Anda di halaman 1dari 20

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA

KELAS V SD NEGERI 5 SUNGAILIAT TENTANG


PEMAHAMAN MATERI SIMETRI LIPAT DAN PUTAR
MELALUI METODE DEMONSTRASI
Oleh :
FRISCA YUNITA MANDASARI
NIM. 821124932
bunda.azk4@gmail.com

ABSTRAK

Mata pelajaran Matematika adalah pelajaran yang dianggap paling sulit oleh kebanyakan
siswa terutama siswa di Sekolah Dasar (SD). Karena rendahnya pemahaman siswa
terhadap pelajaran ini khususnya tentang materi Simetri Lipat dan Putar di Kelas V SD
Negeri 5 Sungailiat, penulis melakukan penelitian perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan metode demonstrasi yang akan melibatkan siswa secara aktif. Objek
penelitian ini adalah Siswa Kelas V SD Negeri 5 Sungailiat. Tujuan penelitian ini adalah
untuk meningkatkan kemampuan, motivasi dan hasil belajar siswa Kelas V SD Negeri 5
Sungailiat mengenai materi Simetri Lipat dan Putar. Jenis penelitian yang dilakukan
terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4)
Refleksi dengan melalui 3 siklus. Data penelitian ini diperoleh dengan melakukan
observasi tes hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis data setelah melakukan
penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada Siklus 1 sampai Siklus 3 yang
terlihat dari hasil belajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada Pra Siklus
sebelum menerapkan metode demonstrasi yang telah mencapai ketuntasan belajar baru
terdapat 7 siswa (23,3%) dengan nilai rata-rata 62,33 dan keaktifan sebanyak 11 siswa
(36,7%) dari 30 siswa dalam satu kelas. Pada Siklus 1 setelah diterapkannya metode
demonstrasi ketuntasan belajar mengalami peningkatan menjadi 13 siswa (43,3%) dengan
nilai rata-rata 70,17 dan keaktifan sebanyak 23 siswa (76,7%). Pada Siklus 2 ketuntasan
belajar meningkat menjadi 21 siswa (70%) dengan nilai rata-rata 75,50 dan keaktifan
sebanyak 27 siswa (90%) dan pada Siklus 3 setelah perbaikan pembelajaran ketuntasan
belajar meningkat menjadi 27 siswa (90%) dengan nilai rata-rata 80,83 dan keaktifan
sebanyak 30 siswa (100%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Matematika melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V
SD Negeri 5 Sungailiat.

Kata kunci : Hasil Belajar, Metode Demonstrasi, Simetri Lipat dan Putar,

1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru sebagai salah satu unsur
pendidik agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah memahami
bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana mengorganisasikan proses
pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak peserta didik, serta memahami tentang bagaimana siswa belajar. Untuk
dapat memahami proses belajar yang terjadi pada diri siswa maupun guru
perlu menguasai hakikat dan konsep dasar belajar. Dengan menguasai hakikat
dan konsep dasar tentang belajar diharapkan guru mampu menerapkannya
dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran adalah
memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan
Matematika. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Pengajaran matematika sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional,
bertujuan antara lain: agar siswa memiliki kemampuan menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika. Hal ini mengisyaratkan bahwa pelajaran matematika
pada dasarnya sangatlah abstrak, sehingga diperlukan metode atau strategi
dalam menyampaikan materi matematika yang abstrak tersebut menjadi
konkret, selanjutnya dari permasalahan yang konkret tesebut baru dialihkan
ke bentuk konsep-konsep matematika yang abstrak.

2
Sedangkan orientasi pendidikan di Indonesia pada umumnya mempunyai
ciri-ciri cenderung memperlakukan peserta didik berstatus sebagai objek.
Guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan
indoktrinator, materi bersifat subject-oriented, dan manajemen bersifat
sentralistis.
Tidak ada orang yang memuja pendidikan telah mendapat yang terbaik
dari pendidikan. Tanpa menghargai pendidikan maka pendidikan seseorang
tak akan komplit (G. K. Chesterton). Hal ini mengidentifikasikan bahwa
pendidikan di sekolah peserta didik tidak akan berhasil tanpa adanya seorang
peran guru di Sekolah.
Pada pembelajaran konvensional atau tradisional dilihat dari kegiatan
siswa selama berlangsungnya pembelajaran bekerja untuk dirinya sendiri,
mata ke papan tulis dan penuh perhatian, mendengarkan guru dengan
seksama, dan belajar hanya dari guru atau bahan ajar, bekerja sendiri, diam
adalah emas, serta hanya guru yang membuat keputusan dan siswa pasif
(Slavin R.E, 1994: 19). Tampak bahwa dalam pembelajaran guru lebih
berperan sebagai subjek pembelajaran atau pembelajaran yang berpusat pada
guru dan siswa sebagai objek, serta pembelajaran tidak mengkaitkan dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Akibatnya banyak siswa mampu menyajikan
tingkat hapalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada
kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagian besar dari mereka tidak
mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana
pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan.
Keadaan tersebut di atas dialami penulis ketika mendapatkan tugas
mengajar matematika di kelas V SD Negeri 5 Sungailiat, di mana penguasaan
siswa terhadap mata pelajaran matematika masih sangat rendah. Dari 30
siswa dalam satu kelas, baru sebanyak 7 siswa atau sebesar 23,3 % yang
memperoleh nilai ≥ 70. Sedangkan sisanya sebanyak 23 siswa atau sebesar
76,7% masih memperoleh nilai < 70. Nilai ketuntasan belajar siswa dalam
penelitian ini penulis tetapkan sebesar 70. Kesimpulan sementara penyebab
rendahnya hasil belajar siswa, bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran guru

3
hanya menerapkan pembelajaran konvensional, sehingga siswa menjadi
kurang antusias dan pasif dalam mengikuti pembelajaran.
Melalui Diskusi dan Pembahasan tentang beberapa komponen yang di
asumsikan akan dapat membantu pembenahan perbaikan terhadap hasil
belajar siswa tersebut, maka ketika menyampaikan simetri lipat dan putar,
penulis bersama supervisor I bersepakat melakukan perbaikan pembelajaran
melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan Judul “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 5 Sungailiat
tentang Pemahaman Materi Simetri Lipat dan Putar melalui Metode
Demontrasi”
1. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran Matematika di kelas V SD
Negeri 5 Sungailiat Kabupaten Bangka, yaitu:
a. Rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran matematika,
dimana sebagian besar siswa hanya mampu menyajikan tingkat hapalan
yang baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi mereka tidak mampu
memahaminya.
b. Sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang
dipelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan.
c. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang
ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh siswa pada ulangan harian yang
dilaksanakan ketika materi pembelajaran selesai disampaikan, dimana dari 30
siswa dalam satu kelas, baru sebanyak 7 siswa atau sebesar 23,3 % yang
memperoleh nilai ≥ 70. Sedangkan sisanya sebanyak 23 siswa atau sebesar
76,7% masih memperoleh nilai < 70
2. Analisis Masalah
Kesimpulan penulis tentang penyebab rendahnya hasil belajar sebagian
besar siswa kelas V SD Negeri 5 Sungailiat adalah kurangnya pemahaman
guru tentang metode pembelajaran, sehingga pemilihan metode pembelajaran
yang diterapkan guru bersifat spekulatif dan berdasarkan intuisi guru

4
bersangkutan. Akibatnya, metode pembelajaran yang dipilih dan diterapkan
tidak sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran dan siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : “Apakah pelaksanaan pembelajaran
melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan siswa Kelas V
SD Negeri 5 Sungailiat pada mata pelajaran Matematika materi simetri lipat
dan putar?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan, motivasi dan hasil belajar siswa Kelas V SD
Negeri 5 Sungailiat pada mata pelajaran Matematika materi simetri lipat dan
putar melalui metode demonstrasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan minat siswa dalam mengikuti mata pelajaran
matematika.
b. Meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika, khususnya materi simetri lipat dan putar.
c. Siswa termotivasi untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
2. Guru
a. Sebagai pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
dan meningkatkan profesionalisme guru.
b. Guru dapat memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya sehingga
akan menimbulkan rasa puas karena telah melakukan sesuatu
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
c. Guru mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri.

5
3. Sekolah
a. Sebagai bahan evaluasi untuk menentukan metode yang efektif
guna meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran
matematika.
b. Meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah.
c. Sekolah yang berhasil mendorong terjadinya inovasi pada diri
guru telah berhasil pula meningkatkan kualitas pendidikan untuk
siswa. Sekolah yang para gurunya sudah mampu membuat
perbaikan mempunyai kesempatan yang besar untuk berkembang
pesat.

6
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks,
yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan (Trianto, 2010 : 17).
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik
dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan
interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga
belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan
membelajarkan (Sudjana, 2004 : 28).
Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi
berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.
Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang
guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa
dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan.
Banyak definisi para ahli tentang belajar, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Ngalim Purwanto, (1992 : 84) mengemukakan belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. 
b. Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984 :
252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya
berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Sifat
perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan
semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat,
seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.
c. Moh. Surya (1981 : 32), definisi belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

7
laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. 
d. Sedangkan Definisi Belajar menurut Robert. M. Gagne dalam
bukunya : The Conditioning of learningmengemukakan
bahwa : Learning is a change in human disposition or capacity,
wich persists over a period time, and wich is not simply ascribable
to process of growth ; Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam
kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan
hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne
berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri
dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Dalam teori
psikologi konsep belajar Gagne ini dinamakan perpaduan antara
aliran behaviorisme dan aliran instrumentalisme.
Dari beberapa definisi belajar yang telah dikemukakan oleh beberapa
ahli diatas, dapat kita tarik sebuah kesimpulan tentang arti belajar secara
umum. Definisi belajar yaitu semua aktivitas mental atau psikis yang
dilakukan oleh seseorang individu sehingga terciptanya
perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum
belajar. Jadi bisa disimpulkan jika seseorang telah belajar namun
hasilnya nol besar berarti dia belum bisa dikatakan belajar. Karena sudah
jelas dipaparkan diatas bahwa arti belajar yang sesungguhnya harus
mencapai sebuah hasil setelah belajar yaitu perubahan.  
Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang
diperolehnya.Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri,
adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam
kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.
Pembelajaran memang harus tidak dilakukan secara sembarangan,
diperlukan mulai dari perencanaan yang matang, pembuatan perangkat
pembelajaran, pemilihan strategi, media, teknik, metode pembelajaran,
hingga evaluasi pembelajaran yang semua itu saling berkesinambungan.

8
Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah
penggunaan metode-metode pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan
peserta didiknya agar dalam pembelajaran yang dilakukan dapat lebih
variatif dan berjalan lancar. Penggunaan model pembelajaran ini juga
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan sehingga kesesuaian
antara keduanya dan semua komponen menjadi tepat guna.
Pembelajaran aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran
guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar
memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam
membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima
kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka
pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika Tentang Geometri
Menurut teori perkembangan intelektual Piaget, anak SD berada
pada periode operasional konkret. Selama usia SD, berpikir anak tentang
matematika, khususnya geometri, masih mendasarkan benda-konkret dan
situasi nyata. Anak SD pada kelas rendah belajar geometri dengan
berpikir informal; meraba dan menduga-duga. Anak-anak pada kelas
yang lebih tinggi, memiliki kemampuan untuk bernalar lebih abstrak,
tetapi masih tergantung pada penyajian konkret dari topik geometri yang
dipelajarinya.
Pembelajaran matematika yang di dalamnya termasuk geometri
bangun datar, akan lebih didukung oleh masyarakat, sebab akan mampu
mengembangkan kemampuan siswa yang dibutuhkan dalam masyarakat
seperti toleransi, budaya demokrasi, berpikir strategis, dan kemampuan
menerima serta mengargai perbedaan.

9
Van Hiele (dalam Suherman dan Turmudi, dkk, 2003 : 51)
menyatakan bahwa terdapat 5 tahap belajar anak dalam belajar geometri,
yaitu:
a. Tahap pengenalan (visualisasi); dalam tahap ini anak mulai belajar
mengenai suatu bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum
mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang
dilihatnya
b. Tahap analisis; pada tahap ini anak sudah mulai mengenal sifat-sifat
yang dimiliki benda geometri yang diamatinya. Ia sudah mampu
menyebutkan keteraturan yang terdapat pada benda geometri itu
c. Tahap pengurutan (deduksi informal); pada tahap ini pemahaman
anak lebih meningkat lagi dari sebelumnya yang hanya mengenal
bangun-bangun geometri beserta sifat-sifatnya. Pada tahap ini anak
sudah mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu
bangun geometri dengan bangun geometri lainnya. Anak yang
berada pada tahap ini sudah memahami pengurutan bangun-bangun
geometri
d. Tahap deduksi; pada tahap ini anak sudah dapat memahami deduksi,
yaitu mengambil kesimpulan secara deduktif dengan menarik
kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus. Anak pada tahap ini
telah mengerti pentingnya peranan unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, disamping unsur-unsur yang didefinisikan aksioma
atau masalah, dan teorema; dan
e. Tahap akurasi; tahap terakhir dari perkembangan kognitif anak
dalam memahami geometri adalah tahap keakuratan. Pada tahap ini
anak sudah memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-
prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian.

10
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan
pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha
sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang
positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses
belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di
kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar
tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009 : 3).
Wahidmurni, dkk. (2010 : 18) menjelaskan bahwa sesorang dapat
dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan
adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di
antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau
sikapnya terhadap suatu objek.
Gagne (dalam Sudjana, 2010 : 22) mengembangkan kemampuan
hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual
merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2) strategi
kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti
seluas-luasnya termasuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap
dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki
seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku
terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam
arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan
yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan
lambang.

11
Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan
melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat
sebagai pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil
belajar.
Pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan
perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu
interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar
intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil
belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan
sebelumnya.
B. Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya
suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang
dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara
nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008 : 210).
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan (Muhibbin Syah, 2000 : 22).
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa metode demonstrasi
adalah di mana seorang guru memperagakan langsung suatu hal yang
kemudian diikuti oleh siswa sehingga ilmu atau keterampilan yang
didemonstrasikan lebih bermakna dalam ingatan masing-masing siswa.

12
2. Tujuan Metode Demonstrasi
Tujuan pengajaran menggunakan metode demonstrasi adalah untuk
memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara
pencapaiannya dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam
pengajaran di kelas
3. Manfaat Metode Demonstrasi
Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah : 
1. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
2. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang
dipelajari. 
3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat
dalam diri siswa. 
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008 : 211) kelebihan dan
kekurangan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :
Kelebihan metode demonstrasi :
1. Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada proses belajar mengajar
dan tidak kepada yang lainya.
2. Dapat membimbing siswa ke arah berpikir yang sama dalam satu
saluran pikiran yang sama.
3. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan
hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan
gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.
4. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan
dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.
Kekurangan metode demonstrasi :
1. Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau
mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan.
2. Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus,
kadang-kadang alat itu susah didapat.
3. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas.

13
4. Memerlukan banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang
sangat minimum.
Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap
pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk
pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan
memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.
Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses
mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu,
proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang
membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain dan
untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. 
C. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika Kelas V Sekolah Dasar
Materi Simetri Lipat dan Putar
1. Simetri Lipat
Suatu bangun datar dikatakan memiliki simetri lipat jika suatu
bangun dapat dilipat menjadi dua dan saling berhimpitan, sehingga
lipatan yang satu dapat menutup bagian yang lain dengan tepat.
Sedangkan sumbu simetri adalah garis putus-putus atau bekas lipatan (M.
Khafid & Suyati, 2002 : 228).
2. Simetri Putar
Suatu bangun datar dikatakan memiliki simetri putar jika suatu
bangun diputar melalui pusatnya dapat tepat menempati tempat semula.
Sedangkan banyaknya bangun tersebut menempati tempat semula dalam
sekali putaran menunjukkan jumlah simetri putar (M. Khafid & Suyati,
2002 : 228).

14
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, dan Pihak yang Membantu
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan dengan:
1. Subjek : 30 Siswa
a. Laki-laki : 17 Siswa
b. Perempuan : 13 Siswa
2. Tempat : SD Negeri 5 Sungailiat
3. Waktu Penelitian :
a. Siklus 1 : Kamis, 06 November 2014
b. Siklus 2 : Kamis, 13 November 2014
c. Siklus 3 : Kamis, 20 November 2014
4. Mata Pelajaran : Matematika
5. Kelas / Semester : V/ I
6. Pihak yang Membantu : Kepala Sekolah, Supervisor 2 dan Guru-
Guru SD Negeri 5 Sungailiat

B. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian digunakan instrument yaitu
lembar observasi dan soal penguasaan konsep. Sedangkan hasil penelitian
tindakan kelas ini tercapai sesuai dengan harapan bila dalam penelitian ini
terjadi peningkatan hasil belajar siswa dan persentase ketuntasan belajar
siswa atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 85%.
C. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian tentang upaya meningkatkan
kemampuan siswa kelas V SD Negeri 5 Sungailiat pada mata pelajaran
matematika materi simetri lipat dan putar melalui metode demonstrasi.

15
D. Teknik Analisis Data
Adapun prosedur penelitian yang ditempuh guna memperoleh data yang
dibutuhkan untuk menjawab permasalahan penelitian adalah:
1. Mengamati penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran
matematika materi simetri lipat dan putar di kelas V SD Negeri 5
Sungailiat
2. Menganalisis data-data hasil observasi pembelajaran yang kemudian
menafsirkannya berdasarkan kajian pustaka.
3. Menginterpretasi hasil penelitian.
4. Mengambil kesimpulan.

16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Subjek penelitian ini terdiri dari 30 siswa Kelas V SD Negeri 5
Sungailiat Tahun Pelajaran 2014/2015. Data yang diperoleh dari penelitian
ini adalah:
1. Data hasil observasi yang digunakan untuk melihat keaktifan siswa
selama mengikuti pembelajaran matematika materi simetri lipat dan
putar melalui metode demonstrasi
2. Data ketuntasan belajar dan rata-rata hasil belajar siswa pada
pembelajaran matematika materi simetri lipat dan putar melalui metode
demonstrasi yang terdiri dari data tes sebelum tindakan (Pra Siklus), data
tes setelah Siklus 1, Siklus 2 dan Siklus 3.
B. Pembahasan
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran
Matematika materi Simetri Lipat dan Putar pada siswa kelas V SD Negeri 5
Sungailiat, peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui tiga
siklus.
Dengan melakukan perbaikan pembelajaran lagi dengan tetap memilih
penerapan metode demonstrasi dan tujuan untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan pembelajaran yang masih terjadi pada Siklus 1. Hal ini peneliti
lakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada Siklus 2
ini sebanyak 21 siswa atau sebesar 70% dari 30 siswa yang sudah tuntas
belajarnya atau yang mencapai ≥ 70 dengan nilai rata-rata 75,50.
Dengan penguasaan kelas yang baik, perhatian yang merata terhadap
siswa, dan pemilihan metode pembelajaran yang tepat pada Siklus 3, hasil
yang diperoleh cukup memuaskan dan ketuntasan belajar siswa dapat
mencapai 90% atau sebanyak 27 siswa dari 30 siswa dalam satu kelas yang
sudah tuntas belajarnya dengan nilai rata-rata kelas sebesar 80,83. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa kelas V SD negeri 5 Sungailiat telah mencapai
ketuntasan belajar yang telah ditentukan sesuai dengan KKM yaitu sebesar
85% atau dengan nilai 70.

17
Metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas V SD
negeri 5 Sungailiat pada mata pelajaran matematika materi simetri lipat dan putar,
karena metode demonstrasi dapat memusatkan perhatian siswa pada materi
pembelajaran yang terarah sehingga hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri
siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Muhibbinsyah (2008 : 209) yang
menyatakan, bahwa metode demonstrasi memiliki kelebihan, antara lain:
perhatian siswa lebih dipusatkan, proses belajar siswa lebih terarah pada materi
yang sedang dipelajari dan pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran
lebih melekat dalam diri siswa.

18
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya dalam penelitian ini,
dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat
meningkatkan kemampuan siswa kelas V SD negeri 5 Sungailiat pada mata
pelajaran matematika materi simetri lipat dan putar yang dibuktikan dengan
terjadinya peningkatan :
1. Nilai rata-rata siswa dari Pra Siklus sebesar 62,33 menjadi 80,83 pada
Siklus 3.
2. Ketuntasan belajar siswa dari Pra Siklus sebesar 23,3% atau sebanyak 7
siswa menjadi 90% atau sebanyak 27 siswa pada Siklus 3.
3. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dari Pra Siklus sebesar
36,7% atau sebanyak 11 siswa menjadi 100% atau sebanyak 30 siswa
pada Siklus 3.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang akan penulis sampaikan
sehubungan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, yaitu :
1. Sebelum memulai suatu pembelajaran, materi pembelajaran harus
direncanakan dengan sebaik mungkin agar tidak terjadi kesalahpahaman
dan penyimpangan dalam penyampaian materi yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran tersebut.
2. Guru perlu memperhatikan kondisi dan karakter siswa agar mendapatkan
hasil yang baik dalam menerapkan metode pembelajaran yang dipilih.
3. Sebaiknya guru disarankan menerapkan metode demonstrasi khususnya
untuk materi Simetri Lipat dan Putar karena berdasarkan hasil penelitian
penulis, metode tersebut dapat memudahkan siswa menguasai dan
memahami materi pelajaran secara penuh dan mengembangkan
kemampuan berpikir rasional serta siswa dapat terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Gagne, R.M. 1985. The Condition of Learning : and Theory of Instruction. New
York: CBS Colledge Publishing.

Kasri, M. Khafid & Suyati. 2002. Pelajaran Matematika Penekanan Pada


Berhitung Jilid 5. Jakarta: Erlangga.

Muhibbinsyah. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Slavin, R.E. 1994. Educational Psychology: Theory Research and Practice, Secon
Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.


Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV).
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suherman dan Turmudi, dkk. 2003. Matematika Realistik dan Konstruktivisme


dalam Pembelajaran Matematika. Jakarta: Bulletin Pusbuk, Depdiknas.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan


Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Bumi Aksara.

20

Anda mungkin juga menyukai