Anda di halaman 1dari 8

HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN SISTEM PEMBELAJARAN

MOVING CLASS DI SMA NEGERI 1 TAYAN HILIR

Budi Suryadi
Magister Teknologi Pendidikan, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tanjungpura
Email: busurpanah75@yahoo.co.id

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan
hambatan dalam pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di
SMA Negeri 1 Tayan Hilir . Hambatan yang diselidiki terbagi dalam
beberapa katagori yaitu : sistem, SDM dan sarana prasarana.
Katagori ini di kelompokkan berdasarkan hasil wawancara serta
observasi dan tinjauan literatur yang ada.
Pada katagori SDM berfokus pada kepribadian guru dan siswa;
hambatan sarana prasarana terutama hasil dari pengaturan
infrastruktur yang tidak memadai dan atau tidak tepat. Sementara itu,
hambatan sistem adalah kesiapan sekolah baik dari segi administrasi
maupun pengelolaannya mencakup kurikulum, kebijakan, serta
pembiayaan.
Dari observasi, wawancara serta tinjauan literatur dari penelitian
sebelumnya di dapat persentase hambatan yang diperoleh adalah
38% untuk sistem, 33% untuk SDM, dan 29% untuk sarana
prasarana.
Telah terungkap bahwa masing-masing katagori memiliki persentase
yang cukup mirip, tetapi faktor sistem muncul sebagai hambatan yang
paling besar dalam sistem pembelajaran moving class di SMA Negeri
1 Tayan Hilir
Kata Kunci: Hambatan, moving class, sistem, SDM, sarana
prasarana
PENDAHULUAN
Terlambatnya guru masuk ke ruang kelas pada setiap pergantian jam
pelajaran serta terpusatnya kegiatan guru di ruang guru menjadi salah satu sebab
tidak efektifnya pemanfaatan jam pelajaran di kelas.
Kemudian kelas yang seragam baik dari bentuk, warna serta pengaturan
sarana di dalamnya juga menjadi penyebab membosankannya ruang belajar yang
ada. Lalu peserta didik yang berada diruang belajar yang sama seharian, sepekan
bahkan selama setahun selama berada di level kelas yang sama tentu semakin
membuat tidak nyamannya ruang belajar yang ada.
Agar peserta didik bisa menikmati proses pembelajaran yang
menyenangkan, dan mudah menyerap materi pelajaran dibutuhkan suasana kelas
yang sangat mendukung. Siswa memerlukan suasana, tempat, dan kondisi baru
sehingga tidak jenuh. Disinilah pentingnya menerapkan pembelajaran dengan
kelas yang berpindah-pindah (moving class), sesuai dengan pelajaran yang akan
dilaluinya.
Moving class merupakan sistem belajar mengajar yang bercirikan siswa
yang mendatangi guru/pendamping di kelas. Konsep moving class mengacu pada
pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan lingkungan yang
dinamis sesuai dengan pelajaran yang dipelajarinya (Dir. PSMA,2010). Dengan
moving class, pada saat subjek mata pelajaran berganti maka siswa akan
meninggalkan kelas menuju ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang
dijadwalkan, jadi siswa yang mendatangi guru/pendamping, bukan sebaliknya.
Sementara para guru, dapat menyiapkan materi pelajaran terlebih dahulu.
Keunggulan sistem ini adalah para siswa lebih punya waktu untuk bergerak,
sehingga selalu segar untuk menerima pelajaran. Dalam sistem moving class,
ruang kelas didesain untuk mata pelajaran tertentu dan akan pindah ke ruang kelas
lain setiap ganti pelajaran. Dengan demikian, ruang kelas akan difungsikan seperti
laboratorium. Dengan moving class, siswa akan belajar bervariasi dari satu kelas
ke kelas lain sesuai dengan bidang studi yang dipelajarinya.
Sistem belajar moving class mempunyai banyak kelebihan baik bagi peserta
didik maupun Guru. Bagi peserta didik, mereka lebih fokus pada materi pelajaran,
suasana kelas menyenangkan, dan interaksi peserta didik dengan guru lebih
intensif. Bagi Guru, mempermudah mengelola pembelajaran, lebih kreatif dan
inovatif dalam mendesain kelas, guru lebih maksimal dalam menggunakan
berbagai media, pemanfaatan waktu belajar lebih efesien, dan lebih mudah
mengelola suasana kelas.
Penyelenggaraan proses pembelajaran moving class bertujuan meningkatkan
kualitas proses pembelajaran, meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu
pembelajaran, meningkatkan disiplin siswa dan guru, meningkatkan keterampilan
guru dalam memvariasikan metode dan media pembelajaran yang diaplikasikan
dalam kehidupan siswa sehari-hari, meningkatkan keberanian siswa untuk
bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat, dan bersikap terbuka pada setiap
mata pelajaran, serta meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Sistem pembelajaran moving class atau di indonesiakan menjadi sistem
belajar kelas bergerak awalnya di maksudkan untuk sekolah yang menggunakan
Sistem Kredit Semester (SKS). Tetapi tidak tertutup kemungkinan sistem ini
dilaksanakan pada sekolah yang menggunakan sistem paket (Dir. PSMA,2010).
Berdasarkan pengamatan dan  informasi dari siswa dan guru ternyata tidak
sepenuhnya sesuai dengan keadaan di lapangan. Karena masih ditemukan siswa
yang kurang termotivasi dalam mengikuti sistem pembelajaran moving class
dikarenakan hal-hal berikut ini :
1. Ada sebagian siswa yang beranggapan bahwa pembelajaran moving class
hanya membuang-buang waktu saja. Karena harus berpindah dari satu kelas ke
kelas yang lain.
2. Ketika hari telah siang, sebagian siswa ada yang merasa malas untuk berpindah
kelas.
3. Ketika tiba di ruang mata pelajaran selanjutnya, ditemukannya guru yang tidak
disiplin/tidak tepat waktu sehingga mengakibatkan kekesalan bagi siswa.
4. Kurangnya pengadaan sarana dan prasarana dalam menunjang pelaksanaan
model pembelajaran moving class.
5. Ada sebagian siswa yang lebih menyukai guru yang datang ke kelas dari pada
siswa yang mendatangi guru.
6. Ada sebagian siswa yang masih mengalami remedial.
Berdasarkan keterangan diatas penulis tertarik melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di SMAN 1 Tayan Hilir,
selanjutnya, kami mengkatagorikan hambatan menjadi tiga katagori yaitu : sistem,
SDM dan sarana prasarana. Diharapkan tulisan ini menjadi temuan agar
pelaksanaan pembelajaran dengan sistem moving class menjadi lebih baik.
Dalam melakukan kegiatan evaluasi perlu ada instrumen untuk untuk
mengukur efektifitas suatu program. Instrumen ini digunakan untuk. mengetahui
tingkat efektivitas capaian sasaran sistem pembelajaran moving class di SMAN 1
Tayan Hilir. Salah satu program evaluasi yang dapat digunakan dalam pembuatan
model instrumen evalusi program adalah CIPP (Contex, Input, Process, Product).
Model evaluasi CIPP adalah model evaluasi yangmemandang program yang
dievaluasi sebagai sebuah sistem. Model CIPP ini merupakan model evaluasi
program yang standar, sehingga cocok digunakan untuk mengevaluasi program
pembelajaran moving class di SMAN 1 Tayan Hilir.
Pada akhirnya, pertanyaan-pertanyaan berikut diajukan: (1) Apa hambatan
dalam pelaksanaan moving class di SMAN 1 Tayan Hilir? dan (2) Apa hambatan
yang lebih mempengaruhi ketidak berhasilan sistem pembelajaran moving class di
SMAN 1 Tayan Hilir?

METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah evaluasi dan instrumen evaluasi
pelaksanaan sistem pembelajaran moving class adalah model CIPP. Model ini
bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan progran pendidikan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : karakteristik peserta didik dan
lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan
mekanisme pelaksanaan program itu sendiri.
Empat aspek Model Evaluasi CIPP (context, input, process and output)
membantu pengambil keputusan untuk menjawab empat pertanyaan dasar
mengenai;
1. Apa yang harus dilakukan dalam mengumpulkan dan menganalisa data untuk
menentukan tujuan, prioritas dan sasaran.
2. Bagaimana kita melaksanakannya dengan sumber daya dan langkah-langkah
yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan.
3. Apakah dikerjakan sesuai rencana
4. Apakah berhasil dengan mengukur hasil dan membandingkannya pada hasil
yang diharapkan.
Penjelasan atas masing-masing aspek dalam model evaluasi CIPP adalah
sebagai berikut:
1) Evaluasi Conteks
Konteks disini diartikan yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi
jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam
program yang bersangkutan.
2) Evaluasi Input
Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi masukan. Tujuan utama evaluasi ini
adalah untuk mengaitkan tujuan, konteks, input, proses dengan hasil program.
3) Evaluasi Proses
Evaluasi proses dalam model CIPP diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang
dilaksanakan sudah terlaksana sesuai dengan rencana.
4) Evaluasi pada produk
Evaluasi produk diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang
terjadi pada masukan mentah
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui kegiatan observasi atau
pengamatan langsung terhadap obyek analisis untuk menggali aspek-aspek yang
relevan dan penting sebagai dasar analisis dan interpretasi yang akan dilakukan.
Pengamatan di lapangan ini bertujuan untuk menggali kemungkinan adanya
informasi yang terlewatkan dari pedoman wawancara yang dilakukan dan
berupaya memperkaya dimensi pengamatan dari fenomena analisis yang ada.
Kuesioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang diketahuinya.(Suharsmi, 2010:194) Kuesioner digunakan dalam
penelitian untuk mengetahui model instrumen evaluasi sistem pembelajaran
moving class di SMAN 1 Tayan Hilir. Adapun kisi-kisi angket instrumen model
instrumen penilaian sistem pembelajaran di SMAN 1 Tayan Hilir dapat di lihat di
tabel 1.

Tabel 1. Kisi-kisi Angket model instrumen evaluasi sistem pembelajaran moving


class di SMAN 1 Tayan Hilir Melalui Model CIPP

No Fokus Indikator Jumlah Butir Soal


.
1. Contex 1. Tujuan Moving class 5
2. Manfaat Moving class 5
3. Sasaran moving class 5
2. Input 1. Kondisi SDM 5
2. Kondisi Sapras 5
3. Regulasi 5
3. Process 1. Pelaksanaan Moving class 5
2. Penanggung jawab kegiatan 5
3. Penyelesaian kegiatan 5
4. Product 1. Prestasi akademik 5
2. Prestasi non akademik 5
3. Tingkat Kedisipilan 5
Jumlah 60

Instrumen juga dilakukan validasi empiris yaitu dengan melakukan


penghitungan validitas. Menurut Suharsimi (1998 : 51), teknik pengumpulan data
adalah cara-cara yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data sedangkan
instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti
dalam kegiatan tersebut. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah
metode wawancara, observasi, angket dan studi dokumentasi.
Wawancara menurut Moleong (2005:186), adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Metode wawancara yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Peneliti sudah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Metode
wawancara ini digunakan untuk mengungkap data tentang perencanaan
pembelajaran, manajemen kelas, pelaksanaan pembelajaran, dan tingkat
ketercapaian pembelajaran. Metode ini ditujukan kepada kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, dan guru.
Observasi menurut Sugiyono (2007: 203) adalah suatu teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik
yang lain dan tidak terbatas pada oang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.
Observasi digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran,
manajemen kelas, dan tingkat ketercapaian pembelajaran. Metode observasi
dalam penelitian ini ditujukan untuk mengamati secara langsung bagaimana
efektivitas pembelajaran dengan sistem moving class di SMA N 1 Tayan Hilir.
Angket menurut menurut Suharsimi (1998 : 51), adalah daftar pertanyaan
yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang tersebut bersedia
memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Angket dalam penelitian
ini merupakan angket tertutup, dimana pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan
telah disediakan jawaban pilihan, sehingga responden tinggal memilih salah satu
jawaban yang telah disediakan. Bentuk jawaban angketnya adalah ya dan tidak.
Angket ini ditujukan kepada kepada guru dan siswa untuk mengungkap data
perencanaan pembelajaran, manajemen kelas, dan pelaksanaan pembelajaran dari
sistem pembelajaran dengan moving class di SMA N 1 Tayan Hilir.
Menurut Suharsimi (2007:149) instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas pada waktu penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data dengan menggunakan metode agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis.
Instrumen yang disiapkan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara,
pedoman observasi, angket, dan pedoman studi literatur.
Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik di SMAN 1 Tayan Hilir.
penentuan subyek dalam penelitian ini adalah probability random sampling yaitu
pengambilan sampel yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan wilayah
penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian meliputi : 1) Hasil wawancara menunjukan bahwa
pelaksanaan sistem pembelajaran moving class di SMAN 1 Tayan Hilir telah
dilakukan analisis dan evaluasi, hanya saja kegiatan analisis dan evaluasi yang di
lakukan tidak menggunakan intrumen yang baku. 2) Pengembangan instrumen
evaluasi pelaksanaan sistem pembelajaran moving class dibuat dalam bentuk
instrumen angket dengan skala likert, yang dilengkapi dengan identitas responden,
petunjuk pengisian, pedoman penskoran dan kriteria penskoran. Jumlah soal yang
dibuat sebanyak 60 butir soal.
Dari hasil observasi didapat tiga kelompok besar hambatan yang di alami
dalam pelaksanaan sistem pembelajaran mooving class di SMAN 1 Tayan Hilir
yaitu :
a. Sistem yang terdiri dari kebijakan, kurikulum dan pembiayaan
b. SDM terdiri dari kesiapan adaftasi guru dan siswa
c. Sarana dan prasarana terdiri dari jumlah sarana serta pengaturannya
Hambatan ini kemudian diuji tingkat keterpengaruhannya terhadap ketidak
berhasilan sistem pembelajaran di SMAN 1 Tayan Hilir melalui angket yang
dilakukan kepada peserta didik, guru serta pengelola sekolah. Sehingga di dapat
hasil bahwa pengaruh sistem mencapai 38 %, kemudian SDM 33 % dan sarana
prasarana 29 %.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan pada rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan maka
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Kesiapan manajemen perlu ditingkatkan kembali. Terutama dalam penyiapan
tim pelaksana sistem pembelajaran moving class. Pihak-pihak yang ditunjuk
perlu melakukan koordinasi sebaik mungkin dengan seluruh stakehoder yang
ada
2. Kinerja guru sebagai manajer kelas dalam mengelola ruang mata pelajaran
perlu ditingkatkan agar dalam proses pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih
efektif.
3. Adaptasi siswa saat peralihan pelajaran dan saat di dalam ruang mata pelajaran
perlu ditingkatkan. Caranya dengan memberi penjelasan secara menyeluruh
tentang proses pelaksanaan moving class kepada siswa.
4. Pengaturan sarana dan prasarana hendaknya melibatkan seluruh komponen
yang ada
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pembinaan SMA. (2010) Juknis Pelaksanaan Sistem Belajar Moving


Class di SMA

Moleong, Lexy J. (2005). Metodelogi Penelitian Kualitatif, edisi revisi. Bandung:


PT. Rosdakarya.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (1998) Evaluasi Program. Yogyakarta: AP, FIP, UNY.

Anda mungkin juga menyukai