Anda di halaman 1dari 16

PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG KLASIFIKASI

ILMU – ILMU DARI SUDUT PANDANG KEISLAMAN

Dosen Pengampu : Dr. Toto Suharto S.Ag., M.Ag.

Disusun Oleh :

Nurfalah Finajiyah ( 183111015 )

JURUSAN PENDIDIKAN AGAM ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2018

1
PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG KLASIFIKASI

ILMU – ILMU DARI SUDUT PANDANG KEISLAMAN

Oleh :

Nurfalah Finajiyah ( 183111015 )

Penulis : Mutty Hariyati dan Isna Fistiyanti.

Judul Artikel : Perbedaan Pendapat Tentang Klasifikasi Ilmu –

Ilmu dari Sudut Pandang Keislaman.

Jurnal : Sejarah Klasifikasi Ilmu – Ilmu Keislaman dan

Perkembangannya dalam Ilmu Perpustakaan.

Vol / No : Volume 9 / No. 1, Juni 2017.

Jumlah Halaman : 148 – 159 ( 11 Halaman ).

2
ABSTRAK

Perkembangan ilmu keislaman sangat pesat seiring dengan perubahan


zaman. Banyak para ilmuwan melakukan penelitian, dan dari penelitian tersebut
munculah berbagai penemuan dan bermacam – macam bentuk serta jenis - jenis
ilmu pengetahuan. Baik ilmu yang berhubungan dengan keagaaman, maupun ilmu
umum yang tidak ada kaitannya dengan agama. Dari pemahaman – pemahaman
tentang ilmu, terjadi perbedaan pendapat di kalangan para tokoh ulama. Dari
pemahaman yang berbeda – beda, mereka melakukan pengelompokkan tentang
ilmu – ilmu tersebut dari segi keislaman dan non-islam. Pada dasarnya kedua
kelompok tersebut saling menyambung satu sama lain, dan bermanfaat bagi
kemashlahatan manusia di dunia. Semua ilmu itu bermanfaat dan mempunyai ciri
khas nya sendiri – sendiri. Tergantung bagaimana kita mempelajarinya dan
mengamalkannya dalam kehidupan. Di sisi lain ada berbagai pandangan tentang
keilmuan menurut masyarakat. Terutama dikalangan para pelajar indonesia,
mereka merasakan pendidikan selama 6 tahun di sekolah dasar, 3 tahun di sekolah
menengah, dan 3 tahun mereka di Sma, terhitung 12 tahun mereka menjalani
pendidikan. Sistem pendidikan ini telah di sah kan dan diwajibkan oleh
pemerintah, bahwa anak – anak wajib bersekolah selama 12 tahun. Tetapi muncul
berbagai pertanyaan yang menjadi perdebatan dalam masyarakat baik dikalangan
orang tua, guru, maupun siswa. Mereka mengatakan, kenapa sistem pendidikan di
indonesia seperti ini, Kenapa harus ada tugas, Kenapa kurikulum pendidikan terus
– terusan berganti, dan kenapa banyak sekali mata pelajaran yang dipelajari
disekolah. Bahkan di sekolah aliyah atau menengah atas, sudah ada yang namanya
penjurusan seperti kelas IPA, IPS, BAHASA, dan AGAMA. Meskipun sudah ada
penjurusan, tetap saja mata pelajaran yang mereka pelajari 95% sama. Semua
pertanyaan itu sering sekali mereka lontarkan, dan bicarakan kita. Lalu mengapa,
kita harus mempelajari semua itu, disini kita akan membahasnya.

3
PENDAHULUAN

Sejarah peradaban keilmuan islam, kini telah banyak membuahkan hasil


yang luar biasa bagi kehidupan manusia dan alam semesta. Adanya ilmu di dunia
ini, tidak muncul secara instant tetapi membutuhkan proses yang sangat panjang.
Berkembangnya keilmuan islam, terbagi menjadi beberapa periode Periode klasik
sekitar tahun 650 – 1250 M, Periode Pertengahan 1250 – 1800 M, dan Periode
Modern terjadi tahun 1800 hingg di masa sekarang. Periode pertama, adalah pada
abad klasik, tepatnya tahun 650 sampai 1250 Masehi. Pada masa itu pembelajaran
dalam keilmuan islam berkembang pesat, hal itu disebabkan karena adanya
sebuah kebutuhan, haus akan ilmu pengetahuan. Ada juga beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu adanya faktor internal islam sendiri, yang memiliki motivasi
besar untuk menuntut ilmu tanpa ada batasan waktu. Adanya keberadaan wahyu
atau nash yang berkaitan tentang ilmu pengetahuan, menjadi sebuah tujuan dan
dorongan untuk mengkorek lebih dalam lagi, islam terhadap ilmu pengetahuan
dan perkembangannya. Menurut Harun Nasution, pemikiran – pemikiran secara
rasional secara akal berkembang pada zaman islam klasik. Pemikiran ini
dipengaruhi oleh pemahaman bagaimana letak kedudukan akal seperti yang telah
tercantum dalam alqur’an dan hadits.

Dalam prespektif yang lebih luas, supremasi terhadap ilmu – ilmu agama
menimbulkan dampak yang amat substansial, tidak hanya dalam perkembangan
ilmu pengetahuan islam tetapi juga peradabannya secara keseluruhan. Terjadinya
perkembangan dalam ilmu pengetahuan menciptakan berbagai cabang – cabang
ilmu pengetahuan yang baru. Namun jika dipandang dari prespektif keislaman
semua cabang – cabang itu dijadikan menjadi satu. Dalam islam tidak mengenal
sistem pemisahan secara essensial antara ilmu agama dengan ilmu profan yaitu
ilmu – ilmu bersifat umum yang tidak ada kaitannya dengan agama. berbagai
macam ilmu dan prespektif intelektual dikembangkan dalam islam yang
mempunyai suatu tingkatan. Para ilmuwan islam telah mengelompokkan ilmu –

4
ilmu yang dikembangkan oleh mereka ke dalam skema Hierarki. Para ulama juga
ikut andil dalam klasifikasi ilmu – ilmu tersebut.

Pada abad pertengahan, para ilmuwan pada masa ini hampir semua
berkecimpung di bidang teolog. Pada masa ini, mereka di kenal dengan
semboyan anchilla theologia atau abdi agama. Pada masa ini juga banyak temuan
mengenai ilmu pengetahuan. Ilmu – ilmu keislaman seperti tafsir, hadits, fiqh,
ushul fiqh, dan ilmu dibidang teologi sudah berkembang sejak masa – masa awal
islam hingga sekarang ini. Sebagaimana yang telah ditetapkan Nash, seluruh
cabang ilmu dan bentuknya di pandang dari prespektif islam adalah satu, yakni
tidak dikenal sistem pemisahan secara essensial antara ilmu agama dan ilmu
umum. Berbagai macam ilmu dan prespektif intelektual yang telah berkembang
dalam islam memiliki tingkatan - tingkatan tertentu, tapi pada akhirnya semua itu
tertuju pada satu kesimpulan pada pengetahuan hakikat yang Maha Tunggal inti
dan sumber dari seluruh ilmu. Alasan inilah yang melatar belakangi para ilmuwan
muslim untuk mengelompokkan ilmu – ilmu yang dikembangkan oleh Non-
Muslim dalam Hierarki ilmu pengetahuan menurut islam.

Pada perkembangannya, klasifikasi ilmu dilakukan untuk mempermudah


manusia dalam mempelajari ilmu. Telah muncul pandangan dan keyakinan bahwa
islam menuntun agar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dilakukan secara
utuh, atau sempurna, dalam arti tidak setengah – setengah dalam mempelajarinya.
Pemahaman itu bersumber pada alqur’an dan hadits ( ayat – ayat qauliyah ) dan
juga melalui hasil dari observasi, eksperiment, dan penalaran logis ( ayat – ayat
kauniyah ).

1. Klasifikasi al-Farabi.
Al-Farabi membagi menjadi 3 kriteria yang menyusun Hierarki Keilmuan:
a. Syaraf al Maudhu, Subjek ini berasal dari prinsip fundamental Ontologi.
b. Istqsha’ al Barahin, di dasarkan pada pernyataan kebenaran yang ditandai
adanya perbedaan derajat kejelasan dan keyakinan ( Basis Epistimologi)
dalam berbagai ilmu pengetahuan yang ada. Selama gagasan tentang

5
kedalaman bukti berhubungan langsung dengan permasalahan
metodologis.
c. I’zam al Jadwa, suatu ilmu yang berkaitan dengan basis etis.

Secara garis besar klasifikasi ilmu menurut Al Farabi terbagi menjadi 5:

1. Ilmu Bahasa, ilmu – ilmu tentang Syntac, Grammer, Pronounciation and


speech, dan puisi.
2. Ilmu Logika, yang menggunakan akal sebagai dasar pemikirannya.
3. Ilmu Propaedetik, Ilmu – ilmu tentang Aritmatic, Geometri, Optik,
Astrologi, Music, Astronomi.
4. Ilmu Fisika dan Metafisika.
5. Ilmu Sosial, terkait tentang Yurisprudensi, dan Retorika.

2. Klasifikasi Ibnu Khaldun.

Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi 2 macam:

a. Ilmu Naqliyah, ilmu – ilmu tradisional yang terdiri dari ilmu alqur’an,
hadits, tafsir, ilmu kalam, tasawuf, dan ta’bir al ru’yah.
- Kelompok 1 ( ilmu – ilmu hikmah dan falsafah ).
Ilmu pengetahuan yang didapat dengan cara berpikir, dengan indra –
indra yang terdapat pada manusia. Sehingga dengan berpikir tersebut
manusia dapat memahami objek – objeknya, persoalannya, dan aspek
– aspeknya.
- Kelompok 2 ( ilmu Tradisional ( Naqli dan Wadl’i)
Disandarkan kepada berita dari pembuat konvensi Syara’

Ibnu Khaldun menjelaskan ilmu yang terkandung di dalam al ulum al-


Naqliyyah al-Wadiyyah sebagai berikut:

- Ilmu Tafsir ( tentang lafaz – lafaz alqur’an ).


- Ilmu Qira’ah ( tentang bacaan alqur’an ).
- Ulum Hadits ( tentang sanad, khabar, perawi ).

6
- Ushul Fiqh ( tentang hukum – hukum Allah ).
- Ilmu Kalam ( tentang keimanan, kehujjahan Nya ).
- Ilmu Bahasa ( tentang lughah, nahwu, bayan )
b. Ilmu Aqliyah, berdasarkan akal dan dalil rasional. Yang terkait dengan
ilmu – ilmu filsafat ( metafisika ), matematika, fisika. Ilmu aqliyah terbagi
menjadi 4:
- Logika, Ilmu yang digunakan untuk menghindari kesalahan.
Membedakan yang salah dari yang benar. Untuk sampai pada
pembuktian kebenaran mengenai alam semesta yang menggunakan
akalnya secara maksimal.
- Ilmu Alam, ilmu yang mempelajari keberadaan alam semesta, dengan
menggunakan indra – indra.
- Metafisika, hal – hal yang bersifat rohani diluar alam.
- Matematika ( Ta’limi ), mencakup ilmu ukur, hitung, music, dan
astronomi.

3. Klasifikasi Al-Ghazali.
Al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu menjadi 2:
1. Ilmu Muamalah, ilmu tentang hati yang mengajarkan sifat – sifat
mulia dan melarang tindakan yang menyimpang dari kesusilaan
pribadi dan etika sosial syar’iyah.
Ilmu muamalah terdiri dari 2:
a. Fardhlu ‘Ain, para ulama mengelompokkan ilmu ini sesuai
dengan bidang nya masing – masing. Para Mutakallimin,
berpendapat bahwa ilmu kalam atau ilmu tauhid adalah ilmu
Fardhlu ‘Ain. Menurut mereka, ilmu kalam adalah ilmu untuk
mengetahui ketahuidan dzat dan sifat Allah. Berbeda dengan para
Fuqaha, bahwa ilmu fiqh adalah ilmu Fardhlu ‘Ain. Dengn fiqh
seseorag dapat mengetahui bagaimana cra beribadah yang benar,
mengetahui perkara halal dan haram, dan hukum – hukum lainnya.

7
b. Fardhu Kifayah, ilmu yang wajib dipelajari sebagian masyarakat
islam, tidak seluruhnya. Al ghazali menggolongkan ilmu ini ke
dalam ilmu yang berkaitan dengan kemashlahatan dunia, seperti:
- Ilmu kedokteran (at-Thib), tentang pengobatan, kesehatan,
penyakit, dll.
- Matematika (Hisab), tentang pengukuran, aritmatika, jarak, dll.
- Teknik (Shana’af), mesin, komputer, elektronik, dll.
- Pertanian (al-Falah), berkaitan dengan pangan, bercocok tanam,
dll.
- Pelayaran (Hikayah), berkaitan tentang kegiatan kelautan, dll.
- Politik (Al-Siyasah), tentang kepemerintahan dalam suatu
negara, organisasi, dll.
- Bekam (Al-Hijayah).
- Menjahit (Al-Khiyath), berkaitan dengan cara – cara pembuatan
barang, seperti baju, tas, sepatu, atau yang lainnya yang
berkaitan dengan menjahit.
2. Ilmu Mukasyafah, puncak dari semua ilmu, karena ilmu ini
berhubungan dengan hati, ruh, jiwa, dan pensucian jiwa. Ilmu adalah
cahaya bagi hati seseorang mempelajarinya dan mensucikan dari sifat
– sifat tercela.

4. Klasifikasi Quthb Al Din Al Syirazi.


Quthb Al Din Al Syirazi membagi ilmu pengetahuan menjadi 2 jenis:
1. Filosofis ( al hukmu )
2. Non Filosofis ( Ghoir al Hukmu ), jenis ini terbagi menjadi 2 macam
yaitu religius dan non religius.

Inti dari pengklasifikasian ilmu oleh Quthb Al din Al Syirazi adalah


hikmah, merupakan pengetahuan tertinggi dan termulia yang di anut
kaum muslimin. Dalam pemahamannya dia mengikuti tradisi ahl ma’rifah,
yaitu orang – orang yang mempunyai pengetahuan yang benar.

8
5. Klasifikasi Ikhwanul al-Shafa’.
Nama suatu kelompok rahasia yang bermadzhab syi’ah Ismailiah, berpusat
di kota Basrah, Baghdad tahun 958 – 983 M. Salah satu karya tulisnya
Rasa’il (Magnum Opus-Masterpiece) berisi 52 risalah tentang ilmu
matematis, kealaman, psikologi, intelektual, dan teologis.
Ikhwanul Al-Shafa’ mengklasifikasikan ilmu menjadi 3 kelompok:
- Pengetahuan adab dan sastra, diperoleh melalui jiwa dan akal secara
mendalam.
- Pengetahuan syariat, pengetahun yang telah disampaikan nabi melalui
wahyu.
- Pengetahuan Filsafat, terbagi menjadi 4 : matematika, logika, fisika,
dan metafisika.

Dari pengklasifikasian ilmu – ilmu oleh para ulama di atas, dapat


disimpulkan bahwa ilmu – ilmu dalam islam tidak melulu mengenai ilmu aqidah
dan syar’iyah. Selain dari ilmu – ilmu tersebut kita mempunyai kewajiban untuk
menuntut ilmu yang lainnya untuk menambah wawasan pengetahuan kita.

Berdasarkan pembagian ilmu diatas, secara garis besar objek ilmu dapat
dibagi menjadi 2 pokok yaitu, alam materi dan non materi. Sains, yang
mengarahkn pandangan kepada alam materi, menyebabkan manusia membatasi
ilmunya pada bidang tersebut. Bahkan sebagian dari mereka tidak mengakui
adanya realtas yang tidak dapat di buktikan di alam materi.

Klasifikasi keislaman dari masa klasik telah berkembang secara pesat.


Pada masa klasik hanya ditujukan kepada penggolongan – penggolongan secara
umum. Namun pada masa ini klasifikasi keislaman sudah mendapat nomor khusus
dan memiliki penempatannya sendiri. Sehingga semakin berkembang dan
bertambah ilmu pengetahuannya.

9
PEMBAHASAN

Ilmu pengetahuan sudah melewati banyak perubahan zaman. Kehidupan


manusia dengan ilmu pengetahuan itu saling beriringan satu sama lain. Tanpa
ilmu pengetahuan manusia tidak akan seperti sekarang ini. Tidak akan ada dokter,
gedung tinggi, handphone, dan penemuan canggih lainnya. Sebenarnya ilmu tidak
melulu tentang pengetahuan umum, melainkan ada juga ilmu tentang keagamaan.
Bahkan ilmu ini lebih awal ada, sebelum penemuan- penemuan yang bersifat
umum. Dalam ilmu tersebut diajarkan bagaimana kita mengenal dzat dan sifat –
sifat Allah, tentang nilai – nilai kemuliaan, hal yang tidak boleh dilakukan
maupun yang boleh dilakukan, dosa, hari akhir, dan sebagainya. Dan pada
dasarnya segala ilmu pengetahuan itu bersumber dari Alqur’an, baik itu ayat –
ayat qauliyah dan ayat – ayat kauniyyah. Dahulu para ilmuwan islam, telah
berlomba – lomba melakukan berbagai penelitian dari ayat – ayat yang berkaitan
tentang ilmu pengetahuan. Mereka mencari tau, makna apa yang tersembunyi dari
setiap bait ayat yang terukir dalam Alqur’an. Dari situlah banyak umat islam
menemukan berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan.

Dalam sebuah jurnal tentang islam dan ilmu pengetahuan, si penulis


berpendapat bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berkembang dengan
pesat dan mengalami banyak perubahan dengan cepat, seiring perubahan zaman
yang semakin modern. berbeda dengan agama yang berkembang sangat lamban,
dan terjadi ketidak selarasan antara agama, ilmu, dan teknologi.1 Tetapi dengan
adanya prespektif filsafat, sebenarnya gagasan tersebut bisa muncul karena akibat
keterbelakangan umat islam dari bangsa barat yang disebabkan penggunaan
metodologi ilmiah pada berbagai disiplin ilmu yang asal tiru. 2 Kita sering sekali
mendengar cerita sejarah bahwa dahulu, orang – orang barat adalah pencuri ilmu
umat islam, itu terjadi dimasa ketika mereka menjajah negara – negara islam.
Dimana mereka telah membumi hanguskan perpustakaan umat islam yang berada

1
Baso Hasyim,”Islam dan Ilmu Pengetahuan (Pengaruh Temuan Sains Terhadap Perubahan
Islam)”. Jurnal Dakwah Tabligh. Vol. 14, No. 1, Juni 2013, Hal. 127.
2
Syarif Hidayatullah, “Islamisasi Ilmu Dalam Prespektif Filsafat Ilmu”. Jurnal Filsafat. Vol. 23,
No. 3, Desember 2013, Hal. 233.

10
di Baghdad. Jangan kita memandang dari sisi negative nya, jika tidak ada kejadian
seperti ini apakah ilmu pengetahuan akan maju, akankah ilmu pengetahuan akan
seperti sekarang ini, apakah dampaknya baik atau buruk, kita tidak tau akan hal
itu.

Dulu islam sempat mengalami kebuntuan atau istilah nya “stuck” pada
ilmu pengetahuan yang itu – itu saja. Seorang cendekiawan dan penulis buku –
buku terkenal asal mesir bernama Dr. Raghib As-Sirjani, pada sebuah acara talk
show “Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia”, yang di gelar oleh penerbit
Pustaka Al-kautsar di panggung utama 13th IBF (Islamic Book Fair) 2014. Dalam
sebuah dialog, ada seseorang hadirin bertanya kepadanya, apa penyebab
kemunduran islam pada masa lampau. Dan As-Sirjani menjawab, penyebabnya
karena semangat berislam kaum muslimin pada masa itu menurun. Ketika barat
menjajah negara – negara islam, yang dicuri tidak hanya kekayaan alam dan
sejenisnya. Tetapi mereka juga mengubah pola berpikir umat islam yang
kemudian meniru tata cara barat, ungkapnya. Selama ini pemahaman kita tentang
pendidikan, telah dirubah sedemikian rupa oleh orang – orang barat. Mungkin
beberapa dari sekian banyak orang mengira bahwa ilmu pengetahuan itu berasal
dari temuan orang barat semua. Padahal sebenarnya tidak, Kita tahu Isaac
Newton, tapi kita tidak tahu Tsabit bin Qarah yang telah menemukan teori
gravitasi seratus tahun sebelumnya. Banyak tokoh – tokoh islam yang berperan
dalam penemuan – penemuan terhadap ilmu pengetahuan, yaitu matematika oleh
al khawarizmi, Kedokteran oleh Ibnu Sina, Filsafat oleh Al-Biruni, Ibnu Khaldun
dikenal dengan Bapak politik, Astronomi oleh Ibnu al-Shatir, dan masih banyak
lagi. Tentunya peran ulama sangat berpengaruh disini, dengan adanya penjajahan
orang barat pada masa itu, semangat umat islam berkobar kembali, dan berpikir
lebih maju, agar tidak ketinggalan zaman dalam bidang ilmu pengetahuan.
Mereka mengubah bagaimana cara berpikir mereka, dan menggabungkan ilmu
pengetahuan islam dengan non islam menurut orang barat dengan cara
mengelompokkannya. Mereka mengorek lebih dalam lagi, dan menggunakan akal
secara maksimal. Dengan cara itu islam menjadi lebih maju, dan lebih baik lagi.

11
Dapat disimpulkan bahwa Islam, ilmu pengetahuan, dan teknologi, itu
saling berkaitan satu sama lain, tergantung bagaimana kita berpikir secara logika
atau Rasional, menggunakan indra – indra pada diri kita untuk melihat ke semesta
yang lebih luas lagi. Hal itu dapat kita pahami melalui ayat – ayat-Nya yaitu
Alqur’an dan Sunnah. Islam mengandung ajaran yang luar biasa, dengan kitabnya
Alqur’an, yang bertuliskan bahasa Arab, yang tidak hanya memiliki satu makna
saja dari setiap kalimatnya.

Dalam konsep dasar islam setiap manusia diwajibkan untuk mencari ilmu
yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat, adalah ilmu yang mendekatkan diri kita
kepada sang pencipta, atas kebenarannya, dan kekuasaannya. 3Dan ilmu yang
bermanfaat adalah ilmu yang dapat memberi kebaikan dan kemashlahatan kepada
kehidupan dan nasib manusia itu sendiri. Adanya berbagai cabang – cabang ilmu
pengetahuan, hal itu terjadi akibat pengelompokkan para ilmuan – ilmuan islam.
Terutama dikalangan ulama islam. Benar dalam islam, memang tidak dikenal
pemisahan ilmu – ilmu secara essensial, karena pada dasarnya semua cabang –
cabang ilmu itu dianggap satu. Arti satu dalam pemahaman ini adalah, ilmu itu
sumbernya hanya satu dan berakhir pada satu sumber yaitu tuhan yang Maha Esa,
Allah SWT. Adanya pengelompokkan tersebut bertujuan untuk memudah kan diri
kita memahami jenis – jenis ilmu tersebut.

Sekarang kita lihat dari sudut pandang masyarakat Indonesia. Tentang


berbagai pertanyaan yang telah mereka perdebatkan hingga saat ini. Dengan
pembahasan sejarah tentang keilmuan islam diatas, tentunya kita mulai paham.
Pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Para pelajar indonesia,
sering mengeluh bahwa mengapa mereka harus mempelajari pelajaran ini dan
pelajaran itu. Padahal juga tidak akan berguna dikehidupan dia selanjutnya.
Apakah pemikiran ini salah, atau tidak, tapi sejujurnya manusia itu harus
berwawasan luas. Ilmu itu akan bermanfaat tergantung bagaimana kita
mempelajarinya dan mengamalkannya. Tentunya kita sebagai umat islam,

3
Achmad Charris Zubair, “Filsafat Ilmu Menurut Konsep Islam”. Jurnal Filsafat, Maret 1997. Hal
38 -39.

12
dianjurkan untuk mencari ilmu sebanyak – banyaknya. Dalam islam, ilmu akan
menaikkan derajat seseorang. tentunya dengan ilmu, seseorang memiliki
kemampuan, posisi, dan terpandang. Buktinya adalah ustadz, guru, dokter,
ilmuan, direktur, mereka dihormati karena mereka memiliki ilmu pengetahuan,
mereka mendapat kan posisi tersebut, bukan dengan cara hanya tidur dirumah, dan
tidak melakukan apapun, lalu tiba – tiba menjadi seperti itu. Tidak, mereka
mencari ilmu, dan tau bagaimana cara mengamalkannya dengan baik.

Banyak yang berpendapat sistem pendidikan di suatu negara lain, diluar


sana, contohnya korea selatan, jepang, dan masih banyak lainnya, memiliki sistem
pendidikan terbaik, menurut dunia. Di banding dengan sistem pendidikan di
Indonesia yang sering mengalami perubahan kurikulum yang tidak menentu,
banyak pakar pengamat pendidikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia
semakin menurun. Sebenarnya kualitas itu sangatlah penting, dan disini
pemerintah lebih banyak fokus ke kuantitas dibanding kualitas. Mereka
memasukkan kemajuan teknologi kedalam sistem pendidikan, penggunaan
handphone, laptop, LCD, dan lain sebagainya, hal ini tidak salah. Tapi bagaimana
dengan kualitas pendidiknya dan pemahaman yang diterima oleh siswanya.
Tentunya pendidik mempunyai kemampuannya masing – masing, tapi seharusnya
dia juga harus bertanggung jawab akan siswanya dapat menerima materinya atau
tidak. Tapi kendala juga tidak berada pada si pendidik, tapi juga si murid. Tingkat
kemauan belajar di Indonesia tidak terlalu tinggi, karena berbagai alasan klasik,
seperti terlalu banyak tugas, mata pelajaran, ujian, bahkan lingkungan yang tidak
mendukung, dan alasan yang masih banyak lainnya. Seperti sudah mendarah
daging, tapi tidak semua pelajar di Indonesia itu pemalas, karena tidak sedikit
yang sukses dan menjadi seseorang yang hebat.

Kenapa kita harus mempelajari tentang agama, padahal jurusan nya ipa.
Tidak ada yang salah, karena telah kita ketahui agama dan ilmu pengetahuan itu
saling beriringan dan berhubungan. Kita harus mengetahui keduanya, agar
wawasan kita luas. Supaya kita tidak kaku terhadap pengetahuan. Ilmu
pengetahuan itu bersumber dari sang kuasa, agama menjadi tuntunan kita untuk

13
hidup, dan ilmu pengetahuan memberi kita manfaat bagi kemashlahatan
kehidupan manusia.

Bagaimana dengan sistem keilmuan islam dalam sistem klasifikasi yang


dikembangkan oleh UNESCO, yang kemudian di anut oleh LIPI. Secara dari
sudut pandang pendidikan, bahwa agama sebagai ilmu hanya diperlakukan
sebagai sebuah disiplin yang merupakan unsur dari Antropologi budaya.
4
Pemahaman hanya sebatas tahu saja, karena pengaruh budaya. Tidak mengetahui
apa itu islam secara lebih mendalam lagi, lebih luas lagi. Sehingga hal – hal
seharusnya lumrah dalam islam menjadi tabu, dan hal – hal yang tabu menjadi
lumrah. Itulah mengapa ilmu sangat penting, sejarah sangat penting. Dengan ilmu
pengetahuan kita mampu memahami yang benar dan yang salah. Perbedaan
pendapat bukan berarti menjadi penyebab perpisahan. Tapi saling menyatukan
yang kurang dan yang lebih. Tidak berarti sistem pendidikan dan ilmu – ilmu
pengetahuan itu sempurna. Masing – masing memiliki kekurangan dan kelebihan.
Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah swt.

Itulah ilmu, tidak akan ada habis – habisnya jika kita membicarakan
tentang ilmu pengetahuan. Banyak ilmu yang terdapat di dunia ini, Ilmu tafsir,
Ushul Fiqh, Ilmu Kalam, Astronomi, Geografi, Matematika, Filsafat. Ilmu- ilmu
tersebut memiliki kelompoknya masing – masing, memiliki manfaatnya masing –
masing, dan tugas nya masing – masing. Para ulama – ulama sudah berusaha
keras dalam mengelompokkan ilmu – ilmu tersebut menjadi seperti sekarang ini.
Tinggal kita menikmatinya, mempelajarinya, atau bahkan menemukan penemuan
baru. Tidak ada yang tidak mungkin, atas kuasa diatas semuanya menjadi
mungkin.

4
Nurdin,”Eksistensi Keilmuan Islam”. Dinamika Ilmu. Vol. 13, No. 1, Juni 2013, Hal. 91.

14
KESIMPULAN

Kesimpulan dari review makalah ini, bahwa islam dan ilmu pengetahuan
itu saling melengkapi satu sama lain. Sejarah telah menunjukkan bahwa islam
memiliki peran besar dalam ilmu pengetahuan, banyak tokoh – tokoh ulama, dan
penemu – penemu lahir dari islam. Berbagai cabang – cabang ilmu pengetahuan
telah lahir dengan berbagai bentuk dan jenisnya. Semua itu pada akhirnya menjadi
satu yang membawa kita dekat kepada sang kuasa yaitu Allah swt.

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mendekatkan kita kepada sang
kuasa, dan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang berguna bagi kehidupan dan
kemaslahatan manusia. Ilmu itu juga bermanfaat tergantung bagaimana kita
memahaminya dan mengamalkannya. Segala sesuatunya sudah ditetapkan dalam
alqur’an dan sunnah, termasuk ilmu pengetahuan.

Para ilmuan islam dan para ulama islam sudah sangat berjasa dalam
melakukan penemuan – penemuannya. Tinggal diri kita sebagai manusia dizaman
modern sekarang ini menikmati, mempelajarinya, memahaminya, atau bahkan
menemukan penemuan – penemuan baru.

Allah menuntun hambanya agar memiliki pengetahuan yang luas, semua


yang ada di dunia ini tujuannya satu. Untuk mendekatkan diri kepada sang
pencipta, dan menunjukkan kepada diri kita bahwa Allah itu ada.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hasyim, B.”Islam dan Ilmu Pengetahuan (Pengaruh Temuan Sains Terhadap


Perubahan Islam)”. Jurnal Dakwah Tabligh. Vol. 14, No. 1, Juni 2013, Hal. 127.
Hidyatullah, S. “Islamisasi Ilmu Dalam Prespektif Filsafat Ilmu”. Jurnal Filsafat.
Vol. 23, No. 3, Desember 2013, Hal. 233.
Nurdin.”Eksistensi Keilmuan Islam”. Dinamika Ilmu. Vol. 13, No. 1, Juni 2013,
Hal. 91.
Zubair, Ahmad C. “Filsafat Ilmu Menurut Konsep Islam”. Jurnal Filsafat, Maret
1997. Hal 38 -39.

16

Anda mungkin juga menyukai