Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena dengan pendidikan diharapkan manusia dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kreatifitasnya.
Keberhasilan di bidang pendidikan sangat ditentukan dalam proses belajar
mengajar. Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang
erat antara guru, peserta didik, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru
mempunyai tugas untuk memilih metode pembelajaran dan media
pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi
tercapainya tujuan pendidikan.
Matematika merupakan suatu ilmu yang memiliki obyek abstrak,
untuk keperluan penyampaian obyek-obyek matematika yang abstrak kepada
peserta didik diperlukan suatu sistem penyampaian materi/obyek
matematika. Sistem penyampaian ini, harus mempertimbangkan
kesiapan/kematangan, kemampuan serta tingkat pengembangan intelektual
peserta didik.
Meskipun kurikulum sudah sering diganti, tetapi saat ini di SMP
Negeri pembelajarannya masih menggunakan metode ceramah. Hal ini
terbukti dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII.3 di
sekolah tersebut pada tanggal 11 Oktober 2015, menyatakan bahwa tidak
sedikit peserta didik yang sulit untuk memahami pelajaran matematika. Bangun
ruang merupakan salah satu materi kelas VIII.3 yang sulit diterima oleh
peserta didik, hal ini disebabkan karena rendahnya pemahaman materi,
kurang berminatnya peserta didik dalam mengikuti pelajaran matematika
dan masih banyak ditemukan peserta didik tidur pada saat pelajaran. Dalam
pembelajaran matematika di SMP Negeri, khususnya pada materi bangun
ruang, peserta didik kesulitan dalam memahami maksud gambar dan bagian-
bagian dari bangun ruang, kesulitan untuk mengingat rumus-rumus bangun
ruang dan masih bingung menentukan rumus bangun ruang dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru yang diakibatkan karena terlalu
1
banyaknya rumus

2
bangun ruang dan keabstrakan materi tersebut. Hal ini mengakibatkan hasil
belajar peserta didik yang nilai rata-ratanya masih di bawah 6,0. Padahal
batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan untuk materi
bangun ruang di SMP Negeri adalah 6,0.
Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik, maka
diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat membantu peserta didik
untuk memahami dengan jelas jalannya suatu konsep pembelajaran dan
mengkonkretkan materi yang abstrak. Pemilihan metode dan media
pembelajaran dirasakan mempunyai peran strategis dalam upaya
mendongkrak keberhasilan proses belajar mengajar khususnya pada materi
bangun ruang, karena penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan
efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan sedikit
ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru serta lebih menekankan
pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat
membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Faktor guru
dan cara mengajarnya tidak dapat terlepas dari ada tidaknya dan cukup
tidaknya alat- alat pembelajaran yang tersedia di sekolah. Sekolah yang
cukup memiliki alat- alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar
ditambah dengan cara mengajar yang baik dari gurunya, kecakapan guru
dalam memanfaatkan alat- alat itu, akan mempermudah dan mempercepat
belajar peserta didik.
Pembelajaran matematika pada materi bangun ruang sangat
dibutuhkan kemampuan abstraksi dari peserta didik untuk mempelajarinya.
Materi yang abstrak memerlukan dukungan media yang mampu
mengkonkretkan materi, karena tidak mudah untuk membayangkan benda
dalam bangun ruang yang hanya dituangkan dalam penampang bangun datar.
Sehingga urutan yang terstruktur dalam proses perangkaian untuk menjadi
bangun ruang sangat membantu dalam menganalogkan proses terbentuknya
bangun ruang. Penggunaan alat peraga dengan metode demonstrasi dapat
merangsang peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Karena
dengan alat peraga rasa ingin tahu peserta didik semakin bertambah sehingga
peserta didik dapat memperhatikan penjelasan tentang materi yang

3
disampaikan, ada kemauan untuk mencatat penjelasan dari guru, aktif bertanya,
berani menjawab soal dan mampu mengerjakan tugas yang telah diberikan.
Sehubungan dengan hal ini, maka penggunaan alat peraga dengan metode
demonstrasi dapat digunakan sebagai jembatan guna mengatasi kesulitan
dalam mempelajari materi bangun ruang.
Metode demonstrasi merupakan suatu metode penyajian pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang
suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar
tiruan. Sedangkan alat peraga matematika adalah suatu perangkat benda
konkret yang dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang
digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsepkonsep
atau prinsip-prinsip dalam matematika. Dengan menggunakan alat peraga
pada materi bangun ruang, peserta didik dapat memperagakan atau
mempertunjukan proses terbentuknya bangun ruang dan rumus-rumus
bangun ruang. Alat peraga ini merupakan alat bantu dengan tiga dimensi
yaitu alat bantu pembelajaran yang dapat dimanipulasi. Metode dan media
pembelajaran (alat peraga) ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar
peserta didik. Dengan menggunakan alat peraga dan metode demonstrasi ini
diharapkan peserta didik akan terlihat aktif dalam mempelajari materi
Bangun Ruang, sehingga akan berdampak pada hasil belajar yang meningkat.
Dengan demikian, berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas,
maka judul yang dipilih adalah ”PENGGUNAAN ALAT PERAGA
DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI
LUAS DAN VOLUM BANGUN RUANG DI KELAS VIII.3 SMP
NEGERI”.
B. Penegasan Istilah
Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan hingga berbentuk suatu
pengertian yang utuh sesuai dengan maksud yang sebenarnya dari judul
penelitian tersebut antara lain.
1. Penerapan adalah pemanfaatan, perihal, mempraktikkan.
2. Alat peraga adalah alat-alat atau perlengkapan yang digunakan oleh

4
seorang guru dalam mengajar. Dalam penelitian ini, alat peraga yang
dimaksud adalah alat peraga dimensi tiga yang berbentuk kubus, balok,
prisma dan limas.
3. Metode demonstrasi adalah suatu metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu
proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar
tiruan.
4. Meningkatkan : menaikkan, mempertinggi.
5. Keaktifan : keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya dinamis dan
bertenaga; giat melakukan sesuatu. Sedangkan keaktifan : kegiatan;
kesibukan. Yang dimaksud dengan keaktifan disini adalah peserta didik
memperhatikan penjelasan guru, menyalin penjelasan yang telah
disampaikan, aktif bertanya, menjawab pertanyaan guru dan
mengerjakan tugas yang telah diberikan guru.
6. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan
kegiatan belajar. Dalam penelitian ini, peserta didik dinyatakan berhasil
apabila dalam materi luas permukaan dan volum bangun ruang rata-rata
nilai hasil tes di atas hasil ketuntasan yaitu 6,0 dan ketuntasan belajar
klasikal dinyatakan berhasil jika prosentase peserta didik yang tuntas
belajar atau nilai peserta didik lebih besar atau sama dengan 75% dari
jumlah peserta didik di kelas
7. Materi pokok bangun ruang merupakan materi SMP kelas VIII.3 semester
II. Adapun standar kompetensinya adalah memahami sifat-sifat kubus,
balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya serta menentukan ukuran-
ukurannya. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah menghitung luas
permukaan dan volum kubus, balok, prisma dan limas.
Jadi, penelitian dengan judul ”Penggunaan Alat Peraga dengan
Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar pada
Materi Luas dan Volum Bangun Ruang”, berarti dalam penelitian akan
berusaha memberikan upaya dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
peserta didik pada materi luas dan volum bangun ruang dengan cara
merubah metode

5
pengajarannya. Yang awalnya hanya menggunakan metode ceramah, namun
kali ini akan menerapkan alat peraga dengan metode demonstrasi.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat
dimunculkan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah penggunaan alat peraga Dimensi Tiga dengan metode
demonstrasi pada materi luas dan volum bangun ruang Kelas VIII.3 di
SMP Negeri?
2. Bagaimanakah keaktifan dan hasil belajar peserta didik SMP Negeri
pada materi luas dan volum bangun ruang setelah diterapkan alat peraga
Dimensi Tiga dengan metode demonstrasi?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan berbasis kelas yang akan dilaksanakan ini
mempunyai tujuan sebagai berikut.
1. Menemukan langkah-langkah pembelajaran matematika dengan
menerapkan alat peraga Dimensi Tiga dengan metode demonstrasi pada
materi luas dan volum bangun ruang kelas Kelas VIII.3 di SMP Negeri.
2. Pembelajaran dengan menerapkan alat peraga Dimensi Tiga dengan
metode demonstrasi dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
peserta didik pada materi bangun ruang kelas Kelas VIII.3 di SMP
Negeri.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian tindakan kelas yang diharapkan adalah.
1. Bagi peserta didik SMP Negeri
a. Meningkatkan aktifitas belajar peserta didik.
b. Hasil belajar peserta didik kelas VIII.3 SMP Negeri, dalam mata
pelajaran matematika khususnya pada materi luas dan volum bangun
ruang dapat meningkat.
2. Bagi guru SMP Negeri

6
a. Membantu guru dalam memvisualisasikan pelajaran matematika yang
sifatnya sangat abstrak dalam bentuk konkret.
b. Mendapatkan gambaran yang jelas tentang upaya meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar peserta didik dalam materi luas dan volum
bangun ruang dengan menerapkan alat peraga Dimensi Tiga dengan
metode demonstrasi kelas VIII.3 di SMP Negeri.
3. Bagi pihak sekolah
Dengan hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik
dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran dan kinerja guru
sehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik dan kualitas sekolah
akan semakin meningkat.
4. Bagi Peneliti
a. Memberikan wawasan baru kepada peneliti tentang cara yang efektif
dalam menerapkan alat peraga Dimensi Tiga dengan metode
demonstrasi.
b. Mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).

7
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan Teori
1. Belajar
a. Pengertian belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai
macam kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, belajar adalah usaha sadar atau upaya yang disengaja
untuk mendapatkan kepandaian.
Beberapa pengertian mengenai belajar. Di antaranya adalah:
1. Nana Sudjana mengatakan belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang, seperti berubah
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaannya, dan aspek-aspek lain.
2. Menurut Cronbach dalam bukunya Baharudin dan Esa Nur Wahyuni
menyatakan:Learning is shown by change in behaviour as result of
experience ´, belajar adalah suatu perubahan tingkah laku melalui
pengalaman. Dengan pengalamannya tersebut pelajar menggunakan
seluruh panca indranya. Pendapat ini sesuai dengan apa yang di
kemukakan Clifford T. Morgan dan kawan-kawan yang menyatakan
bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan
terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.Menurut Charles E.
Skinner,Learning is a process of progressive behavior adaptation. 16

Belajar adalah proses adaptasi tingkah laku untuk lebih maju atau lebih
baik.
3. Menurut Oemar Hamalik, belajar adalah modifikasi atau memperkuat
tingkah laku melalui pengalaman dan latihan. Menurut pengertian ini,
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas
permukaan

8
dari itu, yakni mengalami.
Berdasarkan pengertian belajar tersebut, dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu proses aktivitas mental seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi
serangkaian pengalaman-pengalaman belajar, sehingga menghasilkan
perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek
pengetahuan, sikap maupun psikomotorik.
b. Teori Belajar
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai
bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di
dalam pikiran siswa. Berdasarkan teori belajar, diharapkan suatu
pembelajaran lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar.
Menurut kelompok teori kognitif, belajar adalah proses pencapaian
atau perubahan pemahaman(insight),pandangan, harapan, atau pola
berfikir.Teori belajar kognitif berguna dalam mempelajari materi-materi
yang rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan
masalah, dan untuk mengembangkan ide. Seperti pada materi bangun
ruang yang terlalu abstrak dan banyak rumus yang berbeda, maka dalam
pembelajaran bangun ruang sangat dibutuhkan kemampuan abstraksi
dari peserta didik untuk mempelajarinya dan mampu memahami rumus-
rumus bangun ruang, sehingga peserta didik dapat menerapkan rumus
dalam menjawab soal.
Teori Gestalt merupakan teori kognitif. Teori Gestalt menganggap
bahwa belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight).
Karena pada dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan
pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana
tingkah laku tersebut terjadi. Pada situasi belajar, keterlibatan seseorang
secara langsung dalam situasi belajar tersebut akan menghasilkan
pemahaman yang dapat membantu individu tersebut memecahkan
masalah. Dengan kata lain, teori Gestalt ini menyatakan bahwa yang
paling penting dalam proses balajar individu adalah dimengertinya apa

9
yang dipelajari oleh individu tersebut. Oleh karena itu, teori belajar
Gestalt ini disebut teori insight.
Max Wartheimer dan Katona mencoba mempelajari tentang insight
pada manusia. Wartheimer menggambarkan bagaimana anakanak dapat
memecahkan soal geometri. Dengan hanya mengetahui rumus luas
permukaan sebuah segi empat, disuruh memecahkan sebuah soal,
mencari jajar genjang. Sementara anak yang mengalikan panjang dengan
lebar (analogi dengan rumus luas permukaan segi empat). Tentu hal ini
merupakan cara yang salah. Tetapi anak lain yang dapat melihat inti dari
stuktur jajar genjang, mendapatkan bahwa dengan menarik sebuah
diagonal akan didapati dua buah segitiga sama dan sebangun (kongruen).
Dengan mencari luas permukaan sebuah segitiga dikalikan dua, anak
tersebut dapat memperoleh pemecahan soal. Jadi, insight pada dasarnya
dapat pula diperoleh dengan struktur esensial dalam situasi problematis.
Teori psikologi Gestalt sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang
belajar. Beberapa prinsip yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai
berikut:
1) Tingkah laku terjadi berkat interaksi antar individu dan lingkungan,
faktor herediter (natural endowment) lebih berpengaruh.
2) Bahwa individu berada dalam keadaan keseimbangan itu akan
mendorong terjadinya tingkah laku.
3) Belajar mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi
problematis.
4) Belajar menitik beratkan pada situasi sekarang, dalam situasi tersebut
menemukan dirinya.
5) Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna
dalam keseluruhan itu.
Teori Gestalt lebih banyak menekankan kepada belajar melalui
pengalaman. Oleh karena itu pembelajaran lebih diarahkan memberi
kesempatan kepada peserta didik melakukan sesuatu learning by doing.
Dalam Al-Qur’an juga diterangkan bahwa Allah telah membekali
manusia

10
dengan sarana-sarana baik fisik maupun psikis agar manusia dapat
menggunakannya untuk belajar dan mengembangkan ilmu dan teknologi
untuk kepentingan dan kemaslahatan manusia.
Sebagaimana tertuang dalam Q. S. An-Nahl: 78

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam


keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur. ´
Dalam Terjemah Tafsir Al-Marogi diterangkan bahwa Allah
menjadikan apa yang tidak kalian ketahui, setelah Dia mengeluarkan
kalian dari dalam perut ibu. Kemudian memberi kalian akal yang dengan
itu kalian dapat memahami dan membedakan antara yang baik dan yang
buruk, antara petunjuk dengan kesesatan, dan antara yang salah dengan
yang benar, menjadikan pendengaran bagi kalian yang dengan itu kalian
dapat mendengar suara-suara, sehingga sebagian kalian dapat memahami
dari sebagian yang lain apa yang saling kalian perbincangkan,
menjadikan penglihatan, yang dengan itu kalian dapat melihat orang-
orang, sehingga kalian dapat membedakan antara sebagian dengan
sebagian yang lain, dan menjadikan perkara-perkara yang kalian
butuhkan di dalam hidup ini, sehingga kalian dapat mengetahui jalan,
lalu kalian menempuhnya untuk berusaha mencari rizki dan barang-
barang, agar kalian dapat memilih yang baik dan meninggalkan yang
buruk. Demikian halnya dengan seluruh perlengkapan dan aspek
kehidupan.
Dari terjemah tafsir di atas, dikatakan bahwa dalam proses belajar
atau mencari ilmu manusia telah diberi sarana fisik berupa indra
eksternal, yaitu mata dan telinga, serta sarana psikis berupa daya nalar
atau intelektual. Maka dalam proses pembelajaran matematika pada
materi luas permukaan dan volum bangun ruang, guru ditekankan
untuk memperlihatkan unsur-unsur atau urutan yang terstruktur dalam

11
proses

12
perangkaian untuk menjadi suatu bangun ruang, karena tidak mudah
untuk membayangkan benda dalam bangun ruang yang hanya
dituangkan dalam penampang bangun datar. Oleh karena itu, penerapan
alat peraga Dimensi Tiga dengan metode demonstrasi sangat tepat
digunakan dalam pembelajaran bangun ruang karena peserta didik dapat
melihat secara langsung proses perangkaian terbentuknya bangun ruang
dan proses penurunan rumus-rumus bangun ruang, sehingga pemahaman
peserta didik dapat meningkat.
c. Hasil Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melakukan kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses
dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
prilaku yang relatif menetap. Dalam pembelajaran, anak yang berhasil
dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
atau tujuan-tujuan intruksional. Belajar yang berkenaan dengan hasil,
(dalam pengertian banyak hubungannya dengan tujuan pengajaran),
Gagne, sebagaimana dikutip oleh Hamzah B. Uno mengemukakan ada
lima jenis atau lima tipe, yakni:
1) belajar kemahiran intelektual (kognitif).
2) belajar informasi verbal.
3) belajar mengatur kegiatan intelektual.
4) belajar sikap.
5) belajar ketrampilan motorik.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika merupakan
hasil kegiatan dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan siswa.
Atau dengan kata lain hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
merupakan apa yang diperoleh siswa dari proses belajar matematika.
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik pada
suatu pembelajaran, guru dapat memberikan evaluas permukaani sebagai
penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar dapat
dilakukan sekali setelah suatu kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Penilaian hasil

13
belajar jugaberfungsi untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran
telah berjalan secara efektif.
Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang
menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam
tingkah laku atau kecakapan. Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran
tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya.
1) Internal
Faktorinternalmeliputi aspekfisiologis(keadaan jasmani) dan
aspekpsikologis(keadaan rohani). Kondisi umum jasmani dantonus
(tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh
dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang
lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat
menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang
dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Banyak faktor yang
bersifat rohaniah (aspek psikologis) yang dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran peserta didik. Namun di
antara faktor-faktor rohaniah peserta didik yang pada umumnya
dipandang lebihesensialadalah sebagai berikut.
1) Tingkat kecerdasan atauintelegensipeserta didik.
2) Sikap peserta didik.
3) Bakat peserta didik.
4) Minat peserta didik.
5) Motivasi peserta didik.
2) Eksternal
Faktor eksternal peserta didik terdiri atas dua macam, yaitu
faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1. Lingkungan sosial.
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
administrasi, dan teman-teman di kelas dapat mempengaruhi
semangat

14
belajar seorang peserta didik. Guru adalah pengajar yang mendidik,
sebagai pendidik ia memusatkan perhatian pada kepribadian peserta
didik khususnya berkaitan dengan kebangkitan belajar. Masyarakat
dan tetangga juga temanteman sepermainan di sekitar perkampungan
peserta didik tersebut dapat mempengaruhi aktivitas belajar peserta
didik. Namun, lingkungan peserta didik yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga peserta
didik itu sendiri.
2. Lingkungan nonsosial.
Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, tempat tinggal peserta didik dan letaknya, alat-
alat belajar, keadaan cuaca, alat-alat yang dipakai dalam belajar
(seperti alat tulis- menulis, buku-buku, alat peraga,dan sebagainya
yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran) dan waktu belajar yang
digunakan peserta didik.
Alat peraga merupakan fasilitas penting dalam sekolah yang
dapat meningkatkan perhatian siswa. Dengan alat peraga siswa diajak
secara aktif memperhatikan apa yang diajarkan guru. Dengan alat
peraga, hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-
model yang berupa benda konkret yang dapat dilihat, dipegang, diputar
balikan, sehingga dapat lebih mudah dipahami. Fakor-faktor ini
dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan peserta didik.
3) Pendekatan belajar
Dalam hal ini pendekatan belajar merupakan cara atau
strategi yang digunakan peserta didik untuk menunjang keefektifan dan
efisiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu. Metode dalam
rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting.
Keberhasian implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung
pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu
strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui
metode pembelajaran.

15
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan
dan mempengaruhi satu sama lain. Peserta didik yang bersikap
conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor
eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan
belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, peserta didik
yang berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan
positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan pendekatan
belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi,
karena pengaruh faktor-faktor tersebut, muncul peserta didik yang
high- achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi
rendah) atau gagal sama sekali.
2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik
yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta
didik serta peserta didik dengan peserta didik. Hamzah B. Uno mengatakan
bahwa matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat
pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis
yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi, generalitas
dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika,
aljabar, geometri, dan analisis. Sedangkan Jerome Bruner dalam Herman
Hudaya mengemukakan bahwa pembelajaran matematika adalah
pembelajaran tentang konsep-konsep dan strukturstruktur matematika yang
terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan
antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.
Dalam istilah “pembelajaran” yang lebih dipengaruhi oleh
perkembangan hasil-hasil teknologi yang dimanfaatkan untuk kebutuhan
belajar, peserta didik diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang
peranan yang utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar peserta
didik dituntut beraktivitas secara penuh, bahkan secara individual
mempelajari bahan pelajaran. Dengan demikian mengajar menempatkan guru

16
sebagai fasilitator. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika perlu
dilakukan berbagai upaya merancang, memilih, dan menerapkan berbagai
strategi, metode, atau pendekatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan
masalah yang sesuai dengan situasi. Dengan mengajukan masalah
kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai
konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran,
sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
seperti komputer, alat peraga atau media lainnya.
Secara umum tujuan dari pembelajaran matematika yaitu agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuatgeneralisasi,menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan yang memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
3. Keaktifan Peserta Didik dalam Pembelajaran
Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat. Jadi keaktifan
adalah kegiatan dalam proses belajar mengajar. Dalam setiap proses
belajar mengajar, peserta didik selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan
itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari keadaan fisik yang mudah
diamati

17
sampai kegiatan psikis yang sudah diamati. Adapun jenis-jenis aktivitas
peserta didik dalam proses pembelajaran diantaranya adalah.
a.Visual activities,yaitu membaca dan memperhatikan gambar,
demonstrasi, percobaan atau pekerjaan orang lain.
b.Oral activities,yaitu menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakaninterview,diskusi dan
sebagainya.
c.Listening activities,yaitu mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
pidato, musik dan sebagainya.
d.Writing activities,yaitu menulis cerita, karangan, angket, tes, laporan,
menyalin dan sebagainya.
e.Drawing activities,yaitu melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, bermain, berkebun dan sebagainya.
f.Mental activities,yaitu menganggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya.
g.Emotional activities,yaitu menaruh minat, merasa bosan, gembira,
berani, tenang, gugup dan sebagainya.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran tuntutan peserta didik
agar selalu aktif bukanlah hal yang baru. Keaktifan peserta didik
merupakan konsekuensi logis dari pengajaran yang seharusnya. Artinya
merupakan tuntutan logis dari hakekat belajar-mengajar. Hampir tak pernah
terjadi proses belajar tanpa adanya keaktifan individu peserta didik yang
belajar. Permasalahannya hanya terletak dalam kadar atau bobot keaktifan
belajar peserta didik. Ada keaktifan belajar kategori rendah, sedang, dan
ada pula tinggi. Seandainya dibuat rentangan skala keaktifan dari 0-10,
maka keaktifan belajar ada dalam skala 1 sampai 10, tidak ada skala nol,
betapapun kecilnya keaktifan tersebut.
Dalam pembelajaran bangun ruang dengan menerapkan alat
peraga Dimensi Tiga dengan metode demonstrasi peserta didik dituntut
agar selalu aktif, yaitu dengan mengamati (observasi), mengkaji
(analisis), dan menafsirkan (interpretasi). Penggunaan alat peraga
dengan metode

18
demonstrasi dapat merangsang peserta didik untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Karena dengan alat peraga rasa ingin tahu peserta didik
semakin bertambah sehingga peserta didik dapat memperhatikan penjelasan
tentang materi yang disampaikan, ada kemauan untuk mencatat
penjelasan dari guru, aktif bertanya, berani menjawab soal dan mampu
mengerjakan tugas yang telah diberikan. Keaktifan peserta didik sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar, karena dengan keaktifan peserta didik
dapat terlihat seberapa jauh peserta didik memahami materi dan ,inat
peserta didik dalam menerima materi yang telah disampaikan sehingga
dapat berdampak positif pada hail belajarnya. Pembelajaran matematika
pada materi luas permukaan dan volum bangun ruang dengan penerapan
alat peraga Dimensi Tiga dengan metode demonstrasi bisa memompa
semangat dan keaktifan peserta didik dalam belajar.
4. Metode Demonstrasi
Dalam menyampaikan materi pembelajaran, seorang guru
diharapkan dapat merancang, memilih, dan menerapkan metode
pembelajaran agar peserta didik mudah dalam memahami materi yang
disampaikan. Menurut Nana sudjana, metode mengajar adalah cara yang
digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsung pelajaran.
Demonstrasi dalam hubungannya dengan penyajian informasi
dapat diartikan sebagai upaya peragaan atau pertunjukan tentang cara
melakukan atau mengerjakan sesuatu. Metode demonstrasi adalah metode
mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan
melakukan suatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui
penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan/
materi yang sedang disajikan. Pembelajaran dengan menggunakan
metode demonstrasi pada materi bangun ruang, dapat membangkitkan
minat dan aktivitas peserta didik karena dalam pembelajaran ini guru
menjelaskan jalannya suatu konsep pembelajaran dengan cara
mengkonkretkan materi bangun ruang yang abstrak.

19
Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam proses
belajar-mengajar adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan
memperlihatkan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu. S. Nasution, yang
secara khusus menyoroti manfaat metode demonstrasi berpendapat bahwa
metode ini.
a. Menambah aktivitas belajar peserta didik karena ia turut melakukan
kegiatan peragaan.
b. Menghemat waktu belajar di kelas (sekolah).
c. Menjadikan hasil belajar yang lebih mantap dan permanen.
d. Membantu peserta didik dalam mengejar ketinggalan penguasaan
atas materi pelajaran, khususnya yang didemonstrasikan.
e. Membangkitkan minat dan aktivitas belajar peserta didik.
f. Memberikan pemahaman peserta didik.
Adapun langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi dalam
pembelajaran adalah:
1) Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan.
a) Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah
proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek,
seperti aspek pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu.
b) Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang
akan dilakukan. Garis-garis besar langkah demonstrasi diperlukan
sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.
c) Melakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala
peralatan yang diperlukan.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Langkah pembukaan.
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, di antaranya.
1. Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua peserta
didik dapat memperhatikan dengan jelas apa yang

20
didemonstrasikan.
2. Mengemukakan apa tujuan yang harus dicapai oleh peserta
didik.
3. Mengemukakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh
peserta didik, misalnya peserta didik ditugaskan untuk mencatat
hal-hal yang dianggap penting dalam pelaksanaan
demonstrasi.
b) Langkah pelaksanaan demonstrasi.
1. Demonstrasi dimulai dengan kegiatan-kegiatan yang
merangsang peserta didik untuk berfikir, misalnya melalui
pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga
mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.
2. Menciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari
suasana yang menegangkan.
3. Meyakinkan bahwa semua peserta didik mengikuti jalannya
demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh peserta
didik.
4. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk secara
aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat
dari proses demonstrasi itu.
c) Langkah mengakhiri demonstrasi.
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses
pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas
tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan
proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk
meyakinkan apakah peserta didik memahami proses demonstrasi
itu atau tidak.
Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki
beberapa kelebihan di antaranya yaitu:
1. Membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses
atau kerja suatu benda.
2. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.

21
3. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki
melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek
sebenarnya.
5. Alat Peraga Sebagai Media Pembelajaran.
Matematika merupakan ilmu yang mempelajari bilangan dan
ruang yang bersifat abstrak. Sehingga untuk menunjang kelancaran
pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat perlu juga digunakan
suatu media pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing
abstraksi peserta didik.
a. Pengertian Media
Alat peraga merupakan bagian dari media, oleh karena itu istilah
media perlu dipahami terlebih dahulu sebelum dibahas mengenai
pengertian alat peraga lebih lanjut. Media berasal dari bahasa latin
medius yang berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa
arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda
yang menjadi perantara proses belajar, dapat berwujud sebagai perangkat
lunak maupun perangkat keras. Adapun konsep tentang media dijelaskan
dalam Al- Qur’an, salah satunya dijelaskan dalam surat Asy-Syura ayat
51.

“Dan tidak ada lagi bagi seorang manusiapun bahwa Allah


berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau
dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu
diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha bijaksana. ´
Ahmad Mustafa Al-Maragi menjelaskan dalam Terjemah Tafsir
Maragi bahwa Allah melakukan apa yang diputuskan oleh Hikmah-Nya.
Yakni Dia berbicara dengan bani Adam kadang-kadang dengan
perantaraan dan kadang-kadang tanpa perantara, berupa ilmu atau
permbicaraan, atau dari balik tabir. Keterkaitan antara surat As-Syuro
dan
22
media pembelajaran adalah bahwasanya Allah juga menggunakan
perantara dalam penyampaian wahyu (ilmu) kepada makhluknya untuk
mempertegas atau memperjelas maksud tujuan wahyu itu diturunkan.
Begitu juga dalam pembelajaran dengan memanfaatkan
media atau alat bantu dilaksanakan dengan tujuan untuk mengurangi
atau menghindari kesalahpahaman dalam komunikasi antara guru dan
peserta didik.
Media pembelajaran dapat meliputi:
1. Objek fisik (benda nyata) disebut juga media visual berupa objek
fisik tiga dimensi. Dalam pembelajaran matematika visual atau
objek fisik dikenal dengan istilah alat peraga.
2. Model.
3. Suara langsung.
4. Rekaman radio atau video.
5. Pembelajaran terprogram.
6. Televisi.
7. Slide, dll.
b. Pengertian Alat peraga
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting
sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang
efektif. Alat peraga merupakan fasilitas penting dalam sekolah karena
bermanfaat untuk meningkatkan perhatian anak. Dengan alat peraga
peserta didik diajak secara aktif memperhatikan apa yang diajarkan
oleh guru. Alat peraga juga merupakan media pembelajaran yang
mengandung atau membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari.
Adapun pengertian alat peraga matematika adalah
seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat, dihimpun, atau
disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu
menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-
prinsip dalam matematika.

23
Definisi lain menyebutkan, alat peraga atau alat bantu
mengajar adalah alat-alat atau perlengkapan yang digunakan oleh
seorang guru dalam mengajar. Alat peraga sering dipakai saat guru
bercerita, oleh karena itu usahakan untuk selalu mengadakan dan
memperbaharui alat-alat peraga dalam sekolah. Dengan alat peraga,
hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model yang
berupa benda konkret yang dapat dilihat, dipegang, diputarbalikkan
sehingga dapat mudah dipahami.
c. Prinsip-prinsip Alat Peraga
Prinsip-prinsip alat peraga yang dapat digunakan sebagai
media pembelajaran adalah:
1) Tahan lama.
2) Bentuk dan warna menarik.
3) Dapat menyajikan dan memperjelas konsep.
4) Ukuran sesuai dengan kondisi fisik peserta didik.
5) Fisibel.
6) Tidak membahayakan peserta didik.
7) Mudah disimpan saat tidak digunakan.
d. Fungsi Alat Peraga
Secara umum fungsi alat peraga adalah:
1) Sebagai media dalam menanamkan konsep-konsep matematika.
2) Sebagai media dalam memantapkan pemahaman konsep.
3) Sebagai media untuk menunjukkan hubungan antar konsep dengan
dunia sekitar kita serta aplikasi konsep dalam kehidupan nyata.
Sedangkan fungsi utama dari alat peraga adalah untuk
menurunkan keabstrakan dari konsep agar siswa mampu menangkap
arti sebenarnya konsep tersebut. Langkah-langkah penggunaan alat
peraga.
Ada enam langkah yang bisa ditempuh guru pada waktu
mengajar dengan mempergunakan alat peraga. Langkah-langkah itu
adalah:

24
1) Menetapkan tujuan mengajar dengan menggunakan alat peraga.
Pada langkah ini hendaknya guru merumuskan tujuan yang akan
dicapai.
2) Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan menetapkan alat
peraga mana yang akan dipergunakan sekiranya tepat untuk
mencapai tujuan.
3) Persiapan kelas. Peserta didik atau kelas harus mempunyai
persiapan. Sebelum menerima pelajaran dengan menggunakan alat
peraga. Mereka harus dimotivasi agar dapat menilai, menganalisis,
menghayati pelajaran dengan alat peraganya.
4) Langkah penyajian pelajaran dan peragaan. Penyajian pelajaran
dengan menggunakan peragaan merupakan suatu keahlian guru yang
bersangkutan. Dalam langkah ini perhatikan bahwa tujuan utama
ialah pencapaian tujuan mengajardengan baik, sedangkan alat
peraganya sekedar alat pembantu. Jangan sampai alat peraga
sebagai tujuan dan tujuan sebagai alat peraga.
5) Langkah kegiatan belajar. Pada langkah ini peserta didik hedaknya
mengadakan kegiatan belajar sehubungan dengan penggunaan alat
peraga. Kegiatan ini mungkin dilakukan di dalam kelas atau di luar
kelas.
6) Langkah evaluas permukaani pelajaran dan peragaan,
Pada akhirnya kegiatan belajar haruslah dievaluas permukaani
sampai seberapa jauh tujuan itu tercapai, yang sekaligus dapat dinilai
sejauh mana pengaruh alat peraga sebagai alat pembantu menunjang
keberhasilan proses belajar.
f. Alat Peraga Dimensi Tiga
Yang dimaksud dengan alat peraga Dimensi Tiga adalah alat
peraga yang terbuat dari mika atau kertas karton dengan ukuran besar.
Mika atau kertas karton tersebut dibuat dengan bentuk kubus, balok,
limas, dan prisma. Bagian atas dari kubus dan balok tidak ditutup rapat
karena bagian dalam bangun tersebut digunakan untuk membuktikan

25
rumus dari bangun ruang itu sendiri.g. Pembuatan Alat Peraga
Dimensi Tiga
1) Bahan
a) Mika/plastik
b) Kertas karton
c) Lem kertas dan lem alteco
d) Amplas
e) Kayu
f) Cat warna putih dan merah
2) Alat kerja
a) Pensil
b) Penggaris
c) Spidol warna hitam
d) Cutter/ pisau/cutter mika
e) Gunting
f) Gergaji
3) Langkah-langkah pembuatan
a) Kubus satuan
1. Buat kubus dari kayu dengan ukuran 5 cm x 5 cm sebanyak
80 buah kubus.
2. Potong kubus-kubus tersebut dengan gergaji.
3. Ratakan potongan kubus dengan amplas kemudian dicat
dengan warna putih dan merah.
b) Kubus, balok, prisma, dan limas
1. Kubus: Buat enam buah model persegi berukuran 20 cm x 20
cm.
Balok: dua buah persegi panjang berukuran 30 cm x 20 cm,
dua buah persegi panjang berukuran 30 cm x 15 cm dan dua
buah persegi panjang berukuran 20 cm x 15 cm. Pirsma: buat
4 buah segitiga berukuran 15 cm x 20 cm x 25 cm, 2 buah
persegi panjang dengan ukuran 30 cm x 25 cm, dua buah
persegi

26
panjang berukuran 30 cm x 20 cm, dan dua buah persegi
panjang dengan ukuran 30 cm x 15 cm. Limas: buat 1 persegi
panjang berukuran 20 cm x 20 cm, 4 persegi panjang
berukuran 20 cm x 10 cm, 8 segitiga berukuran 17,5 cm x
17,5 cm x 20
cm, 8 segitiga berukuran 17,5 cm x 14,5 cm x 10 cm, dan 4
segitiga berukuran 14,5 cm x 14,5 cm x 20 cm dari mika/
kertas karton.
2. Potong persegi, persegi panjang dan segitiga tersebut dengan
menggunakan gunting/ cutter.
3. Bentuk menjadi sebuah kubus, balok, dua buah prisma
segitiga, dan 5 buah limas segi empat dengan bantuan lem.
(Bagian atas dari kubus dan balok tidak ditutup rapat karena
bagian dalam bangun tersebut digunakan untuk membuktikan
rumus dari bangun ruang itu sendiri).
6. Tinjauan Materi Tentang Materi Bangun Ruang
a. Kubus.
Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah
sisi (daerah) persegi yang kongruen

Gambar 1. Kubus ABCD.EFGH


Gambar 1 gambar sebuah kubus ABCD.EFGH. EFGH disebut
bidang atas atau tutup, sedangkan ABCD disebut bidang alas atau dasar.
1) Luas permukaan Permukaan Kubus.
Kubus dibatasi oleh 6 buah sisi persegi yang kongruen. Luas permukaan
permukaan kubus adalah jumlah luas permukaan seluruh
permukaan/bidang bangun ruang tersebut.
LP kubus = L. jaring- jaring kubus (6 sisi persegi)

27
L jaring-jaring kubus = 6 (luas permukaan persegi)
= 6(s×s)= 6(s 2
)
Luas permukaan permukaan kubus = 6.s 2

2) Volum Kubus.
Volum adalah hasil kali antara panjang, lebar, dan tinggi
bangun ruang.
Karena pada kubus, panjang = lebar = tinggi =
s maka, volum kubus = panjang × alas × tinggi
=s×s×s
=s 3
b. Balok.
Balok adalah suatu benda ruang yang dibatasi oleh persegi panjang
yang terdiri atas tiga pasang persegi yang kongruen.

p
Gambar 2. BalokABCD.EFGH
Balok mempunyai tiga pasang persegi panjang yang kongruen, yaitu:.
ABCD = EFGH ABFE = DCGH ADHE = BCGF
1) Luas permukaan Permukaan Balok.
Luas permukaan permukaan kubus dan balok adalah jumlah luas
permukaan seluruh permukaan/bidang bangun ruang tersebut.
Jika sebuah balok ABCD.EFGH dengan ukuran p (panjang), l (lebar),
dan t (tinggi), maka jaring-jaring balok terdiri dari 3 pasang persegi
dengan ukuran berbeda, yaitu:
a) L persegi panjang ABCD dan EFGH = (p.l) + (p.l) = 2(p.l)
b) L persegi panjang ABFE dan DCGH = (p. t) + (p. t) = 2 (p.t)
c) L persegi panjang ADHE dan BCGF = (l.t) + (l.t) = 2(l.t)

28
Jadi, L permukaan/jaring-jaring balok = 2 (p.l)+ 2(p.t) + 2(p.l.t)
= 2 (p.l+p.t +l.t)
2) Volum Balok.
Volum balok = luas permukaan alas × tinggi
= p ×l × t
Jadi, V = p × l × t
Jika panjang, lebar atau tingginya diubah sebesar n kalinya, maka
volumnya berubah menjadi (p.l. t) n kalinya.
c. Limas.
Limas adalah sebuah bangun ruang dengan bidang alas segi
banyak dan dari bidang alas dibentuk sisi berupa segitiga yang bertemu
pada satu titik.

Gambar 3 adalah gambar limas segitiga T.ABC dan gambar 4


merupakan gambar gambar Limas segiempat T.ABCD.
1) Luas permukaan Permukaan Limas.
Pada limas yang alasnya berbentuk segin,bidang-bidang
tegaknya merupakan segitiga-segitiga sama kaki. Luas permukaan
permukaan limas segindapat ditentukan dengan menjumlahkan luas
permukaan alas dan luas permukaan beberapa segitiga yang
merupakan bidang-bidang tegaknya.
Misal: limas segiempatT.ABCD.dengan jaring-jaringnya terdiri
dari 1 buah persegi (alas) dan 4 buah segitiga (bidang tegak). Luas
alas
= L. persegi =s × s=s 2

Luas segitiga =½× (AB) × t+½× (BC) × t+½× (CD) × t + (AD)


× t,dengant= tinggi segitiga.

29
=½ × t × (AB + BC + CD + AD)
=½ ×t ×(keliling alas)
=½ . Ka . t
Luas permukaan selubung limas = 1/2 (keliling alas) x tinggi
segitiga.
Jadi, Luas Permukaan limas = luas permukaan alas + ½ . Ka . t
2) Volum Limas.
Misalkan sebuah balok mempunyai volumnyang terbagi atas 3
buah limas dari diagonal-diagonal balok.

Luas permukaan alas limas tergantung pada bentuk sisi alas limas.
d. Prisma
Prisma adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang
yang sejajar dan beberapa bidang lain yang saling memotong menurut
garis yang sejajar.

Gambar 5. prisma segitiga tegakABC.DEF


Gambar 5 gambar prisma segitiga tegak ABC.DEF

30
Rusuk-rusuk tegak : AD = BE = CF, tegak lurus pada bidang alas
dan bidang atas prisma.
1) Luas permukaan Prisma.
Pada pada prisma, rusuk-rusuk tegaknya tegak lurus dengan alas,
maka bidang-bidang tegak prisma berbentuk persegi panjang. Luas
permukaan permukaan diperoleh dengan menjumlahkan luas permukaan
pada bidang-bidang permukaannya.
Misal: prisma segitiga
Jaring-jaring prisma segitiga terdiri dari 2 buah segitiga dan 3 buah
persegi panjang.
L P segitiga =½× alas × tinggi
LP 2 buah segitiga =½ ca + ½
ca=ca
LP 3 buah persegi panjang =a.t + b.t + c.t
=t (a + b + c)
=t(keliling alas)
L jaring-jaring prisma =ca + t(keliling alas)
maka, LP prisma = 2 Luas alas +Ka . t
2) Volum Prisma.
Volum prisma adalah hasil kali luas permukaan alas dan tinggi
prismanya.
Volum prisma = luas permukaan alas × tinggi
Luas permukaan alas tergantung bentuk alas prisma.
Pada prisma segitiga tegak ABC.DEF berlaku.
a) Luas alas = luas permukaan ABC
b) Tinggi = panjang rusuk tegak (AD = BE = CF)
Berdasarkan deskripsi atau uraian materi di atas, jelas terlihat
bahwa materi luas permukaan dan volum bangun ruang susah untuk
dijelaskan kepada peserta didik apabila diajarkan dengan pembelajaran
yang konvensional. Hal ini dikarenakan bangun kubus, balok, limas, prisma
merupakan bangun dimensi tiga yang apabila diterapkan atau
digambarkan ke dalam dimensi dua akan butuh imajinasi lebih untuk
mampu
31
mendeskripsikan bangun tersebut. Keabstrakan bangun dimensi tiga yang
digambar pada papan tulis akan lebih terlihat nyata apabila
divisualisasikan dengan media alat peraga. Sehingga pemanfaatan media
alat peraga cocok digunakan pada materi luas permukaan dan volum
bangun ruang.
Penggunaan alat peraga Dimensi Tiga dalam penyajian materi
bangun ruang dapat memperagakan kubus, balok, limas dan prisma.
Sehingga peserta didik dapat mengetahui secara langsung proses penurunan
rumus luas permukaan dan volum bangun ruang. Mereka dapat dilatih
untuk mengamati (observasi), mengkaji (analisis) dan menafsirkan
(interpretasi) bahkan praktek secara langsung. Metode pembelajaran yang
sesuai untuk penggunaan alat peraga ini adalah metode demonstrasi.
Peserta didik dapat mendemonstrasikan alat peraga Dimensi Tiga
sehingga peserta didik dapat memahami konsep dengan tepat.
7. Penggunaan Alat Peraga dengan Metode Demonstrasi pada Materi Luas
permukaan dan Volum Bangun Ruang
Materi luas permukaan dan volum bangun ruang dipelajari dalam
matematika SMP/MTS. Untuk membahas materi ini diperlukan suatu
metode dan media pembelajaran yang sesuai, diantaranya yaitu metode
Demonstrasi dengan menggunakan alat peraga. Melalui metode dan media
ini diharapkan dapat memotivasi peserta didik untuk meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar peserta didik. Proses pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga dan metode demonstrasi dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a) Guru menjelaskan pada peserta didik bahwa akan menggunakan alat
peraga dengan metode pembelajaran demonstrasi pada materi luas
permukaan dan volum bangun ruang. Yaitu alat peraga dimensi tiga
berbentuk kubus, balok, prisma, limas.
b) Guru membagikan Lembar Kerja Peserta didik (LKPD) pada peserta
didik yang dikerjakan pada saat guru melakukan demonstrasi.
c) Untuk mencari luas permukaan permukaan kubus, balok, prisma dan
limas, guru menunjuk peserta didik untuk membantu mendemonstrasikan
alat peraga dengan menggunting alat peraga yang terbuat dari kertas lalu
32
bditempelkan di papan tulis. Sedangkan peserta didik yang lain mengisi
lembar kerja yang telah diberikan.
d) Untuk mencari volum kubus, balok, prisma dan limas, guru
mendemonstrasikan alat peraga yang telah disediakan dengan
memasukkan satuan kubus pada bangun kubus dan balok, serta mencari
rumus prisma dan limas dengan pendekatan balok.
e) Peserta didik menyimpulkan rumus luas permukaan dan volum bangun
ruang dengan bimbingan guru.
f) Guru memberikan latihan sebagai bentuk koreksi dan evaluas
permukaani dalam pembelajaran luas permukaan dan volum bangun
ruang untuk diselesaikan secara individu.
g) Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan usaha untuk membantu peserta didik agar
dapat belajar dengan baik. Pembelajaran yang efektif menyebabkan individu
mengetahui yang sebelumnya tidak diketahui dan mampu melakukan
sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Pemilihan strategi yang
tepat serta peran aktif peserta didik dalam pembelajaran akan membantu
peserta didik dalam memahami materi. Oleh karena itu, guru perlu
memperhatikan dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran
yang berakibat kurang efektifnya proses pembelajaran.
Pembelajaran matematika pada materi bangun ruang memerlukan daya
imajinasi dan daya pemahaman realistik yang tinggi. Hal ini dikarenakan
materi bangun ruang yang berdimensi tiga harus diterapkan dan diajarkan
pada peserta didik dalam bentuk dimensi dua yang dipaparkan pada papan
tulis. Hal ini membuat peserta didik kurang bisa memahami materi ini
karena kajian materi yang sangat abstrak. Jadi diperlukan tingkat imajinasi
yang tinggi dalam memahami materi ini.
Untuk mengurangi tingkat keabstrakan materi bangun ruang, dalam
penelitian ini penulis penerapkan media alat peraga yang dianggap cocok
untuk menunjang proses pembelajaran. Berdasarkan karakteristik media alat

33
peraga bahwa media ini ternyata mampu menjelaskan materi matematika
menjadi lebih konkret, sehingga peserta didik mampu untuk memahami materi
yang diajarkan.
Metode demonstrasi merupakan suatu metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan. Alat peraga Dimensi Tiga ini dibuat untuk didemonstrasikan agar
peserta didik dapat memahami konsep bangun ruang dengan tepat.
Penerapan alat peraga Dimensi Tiga dengan metode demonstrasi pada proses
pembelajaran yang diterapkannya dapat mencapai hasil yang baik apabila
peserta didik terdorong melakukannya. Proses pembelajaran dengan
memberikan penguatan, motivasi, dan diaplikasikan dengan kehidupan sehari-
hari serta memberikan penilaian mendorong peserta didik untuk lebih giat
belajar. Dengan demikian peserta didik tidak beranggapan lagi bahwa
pelajaran matematika sukar dan membosankan. Sehingga peserta didik
menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, yang akhirnya hasil belajar
peserta didik juga meningkat.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas dapat dimunculkan hipotesis tindakan
sebagai berikut:
1. Ditemukansnya cara yang paling efektif dalam menerapkan alat peraga
dengan metode demonstrasi pada materi luas permukaan dan volum
Bangun ruang.
2. Pembelajaran dengan menerapkan alat peraga dan metode demonstrasi
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik pada materi
luas permukaan dan volum Bangun ruang.

34
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atauaction
researchsecara sederhanaaction researchdapat diartikan sebagai kegiatan
penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara
melakukan tindkan secara kolaboratif dan partisipasif. “Kolaborasi adalah
adanya kerjasama antara berbagai disiplin ilmu, keahlian dan profesi dalam
memecahkan masalah, merencanakan, melaksanakan kegiatan, dan melakukan
penilaian akhir”. Disini kolaborasi menjadi hal yang penting dalam
penelitian tindakan kelas (PTK). Sebab salah satu ciri khas PTK adalah
adanya kolaborasi atau kerjasama antara praktisi dan peneliti dalam
pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan
yang akhirnya melahirkan tindakan(action).

B. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri. Adapun subyek
penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII.3. Jumlah peserta didik dalam
kelas tersebut adalah 25 peserta didik.

C. Tempat Pelaksanaan dan Waktu Penelitian


Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMP Negeri.
Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari dan Maret tahun
2016.

35
Tabel 1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
NO Tahapan Tanggal/ Alokasi Kegiatan
Bulan Waktu

1. Observasi Oktober Satu a. wawancara dengan guru


Awal bulan matematika kelas VIII.3.
b. Persiapan dan pencarian
data yang mendukung
rencana pelaksanaan
penelitian.
2. Pra Siklus 19 Februari 2x a. Mengambil hasil ulangan
2016 40 bangun ruang pada tahun
menit 2015/2016.
b. Perkenalan peneliti dengan
peserta didik.
c. Mengamati keaktifan
peserta didik pada sub
materi sifat dan jaring-jaring
bangun ruang.
3. Siklus I 24 Februari a. Penjelasan peneliti tentang
(pertemuan 1) 2016 2x materi yang akan
40 disampaikan dengan
menit menggunakan alat peraga
dan metode demonstrasi
b. Pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan alat
peraga dengan metode
demonstrasi pada materi
luas permukaan kubus dan
balok.
c. Pemberian tugas.
4. Siklus I 26 Februari a. Penjelasan peneliti tentang
(pertemuan 2) 2016 materi yang akan
2x disampaikan dengan
40 menggunakan alat peraga
menit dan metode demonstrasi.
b. Pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan alat
peraga dengan metode
demonstrasi pada materi luas
permukaan prisma dan
limas.
c. Pemberian tugas

36
5.Siklus II5 Maret (pertemuan 1)2016 2 x 40 a. menit
Penjelasan peneliti tentang materi yang akan disampaik
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan alat pe
Pemberian tugas
Penjelasan peneliti tentang materi yang akan disampaik
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan alat pe
b.

c.
6.Siklus II9 Maret (pertemuan 2)2016 2 x 40 a. menit

b.

c.

D. Kolaborator dan Pelaksana


Kolaborator dalam penelitian tindakan kelas adalah orang yang
membantu untuk mengumpulkan data-data tentang penelitian yang
dikerjakan bersama-sama dengan peneliti. Kolaborator dalam penelitian ini
adalah guru matematika kelas VIII.3 SMP Negeri dengan satu teman yang
mengambil dokumentasi pembelajaran pada tiap siklus. Sedangkan
pelaksana adalah orang yang menerapkan pembelajaran yang sedang diteliti.
Dalam penelitian ini pelaksana pembelajaran adalah peneliti sendiri.

E. Metode Pengumpulan Data


1. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik, guru, dan
peneliti.
2. Jenis data

37
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data kualitatif dan data kuantitatif yang terdiri dari.
1. Data tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru.
2. Data tentang keaktifan peserta didik.
3. Data tentang hasil evaluasi belajar peserta didik.
3. Cara pengambilan data
1.Interview(wawancara)
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan
yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara
sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
wawancara sebagai observasi awal sebelum mengadakan penelitian
untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturanperaturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya. Metode dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan
daftar nama- nama peserta didik yang akan menjadi sampel dalam
penelitian dan untuk mendapatkan data nilai serta rekaman kegiatan
pada saat pembelajaran dalam bentuk gambar.
3.

38
Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes
ini digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam belajar
matematika khususnya pada materi luas dan volum bangun ruang.
4. Lembar kerja
Lembar kerja berupa soal-soal yang berkaitan dengan materi luas
dan volum bangun ruang yang diberikan peserta didik pada siklus I
dan siklus. Lembar kerja juga dipakai untuk mengetahui keaktifan
peserta didik dalam proses pembelajaran.
5. Observasi/pengamatan
Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan evaluasi dengan
jalan pengamatan secara langsung menggunakan lembar pengamatan.
Lembar pengamatan ini digunakan untuk pengambilan data guru
selama proses kegiatan pembelajaran apakah sudah sesuai dengan
skenario pembelajaran dalam menerapkan alat peraga Dimensi Tiga
dengan metode demonstrasi dan keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
F. Metode Penyusunan Instrumen
1. Lembar Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Penbelejaran (RPP) pada siklus I dan siklus
II dibuat berdasarkan format yang disyaratkan dalam KTSP. Kurikulum
Tingkat Satuan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Di dalam RPP
tertuang skenario pembelajaran matematika materi Luas dan Volum
Bangun Ruang dengan penggunaan alat peraga Dimensi Tiga dengan
metode demonstrasi.
2. Lembar observasi
Lembar observasi disusun untuk melihat aktifitas yang dilakukan
oleh peserta didik dan pendidik selama proses pembelajaran, untuk melihat

39
sejauh mana pelaksanaan pembelajaran apakah sudah sesuai dengan RPP
atau belum. Lembar observasi dibuat dalam dua bentuk yaitu lembar
observasi untuk peserta didik dan lembar observasi untuk pendidik.
3. Tugas individu
Tugas Individu diberikan di akhir pembelajaran dan dikerjakan di
dalam kelas yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana peserta
didik dapat menyerap materi yang dipelajari selama proses
pembelajaran. Tugas Individu juga diberikan dalam bentuk soal uraian
4. Evaluasi Akhir
Evaluasi akhir dilakukan pada akhir siklus I, dan siklus II.
Evaluasi akhir pada siklus I dipakai untuk mengukur keberhasilan
sementara pembelajaran dengan penggunaan alat peraga Dimensi Tiga
dengan metode demonstrasi, yang dibandingkan dengan hasil belajar
pada pra siklus dan sebagai evaluasi untuk refleksi siklus II. Sedangkan
evaluasi pada siklus II untuk melihat keberhasilan penggunaan alat
peraga Dimensi Tiga dengan metode demonstrasi.
G. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
sering disebutClassroom Action Research.Penelitian tindakan kelas
merupakan penelitian tentang hal-hal yang terjadi di kelompok sasaran dan
hasilnya langsung dapat diimplementasikan pada kelompok yang
bersangkutan dengan ciri utama adanya partisipasi dan kolaborasi antara
peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Dalam pelaksanaannya peneliti
akan berkolaborasi dengan guru mata pelajaran. Peneliti sebagai pelaku
penelitian dan guru mata pelajaran menjadi pengamat. Pada pelaksanaannya
terdapat beberapa kegiatan yang terangkum dalam beberapa siklus.
Pelaksanaan penelitian ini dengan model yang dibuat oleh John Elliot.
Sebagaimana gambar di bawah ini.

40
Penelitian ini dilakukan berdasarkan pra siklus dan siklus, yang terdiri
atas dua siklus yang direncanakan. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan,
yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dengan pro
sedur sebagai berikut.
a. Pra Siklus
Dalam pra siklus ini peneliti mewawancarai guru matematika kelas
VIII.3 di SMP Negeri khususnya pada materi luas dan volum bangun ruang
dan meminta data hasil kegiatan pembelajaran materi luas dan volum
bangun ruang peserta didik kelas VIII2 tahun pelajaran 2015/2016. Sesuai
hasil wawancara, pelaksanaan pembelajaran pada materi luas dan volum
bangun ruang di kelas VIII.3 di SMP Negeri tahun pelajaran 2015/2016
masih menggunakan metode konvensional dan peserta didik kurang aktif
dalam mengikuti pelajaran.
Untuk mengetahui tingkat keaktifan peserta didik, peneliti akan
mengamati pembelajaran matematika pada sub materi unsur-unsur dan
jaring-jaring bangun ruang, yang dalam pembelajarannya belum
menggunakan alat peraga Dimensi Tiga dan metode demonstrasi. Hal ini

41
dilakukan sebagai dasar untuk membandingkan keberhasilan pembelajaran
yang menerapkan alat peraga Dimensi Tiga dengan metode demonstrasi pada
siklus I dan siklus II.
b. Siklus I
pelaksanaan siklus I dari penelitian tindakan kelas ini dimulai pada 24
Februari 2016 sampai dengan 03 Maret 2016 dengan mengambil tempat di
VIII.3.
Tabel 2
Jadwal kegiatan siklus I sebagai berikut:
NoHari dan Tanggal Kegiatan
WaktuPembelajaran
Kelas
materi luas permukaan kubus dan balok Pembelajaran materi luas permukaan
07.00 – 08.20VIII.3dan pendalaman
124 Februari 201607.00 – materi
08.20VIII.3

226 Februari 201610.00 – 11.20VIII.3

3 03 Maret 2016

1) Perencanaan
Dalam tahap perencanaan hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah
sebagai berikut.
a) Peneliti menentukan peserta didik yang akan menjadi obyek penelitian.
b) Peneliti mempersiapkan materi luas permukaan bangun ruang, dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c) Peneliti menyiapkan alat peraga bangun ruang, yaitu alat peraga
Dimensi Tiga.
d) Menyusun lembar kegiatan peserta didik yang berkaitan dengan materi
luas permukaan bangun ruang.

42
e) Menyiapkan lembar kerja observasi yaitu pengamatan terhadap kegiatan
belajar peserta didik (keaktifan) di kelas dan pelaksanaan pembelajaran
oleh guru.
f) Menyiapkan absensi untuk melihat dan mengamati keaktifan peserta didik
dalam proses pembelajaran dengan penggunaan alat peraga Dimensi
Tiga dan metode demonstrasi.
2) Tindakan
Peneliti dengan didampingi guru mitra melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan RPP yang telah disiapkan oleh peneliti. Adapun langkah-
langkah pembelajaran dengan menggunakan alat peraga Dimensi Tiga dan
metode demonstrasi pada siklus I ini secara garis besar adalah sebagai
berikut
h) Guru membuka pelajaran kemudian mengontrol kehadiran peserta didik.
i) Guru memberikan apersepsi tentang materi luas permukaan bangun ruang
dengan mengaplikasikan materi dalam kehidupan sehari-hari.
j) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran luas permukaan bangun ruang.
k) Guru menjelaskan pada peserta didik bahwa akan menerapkan alat peraga
Dimensi Tiga dengan metode pembelajaran demonstrasi pada materi
luas permukaan bangun ruang.
l) Guru membagikan Lembar Kerja Peserta didik (LKPD) pada peserta
didik yang dikerjakan pada saat guru melakukan demonstrasi.
m) Guru menjelaskan materi luas permukaan bangun ruang dengan
mendemonstrasikan alat peraga Dimensi Tiga.
n) Peserta didik menyimpulkan rumus luas permukaan bangun ruang
dengan bimbingan guru.
o) Guru memberikan latihan sebagai bentuk koreksi dan evaluasi dalam
pembelajaran luas permukaan bangun ruang untuk diselesaikan secara
individu.
p) Guru memberikan tes formatif sebagai tes akhir siklus I pada materi
luas permukaan bangun ruang.

43
3) Pengamatan
a) Guru secara partisipatif mengamati jalannya proses pembelajaran.
b) Guru mengamati setiap kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik.
c) Guru memberikan penilaian untuk masing-masing peserta didik tentang
indikator keaktifan.
d) Guru mengamati adakah permasalahan yang dihadapi peserta didik, pada
bagian-bagian mana mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal.
e) Guru mengamati hasil evaluasi akhir apakah sudah di atas ketuntasan
belajar.
f) Peneliti mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami
dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan harapan penelitian.
4) Refleksi
a) Secarakolaboratif,guru dan peneliti menganalisis dan mendiskusikan
hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi mana yang perlu
dipertahankan dan mana yang perlu diperbaiki untuk siklus II nantinya.
b) Membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus I
b. Siklus II
Pelaksanaan siklus II dari penelitian tindakan kelas ini dimulai pada 05
Maret 2016 sampai dengan 10 Maret 2016 dengan mengambil tempat yang
sama dengan siklus I.
Tabel 3
Jadwal kegiatan siklus II sebagai berikut:

NoHari dan Tanggal Waktu Kelas Kegiatan

Pembelajaran
1 05 Maret 2016 10.00 – 11.20VIII.3materivolum
kubus dan balok

Pembelajaran
2 09 Maret 2016 07.00 – 08.20VIII.3materivolum
limas dan prisma
10.00 – 10.40VIII.3Evaluasi siklus II
3 10 Maret 2016

44
1) Perencanaan
Untuk pelaksanaan siklus II secara teknis sama dengan siklus I.
Langkah- langkah dalam siklus II ini yang perlu ditekankan dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi adalah sebagai berikut:
a) Penyempurnaan pelaksanaan siklus I.
b) Penyusunan perencanaan kegiatan siklus II.
c) Penyiapan materi untuk kegiatan siklus II dengan materi volum
bangun ruang.
2) Pelaksanaan
a) Melaksanakan KBM sesuai dengan rencana tindakan siklus II.
b) Metode pembelajaran sama dengan pembelajaran pada siklus I.
3) Pengamatan
Guru dan peneliti melakukan pengamatan yang sama pada siklus
II.
4) Refleksi
Refleksi pada siklus II ini dilakukan untuk menyempurnakan
pembelajaran dengan menerapkan alat peraga Dimensi Tiga dan metode
demonstrasi yang diharapkan dapat menumbuhkan keaktifan peserta
didik dalam proses pembelajaran.
H. TEKNIK ANALISIS DATA
Data hasil pengamatan penelitian ini dianalisis secara deskriptif
untuk menggambarkan keadaan peningkatan indikator keberhasilan tiap
siklus dan untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga dengan metode demonstrasi.
Data penelitian yang terkumpul, setelah ditabulasi kemudian
dianalisis untuk mencapai tujuan penelitian. Adapun langkah-langkahnya
adalah:
1. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan deskriptif persentase. Nilai
yang diperoleh dirata-rata untuk ditemukan keberhasilan individu dan
keberhasilan klasikal sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
a. Menghitung rata-rata.
Untuk menghitung nilai rata-rata digunakan rumus :

45
Keterangan:
x= rata-rata nilai.
Σx= jumlah seluruh nilai.
N= jumlah peserta didik.
b. Menghitung Ketuntasan Belajar Klasikal
Data yang diperoleh dari hasil belajar dapat ditentukan
ketuntasan belajar klasikal menggunakan analisis deskriptif
persentase dengan perhitungan:

Ketuntasan belajar klasikal dinyatakan berhasil jika prosentase


peserta didik yang tuntas belajar atau nilai peserta didik lebih besar
atau sama dengan 75% dari jumlah seluruh peserta didik di kelas.
2. Data kualitatif data yang berupa informasi berbentuk kalimat. Data yang
dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk
melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga dengan metode demonstrasi. Keberhasilan
dalam pembelajaran ditandai dengan semakin meningkatnya keaktifan
yang diperoleh melalui hasil belajar.
a.Perhitungan persentase pengelolaan pembelajaran oleh guru:

b. Perhitungan persentase keaktifan peserta didik.

46
I. INDIKATOR KEBERHASILAN
1. Indikator keaktifan dalam penelitian ini adalah apabila keaktifan peserta
didik dalam proses pembelajaran meningkat ditandai dengan 75%
peserta didik aktif dalam pembelajaran.
2. Tercapainya tujuan yang kedua yaitu meningkatkan hasil belajar peserta
didik kelas VIII.3 SMP Negeri dalam materi luas dan volum bangun
ruang, yang ditandai dengan rata-rata nilai hasil tes di atas hasil
ketuntasan yaitu 6,0 dan ketuntasan belajar klasikal dinyatakan berhasil
jika prosentase peserta didik yang tuntas belajar atau nilai peserta didik
lebih besar atau sama dengan 75% dari jumlah peserta didik di kelas.

47
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohman, Mulyono,Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,Jakarta:


PT. Rineka Cipta, 2003.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,Psikologi Belajar,edisi revisi, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2004.
Ali, Muhammad,Guru dalam Proses Belajar Mengajar,Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2004.
Al Barry, Dahlan,Kamus Ilmiah Populer,Surabaya: Arkola, 1994.
Al-Maragi, Ahmad Musthofa,Terjemah Tafsir Al-Maragi,Semarang: PT. Toha
Putra, 1992.
Arikunto, Suharsimi,Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik,Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
,Penelitian Tindakan Kelas,Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Arsyad, Azhar,Media Pembelajaran,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003,
Cet. 5.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni,Teori Belajar dan Pembelajaran,Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2008.
Departemen Agama RI,Al-Qur ¶an dan Terjemahannya,Jakarta: PT. Bumi
Restu, 1975.
Depdiknas,Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: PT.Balai Pustaka,2005.
Dimyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran,Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2006.
Hamalik, Oemar,Kurikulum dan Pembelajaran,Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Hasil Karya Mahasiswa,Mata Kuliah Workshop Pendidikan Matematika,
Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2008.
Hidayah, Isti,(Analisis Kurikulum Matematika Madrasah Ibtidaiyah (MI)),
Modul Matematika; Training Of Trainer (TOT) Pembuatan dan
Pemanfaatan Alat Peraga Bagi Guru Pamong KKG MI Provinsi Jateng,
(Semarang: MDC Jateng, 2007.

48
Hudaya, Herman,Strategi Belajar Matematika,Malang: Angkasa Raya, 1990.
Isti dan Sugiarto,Media Visual (Alat Peraga) Pembelajaran Matematika di
Madrasah ibtidaiyyah,Modul Matematika; Training Of Trainer (TOT)
Pembuatan dan Pemanfaatan Alat Peraga bagi Guru Pamong KKG MI
Provinsi Jateng, Semarang: MDC Jateng, 2007.
Karwati, MeningkatkanHasil Belajar Siswa melalui Implementasi Metode
Demonstrasi dengan Menggunakan Alat Peraga Tangram pada Pokok
Bahasan Luas Bangun Datar di Kelas V SDN SaptamargaI A Jl.
Tamtama Barat VI RT 07/R W 09 Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang, Semarang: Universitas Negeri Semarang, Fakultas MIPA,
2006.
Mulyasa, E., KurikulumBerbasis Kompetensi,Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004.
, KurikulumTingkat Satuan Pendidikan,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
, MenjadiGuru Profesional,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Muslich, Masnur,KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008.
Nasution, DidaktikAsas-asas Mengajar,Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Ningsih, Sri Wahyu,Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik dalam
Menyelesaikan Soal Pengurangan dengan Teknik Meminjam Bilangan
50 sampai 100 menggunakan Metode Demonstrasi dengan
Memanfaatkan Alat Peraga Kantong Nilai Tempat Pada Siswa kelas 1
Semester I SD Tembalang 01 Kecamatan Banyumanik Kota Semarang
Tahun Pelajaran 2006/200 7,Semarang: Universitas Negeri Semarang,
Fakultas MIPA, 2006.
Purwanto, M. Ngalim,Psikologi Pendidikan,Bandung : PT. Remaja Rosdakarya ,
2007.
Sanjaya, Wina,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.
Sitorus, Ronald,Bimbingan Pemantapan Matematika SMP/MTs,
Bandung:CV.Yrama Widya, 2007.

49
Skinner, Charles E.,Educational Psychologi,Tokyo: Maruzen Company LTD,
1958.
Subyantoro,Penelitian Tindakan Kelas,Semarang: CV. Widya Karya, 2009.
Sudijono, Anas ,Pengantar Evaluasi Pendidikan,Jakarta: Raja Grafindo,
2008. Sudjana,Metode Statistika, Bandung:Tarsito, 1996.
Sudjana, Nana, PenilaianHasil Proses Belajar Mengajar,Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2002.
Suhito,(strategi Pembelajaran Matematika Madrasah Ibtidaiyah(MI)),Modul
Matematika;Training of trainer (TOT) Pembuatan dan Pemanfaatan Alat
Bagi Guru Pamong KKG MI Provinsi Jateng, Semarang: MDC Jateng,
2007.
Sukmadinata, Nana Syaodah,Landasan Psikologi Proses Pendidikan,Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Suyitno, Amin,Bahan Pelatihan Pelatihan Pelatihan Sertifikasi Guru-guru
Pelajaran Matermatika di SMP: Pemilihan Model-model Pembelajaran
dan Penerapannya di SMP,Semarang: UNNES, 2005.
Syah, Muhibbin,Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,Bandung:
Rosdakarya, 2006.
Trianto,Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007.
Uno, Hamzah B.,Model-model Pembelajaran,Jakarta: Bumi aksara, 2008.

50

Anda mungkin juga menyukai