajar mengajar tersebut akan terjadi
perubahan tingkah laku pada peserta didik.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
1. Manajemen kurikulum adalah suatu system pengelolaan kurikulum yang kooperatif,
komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan
kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP).
2. Ada beberapa fungsi dari manajemen kurkulum di antaranya sebagai berikut:
a. Meningkatkan keadilan (equality) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai
suatu hasil yang maksimal.
b. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
siswa atau peserta didik maupun lingkungan.
c. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum.
d. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupum aktivitas peserta didik dalam
mencapau suatu tujuan pembelajaran.
e. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas suatu proses belajar mengajar.
Fungsi-fungsi manajemen kurikulum yang lainnya yaitu sebagai berikut:
a. Perencanaan kurikulum.
b. Peroganisasian kurikulum.
c. Pelaksanaan kurikulum.
d. Pengawasan kurikulum.
Tujuan manajemen kurikulum yaitu untuk mencapai pengajaran dengan menitik
beratkan pada peningkatan kualitas interaksi belajar mengajar, mengembangkan sumber
daya manusia dengan mengacu pada pendayagunaan seoptimal mungkin, penvapaian
visi dan misis pendidikan nasional, meningkatkan kualitas belajar mengajar disuatu
pendidikan tertentu.
3. Menurut Yooke Tjuparmah, dkk, terdapat banyak prinsip yang dapat digunakan dalam
pengembangan kurikulum. Macam-macam prinsip itu bisa dibedakan dalam dua
kategori, yaitu:
a. Prinsip umum, prinsip umum biasanya digunakan hampir dalam setiap
pengembangan kurikulum di manapun.

16
b. Prinsip khusus, pinsip khusus artinya prinsip yang hanya berlaku di tempat
tertentu dan situasi tertentu.
Menurut Subandijah ada 6 (enam) prinsip pengembangan kurikulum, yaitu:
a. Prinsip Relevansi.
b. Prinsip Efektivitas dan Efesiensi.
c. Prinsip Kesinambungan (Continuity).
d. Prinsip Keluwesan (Flexibility).
e. Prinsip Berorientasi pada Tujuan.
f. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup (Long Life Education).
4. Lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan evaluasi kurikulum.14 Dalam konteks KTSP, Tita Lestari (2006) mengemukakan
tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap yaitu:
a. Tahap perencanaan.
b. Tahap pengembangan.
c. Tahap implementasi atau pelaksanaan.
d. Tahap penilaian.
5. Pelaksanaan Kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu:
a. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah.
Dalam tingkatan ini, yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kurikulum
dilingkungan sekolah adalah kepala sekolah.
b. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas.
Kurikulum tingkat kelas diperankan oleh guru, dimana terdapat pembagian
tugas guru yang harus diatur secara administrasi untuk menjamin kelancaran
pelaksanaan kurikulum di lingkungan kelas.

kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan
dan berinteraksi dalam rangka dukungannya untuk mencapai tujuan tersebut.
Komponen pokok kurikulum meliputi:
a. Komponen tujuan
Tujuan dalam kurikulum dijadikan sebagai acuan segala kegiatan pendidikan
yang dijalankan.
14
Ibrahim Nasbi, “ Manajemen Kurikulum: Sebuah Kajian Teoritis”, Jurnal Idaaroh, Vol. 1, No.2, 2017, Hlm. 319.

17
b. Komponen isi/ materi
Isi dari kurikulum adalah semua yang akan diberikan kepada anak didik dalam
kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan.
c. Komponen media atau sarana prasarana.
Media yang dijadikan perantara untuk menjabarkan isi kurikulum agar lebih
mudah dipahami oleh peserta didik.
d. Komponen strategi.
Merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang
digunakan dalam pembelajaran.
e. Komponen proses belajar mengajar.
Salah satu indicator keberhasilan pelaksanaan kurikulum adalah keberhasilan
dalam proses belajar mengajar.
Manajemen kurikulum, merupakan seperangkat kemampuan dalam mengelola
kurikulum, mulai dari perencanaan kurikulum hingga evaluasi kurikulum. Kurikulum yang
baik adalah kurikulum yang mengikuti perkembangan zaman, ilmu dan teknologi yang
berbasis pada masyarakat sehingga mampu untuk bersaing dengan perkembangan zaman
yang begitu cepat. Dan begitupun halnya jika dalam memanajemen kurikulum terjadi
kesalahan, maka itu akan berpengaruh terhadap keberhasilan dalam sebuah pembelajaran
atau bahkan menyebabkan kesalahan yang fatal pada pendidikan masyarakat yang akhirnya
imbasnya sampai kepada negara. Oleh karena itu setiap penanggung jawab lembaga
pendidikan dan seluruh pihak masyarakat dalam pendidikan harus memiliki visi yang sama
dalam merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan, dan mengevaluasi sebuah kurikulum.

18
DAFTAR PUSTAKA

Asmariani. 2014. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Perspektif Islam.


Jurnal Al-Afkar. (3):2

Fauzi, Ahmad. 2019. Manajemen Kurikulum. Jurnal Manajemen Kurikulum, Padang.

Hamdan. 2014. “Pengembangan Kurikulum Agama Islam (PAI) : Teori dan Praktek”.
(Banjarmasin: IAIN Antasari Press).

Hasan Baharun, Hasan. 2017. “Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik (Konsep,
prinsip, model, pendekatan dan langkah-langkah pengembangan kurikulum PAI”,
(Yogyakarta: Pustaka Nurja)

Hidayati, Wiji. 2016. Manajemen kurikulum pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti
jenjang SMA bermuatan keilmuan integrasi interkoneksi. Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, Vol (1:)2

Lubis, Yusuf. 2015. Pelaksanaan Manajemen Kurikulum pada SMA Negeri 1 Buengcala
Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol. (3):1.

Nasbi, Ibrahim. 2017. “Manajemen kurikulum: Sebuah kajian teoritis”. Jurnal Idaarah. Vol
(1):2.

Shofiyah. 2018. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Upaya Meningkatkan


Kualitas Pembelajaran. Edureligia. (2): 2
Syafaruddin. 2017. Manajemen Kurikulum. Medan: Perdana Publishing. Hlm. 1-208.

19

Anda mungkin juga menyukai