Disusun Oleh :
2018
1
PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG KLASIFIKASI
Oleh :
2
ABSTRAK
3
PENDAHULUAN
Dalam prespektif yang lebih luas, supremasi terhadap ilmu – ilmu agama
menimbulkan dampak yang amat substansial, tidak hanya dalam perkembangan
ilmu pengetahuan islam tetapi juga peradabannya secara keseluruhan. Terjadinya
perkembangan dalam ilmu pengetahuan menciptakan berbagai cabang – cabang
ilmu pengetahuan yang baru. Namun jika dipandang dari prespektif keislaman
semua cabang – cabang itu dijadikan menjadi satu. Dalam islam tidak mengenal
sistem pemisahan secara essensial antara ilmu agama dengan ilmu profan yaitu
ilmu – ilmu bersifat umum yang tidak ada kaitannya dengan agama. berbagai
macam ilmu dan prespektif intelektual dikembangkan dalam islam yang
mempunyai suatu tingkatan. Para ilmuwan islam telah mengelompokkan ilmu –
4
ilmu yang dikembangkan oleh mereka ke dalam skema Hierarki. Para ulama juga
ikut andil dalam klasifikasi ilmu – ilmu tersebut.
Pada abad pertengahan, para ilmuwan pada masa ini hampir semua
berkecimpung di bidang teolog. Pada masa ini, mereka di kenal dengan
semboyan anchilla theologia atau abdi agama. Pada masa ini juga banyak temuan
mengenai ilmu pengetahuan. Ilmu – ilmu keislaman seperti tafsir, hadits, fiqh,
ushul fiqh, dan ilmu dibidang teologi sudah berkembang sejak masa – masa awal
islam hingga sekarang ini. Sebagaimana yang telah ditetapkan Nash, seluruh
cabang ilmu dan bentuknya di pandang dari prespektif islam adalah satu, yakni
tidak dikenal sistem pemisahan secara essensial antara ilmu agama dan ilmu
umum. Berbagai macam ilmu dan prespektif intelektual yang telah berkembang
dalam islam memiliki tingkatan - tingkatan tertentu, tapi pada akhirnya semua itu
tertuju pada satu kesimpulan pada pengetahuan hakikat yang Maha Tunggal inti
dan sumber dari seluruh ilmu. Alasan inilah yang melatar belakangi para ilmuwan
muslim untuk mengelompokkan ilmu – ilmu yang dikembangkan oleh Non-
Muslim dalam Hierarki ilmu pengetahuan menurut islam.
1. Klasifikasi al-Farabi.
Al-Farabi membagi menjadi 3 kriteria yang menyusun Hierarki Keilmuan:
a. Syaraf al Maudhu, Subjek ini berasal dari prinsip fundamental Ontologi.
b. Istqsha’ al Barahin, di dasarkan pada pernyataan kebenaran yang ditandai
adanya perbedaan derajat kejelasan dan keyakinan ( Basis Epistimologi)
dalam berbagai ilmu pengetahuan yang ada. Selama gagasan tentang
5
kedalaman bukti berhubungan langsung dengan permasalahan
metodologis.
c. I’zam al Jadwa, suatu ilmu yang berkaitan dengan basis etis.
a. Ilmu Naqliyah, ilmu – ilmu tradisional yang terdiri dari ilmu alqur’an,
hadits, tafsir, ilmu kalam, tasawuf, dan ta’bir al ru’yah.
- Kelompok 1 ( ilmu – ilmu hikmah dan falsafah ).
Ilmu pengetahuan yang didapat dengan cara berpikir, dengan indra –
indra yang terdapat pada manusia. Sehingga dengan berpikir tersebut
manusia dapat memahami objek – objeknya, persoalannya, dan aspek
– aspeknya.
- Kelompok 2 ( ilmu Tradisional ( Naqli dan Wadl’i)
Disandarkan kepada berita dari pembuat konvensi Syara’
6
- Ushul Fiqh ( tentang hukum – hukum Allah ).
- Ilmu Kalam ( tentang keimanan, kehujjahan Nya ).
- Ilmu Bahasa ( tentang lughah, nahwu, bayan )
b. Ilmu Aqliyah, berdasarkan akal dan dalil rasional. Yang terkait dengan
ilmu – ilmu filsafat ( metafisika ), matematika, fisika. Ilmu aqliyah terbagi
menjadi 4:
- Logika, Ilmu yang digunakan untuk menghindari kesalahan.
Membedakan yang salah dari yang benar. Untuk sampai pada
pembuktian kebenaran mengenai alam semesta yang menggunakan
akalnya secara maksimal.
- Ilmu Alam, ilmu yang mempelajari keberadaan alam semesta, dengan
menggunakan indra – indra.
- Metafisika, hal – hal yang bersifat rohani diluar alam.
- Matematika ( Ta’limi ), mencakup ilmu ukur, hitung, music, dan
astronomi.
3. Klasifikasi Al-Ghazali.
Al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu menjadi 2:
1. Ilmu Muamalah, ilmu tentang hati yang mengajarkan sifat – sifat
mulia dan melarang tindakan yang menyimpang dari kesusilaan
pribadi dan etika sosial syar’iyah.
Ilmu muamalah terdiri dari 2:
a. Fardhlu ‘Ain, para ulama mengelompokkan ilmu ini sesuai
dengan bidang nya masing – masing. Para Mutakallimin,
berpendapat bahwa ilmu kalam atau ilmu tauhid adalah ilmu
Fardhlu ‘Ain. Menurut mereka, ilmu kalam adalah ilmu untuk
mengetahui ketahuidan dzat dan sifat Allah. Berbeda dengan para
Fuqaha, bahwa ilmu fiqh adalah ilmu Fardhlu ‘Ain. Dengn fiqh
seseorag dapat mengetahui bagaimana cra beribadah yang benar,
mengetahui perkara halal dan haram, dan hukum – hukum lainnya.
7
b. Fardhu Kifayah, ilmu yang wajib dipelajari sebagian masyarakat
islam, tidak seluruhnya. Al ghazali menggolongkan ilmu ini ke
dalam ilmu yang berkaitan dengan kemashlahatan dunia, seperti:
- Ilmu kedokteran (at-Thib), tentang pengobatan, kesehatan,
penyakit, dll.
- Matematika (Hisab), tentang pengukuran, aritmatika, jarak, dll.
- Teknik (Shana’af), mesin, komputer, elektronik, dll.
- Pertanian (al-Falah), berkaitan dengan pangan, bercocok tanam,
dll.
- Pelayaran (Hikayah), berkaitan tentang kegiatan kelautan, dll.
- Politik (Al-Siyasah), tentang kepemerintahan dalam suatu
negara, organisasi, dll.
- Bekam (Al-Hijayah).
- Menjahit (Al-Khiyath), berkaitan dengan cara – cara pembuatan
barang, seperti baju, tas, sepatu, atau yang lainnya yang
berkaitan dengan menjahit.
2. Ilmu Mukasyafah, puncak dari semua ilmu, karena ilmu ini
berhubungan dengan hati, ruh, jiwa, dan pensucian jiwa. Ilmu adalah
cahaya bagi hati seseorang mempelajarinya dan mensucikan dari sifat
– sifat tercela.
8
5. Klasifikasi Ikhwanul al-Shafa’.
Nama suatu kelompok rahasia yang bermadzhab syi’ah Ismailiah, berpusat
di kota Basrah, Baghdad tahun 958 – 983 M. Salah satu karya tulisnya
Rasa’il (Magnum Opus-Masterpiece) berisi 52 risalah tentang ilmu
matematis, kealaman, psikologi, intelektual, dan teologis.
Ikhwanul Al-Shafa’ mengklasifikasikan ilmu menjadi 3 kelompok:
- Pengetahuan adab dan sastra, diperoleh melalui jiwa dan akal secara
mendalam.
- Pengetahuan syariat, pengetahun yang telah disampaikan nabi melalui
wahyu.
- Pengetahuan Filsafat, terbagi menjadi 4 : matematika, logika, fisika,
dan metafisika.
Berdasarkan pembagian ilmu diatas, secara garis besar objek ilmu dapat
dibagi menjadi 2 pokok yaitu, alam materi dan non materi. Sains, yang
mengarahkn pandangan kepada alam materi, menyebabkan manusia membatasi
ilmunya pada bidang tersebut. Bahkan sebagian dari mereka tidak mengakui
adanya realtas yang tidak dapat di buktikan di alam materi.
9
PEMBAHASAN
1
Baso Hasyim,”Islam dan Ilmu Pengetahuan (Pengaruh Temuan Sains Terhadap Perubahan
Islam)”. Jurnal Dakwah Tabligh. Vol. 14, No. 1, Juni 2013, Hal. 127.
2
Syarif Hidayatullah, “Islamisasi Ilmu Dalam Prespektif Filsafat Ilmu”. Jurnal Filsafat. Vol. 23,
No. 3, Desember 2013, Hal. 233.
10
di Baghdad. Jangan kita memandang dari sisi negative nya, jika tidak ada kejadian
seperti ini apakah ilmu pengetahuan akan maju, akankah ilmu pengetahuan akan
seperti sekarang ini, apakah dampaknya baik atau buruk, kita tidak tau akan hal
itu.
Dulu islam sempat mengalami kebuntuan atau istilah nya “stuck” pada
ilmu pengetahuan yang itu – itu saja. Seorang cendekiawan dan penulis buku –
buku terkenal asal mesir bernama Dr. Raghib As-Sirjani, pada sebuah acara talk
show “Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia”, yang di gelar oleh penerbit
Pustaka Al-kautsar di panggung utama 13th IBF (Islamic Book Fair) 2014. Dalam
sebuah dialog, ada seseorang hadirin bertanya kepadanya, apa penyebab
kemunduran islam pada masa lampau. Dan As-Sirjani menjawab, penyebabnya
karena semangat berislam kaum muslimin pada masa itu menurun. Ketika barat
menjajah negara – negara islam, yang dicuri tidak hanya kekayaan alam dan
sejenisnya. Tetapi mereka juga mengubah pola berpikir umat islam yang
kemudian meniru tata cara barat, ungkapnya. Selama ini pemahaman kita tentang
pendidikan, telah dirubah sedemikian rupa oleh orang – orang barat. Mungkin
beberapa dari sekian banyak orang mengira bahwa ilmu pengetahuan itu berasal
dari temuan orang barat semua. Padahal sebenarnya tidak, Kita tahu Isaac
Newton, tapi kita tidak tahu Tsabit bin Qarah yang telah menemukan teori
gravitasi seratus tahun sebelumnya. Banyak tokoh – tokoh islam yang berperan
dalam penemuan – penemuan terhadap ilmu pengetahuan, yaitu matematika oleh
al khawarizmi, Kedokteran oleh Ibnu Sina, Filsafat oleh Al-Biruni, Ibnu Khaldun
dikenal dengan Bapak politik, Astronomi oleh Ibnu al-Shatir, dan masih banyak
lagi. Tentunya peran ulama sangat berpengaruh disini, dengan adanya penjajahan
orang barat pada masa itu, semangat umat islam berkobar kembali, dan berpikir
lebih maju, agar tidak ketinggalan zaman dalam bidang ilmu pengetahuan.
Mereka mengubah bagaimana cara berpikir mereka, dan menggabungkan ilmu
pengetahuan islam dengan non islam menurut orang barat dengan cara
mengelompokkannya. Mereka mengorek lebih dalam lagi, dan menggunakan akal
secara maksimal. Dengan cara itu islam menjadi lebih maju, dan lebih baik lagi.
11
Dapat disimpulkan bahwa Islam, ilmu pengetahuan, dan teknologi, itu
saling berkaitan satu sama lain, tergantung bagaimana kita berpikir secara logika
atau Rasional, menggunakan indra – indra pada diri kita untuk melihat ke semesta
yang lebih luas lagi. Hal itu dapat kita pahami melalui ayat – ayat-Nya yaitu
Alqur’an dan Sunnah. Islam mengandung ajaran yang luar biasa, dengan kitabnya
Alqur’an, yang bertuliskan bahasa Arab, yang tidak hanya memiliki satu makna
saja dari setiap kalimatnya.
Dalam konsep dasar islam setiap manusia diwajibkan untuk mencari ilmu
yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat, adalah ilmu yang mendekatkan diri kita
kepada sang pencipta, atas kebenarannya, dan kekuasaannya. 3Dan ilmu yang
bermanfaat adalah ilmu yang dapat memberi kebaikan dan kemashlahatan kepada
kehidupan dan nasib manusia itu sendiri. Adanya berbagai cabang – cabang ilmu
pengetahuan, hal itu terjadi akibat pengelompokkan para ilmuan – ilmuan islam.
Terutama dikalangan ulama islam. Benar dalam islam, memang tidak dikenal
pemisahan ilmu – ilmu secara essensial, karena pada dasarnya semua cabang –
cabang ilmu itu dianggap satu. Arti satu dalam pemahaman ini adalah, ilmu itu
sumbernya hanya satu dan berakhir pada satu sumber yaitu tuhan yang Maha Esa,
Allah SWT. Adanya pengelompokkan tersebut bertujuan untuk memudah kan diri
kita memahami jenis – jenis ilmu tersebut.
3
Achmad Charris Zubair, “Filsafat Ilmu Menurut Konsep Islam”. Jurnal Filsafat, Maret 1997. Hal
38 -39.
12
dianjurkan untuk mencari ilmu sebanyak – banyaknya. Dalam islam, ilmu akan
menaikkan derajat seseorang. tentunya dengan ilmu, seseorang memiliki
kemampuan, posisi, dan terpandang. Buktinya adalah ustadz, guru, dokter,
ilmuan, direktur, mereka dihormati karena mereka memiliki ilmu pengetahuan,
mereka mendapat kan posisi tersebut, bukan dengan cara hanya tidur dirumah, dan
tidak melakukan apapun, lalu tiba – tiba menjadi seperti itu. Tidak, mereka
mencari ilmu, dan tau bagaimana cara mengamalkannya dengan baik.
Kenapa kita harus mempelajari tentang agama, padahal jurusan nya ipa.
Tidak ada yang salah, karena telah kita ketahui agama dan ilmu pengetahuan itu
saling beriringan dan berhubungan. Kita harus mengetahui keduanya, agar
wawasan kita luas. Supaya kita tidak kaku terhadap pengetahuan. Ilmu
pengetahuan itu bersumber dari sang kuasa, agama menjadi tuntunan kita untuk
13
hidup, dan ilmu pengetahuan memberi kita manfaat bagi kemashlahatan
kehidupan manusia.
Itulah ilmu, tidak akan ada habis – habisnya jika kita membicarakan
tentang ilmu pengetahuan. Banyak ilmu yang terdapat di dunia ini, Ilmu tafsir,
Ushul Fiqh, Ilmu Kalam, Astronomi, Geografi, Matematika, Filsafat. Ilmu- ilmu
tersebut memiliki kelompoknya masing – masing, memiliki manfaatnya masing –
masing, dan tugas nya masing – masing. Para ulama – ulama sudah berusaha
keras dalam mengelompokkan ilmu – ilmu tersebut menjadi seperti sekarang ini.
Tinggal kita menikmatinya, mempelajarinya, atau bahkan menemukan penemuan
baru. Tidak ada yang tidak mungkin, atas kuasa diatas semuanya menjadi
mungkin.
4
Nurdin,”Eksistensi Keilmuan Islam”. Dinamika Ilmu. Vol. 13, No. 1, Juni 2013, Hal. 91.
14
KESIMPULAN
Kesimpulan dari review makalah ini, bahwa islam dan ilmu pengetahuan
itu saling melengkapi satu sama lain. Sejarah telah menunjukkan bahwa islam
memiliki peran besar dalam ilmu pengetahuan, banyak tokoh – tokoh ulama, dan
penemu – penemu lahir dari islam. Berbagai cabang – cabang ilmu pengetahuan
telah lahir dengan berbagai bentuk dan jenisnya. Semua itu pada akhirnya menjadi
satu yang membawa kita dekat kepada sang kuasa yaitu Allah swt.
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mendekatkan kita kepada sang
kuasa, dan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang berguna bagi kehidupan dan
kemaslahatan manusia. Ilmu itu juga bermanfaat tergantung bagaimana kita
memahaminya dan mengamalkannya. Segala sesuatunya sudah ditetapkan dalam
alqur’an dan sunnah, termasuk ilmu pengetahuan.
Para ilmuan islam dan para ulama islam sudah sangat berjasa dalam
melakukan penemuan – penemuannya. Tinggal diri kita sebagai manusia dizaman
modern sekarang ini menikmati, mempelajarinya, memahaminya, atau bahkan
menemukan penemuan – penemuan baru.
15
DAFTAR PUSTAKA
16