Anda di halaman 1dari 4

Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di

Indonesia (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 122-123


C. Peran Lembaga Pendidikan Islam Madrasah.
Madrasah secara etimologis berasal dari bahasa Arab “darosa”, kata kerja
(fi’il madhi) dan “Yadrusu” (fi’il mudhori) yang artinya membaca. Dalam bentuk
kata dasar artinya bacaan dan isim makan “madrosatun” menunjukkan tempat.
Dapat disimpulkan, madrasah diartikan sebagai tempat untuk membaca. Pada
awal mulanya madrasah adalah tempat mengajar, membaca, dan menulis bagi
siswa. Berbeda dengan pandangan Jhonathan Berkey, dalam sebuah buku ia
mengatakan bahwa madrasah tidak semata – mata berasal dari bahasa Arab saja.
Ada kata yang memiliki kemiripan dengan bahasa Arab, yaitu “midrash” yang
berasal dari bahasa Hebrew. Yang menjelaskan sebuah institusi yang berfungsi
untuk mengajarkan dasar- dasar ajaran agama Yahudi pada abad pertengahan di
Mesir. Dalam penjelasan tersebut dapat kita ketahui, tradisi dalam mengajarkan
membaca bagi siswa yang dengan latar belakang kelembagaan tidak hanya
didominasi oleh islam saja. Adanya kemiripan tersebut tidak menjadi sebuah
masalah, karena pada dasarnya bahasa Arab dan yahudi memiliki induk dan akar
yang sama secara religius. Tetapi tetap saja, tidak berarti kedua lembaga
pendidikan itu sama karena madrasah murni lahir dari perkembangan masjid lalu
beralih ke madrasah.1
Banyak madrasah yang berkembang baik di berbagai belahan dunia, di
bagian Timur seperti di Irak, Iran, Siria, Palestina, Saudi Arabia, Mesir, dan
bagian barat seperti spanyol (Andalusia). Berkembangnya madrasah di Indonesia
tidak dapat dipisahkan dengan munculnya berbagai ide – ide pembaharuan
dikalangan umat islam. Beberapa ulama yang berjasa dalam berdirinya madrasah
di Indonesia diantaranya adalah Syekh Abdullah Ahmad, yang mendirikan
Madrasah Adabiyah di Padang sekitar tahun 1909. Syekh M. Thaib Umar
mendirikan madrasah School Batu Sangkar tahun 1910. Tetapi madrasah ini
kemudian ditutup pdatahun 1918, lalu dibuka kembali oleh Mahmud Yunus, dan
berganti nama dengan Diniyah School pada tahun 1923. Dikalangan organisasi
islam, mereka melaksanakan pembaruan dalam bidang pendidikan, yang paing
terkenal di antaranya Muhamaddiyah yang berdiri di yogyakart oleh KH. Ahmad

1
Muh. Misdar, Sejarah Pendidikan Islam (Cetakanke-1,April 2017), Hlm 104 – 105
Dahlan pada tanggal 18 November 1912. Madrasah – madrasah inilah yang
kemudian berkembang di indonesia dan mengajarkan ajaran berbasis agama.2
Istilah madrasah telah menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan,
terutama perguruan islam. Tetapi menurut Karel A. Steenbrink istilah madrasah
dan sekolah itu berbeda, karena keduanya memiliki ciri khas yang berbeda.
Madrasah sebenarnya adalah lembaga pendidikan yang berdiri setelah masjid,
salah satu faktor penyebabnya adalah karena masjid – masjid telah penuh dengan
tempat – tempat belajar dan hal ini menganggu pelaksanaan ibadah shalat. Dalam
sejarah dunia tertulis, bahwa madrasah muncul berawal dari penduduk Nisapur
sebagai lembaga pendidikan Islam, dan mulai tersiar melalui Nizam al-Mulk
seorang menteri Saljuk yang telah mendirikan madrasah Nizamiyah di Baghdad
pada tahun 1065 M. Menurut Naji Ma’ruf, 165 tahun yang lalu, sebelum
berdirinya madrasah Nizamiyah, sudah ada beberapa madrasah yang telah berdiri
di Khurasan. Yang juga dibangun oleh Beliau seperti Balkh, Harrat, Marwah,
Tabris, Mosul, dan hampir semua kota di Irak. Karena ketenaran madrasah
Nizamiyah jauh lebih populer di bandingkan dengan madrasah lainnya. Para
tokoh pendidikan Islam Kontemporer, menganggap bahwa madrasah Nizamiyah
adalah madrasah yang dibangun pertama kali dalam islam. Menurut, Gibb dan
Kramers, pendiri madrasah terbesar setelah Nizam al-Mulk adalah Shalah al-Din
al-Ayyubi. Madrasah sebgai lembaga tempat pendidikan memiliki beberapa latar
belakang sebagai berikut:
1. Sebagai manifestasi dan realisasi pembaruan sistem pendidikan islam.
2. Usaha penyempurnaan sistem pesantren kepada sistem pendidikan yang
memungkikan lulusannya memperolah hal yang sama dengan sekolah
umum. Kesamaan mendapat kesempatn kerja, dan perolehan ijazah.
3. Upaya untuk menjembatani sistem pendidikan tradisional oleh pesantren
dan sistem pendidikan modern hasil akulturasi.3
Pada sistem madrasah tidak harus ada pondok, masjid, dan pengajian kitab –
kitab klasik. Komponen yang biasanya diutamakan dalam madrasah adalah
adanya tempat belajar, guru, siswa, dan rencana pelajaran, pimpinan yang biasa

2
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia
(Jakarta: Kencana,2009), Hlm 96 – 97
3
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana,2010), Hlm 241 -245
disebut dengan kepala sekolah. Sistem di madrasah juga memiliki kemiripan
dengan sistem di sekolah umum. Siswa atau siswi tidak harus mondok di
lingkungan madrasah, siswa cukup datang pada jam – jam berlangsungnya
kegiatan belajar dan mengajar. Pelajaran – pelajaran di madrasah yang diajarkan
kepada para siswa sudah di cantumkan dalam daftar kurikulum.
Dari segi tingkatannya, madrasah dibagi menjadi:
1. Ibtidaiyah (tingkat dasar).
2. Tsanawiyah (tingkat menengah).
3. Aliyah (tingkat menengah atas).
Menurut aturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1946 dan Peraturan
Menteri Agama Nomor 7 tahun 1950, Madrasah mengandung makna Tempat
pendidikan yang diatur sebagai sekolah yang menjadikan ilmu pengetahuan
agama menjadi pokok pengajarannya, dan pondok pesantren yang memberi
pendidikan setingkat dengan madrasah. Dapat kita ketahui bahwa madrasah
adalah sebuah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran islam sebagai
dasar bahan ajaran pokok. Selain itu juga madrasah mengajarkan mata pelajaran
umum di luar pelajaran islam.4

4
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia
(Jakarta: Kencana,2009), Hlm 101 – 102

Anda mungkin juga menyukai