Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


1. Identifikasi Masalah
Matematika merupakan alat bantu dalam memecahkan masalah. Semua
bidang studi memerlukan matematika untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Oleh karena itu konsep-konsep dasar matematika perlu ditanamkan
sejak dini, yaitu ketika anak-anak masih duduk di sekolah dasar. Selama ini guru
mengajar matematika masih banyak menggunakan metode ceramah saja. Kalau
cara ini tetap dipraktekkan di sekolah dasar maka hasilnya kurang maksimal. Oleh
karena itu disekolah dasar merupakan tempat pertama secara formal siswa
mempelajari konsep-konsep dasar matematika tersebut.
Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas
III SDN 4 Temon Sawoo Ponorogo masih kurang memuaskan. Dengan jumlah
siswa 10, laki-laki 4 dan perempuan 6, diperoleh data bahwa masih ada sekitar 50
% siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM (kreteria ketuntasan minimal)
yaitu 70. Sedangkan hanya sekitar 30% yang mendapatkan nilai sempurna (skor
tertinggi 100), dan sisanya sekitar 20% mendapatkan nilai 70 – 90.
Dari data tersebut diatas diharapkan ada peningkatan kwalitas
pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi tentang pengukuran.
Menurut Muh Ibbin Syah (2000), metode demostrasi adalah metode mengajar
dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan untuk melakukan
suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui media pengajaran yang
relevan dengan pokok bahasan atau meteri yang sedang disajjikan.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan hasil ulangan harian mata pelajaran matematika siswa kelas
III semester 1 SDN 4 Temon Sawoo Ponorogo menunjukkan tingkat penugasan
siswa terhadap pembelajaran masih rendah boleh dikatakan keberhasilan yang
kami capai kurang memuaskan. Hal ini disebabkan adanya beberapa kendala yang
dapat mengambat percapaian tujuan tersebut salah satunya adalah perbedaan

1
tingkat pemahaman dan penggunaan metode ceramah terus menerus tanpa
melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran yaitu menggunakan
metode demonstrasi.

3. Alternatif Masalah
Alternatif dalam mengatasi permasalah, langkah yang perlu dilaksanakan
adalah dengan metode ceramah menjadi demonstrasi. Penggunaan metode
demostrasi dimana siswa mempraktekkan sendiri materi pelajaran didepan kelas,
merupakan suatu cara yang baik dari pembelajaran yang memungkinkan guru
untuk mempelajari apa yang siswa-siswi telah ketahui dan pahami sebelum
pelajaran.
Oleh karena itu dilakukan penilaian dengan judul Peningkatan hasil belajar
dengan menggunakan metode demonstrasi tentang pengukuran pada pelajaran
matematika kelas III semester I tahun pelajaran 2019-2020 SDN 4 Temon Sawoo
Ponorogo.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah peningkatan hasil belajar pengukuran dengan menggunakan metode
demostrasi pada pelajaran matematika kelas III siswa SDN 4 Temon Sawoo
Ponorogo?
2. Adakah peningkatan ketuntasan dalam hasil belajar pengukuran dengan
metode demostrasi pada pelajaran matematika kelas III siswa SDN 4 Temon
Sawoo?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pelajaran
Adapun tujuan dalam penelitian pembelajaran ini adalah:
1. Untuk meningkatkan hasil belajar pengukuran dengan metode demostrasi
pada pelajaran matematika kelas III SDN 4 Temon Sawoo Ponorogo.
2. Untuk meningkatkan ketuntasan hasil belajar pengukuran dengan metode
demostrasi SDN 4 Temon Sawoo Ponorogo.

2
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian perbaikan pembelajaran diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi Siswa
Sebagai obyek pembelajaran, siswa mengalami proses interaksi agar siswa
baik secara verbal dan tindakan guna melatih daya nalar. Selain itu,
kelemahan siswa dapat dianalisa sebagai rujukan sehingga cara belajar
siswa dapat lebih efektif yang akhirnya mampu meningkatkan pemahaman
siswa dalam proses belajar-mengajar.
2. Bagi Guru
Manfaat penelitian terhadap guru yaitu dapat menambah khasanah
keilmuan sehingga memperluas wawasan kependidikan dan akan
bertambah wawasan berfikir untuk inovatif dalam pendidikan ke depan,
terutama dalam memperkaya bekal berimprovisasi dalam pembelajaran
yang penuh kreatif yang akhirnya menyenangkan bagi anak dalam
pembelajaran lebih lanjut.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan menjadikan acuan terhadap teman guru
lain. Sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan pemilihan model
pembelajaran yang inovatif, menyenangkan, dan memenuhi kebutuhan
siswa dalam belajar.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Matematika di SD
Matematika berasal dari bahasa latin manthacin atau mathema yang
berarti “belajar atau hal yang dipelajari”., sedangkan dalam bahasa belanda
disebut wiskunde atau ilmu pasti yang semuanya berkaitan dengan penalaran.
Matematika memiliki bahasa atau atauran yang terdefinisi dengan baik, penalaran
yang jelas dan sistematis, dan stuktur atau keterkaitan antar konsep yang sangat
kuat (Depdiknas, 2001).
Sedangkan pengertian metematika itu sendiri adalah bahasa simbol, ilmu
deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola
keteraturan, dan stuktural yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
terdefinisi keaksioma dan akhirnya ke dalil.
Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang
bekerja atas dasar asumsi. Selain itu matematika juga bekerja melalui penalaran
yang didasarkan atas fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan
tertentu. Tetapi perkiraan ini tetap harus dibuktikan secara deduktif, dengan
argument yang konsisten.
Proses induktif deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep
matematika. Kita mulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati.
Membuat daftar isi muncul (sebagai gejala) kemudian perkiraan hasil baru yang
diharapkan. Kemudian hasil yang kita buktikan secara deduktif. Dari karateristik
tersebut diharapkan akan membentuk sikap kritis, kreatif, jujur, dan komunikatif
bagi peserta didik.
Matematika sebagai ilmu mempunyai karakte yaitu memiliki objek yang
abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang
kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan, konsisten dalam
sistemnya. Metematika memiliki bahan dan aturan yang terdefinisi dengan baik,
penalaran yang jelas dan sistematis stuktur antar keterkaitankonsep yang kuat.

4
Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif yang bekerja atas
kebenaran konsisten.
B. Metode Pembelajaran Demonstrasi.
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demostrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan untuk melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui media pengajaran yang
relevan dengan pokok bahasan atau meteri yang sedang disajjikan. Muh Ibbin
Syah, (2000). Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000), metode
demontrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu
proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
2. Langkah-langkah metode Demonstrasi.
Dalam metode pembelajaran demontrasi ada beberapa langkah-langkah
yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Suasana yang memperdayakan siswa.
Belajar memerlukan suasana prima yang baik bagi siswa, yang
membuat siswa tenang dan nyaman. Suasana ini lebih efektif bila dekat
dengan dunia siswa.
2. Landasan yang kuat.
Landasan yang kuat dapat diciptakan dengan menggariskan pedoman
yang jelas untuk diikuti, seperti tujuan, prinsip yang kuat mengenai
kemampuan belajar serta kesepakatan bersama.
3. Suasana kelas yang mendukung.
Suasana kelas sangat mempengaruhi kemampuan siswa untuk
menyerap informasi dan materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.
4. Rancangan pembelajaran yang dibuat usahakan bisa menjembatani
jurang antara dunia guru dan anak. Hal ini memudahkan guru
membangun jalinan dengan siswa, menyelesaikan bahan pelajaran lebih
cepat, membuat hasil belajar lebih melekat.
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demontrasi.
Kelebihan dari metode demonstrasi yaitu:

5
1. Siswa lebih mudah memahami materi pelajaran
2. Guru lebih sedikit berbicara
3. Siswa turut serta dalam memehami pelajaran
4. Siswa lebih senang karena turut serta secara langsung dalam
pembelajaran
Kekurangan dalam metode demonstrasi yaitu:
1. Siswa yang mender sulit untuk maju kedepan kelas
2. Memerlukan waktu yang lebih lama
3. Guru harus menyediakan alat peraga lebih dari satu
4. Siswa sulit tukar pendapat dengan temannya

C. Hasil Belajar Siswa


1. Pengertian hasil belajar siswa
Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan
belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga
terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar
itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha
menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan
dalam bentuk raport pada setiap semester.
Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah
dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi.
Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria
(patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat
diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap
keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar siswa menurut W. Winkel
(dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah keberhasilan yang
dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang
mewujudkan dalam bentuk angka.
Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar
Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi
kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut

6
ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan
siswa.
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil
belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan
belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan
tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar
dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing
sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya
kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah
disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang
suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran
khususnya dapat dicapai.
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi aktifitas hasil belajar siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi (Rusman,
2012:124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal:
a. Faktor Internal
- Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan

yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam
keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat
mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.
- Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada
dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya
hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor
psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif,
motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik.
b. Faktor Eksternal
- Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengurhi hasil
belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan
lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang akan
sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda

7
pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan
dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.
- Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang
keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil
belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat
berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar
yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum,
sarana dan guru.
Menurut Sunarto (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar antara lain:
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Diantara
faktor-faktor intern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
seseorang antara lain:
- Kecerdasan/intelegensi
- Bakat
- Minat
- Motivasi
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri
seseorang tersebut. Yang termasuk faktor-faktor ekstern antara lain:
- Keadaan lingkungan keluarga
- Keadaan lingkungan sekolah
- Keadaan lingkungan masyarakat
D. Ketuntasan Belajar Siswa
Pembelajaran adalah merupakan kegiatan untuk memenuhi target
kurikulum. Di dalam kurikulum terdapat kompetensi dasar yang harus
dicapai, melalui indikator-indikator yang telah dijabarkan. Keberhasilan dari
pembelajaran diukur berdasarkan ketercapaian indikator yang telah

8
ditentukan. Peserta didik dikatakan tuntas belajar jika minimal menguasai
68% materi yang dipelajarinya atau 68% indikator telah dicapainya. Jika
dinyatakan dalam skor maka minimal skor yang diperoleh 68 (Kurikulum
2004 SMA Departemen Pendidikan Nasional).
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan
prinsip ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar,
serta untuk mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar
tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar
ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan
melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa,
sehingga dengan penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan
berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal. Dasar
pemikiran dari belajar tuntas dengan pendekatan individual ialah adanya
pengakuan terhadap perbedaan individual masing-masing peserta didik.
(Anonim, 2010:10).
Ketuntasan belajar (daya serap) merupakan pencapaian taraf
penguasaan minimal yang telah ditetapkan guru dalam tujuan pembelajaran
setiap satuan pelajaran. Ketuntasan belajar dapat dianalisis dari dua segi yaitu
ketuntasan belajar pada siswa dan ketuntasan belajar pada materi
pelajaran/tujuan pembelajaran, keduanya dapat dianalisis secara perorangan
atau perkelas siswa. (Sularyo 2004:6). Adapun kriteria ketuntasan belajar
yang digunakan adalah sesuai yang dikeluarkan Tim Khusus (2000:4).
Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian
kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimum 100 (seratus).
Angka maksimum 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan
secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat
memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian
ditingkatkan secara bertahap (Anonim, 2007 : 8).

9
E. Hipotesis
Adapun peningkatan dalam menggunakan metode demonstrasi dan media tiga
demensi adalah:
1. Terdapat peningkatan hasil belajar pengukuran dengan metode
demonstrasi pada mata pelajaran matematika pada siswa kelas III SDN 4
Temon Sawoo Ponorogo.
2. Terdapat peningkatan ketuntusan hasil belajar siswa kelas III SDN 4
Temon Sawoo Ponorogo dalam pengukuran dengan menggunakan metode
demonstrasi pada mata pelajaran matematika.

10
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
- Mata Pelajaran : Matematika
- Topik : Pengukuran
- Kelas : III
- Jumlah Siswa :L=4
P=6
2. Tempat : SDN 4 Temon Sawoo Ponorogo
3. Waktu Penelitian : Penelitian ini diawali identifikasi masalah
pembelajaran dari prasiklus ke siklus I, dari silkus
I ke siklus II. Waktu penelitian ini adalah:
Siklus I
- Pertemuan I tanggal 11 September 2019.
- Pertemuan II tanggal 18 September 2019.
- Pertemuan III (Evaluasi) tanggal 25 September 2019.
Siklus II
- Pertemuan I tanggal 2 Oktober 2019.
- Pertemuan II tanggal 9 Oktober 2019.
- Pertemuan III (Evaluasi) tanggal 16 Oktober 2019.

4. Pihak yang Membantu


Pada penelitian perbaikan pembelajaran ini banyak pihak yang
membantu yaitu:
1. Supervasior 1 : Kusnan, S.Pd
Jabatan : Guru kelas VI
2. Kepala Sekolah : Sukirno, M.Pd

11
Jabatan : Kepala Sekolah

B. Desain Prosedur Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Desain Penelitian Pembelajaran
Penelitian perbaikan pembelajaran ini menggunakan penelitian
tindakan kelas (PTK) atau classroom action researt yang terdiri dari dua
siklus, masing – masing siklus terdiri dari I tahap perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi.
2. Prosedur penelitian perbaikan pembelajaran
a. Prasiklus
Pada tahap ini dapat dilakukan observasi pembelajaran untuk
mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam mata
pelajaran matematika. Pada tahap ini diambil data tentang hasil belajar
siswa pada mata pelajaran kelas III semester I SDN 4 Temon Sawoo
Ponorogo.
b. Silkus I
- Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini disiapkan dan disusun bahan-bahan atau
perangkat pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran yaitu silabus,
prota, promes, RPP, evaluasi, dan media pembelajaran
- Tahap Tindakan
Pada tahap tindakan ini diimplementasikan pembelajaran sesuai
dengan perncanaan yang telag dibuat. Sebagai guru modelnya adalah
penelitian dibantu teman sejawat sebagai observer.
Adapun langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran adalah:
- Guru mengucapakan salam
- Guru memotifasi siswa untuk mengikuti pelajaran
- Bertanya jawab tentang pelajaran sebelumnya
- Guru mendemonstrasikan pengukuran panjang
- Guru memantau siswa dalam mengerjakan tugas
- Siswa secara individu, mengerjakan tugas

12
- Siswa bertanya jawab dengan guru tentang pelajaran
- Guru memotivasi siwa untuk meningkatkan prestasinya
- Guru memberi tugas
- Guru menutup pelajaran dengan doa bersama

- Tahap Observasi
Pada tahap observasi ini observer teman sejawat pada mata
pelajaran matematika SDN 4 Temon Sawoo Ponorogo melakukan
pengamatan yang dilakukan oleh guru model atau peneliti. Proses
pengamatan ini dilengkapi dengan pedoman observasi yang meliputi,
keterlaksanaan pembelajaran, respon, respon siswa dan aktivitas
belajar siswa.
- Tahap refleksi
Pada tahap refleksi ini dilakukan analisis terhadap hasil
belajar siswa. Apakah sudah ada peningkatan dari pera siklus ke
siklus I dan siklus I ke siklus II. Apabila terdapat peningkatan hasil
belajar pengukuran dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran
matematika siswa kelas III SDN 4 Temon Sawoo Ponorogo dari
prasiklus ke siklus I maka akan dilakukan siklus II untuk
pemantapan proses pembelajaran. Bila tidak terdapat peningkatan
dari prasiklus ke siklus I maka akan dilakukan siklus II.
c. Siklus II
- Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini disiapkan disusun bahan-bahan atau
nperangkat pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran yaitu,
silabus, prota, promes, RPP, evaluasi dan media pembelajaran.
- Tahap Tindakan
Pada tahap tindakan ini di implementasikan pelajaran sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat. Sebagai guru modelnya adalah
peneliti dibantu teman sejawat sebagai observer.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam siklus II ini adalah:

13
- Guru mengucapkan salam
- Guru memotivasi siswa untuk mengikuti pelajaran
- Guru bertanya jawab tentang meteri sebelumnya
- Siswa mendemonstrasikan pengukuran berat
- Guru meminta meminta siswa menuliskan jwabannya
- Siswa secara individu mengerjakan tugas
- Siswa bertanya jawab dengan guru tentang pelajaran
- Siswa bersama guru membuat rangkuman
- Guru member tugas
- Guru menutup pelajaran dengan doa bersama

- Tahap Observasi
Pada tahap observasi ini observer teman sejawat pada mata pelajaran
matematika SDN 4 Temon Sawoo Ponorogo melakukan pengamatan
yang dilakukan oleh guru model. Proses pengamatan ini dilengkapi
dengan pedoman observasi yang meliputi, keterlaksanaan
pembelajaran, respon, respon siswa dan aktivitas belajar siswa.
- Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi ini dilakukan analisis terhadap hasil belajar
siswa. Apakah sudah ada peningkatan dari pera siklus ke siklus I dan
siklus I ke siklus II. Apabila terdapat peningkatan hasil belajar
pengukuran dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran
matematika siswa kelas III SDN 4 Temon Sawoo Ponorogo dari
prasiklus ke siklus I maka akan dilakukan siklus II untuk
pemantapan proses pembelajaran. Bila tidak terdapat peningkatan
dari prasiklus ke siklus I maka akan dilakukan siklus II.
3. Prosedur Pengambilan Data
Prosedur pengambilan data terdiri dari metode pengambilan data yaitu:
a. Metode Demonstrasi
Metode ini dipakai untuk mendapatkan data tentang nama siswa, hasil
belajar praksiklus, nama sekolah, alamat sekolah, teman sejawat.

14
b. Metode Angket
Metode ini dapat dipakai untuk mendapatkan tentang respon siswa,
respon kelas, respon teman sejawat, respon terhadap proses
pembelajaran yang dilakukan.
c. Metode Observasi
Metode observasi ini dipakai untuk proses belajar, aktifitas belajar,
pelaksanaan metode diskusi, adan pelaksanaan pembelajaran.
d. Metode Test
Metode ini dipakai untuk mendapatkan hasil belajar siswa terhadap
materi yang diajarkan. Test ini dibuat oleh guru (peneliti) yang
sebelumnya dikonsultasikan kepada teman sejawat
e. Metode Wawancara
Metode wawancara ini dipakai untuk mendapakkan tentang respon
siswa, kepala sekolah, dan teman sejawat.

C. Teknis Analisis Data


Dari hasil perbaikan pembelajaran data yang berupa deskriptif
kuantitatif, berbentuk angka dan persentase, untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar siswa tentang pengukuran dengan metode demonstrasi pada mata
pelajaran matematikan siswa kelas III SDN 4 Temon Sawoo Ponorogo, maka
akan dibandingkan data-data prasiklus ke siklus I dan siklus II.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Peneliti telah melakukan sejumlah aktifitas dalam pelaksanaan
perbaikan pembelajarannya, selanjutnya secara berturut-turut akan
dikemukakan data tentang rencana pelaksanaan, pengamatan, refleksi,
keberhasilan pembelajaran matematika dengan materi pengukuran.
1) Jadwal Penelitian Pembelajaran
Adapun jadwal penelitian pembelajaran diterangkan pada table berikut:
1.1 Jadwal Penelitian Pembelajaran
No Hari/Tanggal Deskripsi Kegiatan

1 Selasa, 11 September 2019 Pembelajaran Matematika Siklus


I Pertemuan I
2 Selasa, 18 September 2019 Pembelajaran Matematika Siklus
I Pertemuan II
3 Jum’at, 25 September 2019 Evaluasi Pembelajaran Siklus I
4 Selasa, 2 Oktober 2019 Pembelajaran Matematika Siklus
II Pertemuan I
5 Jum’at, 9 Oktober 2019 Pembelajaran Matematika Siklus
II Pertemuan II
6 Selasa, 16 Oktober 2019 Evaluasi Pembelajaran Siklus II

2) Pra Siklus
Pembelajaran Pra Siklus dilakukan untuk mengenal konsep
pengukuran dengan metode permainan. Dalam pembelajaran ini telah

16
disiapkan alat peraga untuk membantu siswa dalam memahami materi
yang dipelajarinya. Berikut ini data hasil nilai pembelajaran pada Pra
Siklus.
2.1 Data Hasil Nilai Pra Siklus II
No Nama KKM Nilai Ketuntasan
1 Alfin Zidna Faqih 70 70 Tuntas
2 Auliya Septiani Windriana 70 50 Tidak Tuntas
3 Fenno Aditia Pratama 70 40 Tidak Tuntas
4 Husnaa A'malussalaamah 70 70 Tuntas
5 Meike Dwi Ardiyanti 70 40 Tidak Tuntas
6 Ni'matul Latifah 70 80 Tuntas
7 Nur Ike Yuliana Lestari 70 70 Tuntas
8 Rendi Faldiano Saputra 70 60 Tidak Tuntas
9 Siswono 70 70 Tuntas
10 Suci Amelia Wati 70 40 Tidak Tuntas
Jumlah 700 590
Rata-rata 70 59
Ketuntasan Klasikal (%) 50%

Data tersebut di bawah klasifikasi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).


Hasil pembelajaran masih di bawah KKM yaitu 70 sehingga diperlukan
perbaikan pembelajaran.

3) Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini telah dihasilkan seperangkat perangkat perbaikan
yang terdiri atas RPP, Silabus, Instrumen Siswa, Evaluasi, Materi
Ajar, dll.
b. Tahap Tindakan

17
Pada tahap ini akan diimplementasikan pembelajaran sesuai
dengan perangkat yang telah diperbaiki. Tindakan dilaksanakan pada
tanggal 11 September 2019.
Adapun langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran adalah:
- Guru mengucapakan salam
- Guru memotifasi siswa untuk mengikuti pelajaran
- Bertanya jawab tentang pelajaran sebelumnya
- Guru mendemonstrasikan pengukuran panjang
- Guru memantau siswa dalam mengerjakan tugas
- Siswa secara individual, mengerjakan tugas
- Siswa bertanya jawab dengan guru tentang pelajaran
- Guru memotivasi siwa untuk meningkatkan prestasinya
- Guru memberi tugas
- Guru menutup pelajaran dengan doa bersama

c. Tahap Observasi
Pada tahap observasi ini observer teman sejawat pada mata
pelajaran matematika SDN 4 Temon Sawoo Ponorogomelakukan
pengamatan yang dilakukan oleh guru model atau peniliti. Proses
pengamatan ini dilengkapi dengan pedoman observasi yang meliputi,
keterlaksanaan pembelajaran, respon siswa dan aktivitas belajar siswa.
d. Tahap refleksi
Pada tahap refleksi ini dilakukan analisis terhadap hasil belajar
siswa. Apakah sudah ada peningkatan dari pra siklus ke siklus I dan
siklus I ke siklus II. Apabila terdapat peningkatan minat belajar
pengukuran dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran
matematika siswa kelas III SDN 4 Temon Sawoo Ponorogo dari
prasiklus ke siklus I maka akan dilakukan siklus II untuk pemantapan
proses pembelajaran. Bila tidak terdapat peningkatan dari prasiklus ke
siklus I maka akan dilakukan siklus II.

18
Adapun data Siklus I sebagai berikut :
3.1 Data Nilai Siswa Siklus I
No Nama KKM Nilai Ketuntasan
1 Alfin Zidna Faqih 70 70 Tuntas
2 Auliya Septiani Windriana 70 60 Tidak Tuntas
3 Fenno Aditia Pratama 70 50 Tidak Tuntas
4 Husnaa A'malussalaamah 70 70 Tuntas
5 Meike Dwi Ardiyanti 70 50 Tidak Tuntas
6 Ni'matul Latifah 70 80 Tuntas
7 Nur Ike Yuliana Lestari 70 70 Tuntas
8 Rendi Faldiano Saputra 70 70 Tuntas
9 Siswono 70 70 Tuntas
10 Suci Amelia Wati 70 50 Tidak Tuntas
Jumlah 700 640
Rata-rata 70 64
Ketuntasan Klasikal (%) 60

Dari hasil evaluasi di atas perlu adanya pelaksanaan perbaikan


pembelajaran dalam hal ini akan dilakukan perbaikan siklus II tentang
peningkatan hasil belajar dan penguasaan konsep pengukuran dengan
metode demonstrasi yang telah dilakukan.

4) Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini disiapkan disusun bahan-bahan atau
perangkat pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran yaitu, silabus,
prota, promes, RPP, evaluasi dan media pembelajaran.
b. Tahap Tindakan

19
Pada tahap tindakan ini di implementasikan pelajaran sesuai
dengan perencanaan yang telah di buat. Sebagai guru modelnya adalah
peneliti dibantu tem,an sejawat sebagai observer.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam siklus II ini adalah:
- Guru mengucapkan salam
- Guru memotivasi siswa untuk mengikuti pelajaran
- Guru bertanya jawab tentang meteri sebelumnya
- Siswa mendemonstrasikan pengukuran berat
- Guru meminta meminta siswa menuliskan jwabannya
- Siswa secara individu mengerjakan tugas
- Siswa bertanya jawab dengan guru tentang pelajaran
- Siswa bersama guru membuat rangkuman
- Guru member tugas
- Guru menutup pelajaran dengan doa bersama
c. Tahap Observasi
Pada tahap observasi ini observer teman sejawat pada mata
pelajaran matematika SDN 4 Temon Sawoo Ponorogo melakukan
pengamatan yang dilakukan oleh guru model atau peniliti. Proses
pengamatan ini dilengkapi dengan pedoman observasi yang meliputi,
keterlaksanaan pembelajaran, respon siswa dan aktivitas belajar siswa.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi ini dilakukan analisis terhadap hasil belajar
siswa. Apakah sudah ada peningkatan dari pera siklus ke siklus I dan
siklus I ke siklus II. Apabila terdapat peningkatan minat belajar
pengukuran dengan metode demonstrasi pelajaran matematika siswa
kelas III SDN 4 Temon Sawoo Ponorogo dari prasiklus ke siklus I
maka akan dilakukan siklus II untuk pemantapan proses pembelajaran.
Bila tidak terdapat peningkatan dari prasiklus ke siklus I maka akan
dilakukan siklus II.

20
Adapun data Siklus II sebagai berikut:
4.1 Data Nilai Siswa Siklus II
No Nama KKM Nilai Ketuntasan
1 Alfin Zidna Faqih 70 80 Tuntas
2 Auliya Septiani Windriana 70 80 Tuntas
3 Fenno Aditia Pratama 70 70 Tuntas
4 Husnaa A'malussalaamah 70 80 Tuntas
5 Meike Dwi Ardiyanti 70 70 Tuntas
6 Ni'matul Latifah 70 100 Tuntas
7 Nur Ike Yuliana Lestari 70 80 Tuntas
8 Rendi Faldiano Saputra 70 80 Tuntas
9 Siswono 70 80 Tuntas
10 Suci Amelia Wati 70 70 Tuntas
Jumlah 700 790
Rata-rata 70 79
Ketuntasan Klasikal (%) 100

5) Peningkatan Penerapan Metode Demonstrasi dalam meningkatkan


aktifitas dan penguasaan konsep Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II.
Berdasarkan refleksi dan pendapat observer, kualitas
pelaksanaan aktifitas perbaikan pembelajaran Pra Siklus, Siklus I dan
Siklus II diterangkan dalam table sebagai berikut:

21
5.1 Data Nilai siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Nilai Peningkatan Nilai dari :
N
NAMA Pra Siklus Siklus Pra Siklus Siklus I ke
O
Siklus I II ke Siklus I Siklus II
1 Alfin Zidna Faqih 70 70 80 - 10
2 Auliya Septiani Windriana 50 60 80 10 20
3 Fenno Aditia Pratama 40 50 70 10 20
4 Husnaa A'malussalaamah 70 70 80 - 10
5 Meike Dwi Ardiyanti 40 50 70 10 20
6 Ni'matul Latifah 80 80 100 - 20
7 Nur Ike Yuliana Lestari 70 70 80 - 10
8 Rendi Faldiano Saputra 60 70 80 10 10
9 Siswono 70 70 80 - 10
10 Suci Amelia Wati 40 50 70 10 20
Jumlah 590 640 790 50 150
Rata-rata 59 64 79 5 15
Ketuntasan (%) 50 60 100

Pada siklus ini ada peningkatan rata-rata dalam setiap siklus, total
kenaikan persentase dari Pra Siklus sampai pada Siklus II adalah 40%
sehingga ketuntasan dalam pembelajaran tercapai.

B. Pembahasan
1) Model pembelajaran menggunakan metode ceramah pada konsep
pengukuran membuat hasil belajar siswa masih rendah sehingga harus
ada perubahan metode. Metode yang digunakan dalam perbaikan
pembelajaran ini adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah
metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan,
dan urutan untuk melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung
maupun melalui media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan
atau materi yang sedang disajikan. Model pembelajaran demonstrasi
merangsang siswa untuk mengenal dan merespon lebih dekat serta

22
berfikir lebih akurat. Dengan harapan siswa dapat menguasai konsep
pengukuran dan dapat menyelesaikan soal dengan baik.
2) Peningkatan hasil belajar siswa kelas III SDN 4 Temon Kecamatan
Sawoo Kabupaten Ponorogo semester I pada konsep pengukuran. Hasil
analisis data terdapat peningkatan hasil belajar siswa pra siklus, yang
semula ada 50% (5 siswa) siswa yang nilainya di bawah KKM dan pada
siklus I ada pengurangan siswa yang nilainya di bawah KKM yaitu 30%
(3 siswa), dan pada pada siklus II ketuntasan nilai dapat dicapai oleh
siswa. Ada peningkatan rata-rata kelas, Pra Siklus 59, Siklus I 64 dan
Siklus II 79. Jadi kenaikan persentase mencapai 40%.
Hal ini disebabkan metode demonstrasi lebih memudahkan siswa
memahami konsep pengukuran dengan media yang lebih dikenal siswa
sehingga kegiatan pembelajaran siswa lebih maksimal..
3) Dari uraian di atas dalam belajar Matematika khususnya dalam konsep
pengukuran sangatlah tepat menggunakan metode demonstrasi karena
siswa dapat lebih mengenal secara langsung alat pengukuran yang akan
digunakan. Dengan demikian siswa lebih mudah memahami materi yang
diajarkan oleh guru.

23
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Ada peningkatan penguasaan konsep dengan penerapan metode
demonstrasi tentang pengukuran pada pelajaran Matematika Kelas III
SDN 4 Temon Sawoo Kabupaten Ponorogo.
2. Ada peningkatan ketuntasan hasil belajar dengan penerapan metode
demonstrasi tentang pengukuran pada mata pelajaran Matematika kelas
III di SDN 4 Temon Sawoo Kabupaten Ponorogo. Dari 50% (5 siswa)
yang nilainya di bawah KKM dengan nilai rata-rata kelas 59 pada
pembelajaran pra siklus, setelah dilakukan perbaikan siklus I, berkurang
menjadi 30% (3 siswa) yang nilainya masih di bawah KKM dengan
rata-rata kelas 64. Dan pada siklus II ketuntasan nilai dapat dicapai oleh
siswa dengan rata-rata kelas 79.

B. Saran Tindak Lanjut


Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa siswa kelas III Sekolah
Dasar berada pada operasi konkrit. Oleh karena itu sebaiknya dalam mengajar
seorang guru juga memperhatikan tingkat perkembangan berpikir siswa,
serhingga guru dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat sehingga
dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Guru dalam mengajar perlu mengembangkan inovasi-inovasi
pembelajaran sehingga dengan dengan begitu tuntutan yang ada dalam KTSP
dapat terlaksana dengan baik. Pembelajaran dengan model demontrasi ini
dapat dicoba oleh lembaga atau sekolah lain yang setingkat, sehingga
wawasan guru menjadi bertambah.

24
DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. (1992). Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Republik


Indonesia, Bidang Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Sugiarto, Joko. (2006). Terampil Berhitung Matematika Jilid 3. Jakarta:
Erlangga
Ibrahim. (1995). Pengantar Tekhnologi Pendidikan. IKIP Malang.
Indrakusuma. (1973), Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
http://www.Syarifartikel.blogspot.com,Pembelajaran Matematika di Sekolah.
Diakses tanggal 9 Mei 2014.
Surachmad, (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Winkel, (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta. Gramedia.
Sukidin. (1992). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan
Cendikia
Wardini. (2008). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas
Terbuka

25

Anda mungkin juga menyukai