Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“ PENDIDIKAN YANG EFEKTIF”

OLEH :
1. BUDI SURYADI
2. IRMAWAN

MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur marilah kita haturkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa yang telah melimpahkan
rahmat -Nya, sehingga para penulis dapat menyelesaikan tugas resume Psikologi Pendidikan dengan
judul Pendidikan Efektif.

Makalah ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan beberapa pihak, di antaranya bapak Prof. Dr. H.
M. Asrori, M.Pd Selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan pembuatan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini
dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Amin.

Pontianak, Oktober 2019

Penulis
PELAJARAN YANG EFEKTIF

Pelajaran adalah tempat Pendidikan terjadi. Semua aspek sekolah yang lain, mulai Gedung hingga
administrasi dirancang untuk mendukung guru menyampaikan pelajaran yang efektif.

Pelaksanaan pelajaran yang efektif adalah inti keahlian guru. Pelajaran yang efektif menggunakan
banyak metode pengajaran. Dalam pelajaran dengan satu topik guru menggunakan pengajaran
langsung dan juga diskusi, pembelajaran kooperatif dan Teknik kontruktivis lain. Namun hanya sedikit
guru berpengalaman yang mampu menggunakan semua pendekatan itu dan tahu kapan
menggunakannya.

Pengajaran langsung (direct instruction) digunakan untuk menjelaskan pelajaran dimana guru
memindahakan langsung informasi kepada siswa. Pengajaran langsung sangat tepat digunakan untuk
mengajarkan isi informasi atau kemampuan yang telah didefenisikan dengan baik yang harus dikuasai
semua siswa. Namun penelitian baru-baru ini telah mendukung gagasan bahwa pengajaran langsung
juga dapat digunakan lebih efektif dari penemuan dibidang pengembangan konseptual.

Peneliti dan guru umumnya sepakat tentang urutan kejadian yang mencirikan pelajaran pengajaran
langsung. Pertama, guru memutakhirkan siswa tentang setiap kemampuan yang mungkin mereka
perlukan untuk pelajaran saaat itu dan memberitahu kepada siswa apa yang akan mereka pelajari.
Kemudian, guru mengkhususkan sebagain besar waktu pelajaran untuk mengajarkan kemampuan atau
informasi, dengan memberi siswa kesempatan melatih kemampuan dan menyampaikan informasi . dan
bertanya atau memberikan ujian singkat untuk mengetahui apakah mereka mencapai tujuan
pembelajaran.

Berikut uraian tentang bagian-bagian pelajaran pengajaran langsung.

1. Sebutkan tujuan pelajaran dan arahkan siswa ke pelajaran;


Beritahu siswa apa yang akan mereka pelajari dan kinerja apa yang diharapkan dari mereka.
Rangsang selera siswa terhadap pelajaran tersebut dengan menyampaikan kepada mereka
betapa menarik, relevan dan pentingnya pelajaran tersebut.
2. Bahas kembali prasyarat;
Periksa setiap kemampuan atau konsep yang diperlukan siswa untuk memahami pelajaran.
3. Sajikan bahan baru;
Berikan pelajaran dengan menyajikan secara baik dengan memperhatikan
a. Struktur pelajaran
b. Penekanan pelajaran
c. Kejelasan pelajaran
d. Contoh yang dikerjakan
e. Peragaan, model dan ilustrasi
f. Video yang digabungkan
g. Mempertahankan perhatian siswa
h. Cakupan isi dan kecepatan
4. Lakukan pemeriksaan pelajaran;
Ajukan pertanyaan kepada siswa untuk menilai tingkat pemahaman mereka dan memperbaiki
pemahaman yang keliru dengan :
a. Pemeriksaan pemahaman
b. Pertanyaan
c. Waktu tunggu
d. Urutan pemanggilan
e. Jawaban serentak
5. Berikan latihan mandiri;
Berikan kepada siswa kesempatan melatih sendiri kemampuan baru atau menggunakan
sendiri informasi baru dengan melalui :
a. Pekerjaan kelas
b. Penggunaan efektif waktu latihan mandiri
6. Nilailah kinerja dan Berikan umpan balik;
Periksa pekerjaan latihan mandiri atau berikan ujian singkat. Berikan umpan balik tentang
jawaban yang benar dan ajarkan kembali kemampuannya.
7. Berikan latihan terdistribusi dan Bahas kembali;
Tugaskan pekerjaan rumah untuk memberikan latihan terdistribusi tentang bahan baru
tersebut. Dalam pelajaran berikutnya ulangi kembali bahan dan sediakan kesempatan latihan
untuk meningkatkan kemampuan siswa mengingat dan menerapkannya.
Pendapat Riset tentang Metode Pengajaran Langsung

Keunggulan dan Keterbatasan Pengajaran Langsung

Memelajari dan Memindahkan Konsep

Pembelajaran dan Pengajaran Konsep

Pengajaran untuk Memindahkan Pembelajaran

Penggunaan Diskusi dalam Pengajaran

Topik Subjektif dan Kontroversial

Konsep Sulit dan Baru

Tujuan Afeksi

Diskusi Seluruh Kelas

Diskusi Kelompok Kecil

Pendapat Riset tentang Metode Pengajaran Langsung

Kebanyakan prinsip pengajaran langsung yang dibahas dalam bab ini berasal dari studi proses-
produk (process-product studies). Pengamat mencatat praktik pengajaran pencapaian yang tinggi dan
membandingkan dengan praktik pengajaran yang mengalami sedikit kemajuan. Prinsip-prinsip ini
digabung ke dalam program pengajaran langsung dan dievaluasi pada eksperimen lapangan.
Maksudnya guru lain dilatih, dengan metode yang digunakan oleh guru yang berhasil dan pencapaian
siswa mereka dibandingkan dengan pencapaian siswa yang gurunya tidak menerima pelatihan
tersebut.

Banyak studi menemukan korelasi antara pencapaian siswa dan penggunaan strategi yang
terkait dengan pengajaran langsung oleh guru (misalnya, Gage & Needles, 1989; Weinert & Helmke,
1995). Namun model perbandingan ini memperlihatkan hasil yang bercampur-baur. Contohnya:
1. Missouri Mathematics Program (MMP) menemukan bahwa siswa kelas empat yang
gurunya menggunakan metode MMP memelajari lebih banyak daripada siswa yang
gurunya tidak terlatih MMP.
2. Program Mastery Teaching Madeline Hunter pada umumnya tidak menemukan adanya
perbedaan.
3. Studi terbaru tentang pengajaran eksplisit, bentuk pengajaran langsung, menemukan
bahwa metode ini tidak menghasilkan perbedaan pencapaian membaca siswa yang
berpencapaian rendah, kecuali metode ini dilengkapi dengan pengajaran pribadi teman
sebaya.
4. Yang lebih berhasil adalah model pengajaran langsung yang memberikan penekanan yang
lebih besar pada pengembangan kemampuan pengelolaan ruang kelas guru dan model
yang meningkatkan penggunaan kelompok baca oleh guru.
Studi Pengajaran Langsung (Direct Instruction – DI), program pengajaran langsung yang
dikembangkan berdasarkan bahan ajar khusus dan metode terstruktur telah menemukan dampak
positif yang kuat dari pendekatan ini di sekolah dasar, khususnya bagi siswa yang berpencapaian
rendah dan beresiko. Contoh studi kasus memelajari kemajuan siswa dari suatu pemukiman pusat kota
dan menemukan siswa ini sangat lebih mungkin lulus dari sekolah menengah atas daripada siswa di
sekolah yang sama di Brooklyn yang belum diajarkan dengan program DI. Kesimpulannya mengenai
riset model pengajaran langsung dapat dikatakan bahwa peneliti sepakat bahwa unsur-unsur utama
model ini adalah kemampuan minimum yang sangat penting yang harus dimiliki guru.

Keunggulan dan Keterbatasan Pengajaran Langsung

Jelas metode pengajaran langsung dapat meningkatkan pengajaran kemampuan dasar tertentu, tetapi
juga sama-sama jelas bahwa masih banyak yang harus dipelajari tentang bagaimana dan apa tujuan
metode itu digunakan. Program pengajaran terstruktur dan sistematis yang didasarkan pada resep ini
dapat sangat meningkatkan pencapaian siswa dalam kemampuan dasar, tetapi penting diingat bahwa
riset tentang pengajaran langsung kebanyakan terfokus pada kemampuan membaca dan matematika
dasar, yang kebanyakan di sekolah dasar. Untuk mata pelajaran lain dan tingkatan lain, lebih sedikit
meyakini metode pengajaran langsung dalam meningkatkan pencapaian pembelajaran siswa (Arend,
2004).
Memelajari dan Memindahkan Konsep Pembelajaran dan Pengajaran Konsep

Konsep adalah gagasan abstrak yang digeneralisasi dari contoh-contoh spesifik. Misalnya
konsep “merah”. Bola merah, pensil merah, dan kursi merah. Persamaan ketiganya adalah berwarna
merah. Jika ada buku hijau, maka itu bukan contoh konsep “merah”.

Konsep pada umumnya dipelajari dengan pengamatan. Contohnya untuk mengetahui mobil, maka
siswa mengamati suara mobil atau kendaraan yang lewat. Semakin lama pengamatan, maka akan
memperbaiki konsep-konsep sebelumnya. Siswa lebih jauh dapat membedakan mana yang mobil dan
mana yang bukan mobil. Untuk mempelajari konsep yang lebih sulit seperti “bersih”,
“menyenangkan”, konsep lain biasanya dipelajari melalui definisi. Definisi dapat disimpulkan dari
berbagai contoh yang diberikan. Memberikan konsep dengan definisi dapat diperkuat dengan berbagai
contoh.

Pengajaran konsep meliputi penggunaan contoh yang banyak dan terampil. Tennyson dan Park (1980,
hal. 59) mengusulkan guru mengikuti tiga aturan ketika menyajikan konsep:

1. Urutkan contoh dari yang mudah hingga sulit.


2. Pilih contoh yang berbeda satu dari yang lain.
3. Bandingkan dan bedakan contoh dan bukan contoh.
Misalkan konsep “mamalia”. Contoh yang mudah adalah anjing, kucing, dan manusia, dan bukan
contoh meliputi serangga, reptile, dan ikan. Pada ikan, seperti lumba-lumba akan memiliki konsep
yang lebih rumit karena ikan yang bersifat mamalia. Hal ini perlu batas-batas konsep yang jelas.

Pengajaran untuk Memindahkan Pembelajaran

Siswa begitu terkungkung dengan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian dan guru
begitu sibuk mempersiapkan ujian bagi siswa nya, sehingga keduanya melupakan tujuan utama
sekolah: memberi siswa kemampuan dan pengetahuan yang perlu bagi mereka agar berfungsi efektif
sebagai orang dewasa. Jika siswa dapat mengerjakan titik-titik ujian seni bahasa, tetapi tidak dapat
menulis surat dengan jelas kepada teman atau siapa pun, atau dapat mengalikan dengan decimal dan
persen waktu ujian matematika, tetapi tidak dapat menghitung pajak penjualan, maka pendidikan
siswa telah sangat salah arah. Terlalu banyak siswa dapat mengerjakan semua ujian di sekolah, tetapi
tidak mampu memindahkan pengetahuan atau kemampuannya ke situasi kehidupan nyata.

PEMBELAJARAN KEHIDUPAN NYATA

Pemindahan pembelajaran (transfer of learning) dari satu situasi ke situasi lain bergantung pada
sejauh mana informasi atau kemampuan dipelajari pada situasi aslinya dan kadar kemiripan antara
situasi yang menjadi tempat kemampuan atau konsep itu dipelajari dan situasi yang menjadi tempat
penerapannya. Hal terpenting untuk diketahui tentang pemindahan pembelajaran ialah bahwa hal itu
tidak dapat diasumsikan (Cox, 1997). Hanya karena siswa telah menguasai kemampuan atau konsep
tertentu pada satu keadaan atau lingkungan tertentu, tidak ada jaminan apa pun siswa tersebut akan
mampu menerapkan kemampuan atau konsep ini ke keadaan baru, sekalipun keadaan itu terlihat
(setidaknya bagi guru) sangat mirip (Mayer & Wittrock, 1996). Contoh orang yang mempunyai nilai
yang bagus pada ujian tata bahasa dan tanda baca, tetapi tidak dapat menerapkan kemampuan ini ke
tulisannya sendiri (Smagorinsky & Smith, 1992).

PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN AWAL

Salah satu faktor terpenting pada pemindahan kemampuan dan konsep dari satu situasi ke situasi lain
ialah seberapa baik kemampuan atau konsep itu dipelajari pada awalnya (Pressley & Yokoi, 1994).
Juga sangat penting seberapa baik siswa memahami bahan tersebut dan sejauh mana hal itu diajarkan
dengan bermakna (Bereiter, 1995; Mayer & Wittrock, 1996). Dengan kata lain, bahan yang dihafal
secara buta tidak mungkin dipindahkan ke situasi baru, tidak peduli seberapa mendalam pun hal itu
dikuasai.

PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS

Ketika mengajarkan konsep, salah satu cara meningkatkan kemungkinan siswa akan menerapkan
konsep tersebut dengan tepat pada situasi baru ialah memberikan contoh dari berbagai jenis situasi
(Nitsch, 1977). Guru dapat menggunakan banyak metode lain untuk meningkatkan kemungkinan agar
informasi atau kemampuan yang dipelajari pada satu konteks dipindahkan ke konteks lain, khususnya
penerapan ke kehidupan nyata.

PEMINDAHAN VERSUS PEMBELAJARAN AWAL


Yang membuat pemindahan itu pelik ialah karena beberapa di antara prosedur yang paling efektif
meningkatkan pemindahan benar-benar kebalikan dari prosedur pembelajaran awal. Pengajaran
konsep pada banyak konteks yang berbeda membingungkan siswa jika hal itu dilakukan pada awal
urutan pengajaran, tetapi hal itu meningkatkan pemindahan jika terjadi setelah siswa memahami
konsep tersebut pada suatu keadaan.

PENGAJARAN EKSPLISIT UNTUK PEMINDAHAN

Siswa secara eksplisit diajari memindahkan kemampuan ke lingkungan baru. Contoh pelajaran
matematika, dimana siswa dapat diberikan soal dan soal tersebut dapat diubah ceritanya, jumlahnya,
maupun bendanya yang berbeda dari soal pertama tetapi memiliki ragam yang sama.

Cara Penggunaan Diskusi dalam Pengajaran

Topik Subjektif dan Kontroversial

Riset menemukan bahwa diskusi masalah-masalah kontroversial meningkatkan pengetahuan tentang


masalah tersebut dan juga mendorong pemahaman yang lebih mendalam tentang berbagai sisi suatu
masalah (Johnson & Johnson, 1999).

Konsep Sulit dan Baru

Diskusi dapat menjelaskan topik yang memang mengandung satu jawabawan yang benar tetapi
melibatkan konsep sulit yang memaksa siswa melihat sesuatu secara berbeda. Misalkan mengapa
benda mengapung? Siswa dapat memberikan argumennya sendiri dan mempertahankannya. Lebih
jauh, kenapa kapal yang berat dapat mengapung? Ini akan memaksa siswa untuk memahami konsep
yang sulit dan diperoleh dari diskusi.

Tujuan Afeksi

Guru dapat menggunakan diskusi ketika tujuan afeksi (tujuan yang berkaitan dengan sikap dan nilai
siswa) menjadi sesuatu yang sangat penting. Misalnya bagaimana kita berperan sebagai warga Negara
yang baik dengan kewajiban membela Negara dan patriotisme. Mengajarkan siswa untuk saling
mengingatkan bahwa melanggar hokum itu sesuatu yang harus dihindari pada diskusi.
Diskusi Seluruh Kelas

Diskusi mempunyai dua bentuk yang utama. Pertama, seluruh kelas mendiskusikan masalah, dengan
guru berperan sebagai moderator (Connolly & Smith, 2002; Gunter et al., 2003). Kedua, siswa
membentuk kelompok-kelompok kecil untuk membahas topik tertentu. Diskusi seluruh kelas berbeda
dari pelajaran biasa karena guru memainkan peran yang kurang dominan. Guru dapat menuntun
diskusi dan membantu siswa menghindari jalan buntu, tetapi hendaknya mendorong siswa
mengemukakan gagasannya sendiri.

INFORMASI SEBELUM DISKUSI

Sebelum memulai diskusi, guru harus memastikan siswa mempunyai dasar pengetahuan yang
memadai. Tidak ada yang begitu membosankan selain diskusi ketika para peserta diskusi tidak tahu
banyak tentang topiknya.

Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil (small-group discussion), siswa bekerja pada kelompok-kelompok yang
beranggotakan empat hingga enam orang untuk mendiskusikan topik tertentu dan guru berpindah dari
kelompok ke kelompok untuk membantu diskusi kelompok tersebut (Cook & Tashlik, 2004; Spiegel,
2005). Sama seperti setiap diskusi, kebanyakan diskusi kelompok kecil hendaknya dilakukan setelah
penyajian informasi melalui pelajaran yang diberikan guru, buku, atau video, atau setelah kesempatan
diberikan kepada siswa untuk mencari sendiri informasi di perpustakaan atau internet. Apabila siswa
mengetahui tentang pokok persoalan tertentu, mereka dapat mulai bekerja pada kelompok mereka,
dengan menyatukan meja jika perlu agar dapat berbicara dan mendengar satu sama lain dengan lebih
muda.

Anda mungkin juga menyukai