1. Pandangan Humanistik
Pandangan humanistik menekankan kebebasan personal,
pilihan, kepekaan, dan tanggung jawab personal. Pandangan
humanistik juga memfokuskan pada prestasi, motivasi, perasaan,
tindakan, dan kebutuhan. Tujuan pendidikan menurut orientasi ini
adalah aktualisasi diri individual. Belajar menurut pandangan ini
merupakan fungsi dari keseluruhan pribadi manusia yang
melibatkan faktor intelektual dan emosional. Motivasi belajar
harus datang dari dalam diri anak itu sendiri.
Proses pembelajaran menekankan pentingnya hubungan
interpersonal, menerima siswa sebagai seorang pribadi yang
memiliki kemampuan, dan peran guru disini hanya sebagai
partisipan dalam proses belajar bersama. Guru tidak perlu
memaksa para siswa untuk belajar, mereka harus menciptakan
suatu iklim kepercayaan dan rasa hormat yang memungkinkan
siswa belajar memutuskan apa dan bagaimana mereka belajar,
mempertahankan otoritas/ wewenang dan mengambil inisiatif
dalam “membentuk diri mereka sendiri). Para guru harus
menjadi fasilitator dan kelas harus menjadi suatu tempat “yang
di dalamnya keingintahuan dan hasrat untuk belajar dapat
dipelihara dan ditingkatkan.” Melalui pemahaman para siswa,
para guru humanistik mendorong para siswanya untuk belajar
dan tumbuh (Carl Roger:1982).
Tujuan pendidikan menurut pandangan humanistik yang
dirangkum oleh Mary Johnson (Karta Dinata dikutip oleh Uyoh:
2009) sebagai berikut:
a. Kaum humanis berusaha memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan eksplorasi dan
mengembangkan kesadaran identitas diri yang
melibatkan perkembangan konsep diri dan sistem nilai.
b. Kaum humanis telah mengutamakan komitmen terhadap
prinsip pendidikan yang memperhatikan faktor perasaan,
2. Pandangan Behavioristik
Behavioristik didasarkan pada prinsip, bahwa perilaku
manusia yang diinginkan merupakan produk desain bukannya
kebetulan. Menurut paham ini, manusia memiliki suatu keinginan
yang bebas. Menurut Power (1982), “Kita adalah apa
Aliran behavioristik mengabaikan faktor kehidupan intra-psikis, yang berarti bahwa pendidikanpun tidak berorientasi pada tujuan-tujuan yang
bersumber dari siswa. Tujuan pendidikan bersifat eksternal, artinya ditentukan dan dirumuskan oleh lingkungan. Siswa dianggap tidak perlu melakukan
pengendalian belajar sendiri (Karta Dinata dikutip oleh Uyoh: 2009).