Anda di halaman 1dari 82

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika selama ini merupakan pelajaran yang berdiri sendiri


(terpisah dari mata pelajaran lainnya). Pembelajaran matematika di sekolah sangat teoretik
dan mekanistik (Sudiarta, dkk, 2005). Pembelajaran matematika hanya menekankan pada
teori dan konsep-konsep matematika tanpa disertai dengan penerapannya pada berbagai
bidang yang lain seperti ekonomi, sains, teknologi, dan kehidupan sehari-hari. Tujuan
pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir
siswa,selain itu peningkatan sikap kreativitas dan kritis juga dapat dilatih melalui
pembelajaran matematika yang sistematis dan sesuai dengan pola-pola pembelajaranya.
Penerapan cara kerja Matematika diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur dan
komunikatif pada siswa. Pembelajaran suatu pelajaran akan bermakna bagi siswa apabila
guru mengetahui tentang objek yang diajarkannya sehingga dapat mengajarkan materi
tersebut dengan penuh dinamika dan inovasi dalam proses pembelajarannya. Demikian
halnya dengan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, guru SD perlu memahami
bagaimana karakteristik matematika. Tidak mudah untuk mencapai kata sepakat diantara ahli
matematika untuk mendefinisikan tentang matematika akan tetapi mereka semua sepakat
bahwa sasaran dalam pembelajaran matematika tidaklah kongkret.

Seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang
kondusif, kemampuan mengembangkan strategi dan manejemen pembelajaran, memiliki
kemampuan umpan balik (feedback) dan penguatan, dan memiliki kemampuan untuk
peningkatan diri. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat
berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar
yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih
efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian Matematika yang
relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga anak memperoleh keutuhan dan kebulatan
pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar Matematika, serta kebulatan pandangan tentang
ehidupan, dunia nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran
terpadu. Melalui pembelajaran Matematika, diharapkan peserta didik dapat membangun
pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi
2

dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah. Menurut Sardiman A. M. (2004 : 165), guru yang
kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini
memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai
keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan,
menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru
menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran
yang kondusif. Konsep-konsep matematika tidak dapat diajarkan melalui definisi, tetapi
melalui contoh-contoh yang relevan. Guru hendaknya dapat membantu pemahaman suatu
konsep dengan pemberian contoh-contoh yang dapat diterima kebenarannya secara intuitif.
Artinya siswa dapat menerima kebenaran itu dengan pemikiran yang sejalan dengan
pengalaman yang sudah dimilikinya. Pembelajaran suatu konsep perlu memperhatikan proses
terbentuknya konsep tersebut sehingga pembelajaran yang dilakukan guru pada anak
didiknya akan berhasil.
Namun harapan dan kenyataan yang ada di lapangan sangat jauh berbeda, Matematika
sering dianggap sebagai salah satu mata pelajaran yang paling sulit bagi siswa. Efek negatif
dari hal tersebut adalah ada banyak siswa yang sudah merasa anti dan takut matematika
sebelum mereka benar-benar mempelajari matematika. Pada akhirnya akan tertanam dalam
diri siswa bahwa pelajaran matematika itu sulit. Banyak siswa yang malas mempelajari
matematika karena matematika sulit. Alasan lain yang membuat siswa malas belajar
matematika adalah kurangnya pengetahuan tentang manfaat materi matematika yang meraka
pelajari dalam kehidupan sehari-hari.Dan Salah satu pelajaran yang mempunyai prestasi
belajar rendah di sekolah dasar adalah matematika. Mata pelajaran ini termasuk mata
pelajaran yangn disegani oleh siswa, karena untuk dapat memahami materi yang terkandung
di dalamnya perlu adanya kejelian dalam berpikir, ketelitian dalam pengerjaan dan waktu
yang cukup untuk mengadakan latihan-latihan, baik pada jam pelajaran maupun di luar jam
pelajaran. Tetapi dalam proses belajar mengajar di kelas, sebagian besar mendapatkan hasil
yang rendah dalam pelajaran matematika.Penyebab dari rendahnya nilai anak tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah karena guru dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar tidak menggunakan media sebagai alat bantu pembelajaran sehingga
pelajaran kurang jelas dan kurang menarik perhatian siswa dan pada umumnya guru terlalu
cepat dalam menerangkan materi pelajaran.

Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar Matematika adalah


rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi / konsep pembelajaran Matematika,
3

hal ini dikarenakan strategi yang digunakan guru kurang tepat. Guru hanya menggunakan
metode ceramah dan penugasan saja. Di awal pembelajaran guru menjelaskan materi dan
memberikan contoh dalam bentuk soal. Siswa memperhatikan penjelasan guru dalam
penyelesaiannya. Satu siswa diminta ke depan untuk menyelesaikan soal tersebut. Saat satu
siswa mengerjakan di depan, siswa lain tidak diberi kesempatan mencoba menyelesaikan soal
tersebut di buku tulis masing-masing. Sebagian besar siswa tidak dilibatkan aktif dalam
praktek penyelesaian soal tersebut. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang belum diketahui siswa. Kebiasaan bersikap pasif dalam
pembelajaran dapat mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan malu bertanya kepada
guru mengenai materi yang kurang atau belum dipahami. Dengan demikian, suasana
pembelajaran di kelas menjadi monoton dan kurang menarik. Pembelajaran matematika yang
dilakukan di Kelas masih belum menggunakan alat peraga. Alat peraga yang seharusnya
dapat membantu dalam mempermudah memahami materi, belum dipergunakan sehingga
materi matematika yang dipelajari tidak dapat secara mudah dipahami oleh siswa. Perhatian
sebagian besar siswa selama proses pembelajaran Matematika masih tergolong rendah. Hal
ini dapat peneliti lihat bahwa dalam pembelajaran Matematika, banyak siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru. Ada yang asyik berbicara dengan teman sebangkunya, ada
yang sibuk menggambar di buku tulis, bahkan ada yang berjalan-jalan sambil mengganggu
teman-temannya. Perhatian tinggi yang seharusnya dibutuhkan dalam proses pembelajaran
belum tampak sehingga siswa tidak dapat memahami materi dengan baik.

Begitupun dengan materi bilangan bulat , siswa mengalami masalah dalam


memahami dan cara menanamkan pengertian dari operasi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat secara konkret, karena pada dasarnya anak belajar dari hal yang bersifat
konkret menuju hal-hal yang abstrak, tetap saja proses pembelajaran tidak optimal.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan peneliti di kelas V SDN I Mekarsari
Kec.Rangkasbitung kab.Lebak , menunjukkan hasil belajar Matematika pada materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat sangat rendah. Hasil evaluasi menunjukkan,
nilai tertinggi yang diperoleh siswa mencapai 75 dan nilai terendah 40, KKM yang ditetapkan
oleh sekolah adalah 70. Dari 29 siswa terdapat 20 (dua puluh) siswa mendapat nilai di bawah
KKM dan 9 (sembilan) siswa mendapat nilai di atas KKM. Persentase jumlah siswa yang
tuntas mencapai 31,03% dan yang belum tuntas sebesar 68,97% dengan nilai rata-rata
mencapai 55,20. Dengan melihat kenyataan tersebut maka proses pembelajaran matematika
perlu diperbaiki agar sesuai dengan yang diharapkan.
4

1. Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian di atas mengenai latar belakang masalah dalam penelitian ini,
maka identifikasi masalah yang dapat dipaparkan adalah sebagai berikut :
1) Kemampuan berhitung siswa pada pecahan masih rendah
2) Siswa mengalami kesulitan belajar tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat.
3) Hasil belajar matematika siswa masih rendah
4) Adanya anggapan siswa bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit,
membosankan dan tidak disukai sehingga hasil belajar matematika rendah.

5) Kurangnya semangat belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran matematika


karena dalam pelaksanaan pembelajaran kurang Variatif sehingga siswa kurang
tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

6) Kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaran.


7) Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang telah
diberikan

8) Peserta didik cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran Matematika


9) Peserta didik kurang memberi respon terhadap pertanyaan yang diajukan guru.
10) Motivasi belajar siswa kurang.

2. Analisis Masalah

Dari uraian identifikasi di atas, maka analisis permasalahan yang terjadi dalam
proses kegiatan belajar mengajar adalah sebagaiberikut :
1) Penjelasan yang di sampaikan guru kurang di mengerti siswa
2) Kurangnya penguasaan guru dalam menerapkan model dan metode dalam kegiatan
belajar mengajar
3) Guru terbiasa menggunakan metode yang konvensional
4) Pembelajaran didominasi oleh guru
5) Kebanyakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran matematika hanya
menggunakan metode ceramah saja, tidak menggunakan media pembelajaran.
5

6) Guru tidak membimbing saat siswa berdiskusi


7) Guru tidak memberikan umpan balik terhadap hasil pembelajaran .
8) Guru tidak menggunakan alat peraga saat mengajar
9) Guru tidak menguasai materi pembelajaran
10) Guru tidak menggunakan model pembelajaran yang kooperatif

3Alternatif dan Prioritas Pemcahan Masalah


Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah di atas, hal ini menjadi gambaran
bahwa guru sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas pelaksanaan pembelajaran di
dalam kelas belum berhasil secara maksimal dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Untuk itu, guru dituntut untuk melakukan perbaikan/perubahan terhadap pembelajaran yang
berlangsung selama ini karena anak usia SD masih tergolong pada tahap operasional konkret.
Pada tahap ini anak masih senang bermain dan masih suka mengelompok dengan teman yang
disukai. Oleh karena itu, dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah memilih
model pembelajaran yang tepat untuk digunakan pada anak usia SD Kelas V (lima). Model
pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif
Numbered Head Together (NHT). Dalam model pembelajaran kooperatif Numbered Head
Together (NHT) ini menekankan pada aktifitas belajar siswa setelah menerima materi yang
diberikan guru, sehingga siswa lebih banyak berinteraksi dengan objek dan peristiwa dalam
memperkuat pengetahuan. Proses pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT bertumpu pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman konsep
lewat pengalaman belajarnya. Model pembelajaran tipe NHT menjanjikan terciptanya suasana
belajar yang menyenangkan, menarik perhatian siswa serta dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa, sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapi.

Selain model pembelajaran yang diganti, Proses belajar mengajar akan berhasil baik
apabila dibantu berbagai macam media yang relevan dengan materi pelajaran. Seperti yang
dikemukakan(2003:10) mengemukakan bahwa: Media sebagai alat untuk memberikan
perangsang bagi siswa untuk belajar.Untuk mengatasi masalah di atas perlu diadakan
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan menggunakan media kartu positif dan negatif.
Dengan menggunakan media kartu positif dan negatif diharapkan siswa dapat terlibat aktif
dalam proses pembelajaran, mendapatkan pengalaman langsung dan dapat membangun
sendiri pengetahuannya, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika tentang Operasi Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat .
6

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian analisis masalah di atas , maka rumusan masalahnya yang


dapat dirumuskan pada mata pelajaran matematika, adalah :
1) Apakah dengan menggunakan media kartu positif dan negatif melalui model
pembelajaran Numbered Head Together ( NHT dapat meningkatkan hasil belajar
matematika tentang Operasi Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa
kelas V (lima) SDN I Mekarsari Kec.Rangkasbitung kab.Lebak ?
2) Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa kelas V (lima) SDN I Mekarsari
Kec.Rangkasbitung kab.Lebak Pada mata pelajaran matematika tentang Operasi
Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan media kartu
positif dan negatif melalui penerapan model pembelajaran Numbered Head Together
( NHT?

C.Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran.

Adapun tujuan penelitian perbaikan pembelajaran adalah sebagaiberikut :

(1) Menganalisis rancangan pembelajaran matematika tentang Operasi Penjumlahan


dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan media kartu positif dan
negative melalui penerapan model pembelajaran Numbered Head Together ( NHT)
pada siswa kelas V (lima) SDN I Mekarsari Kec.Rangkasbitung kab.Lebak
(2) mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika tentang Operasi
Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan media kartu
positif dan negatif melalui penerapan model pembelajaran Numbered Head Together
( NHT ) pada siswa kelas V (lima) SDN I Mekarsari Kec.Rangkasbitung kab.Lebak
. (3) mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi
Operasi Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan media
kartu positif dan negatif pada siswa kelas V (lima) SDN I Mekarsari
Kec.Rangkasbitung kab.Lebak

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran.

Penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain :


7

1. Bagi Siswa.
- Dapat memotivasi belajar siswa sekaligus menghilangkan rasa jenuh pada saat
pembelajaran Matematika berlangsung.
- Dapat mempermudah siswa memahami konsep operasi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat , dengan menggunakan kartu positif dan negatif
- Memberikan pengalaman nyata, memberikan dasar-dasar berfikir konkret sehingga
meningkatkan minat belajar, dan meningkatkan hasil belajar.

2. Bagi guru

- Untuk meningkatkan profesionalisme sebagai guru


- Memberi pengalaman, menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam
merancang model pembelajaran yang tepat dan menarik serta mempermudah proses
pembelajaran melalui model NHT.
- Memotivasi guru itu sendiri untuk selalu berinovasi dalam mengelola pembelajaran
secara bermakna dan efektif.

3. Bagi Sekolah
- Meningkatnya kualitas pembelajaran matematika.
- Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah khususnya dalam
- standar proses pendidikan
- Memperoleh masukan dan hasil penelitian tindakan kelas untuk diaplikasikan di kelas
yang lain

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
8

A. Hakekat Hasil Belajar Matematika

1.Pengertian Belajar
Untuk memahami arti dari belajar, maka akan diawali dengan mengemukakan beberapa
definisi-definisi belajar. Pengertian belajar menurut Slameto (1995: 34) Belajar adalah suatu
proses yang dilakukanoleh seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan Nana Sudjana (1996: 5) Mengemukakan bahwa Belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap, tingkah laku, ketrampilan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain
pada individu yang belajar.
Sedangkan menurut Drs. M Uzer Usman belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh
proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi
karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan, kecakapan atau dalam
ketiga aspek yakini pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik).
Sementara itu Dr. Arief S. Sadiman berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses komplek
yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga
keliang lahat nanti.
Menurut Dimyati & Mudjiono belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleks
belajar ini dapat dipandang dari dua aspek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa,
belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi
bahan belajar. Dari segi guru proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku tentang suatu
hal.
Belajar merupakan proses internal yang kompleks yang meliputi seluruh ranah, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor.Dalam belajar siswa akan mengalami proses perubahan
tingkah laku baik itu perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Slameto
mengemukakan belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya .Perubahan yang terjadi
dalam hal ini banyak sekali, dan tentunya tidak setiap perubahan dalam diri seseorang
merupakan perubahan dalam arti belajar.
9

Menurut Fontana belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif
tetap sebagai hasil pengalaman, sedangkan Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingka
laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini
sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar
akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya,
maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi
mengerti. (dalam Usman, 2000: 5).
Belajar dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai
usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju
terbentuknya
kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2011: 22). Banyak ahli mengemukakan mengenai belajar.
Pandangan beberapa ahli tentang belajar dalam Syaiful Bahri Djamarah (2002: 12-13), yakni
sebagai berikut:
a) Belajar menurut James O. Whittaker adalah merumuskan belajar sebagai proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
b) Belajar menurut Cronbach adalah Learning is shown by change in behavior as a result of
experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman.
c) Belajar menurut Howard L. Kingskey adalah bahwa Learning is the process by which
behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training.
Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui
praktek atau latihan.
d) Slameto merumuskan pengertian belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan
imdividu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa definisi di atas, belajar merupakan perubahan tingkah laku yang
terbentuk karena pengalaman maupun ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh sesorang.
Pengalaman tersebut diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya maupun melalui ilmu
pengetahuan yang diperolehnya
Sementara itu Ngalim Purwanto (1990: 102) Menyatakan bahwa Belajar adalah
suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan tingkah laku
dan atau kecakapan. Untuk lebih mengerti dan memahami arti dari belajar, maka perlu kita
10

ketahui beberapa elemen-elemen penting dalam belajar. Selanjutnya Ngalim Purwanto (1990:
84) mengemukakan beberapa elemen-elemen penting dalam belajar yaitu:
a) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat
mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada yang memungkinkan mengarah
pada tingkah laku yang lebih buruk.
b) Belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti
perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap
sebagai hasil belajar, seperti pertumbuhan yang terjadi pada seorang bayi.
c) Untuk dapat disebut sebagai belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus
merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup panjang. Beberapa lama periode
itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tentang perubahan itu hendaknya merupakan
akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung sehari-hari, berbulan-bulan, ataupun
bertahun-tahun. Ini berarti kita harus menyampaikan perubahan-perubahan tingkah laku yang
disebabkan oleh motivasi, kelelahan, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang
biasanya berlangsung sementara.
d) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek
afektif, kognitif dan psikomotor, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu
masalah/ berfikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Untuk lebih memahaminya, Cronbanch (dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 2003:
157) mengemukakan adanya unsur-unsur utama dalam belajar. Unsur-unsur tersebut secara
singkat dapat kami jelaskan sebagai berikut:
a) Tujuan.
Belajar diarahkan kepada pencapaian suatu tujuan dan untuk memahami suatu kebutuhan.
b) Kesiapan.
Untuk dapat belajar dengan baik seorang individu perlu memiliki kesiapan, baik fisik maupun
psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan
pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.
c) Situasi.
Belajar berlangsung dalam situasi belajar yang melibatkan tempat, lingkungan sekitar, alat
dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta
kondisi siswa yang belajar.
d) Interpretasi.
11

Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan antara
komponen-komponen situasi belajar, melihat makna hubungan tersebut dan
menghubungkannya dengan pencapaian tujuan.
e) Respon.
Berpegang dari hasil interpretasi, maka individu memberikan respon dalam belajar.
f) Konsekuen.
Setiap usaha pasti akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi entah itu berhasil ataupun
kegagalan, demikian juga dengan usaha belajar siswa.
g) Reaksi terhadap kegagalan.
Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang akan terjadi adalah kegagalan yang dialami
siswa. Bagaimana reaksi siswa saat menerima suatu kegagalan tersebut.
Dari berbagai tinjauan tentang belajar di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses kegiatan yang ditandai dengan adanya suatu perubahan yang
terjadi pada individu, baik berupa tingkah laku, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan
yang sifatnya menetap dalam waktu yang lama. Perubahan tersebut terjadi karena usaha sadar
yang dilakukan individu dalam upaya mencapaian tujuan dari belajar.

2.Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa
aspek. Aspek-aspek tersebut adalah bertambahnya jumlah pengetahuan, adanya kemampuan
mengingat dan mereproduksi, ada penerapan pengetahuan, menyimpulkan makna,
menafsirkan dan mengaitkan dengan realitas, dan adanya perubahan sebagai pribadi.Bila
terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Hal ini kiranya mudah
dipahami, karena bila ada yang belajar sudah barang tentu ada yang mengajarnya, dan begitu
pula sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada yang belajar. Dari proses belajar mengajar
ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umunya disebut hasil belajar. Tetapi agar
memperoleh hasil yang optimal, proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan
sengaja serta terorganisasi secara baik.
Keberhasilan proses belajar mengajar ( StrategiMengajar, 2005; 35-36 ) dapat dilihat
dari empat aspek antara lain tujuan yangingin dicapai, materi yang dikembangkan,
pelaksanaan kegiatan belajara mengajardan pelaksanaan evaluasidalam pembelajaran,
evaluasi dalam proses dinamisasikegiatan yang mengamati perilaku siswa dalam evaluasi
12

meliputi tujuanpengajaran, scope, perubahan perubahan terhadap kualitas personal


dankemampuan kemampuan siswa.
Howard Kingsley, membagi tiga macam hasil belajar, yakni :

(1)Keterampilan dan kebiasaan

(2) Pengetahuan dan pengertian

(3)Sikap dan cita cita ( Nana Sudjana, 1999 : 22 ).

Hasil belajar akan terlihat dari dampak prose kegiatan yang dilakukan seseorang,
dengan demikian inti dari hasil belajar yaitu adanya perubahan seseorang yang melakukan
kegiatan belajar.Perubahan tidak selalu harus menghasilkan perbaikan yang ditinjau dari
nilai nilai sosial. Seseorang penjahat mungkin sekali menjadi seorang yang sangat ahli,
tetapi dari segi pendangan sosial hal itu bukanlah perbaikan. Berdasarkan pertimbangan
pertimbangan yang dikemukakan diatas Hilgrard dan Brower seperti yang dikutip Oemar
Hamalik Mendefinisikan bahwa belajar sebagi perubahan dalam perbuatan melalaui
aktivitas praktek dan pengalaman ( Hamalik, 1997 : 54 )

Hasil belajar menurut Sudjana (1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki


siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya.Hasil belajar merupakan kemampuan
yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung yang dapat memberikan tingkah
laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamalik (1995 : 48 ) hasil
belajar adalah Perubahan tingkah laku subyek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamanya berulang-ulang.

Pendapat tersebut didukung oleh Sudjana (2006 ; 3) Hasil belajar ialah perubahan
tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor yang dimiliki setelah
siswa menerima pengalaman belajarnya Hasil yang dicapai siswa dalam belajar, yang
menunjukkan taraf kemampuan siswa dalam mengikuti program belajar dalam waktu tertentu
sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Hasil belajar ini sering dicerminkan sebagai
nilai (hasil belajar) yang menentukan berhasil tidaknya siswa belajar. Hasil belajar
merupakan terminal dari proses pendidikan dan pengajaran.Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan , nilai-nilai , pengertian pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan-
ketrampilan merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :
13

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas menggungkapkan pengetahuan dalam bahasa, baik


lisan maupun tulisan

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep-konsep dan


lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengatagorikan , kemampuan
analisis sintesis fakta konsep dan mengembangkan prinsip keilmuan.

3) Sistem kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya


sendiri.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakuakan serangkaian gerak jasmani


dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian


terhadap objek tersebut.

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam diri
siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern).
a. Faktor intern adalah faktor dari dalam diri siswa yaitu kecakapan, minat, bakat, usaha,
motivasi, perhatian, kelemahan, kesehatan dan kebiasaan siswa. Salah satu hal penting dalam
kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri siswa bahwa belajar yang dilakukannya
merupakan kebutuhan dirinya. Minat belajar berkaitan dengan seberapa besar individu
merasa suka atau tidak suka terhadap suatu materi yang dipelajari siswa. Minat inilah yang
harus dimunculkan lebih awal dalam
diri siswa. Minat, motivasi, dan perhatian siswa dapat dikondisikan oleh guru. Setiap individu
memiliki kecakapan yang berbeda-beda. Kecakapan tersebut dapat dikelompokkan
berdasarkan kecepatan belajar, yakni sangat cepat, sedang, dan lambat. Demikian pula
pengelompokan kemampuan siswa berdasarkan kemampuan penerimaan, misalnya proses
pemahamannya harus dengan cara perantara visual, verbal, dan atau dibantu dengan
alat/media.
b. Faktor Ekstern yaitu faktor dari luar diri siswa diantaranya yaitu lingkungan fisik dan non
fisik belajar (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan),
lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite
sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manajer
14

atau sutradara dalam kelas. Dalam hal ini, guru harus memiliki kompetensi dasar yang
disyaratkan dalam profesi guru.
Dari pengertian diatas penulis dapat simpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku siswa secara nyata setalah dilakukan melalui proses belajar mengajar yang
sesuai dengan tujuan pengajaran.

3.Pengertian Matematika
Menurut Dikmenum (dalam Taniredja dkk 2010:93) matematika berasal dari bahasa latin
manthanein atau Matemat yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam
bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan
penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep
atau peryataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan
antara konsep atau peryataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian,
pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman
peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari
konsep matematika.
Matematika dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang berbagai bilangan yang bisa langsung
diperoleh dari bilangan-bilangan bulat 0, 1, 2, -1, -2, dan seterusnya, melalui berbagai operasi
dasar: tambah, kurang, bagi, kali. (http://id.wikipedia.org/wiki/matematika).
Menurut pendapat R. Soejadi (2000: 11) Matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang
penalaran logic dan berhubungan dengan bilangan. Sedangkan menurut Lerner dalam
Mulyono Abdurrahman (1995: 217) Matematika adalah selain sebagai bahasa simbolis juga
merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat dan
mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.
Menurut Prihandoko (2006: 1), matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi alat
untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Matematika bukan sebuah ilmu yang berdiri sendiri
melainkan juga berperan dalam perkembangan bidang ilmu pengetahuan lainnya. Sejalan
dengan pendapat tersebut, Fathani (2009: 5) menjelaskan bahwa matematika adalah sebuah
ilmu pasti yang selama ini menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan di dunia. Kemajuan
zaman dan perkembangan kebudayaan serta peradaban manusia tidak terlepas dari
matematika. Tanpa ada matematika, tentu saja peradaban manusia tidak akan pernah
mencapai kemajuan seperti sekarang ini.
Nasution (1980) dalam Subarinah (2006: 1), menjelaskan matematika berasal dari
bahasa Yunani, mathein atau mathenein yang berarti mempelajari. Kata matematika erat
15

hubungannya dengan bahasa Sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian,
ketahuan, atau intelegensia. Matematika berhubungan dengan kepandaian seseorang, oleh
karena itu diperlukan penguasaan terhadap matematika dan pemahaman konsep-konsep
matematika sejak dini. Menurut Subarinah (2006: 1) matematika merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di
dalamnya.
Selanjutnya Muhsetyo dkk (2009: 1.2) menyatakan bahwa sebagai pengetahuan
matematika memiliki ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten hierarkhis, dan
logis. Soedjadi (1999) dalam Muhsetyo dkk (2008: 1.2) menyatakan bahwa keabstrakan
matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Dengan
demikian materi yang ada didalam matematika adalah sesuatu yang abstrak tetapi dalam
pembelajarannya dapat dimulai dari objek kongkret.
Dari ketiga pendapat di atas maka penulis menyimpulkan bahwa matematika
merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran logic dan berhubungan dengan bilangan
selain juga sebagai bahasa simbolis yang merupakan bahasa universal sehingga
memungkinkan semua manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide
mengenai elemen dan kuantitas dengan ruang lingkupnya yang meliputi operasi perhitungan
(aritmatika), pengukuran, aljabar, bangun ruang dan berpikir secara kuantitatif.
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar merupakan awal dari membangun konsep
matematika kepada siswa, sehingga dalam menanamkan suatu konsep matematika harus baik,
karena konsep yang telah diberikan akan digunakan seterusnya oleh siswa. Menurut Gatot
Muhsetyo (2009: 26) pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar
kepada peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
Dienes (Herman Hudoyo, 2005: 71) menjelaskan bahwa belajar matematika melibatkan
suatu truktur hirarki dari konsep-konsep lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah
terbentuk sebelumnya.
Adapun SK dan KD yang akan diteliti adalah sebagaiberikut:

Tabel I
SK dan KD Kelas V, Semester 1
16

Standar Kompetensi Komptensi Dasar

Bilangan 1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk


1. Melakukan operasi hitung penggunaan sifat-sifatnya, pembulatan, dan
bilangan bulat dalam penaksiran
pemecahan masalah 1.2 Menggunakan faktor prima untuk menentukan
KPK dan FPB
1.3 Melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat
1.4 Menghitung perpangkatan dan akar sederhana
1.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
operasi hitung, KPK dan FPB

Geometri dan Pengukuran 2.1 Menuliskan tanda waktu dengan menggunakan


2. Menggunakan pengukuran notasi 24 jam
waktu, sudut, jarak, dan 2.2 Melakukan operasi hitung satuan waktu
kecepatan dalam pemecahan 2.3 Melakukan pengukuran sudut
masalah 2.4 Mengenal satuan jarak dan kecepatan
2.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
waktu, jarak, dan kecepatan

3. Menghitung luas bangun datar 3.1 Menghitung luas trapesium dan layanglayang
sederhana dan 3.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas
menggunakannya dalam bangun datar
pemecahan masalah

4. Menghitung volume kubus 4.1 Menghitung volume kubus dan balok


dan balok dan 4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
menggunakannya dalam volume kubus dan balok
pemecahan masalah

Nyimas Aisyah, dkk (2008: 1-4) tujuam matematika di sekolah, khususnya SD atau
Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
17

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan


mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam menyelesaikam
masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisai, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataam
matematika.
c. Memecahkan masalah matematika yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu rasa ingin
tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri
dalam memecahkan masalah.
Nurhadi (2004: 203), menyatakan tujuan pembelajar matematika adalah:
a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
b. Mengembangkan efektivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan
penemuan dan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat
prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagaram dalam
menjelaskan gagasan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa matematika adalah
ilmu pengetahuan yang mengkaji konsep abstrak yang dibangun melalui proses penalaran,
tersusun secara sistematis dan logis yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
ilmu dan dapat membantu manusia dalam memecahkan masalah sehari-hari.

B.Penggunaan Media Kartu Positif dan Negatif Melalui Model Pembelajaran


Kooperatif

Numbered Head Together (NHT)

1.Pengertian Pembelajaran
18

Pembelajaran merupakan suatu proses yang melibatkan pendidik, peserta didik, lingkungan
belajar dan sumber-sumber belajar. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 mendefinisikan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Sudjana (2000) dalam Sugihartono dkk (2007: 80),
mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan
sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Sementara Purwanto (2011: 48), menyatakan bahwa pembelajaran adalah usaha
mengadakan perubahan perilaku dengan mengusahakan terjadinya proses belajar dalam diri
siswa.
Menurut Tarigan (1997: 4.18) pembelajaran adalah pengalaman belajar yang dialami
siswa dalam proses mencapai tujuan khusus pembelajaran. Pembelajaran bersinonim dengan
pengalaman belajar aktivitas belajar, proses belajar, dan kegiatan belajar.Sedangkan
menurut Hamalik (1999: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran
terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi
buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan tum, audio dan video tape. Fasilitas
dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer.
Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan
sebagainya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Nasution (2005) dalam Sugihartono dkk (2007: 80)
yang mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi
proses belajar. Lingkungan yang dimaksud dalam pengertian ini tidak hanya ruang belajar,
tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang
relevan dengan kegiatan belajar siswa.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal dibutuhkan pembelajaran yang
menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan menurut Suyatno (2005) dalam Yusuf
(2011: 9) merupakan pembelajaran yang cocok dengan suasana yang terjadi dalam diri
siswa. Kalau siswa tidak senang, mereka pasti tidak akan memperhatikan pembelajaran.
Hasilnya, siswa akan pasif, jenuh dan tidak tertarik mengikuti pembelajaran. Untuk
menanganinya, guru memerlukan seni atau kreativitas tersendiri dalam pembelajaran. Untuk
mencapai tujuan pendidikan diperlukan proses pembelajaran yang baik dan bermutu.
19

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas ,maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik dengan cara mengatur
lingkungan dan sumber belajar sebaik-baiknya agar tercipta interaksi dengan siswa sehingga
terjadi proses belajar. Pembelajaran yang dilakukan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai.

2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning).


Pembelajaran kooperatif pertama kali dirancang oleh Elliot Arison bersama teman-
temannya, selanjutnya model kooperatif ini di kembangkan oleh Slavin (1984) di John
Hopkins University AS yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktural kelompoknya
yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok
tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun
secara kelompok.
Menurut Slavin (2009) pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam
metode pengajaran yang para siswanya bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok kecil
yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan suatu
tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Saptono (2009) ada 4 prinsip pembelajaran kooperatif yaitu:
a) Terjadinya saling ketergantungan secara positif.
Siswa berkelompok saling bekerja sama dan mereka menyadari bahwa mereka saling
membutuhkan satu sama lain.
b) Terbentuknya tanggung jawab personal.
Setiap anggota kelompok merasa bertanggung jawab untuk belajar dan mengemukakan
pendapatnya sebagai sumbang saran dalam kelompok.
c) Terjadinya keseimbangan dan keputusan bersama dalam kelompok.
Dalam kelompok tidak hanya seorang atau orang tertentu saja yang berperan, melainkan ada
keseimbangan antar personal dalam kelompok.
d) Interaksi menyeluruh.
Setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing secara proporsional dan secara
simultan mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan.
20

Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong


untuk bekerja sama pada suatu tugas yang sama dan mereka harus mengkoordinasikan
usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran
kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima
berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial. Dalam
pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa
saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat,
saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling
menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru,
pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan
sikap menghormati sesama (Agus Suprijono, 2009:54). Pembelajaran kooperatif merujuk
pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran.
Johnson & Johnson dalam Trianto (2011:57) menyatakan bahwa tujuan pokok
belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik
dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Jadi, model pembelajaran
kooperatif adalah desain yang menggambarkan pedoman dalam merencanakan pembelajaran
untuk mencapai tujuan belajar yang dilakukan secara kerja kelompok untuk mendidik
terjadinya interaksi antar siswa di dalam kelas. Selain itu menurut Abdurrahman dan Bintoro
(dalam Santiyah 2009 : 12) pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya
terdapat elemen-elemen yang saling terkait, yaitu :
1. Saling ketergantungan positif
Dengan pembelajaran kooperatif siswa akan terbiasa untuk bekerjasama dengan orang lain
sehingga menimbulkan sifat ketergantungan terhadap orang lain namun ketergantungan ini
diarahkan menjadi positif dalm artian siswa tidak tergantung total terhadap orang lain
melaikan ketergantungan dalam hal-hal yang ia tidak bisa. Jadi ketergantungan yang positif
dapat membantu siswa untuk memperdalam pengetahuannya.
2. Interksi tatap muka
Metode kelompok dalam pembelajaran kooperatif menjadikan siswa tebiasa untuk interksi
tatap muka terhadap orang lain.
3. Akuntabilitas individual (penguasaan siswa terhadap materi secara individual)
21

Akuntabilitas individual sangat diperlukan dalam pembelajaran kooperatif supaya siswa tidak
sepenuhnya menggantungkan pada anggota kelompoknya yang lain sehingga semua siswa
dalam satu kelompok aktif mengerjakan tugas yang dikerjakan.
4. Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara
sengaja diajarkan.
Elemen ini sangat terkait dengan elemen-elemen lain diatas karena siswa akan dapat
berkomunikasi dengan baik dalam kelompoknya maupun antar kelompok bila ia memiliki
keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang baik
.Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara
umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru
menetapkan tugas dan pertanyaan pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi
yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah.
Sesuai dengan namanya kooperatif learning (Richard L Arends 2008 :5) ditandai oleh
struktur tugas, tujuan dan reward yang kooperatif, siswa dalam situasi cooperative learning
didorong dan atau dituntut untuk mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama dan
mereka harus mengoordinasikan usaha untuk menyelesaikan tugas itu. Di samping itu, dua
individua atau lebih saling bergantung untuk mendapatkan reward yang akan mereka bagi,
bila mereka sukses sebagai kelompok. Pealajaran cooperative learning dapat ditandai oleh
fitur-fitur berikut ini :
a. Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.
b. Tim-tim itu terdiri dri siswa yang berprestasi rendah, sedang dn tinggi.
c. Tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya dan gender.
d. Sistim reward berorientasi kelompok maupun individu
Sesuai pendapat para ahli pendidikan di atas, maka penulis dapat simpulkan, bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menekankan kepada kerja sama dalam
belajar dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Menurut Kagan dalam Nurhadi (2004: 121) bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe NHT merupakan model pembelajaran kooperatif struktural yang menekankan pada
struktur-struktur khusus yang menghendaki kerja sama dalam kelompok kecil untuk
22

meningkatkan penmguasaan akdemik melalui empat tahapan yaitu, (1) penomoran


(numbering); (2) pengajuan pertanyaan (questioning); (3) berpikir bersama (heads together);
dan (4) pemberian jawaban (answering). Harfi (2012: 31) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembelajaran yang membagi siswa ke dalam
kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang mempunyai tingkat kemampuan
beragam dan setiap siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda guna menyelesaikan
soal sesuai dengan nomor yang telah ada, kemudian soal tersebut dibahas secara
bersamasama dengan anggota kelompok yang lain untuk dipresentasikan di depan kelas.
Menurut Taniredja dkk (2010:62) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
tipe NHT
A. Pendahuluan
Langkah 1: Penomoran
1. Kegiatan diawali dengan membagi siswa kedalam kelompok yang beranggotakan 3 sampai
5 siswa, kemudian setiap siswa diberi label nomor (antara 1 sampai 5), kemudian setiap
sisiwa diberi label nomor (antara 1 sampai 5).

2. Menginformasikan materi pelajaran yang akanndibahas serta mengaitkan dengan materi


pelajaran sebelumnya.
3. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang akan dcapai secara rinci dan menjelaskan
model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) yang akan diterapkan.

4. Memotivasi siswa agar timbul rasa ingin tahu tentang konsep-konsep materi pelajaran yang
akan dibahas.

B. Kegiatan Inti
Langkah 2 : Mengajukan pertayaan
1. Menjelaskan materi pelajaran secara singkat

2. Mengajukan pertanyaan untuk seluruh kelompok

Langkah 3 : Berfikir bersama


1) Seluruh siswa dalam kelompoknya masing-masing memikirkan jawaban pertanyaan yang
diajukan oleh guru.
23

2) Menyatukan pendapat jawaban (bisa dalam bentuk LKS) dibawah bimbingan guru dan
memastikan bahwa anggota kelompoknya sudah mengetahui jawabanya.
Langkah 4 : Menjawab pertanyaan
1. Guru memanggil salah satu nomor dari salah satu kelompok secara acak.

2. Siswa yang dipanggil nomornya dalam kelompok yang bersangkutan mengajungkan


tangannya.

3. Siswa yang dipanggil nomornya mencoba menjawab peertayaan untuk seluruh siswa dan
ditanggapi oleh kelompok lain.

4. Jika jawaban dari hasil diskusi kelas sudah dianggap betul, siswa diberi kesempatan untuk
mencatat jawaban tersebut, namun apabila jawaban masih salah maka guru memberikan
penjelasan tentang jawaban yang betul.
5. Guru memberikan pujian kepada siswa atau kelompok yang menjawab betul.

C. Penutup

1. Guru memberikan umpan balik.

2. Guru bombing siswa menyimpulkan materi pelajaran.

3. Siswa diberi tugas pekerjaan rumah atau mengerjakan kuis secara inividu .
Menurut Sumarjito (2011) pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah model
pembelajaran yang dikembangkan untuk melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengukur pemahaman mereka terhadap materi
pelajaran tersebut. Model NHT diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif, semangat dan
siswa tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Menurut Trianto (2009)
pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa
dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Pembelajaran NHT
menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks yaitu:
a) Penomoran (Numbering)
Guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota diberi nomor 1
sampai 5.
24

b) Pengajuan pertanyaan (Questioning)


Guru memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok. Misalnya Apa ciri-ciri tumbuhan
dikotil? Pertanyaan disusun dalam bentuk lembar diskusi siswa (LDS) yang harus dijawab
dan didiskusikan siswa.
c) Berpikir bersama (Heads Together)

Siswa melakukan diskusi bekerja sama untuk menyelesaikan pertanyaan dari guru. Siswa
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan menyakinkan tiap anggota
dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d) Pemberian jawaban (Answering)
Guru mengacak nomor, kemudian siswa yang nomornya keluar menjawab pertanyaan dari
soal-soal diskusi sesuai dengan hasil yang telah didiskusikan bersama kelompoknya.
Model pembelajaran NHT merupakan suatu model yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi dan mengecek pemahaman terhadap isi pelajaran tersebut,
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, sebagai gantinya mengajukan pertanyaan
kepada seluruh kelas. Model NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat
kerja sama mereka. Pada model ini siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya
dalam saling keterkaitan dengan teman-teman kelompoknya. Model ini dapat digunakan
dalam semua pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.
Numbered head together atau penomoran berpikir bersama menurut Herdian
(2009) mengatakan bahwa model pembelajaran tipe numbered head together
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Sri Rahayu (2009) berpendapat bahwa numbered head together adalah suatu
model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam
mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya
dipresentasikan di depan kelas.
a. Langkah - langkah numbered head together
Menurut Trianto dalam Tarjo, 2009 : 16 langkah - langkah numbered head
together adalah :
1. Penomoran, penomoran adalah hal yang utama di dalam numbered head
together, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa
25

kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan
memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor
berbeda - beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
2. Pengajuan pertanyaan, langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan,
guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan
dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di
pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang
spesifik hingga

13
bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
3. Berpikir bersama, setelah mendapatkan pertanyaan - pertanyaan dari guru,
siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan
jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota
mengetahui jawaban dari masing - masing pertanyaan.
4. Pemberian jawaban, langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu
nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama
mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas,
kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab
pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari
kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab
pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban
tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan secara sederhana langkah - langkah
yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran numbered head together adalah :
1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan masing - masing dalam setiap
kelompok mendapatkan nomor urut.
2. Guru memberi tugas tugas masing-masing kelompok untuk mengerjakan
suatu permasalahan dalam suasana permainan ( games ) yang menyenangkan.
3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan
setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor dan siswa yang bernomor tersebut
melaporkan hasil kerja kelompoknya,
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
26

6. Membuat kesimpulan.

Menurut Lago (2007) bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT secara signifikan
meningkatkan hasil belajar siswa. Mustafa et al. (2011) mengatakan NHT mampu
meningkatkan kepercayaan diri siswa. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.
Memperbaiki tingkat kehadirannya dalam proses belajar mengajar. Lebih mudah menerima
orang lain, mengurangi perilaku yang mengganggu dan mengurangi konflik antar pribadi.
Meningkatkan budi pekerti, kepekaan sosial dan toleransi. Memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam dan hasil belajar lebih baik.
Model pembelajaran ini merupakan salah satu metode diskusi kelompok yang sangat
baik untuk siswa memiliki rasa tanggung jawab besar terhadap keberhasilan kelompoknya.
Hal ini dikarenakan dalam satu kelompok nantinya hanya satu orang yang ditunjuk secara
acak untuk mewakili kelompoknya dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Langkah-langkah pembelajaran Number Head together, (Adiwijaya 2007:8)
1. Guru memberikan informasi terlebh dahulu kepada siswa (menyampaikan materi secara
klasikal).
2. Guru membagi suatu kelas ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4
samai 5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor (misal kelompok melati 1 s.d.5,
kelompok ros 1 s.d. 5 dan seterusnya).
3. Dilanjutkan diskusi kelompok untuk penguatan materi (saling bantu membantu untuk
memperdalam materi yang sudah diberikan atau menyelesaikan soal-soal yang dinerikan guru
untuk dipecahkan bersama). Pada kegiatan ini semua angota kelompok harus mempunyai
kesepahaman yang sama, sehinggadiharapkan siapapun nanti yang dipanggil nomornya akan
mempunyai jawaban yang sama.
4. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut sala stu nomor anggota kelompok,
nomor yang ditunjuk oleh guru yang akan menjawab dan anggota kelompok lain tidak boleh
membantu memberi awaban.
5. Guru memberikan tes individual, masing-masing mengerjakan tes tanpa boleh saling bantu
membantu diantara anggota kelompok.
6. Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai pengingkaan
individual dri skolr dasar ke skor kuis.
Adapun kelebihan dan kekurangan dalam model pembelajaran NHT (Numbered
Heads Together)
27

a) Kelebihannya yaitu :

1) Menyebabkan siswa aktif dalam menjawab pertanyaan

2) Melatih siswa berani menyatakan pendapat dan berani bicara di depan kelas

3) Memotivasi belajar

4) Melatih siswa dalam bekerjasama dan menghargai pendapat teman dalam kelompoknya

b) Kekurangannya yaitu :

1) Pengondisian siswa kurang

2) Tidak semua siswa di tunjuk untuk presentasi didepan

3) Kurang efektif jika jumlah siswa banyak


Jadi kesimpulan dari model pembelajaran Numbered Head Together menurut penulis
adalah
Numbered Head Together adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang menggunakan
angka yang diletakkan diatas kepala dengan tujuan untuk memudahkan guru dalam
mengeksplor aktifitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari
berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.

4.Pengertian Media Pembelajaran


Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah,
perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media merupakan perantara atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad 2011: 3). Sejumlah pakar membuat
pembatasan tentang media, diantaranya yang dikemukakan oleh Association of Education
and Communication Technology (AECT) Amerika. Menurut AECT, media adalah segala
bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Sedangkan
menurut Gagne dan Briggs (1975) dalam Arsyad (2011: 4), menyatakan bahwa media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi
pengajaran. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik
yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa
28

untuk belajar jadi media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima
pesan.
Abdul Halim (2002:11) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat
dimanipulasi dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan dan dipergunakan dalam kegiatan
belajar mengajar. Senada dengan itu Arsad Azhar (2002;141)menyatakan bahwa : media
merupakan alat Bantu untuk mempermudah siswa memahami konsep matematika. Alat
Bantu itu dapat berwujud benda kongkrit, seperti: batu-batuan dan kacang-
kacangan.Sementara itu Uno dan Lamatenggo (2010: 122),menyatakan media dalam
pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi dari sumber ke peserta didik. Media yang digunakan guru harus
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sehingga mampu merangsang
dan menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar. Adanya interaksi positif antara media
pembelajaran dan siswa pada akhirnya akan mampu mempercepat proses pemahaman
terhadap isi pembelajaran. Menurut Gagne (1985) dalam Wena (2011: 10), pembelajaran
yang efektif harus dilakukan dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai macam media
pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus memiliki kreatifitas memadukan
bentuk pembelajaran dan media yang akan digunakan sehingga mampu menciptakan proses
pembelajaran yang menarik.
Media berperan membuat pembelajaran lebih menarik sehingga menimbulkan
motivasi siswa dalam pembelajaran, memperjelas penyampaian materi sehingga mengurangi
verbalisme, dan memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan
lingkungan. Salah satu fungsi media pembelajaran Matematika adalah untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa sedangkan motivasi dapat mengarahkan kegiatan belajar membesarkan
semangat belajar juga menyadarkan siswa tentang proses belajar Briggs (1977) dalam
Ochanda dan Indoshi (2011) menyebutkan fungsi dari penggunaan media sebagai berikut:
the use of media during instruction process motivates the learners by capturing their
attention and stimulating interest in the subject. Media also integrates learners vicariously
but meaningfully in the learning experience, explains and appreciations. Pernyataan
tersebut dapat diartikan bahwa fungsi dari media selama proses pembelajaran memotivasi
para siswa dengan menangkap perhatian mereka dan merangsang minat dalam subjek. Media
juga mengintegrasikan siswa atas nama orang lain akan tetapi bermakna dalam pengalaman
pembelajaran, menjelaskan dan apresiasi.
Selanjutnya Hamalik (1986) dalam (Arsyad 2011: 15), menjelaskan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
29

keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Kemp dan Dayton (1985) dalam Arsyad (2011: 21) menyebutkan manfaat media
pembelajaran, sebagai berikut: (1) penyampaian pelajaran menjadi lebih baku, (2) proses
pembelajaran bisa lebih menarik, (3) proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, (4)
efisiensi dalam waktu, (5) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, (6) media
memungkinkan pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja sesuai dengan yang
diinginkan, (7) media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar, (8) dan mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Dengan demikian peran media pembelajaran yaitu membuat pembelajaran lebih
menarik sehingga menimbulkan motivasi siswa dalam pembelajaran, memperjelas
penyampaian materi, dan meningkatkan keterlibatan siswa secara langsung dalam proses
pembelajaran. Guru harus bisa memanfaatkan media secara menarik agar motivasi, aktivitas,
dan hasil belajar siswa meningkat.

Dari batasan yang telah disampaikan oleh para ahli mengenai media, maka penulis
dapat simpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat digunakan sebagai media
komunikasi dalam menyampaikan isi materi pelajaran dan memudahkan pemahaman siswa
terhadap materi

5.Media Kartu positif dan negatif

Media (alat peraga) adalah suatu alat yang digunakan untuk menunjukan sesuatu yang
rill atau nyata sehingga memperjelas pengertian siswa. Dalam pembelajaran tentang
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kali ini menggunakan kartu posneg (singkatan
dari positif dan negatif).
Kartu bilangan terdiri dari dua set kartu berbentuk persegi panjang berukuran 4 cm x 6 cm
dengan dua warna berbeda , misalnya hitam dan putih, masing-masing set terdiri 20 kartu.
Kartu-kartu ini disusun secara berpasangan atas bawah(misalnya atas putih dan bawah
hitam). Aturanya adalah sebagai berikut;
a. Buat kesepakatan untuk menetapkan kartu positif(untuk bilangan positif) dan kartu
negative (untuk bilangan bulat negative). Misalnya tetapkan kartu putih sebagai kartu positif
dan kartu hitam sebagai kartu negative.
30

b. Definisikan bilangan nol sebagai semua kartu berpasangan, artinya banyaknya kartu putih
sama dengan banyaknya kartu hitam.

c. Definisikan suatu bilangan bulat positif sebagai banyaknya kartu putih yang tidak
berpasangan.

d. Definisikan suaut bilangan bulat negative sebagai banyaknya kartu hitam yang tidak
berpasangan.

Penjumlahan diartikan sebagai menambah kartu. Langkah- langkah pengerjaan operasi


penjumlahan sebagai berikut:
a. Definisikan bilangan pertama menggunakan kartu-kartu.

b. Tambahkan kartu sebagai dengan bilangan yang kedua.

c. Susunan terakhir menunjukkan bilangan hasil penjumlahan.

Pada alat peraga ini, menggunakan alat berupa kartu yang terbuat dari kertas manila
berwarna putih melambangkan bilangan positif dan warna hitam melambangkan bilangan
negatif. Bentuk alat peraga yang digunakan untuk operasi hitung penjumlahan bilangan bulat
adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Keterangan :
: Kartu yang berwarna putih bertanda plus
mewakili bilangan positif ( + )
: bilangan negatif ( - ) minus mewakili
Kartu yang berwarna hitam bertanda negatif
erikut contoh penggunaan kartu muatan berwarna dalam menyelesaikan masalah
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat:

1. Penjumlahan

a. Penjumlahan bilangan positif (contoh: 3 + 4 = 7)


b. Penjumlahan bilangan positif dengan negatif atau sebaliknya
Contoh 1 : 3 + (-4)

Contoh 2 : 4 + (-3)
31

c. Penjumlahan bilangan negatif, contoh: -2 + (-3)

2. Pengurangan

Penyelesaian operasi hitung pengurangan menggunakan kartu muatan dapat dilakukan


dengan dua cara yaitu:

a. Merubah menjadi bentuk penjumlahan

Pengurangan adalah penjumlahan dengan lawan bilangan, sehingga untuk


menyelesaikan operasi hitung pengurangan terlebih dahulu dilakukan perubahan
operasi hitung menjadi penjumlahan dengan lawan bilangannya.

Contoh :

5 4 = 5 + (-4) [tanda pengurangan berubah menjadi penjumlahan, dan lawan dari 4


adalah -4]
-2 3 = -2 + (-3)
4 (3) = 4 + 3

b. Mengambil kartu sesuai dengan bilangan pengurangannya

Contoh: 5 4 = 1,

Langkahnya adalah dengan mengambil 4 kartu dari 5 kartu positif yang tersedia,
maka tersisa 1 kartu positif.
Jika kartu yang diambil tidak mencukupi, maka dapat ditambahkan bilangan netral
sesuai dengan kekurangan kartu yang akan diambil.

Proses kegiatan pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat menggunakan


kartu muatan tersebut dapat dilakukan secara individu ataupun berkelompok. Dapat pula
dilakukan melalui permainan, sehingga proses kegiatan pembelajaran berlangsung efektif dan
menyenangkan. Guru dapat berperan sebagai fasilitator, sehingga proses pembelajaran yang
berpusat pada siswa dapat dilaksanakan dengan baik.

Proses yang berlangsung dengan baik dan menyenangkan tersebut dapat menumbuhkan
motivasi belajar peserta didik sehingga hasil belajar yang diharapkan akan tercapai dengan
baik. Tentunya hasil belajar yang dimaksud adalahknowledge, skill,
32

behaviour dan values setiap peserta didik. Sehingga pada akhirnya dapat menjadi peserta
didik yang unggul dan membanggakan.

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A.Subyek,Tempat dan Waktu Penelitian

Subyek perbaikan pembelajaran ini di kelas V SDN I Mekarsari Kecamatan


Rangkasbitung Kabupaten Lebak pada tahun ajaran 2017 / 2018 yang
berjumlah 29 siswa terdiri dari 14 (empat belas ) siswa Laki-laki dan 15 (lima
belas) siswa Perempuan . Mata pelajaran yang jadi subjek penelitian adalah
Matematika , dengan materinya tentang Operasi Penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat

a.Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SDN I Mekarsari tepatnya Jalan
raya Maja km 12 Babakan Cariu Desa Mekarsari Kecamatan Rangkasbitung
kabupaten Lebak . Setting penelitian ini disesuaikan dengan tempat mengajar
peneliti dimana peneliti di SDN tersebut terdaftar sebagai guru kelas V (lima)

b.Waktu penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas direncanakan selama 3 bulan, yaitu dimulai


dari pertengahan bulan September sampai dengan bulan Nopember 2017.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan dalam 2 (dua ) siklus . Dalam setiap
33

siklus ada 3 (tiga) pertemuan, setiap siklus diberikan tindakan perbaikan


pembelajaran sampai hasilnya bisa mencapai Kriteria ketuntasan minimal ( KKM ).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari table di bawah ini !

Tabel 2

Jadwal pelaksanaan siklus penelitian

N Waktu pelaksanaan Siklus Pertemuan Keterangan


O ke

1 18 -21 September 2017 Persiapan penelitian

2 22 September 2017 Pra siklus Merencanakan perbaikan


pembelajaran

3 26 September 2017 Siklus ke I 1 (satu) Pelaksanaan tindakan ke I

4 30 September 2017 Siklus ke I 2 (dua)

5 4 Oktober 2017 Siklus ke I 3 (tiga)

6 9 Oktober 2017 Siklus ke II 1 (satu) Pelaksanaan tindakan ke II

7 15 Oktober 2017 Siklus ke II 2 (dua)

8 20 Oktober 2017 Siklus ke II 3 (tiga)

9 21 23 Oktober 2017 Pengumpulan data

10 24 Oktober 2017 3 Penyusunan laporan PKP


Nopember 2017

10 4 Nopember 2017 Laporan PKP

d.Pihak Yang Membantu

Dalam peneltian yang dilakukan oleh penulis,pihak yang membantu


dalam penyusunan laporan PKP ini adalah Supervisor 1 , 2 , kepala sekolah
34

dan rekan guru-guru SDN I Mekarsari Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten


Lebak

B.Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terfokus pada
situasi kelas, atau disebut dengan Classroom Action Research. Wardhani (2008:1.14)
menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru
sehingga, hasil belajar siswa meningkat. yang dapat diartikan sebagai proses pengkajian
masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan
maslah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata
serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.
Menurut Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi menjelaskan PTK dengan memisahkan kata-
kata dari penelitian tindakan kelas
1. Penelitian adalah menunjukkan pada kegiatan mencermati suatu objek, dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik

2. Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk peserta didik

3. Kelas adalah dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik.
Berdasarkan pemahaman tiga kata kunci tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok
peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan.
Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. Dimana dalam penelitian ini
peneliti ikut terjun langsung dalam kegiatan pembelajaran bersama guru dan siswa selama
pembelajaran berlangsung. Peneliti tindakan kelas dipandang sebagai suatu cara untuk
menandai sebuah bentuk kegiatan yang dirancang untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa
dalam satu siklus terdiri atas empat begian pokok, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) aksi
atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting).
35

Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang
digambarkan dalam bentuk spiral. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini :

Gambar 1
PTK model Kurt Lewin
Sebagai sebuah penelitian tersendiri, penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik yang
relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain. Penelitian tindakan
kelas dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis
menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian tindakan kelas setidaknya memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Adanya masalah dalam penelitian tindakan kelas dipicu oleh munculnya kesadaran pada
diri guru bahwa praktik pembelajarannya selama di kelas ada masalah yang harus diperbaiki.
2. Penelitian dilakukan di dalam kelas.
3. Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran.
4. Penelitian Tindakan Kelas bersifat fleksibel, membolehkan peneliti mengadakan
perubahan selama dalam masa penelitian.
5. Penelitian Tindakan Kelas dapat dilaksanakan secara kolaboratif, yaitu kerja sama antara
teman sejawat dan dapat juga dilakukan secara individual (oleh seorang peneliti).
36

Dalam melakukan PTK ,peneliti mengambil model Kurt Lewin dalam melaksanakan
penelitian tindakan kelas ini, karena model Kurt Lewin merupakan dasar atau acuan pokok
dari adanya berbagai model penelitian tindakan lainnya, khususnya penelitian tindakan kelas.
Kurt Lewin adalah orang yang pertama kali memperkenalkannya. Konsep pokok
penelitiannya terdiri dari model ini ada empat komponen, yaitu: perencanaan/planning,
tindakan/acting, pengamatan/observing dan refleksi/reflecting. Dan hubungan keempat
komponen tersebut merupakan suatu siklus. Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK
tersebut membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral.
Penelitian ini termasuk jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto
(2006:3) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama. Tahap-tahap dalam penelitian tindakan meliputi
1. Plan (Perencanaan)
Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun, dan dari segi definisi harus
mengarah pada tindakan, yaitu bahwa rencana itu harus mengarah ke depan. Rencana
penelitian tindakan kelas, peneliti bersama dengan kolabolator menetapkan alternatif tindakan
yang akan dilakukan dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa
2. Tindakan
Pada tahap ini peneliti menerapkan perencanaan yang sudah dibuat. Peneliti melakukan
proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilakukan dengan mengunakan langkah-langkah
yang sudah direncanakan.
3. Observasi atau Pengamatan
Observasi dilakukan selama tindakan berlangsung. Observasi ada dua macam, yaitu observasi
proses,bagaimana proses pembelajaran Matematika. Observasi proses pada pembelajaran
dengan mengamati proses tindakan pembelajaran Matematika ,mengidentifikasi kendala-
kendala yang muncul dari siswa untuk kemudian dicari jalan penyelesaiannya. Peneliti selalu
mencatat kegiatan-kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Observasi hasil, hasil
kegiatan pembelajaran siswa di kelas setelah menggunakan model NHT.
4. Refleksi
Refleksi dilaksanakan ketika melihat proses dan merenungkan apakah kegiatan yang telah
dialami sudah benar-benar bermanfaat atau masih ada hambatan serta kendala dalam
pembelajaran Matematika. Refleksi dilakukan oleh guru untuk merenungkan kembali
permasalahan-permasalahan yang dialami guru dalam pembelajaran Matematika. Refleksi
37

dilakukan mengenai kesulitan-kesulitan guru ataupun siswa selama pembelajaran Matematika


dengan menggunakan model NHT sehingga ditemukan pemecahan masalahnya.
Adapun langkah-langkah dalam PTK yang penulis lakukan adalah :
1. Pra siklus
a. Perencanaan
- Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah
- Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar-
mengajar.
- Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yaitu :
Standar Kompetensi : 1. Melakukan Operasi Hitung Bilangan
Bulat
dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar : 1.3 Melakukan Operasi Hitung


Campuran
bilangan bulat

- Memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan materi melakukan operasi


penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
- Menentukan skenario pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif model
Numbered Head Together (NHT)
- Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan
- Menyusun lembar kerja siswa
- Mengembangkan format evaluasi
- Mengembangkan format observasi pembelajaran yaitu lembar observasi
kegiatan siswa dan kegiatan guru mengelola model pembelajaran Numbered
Head Together (NHT)
- Membuat media kartu positif dan kartu negatif
b. Pelaksanaan / Tindakan
1.Pendahuluan

1) Mengucapkan salam
2) Guru mengajak siswa untuk berdoa agar pembelajaran yang akan dilaksanakan bisa berjalan
dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
3) Guru mengabsen siswa.
4) Guru memberikan apersepsi,
5) Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari.
38

6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.


7) Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model Numbered
Head Togethrt ( NHT )

2. Kegiatan inti

Eksplorasi meliputi kegiatan :

1) Guru membuka wawasan siswa tentang materi yang akan diajarkan yaitu tentang
Operasi Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat .

2) Guru menugaskan siswa untuk membentuk kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari
3-6 orang yang anggotanya bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan intelektual
maupun jenis kelamin. Guru kemudian memberikan nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok, sehingga masing-masing anggota memiliki nomor yang berbeda.
3) Guru menunjukkan media berupa kartu positif dan negatif. Siswa
ditugaskan untuk memperhatikan demonstrasi yang akan dilakukan guru
dan Guru menugaskan siswa untuk menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat dengan menggunakan media kartu positif dan negatif tersebut.
Elaborasi meliputi kegiatan :

1) Guru memberikan LKS


2) Untuk menjawab LKS yang diberikan guru tadi, siswa ditugaskan untuk bekerja (berpikir
bersama) dalam kelompoknya masing-masing. Masing-masing kelompok kemudian
ditugaskan untuk menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan
menggunakan media kartu positif dan negatif tersebut dari yang diberikan guru .
3) Siswa mengerjakan tugas di masing-masing kelompoknya, sementara guru membimbing dan
memfasilitasi siswa dalam menyelesaikan tugas tersebut.
4) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugasnya, guru kemudian
menyebut/memanggil satu nomor.
5) Presentasi kelompok : Para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama, maju ke
depan kelas. Di depan kelas siswa bertukar jawaban dan membacakan hasil diskusi yang di
dapat setelah bertukar jawaban.
Konfirmasi meliputi kegiatan :
39

1) Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh siswa, guru kemudian


menyimpulkan jawaban-jawaban tersebut atau memberikan penegasan dengan lebih
formal agar tidak terjadi mis-konysepsi.
2) Guru memberikan motivasi kepada semua siswa untuk ikut berpartisipasi secara aktif
dalam pembelajaran karena hal itu sangat terkait dengan hasil belajar siswa.
3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami terkait dengan materi
3.Penutup (10 menit)

1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi


2) Guru memberikan evaluasi
3) Guru mengadakan refleksi
4) Guru melakukan tindak lanjut (PR) : Memberi soal isian (5)
c. Pengamatan
- Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan
yaitu dengan tabel pengamatan, catatan anekdot untuk mengumpulkan data.
- Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar observasi
- Mengamati dan menilai aktivitas siswa pada saat proses belajar berlangsung
dan lembar observasi mengamati aktivitas guru mengajar.
d. Refleksi
- Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu,
jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan
- Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario
pembelajaran dan lembar kerja siswa
- Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan
pada siklus berikutnya.

2. Siklus I (satu)
a.Perencanaan
- Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah
- Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar-
mengajar.
- Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yaitu :
Standar Kompetensi : 1. Melakukan Operasi Hitung Bilangan
Bulat
40

dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar : 1.3 Melakukan Operasi Hitung


Campuran
bilangan bulat

- Memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan materi melakukan operasi


penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
- Menentukan skenario pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif model
Numbered Head Together (NHT)
- Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan
- Menyusun lembar kerja siswa
- Mengembangkan format evaluasi
- Mengembangkan format observasi pembelajaran yaitu lembar observasi
kegiatan siswa dan kegiatan guru mengelola model pembelajaran Numbered
Head Together (NHT)
- Membuat media kartu positif dan kartu negatif
b. Pelaksanaan / Tindakan
1.Pendahuluan

1) Mengucapkan salam
2) Guru mengajak siswa untuk berdoa agar pembelajaran yang akan dilaksanakan bisa berjalan
dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
3) Guru mengabsen siswa.
4) Guru memberikan apersepsi,
5) Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari.
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
7) Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model Numbered
Head Togethrt ( NHT )

2. Kegiatan inti

Eksplorasi meliputi kegiatan :

1) Guru membuka wawasan siswa tentang materi yang akan diajarkan yaitu tentang
2) Operasi Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat .

3) Guru menugaskan siswa untuk membentuk kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari
3-6 orang yang anggotanya bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan intelektual
41

maupun jenis kelamin. Guru kemudian memberikan nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok, sehingga masing-masing anggota memiliki nomor yang berbeda.
4) Guru menunjukkan media berupa kartu positif dan negatif. Siswa
5) ditugaskan untuk memperhatikan demonstrasi yang akan dilakukan guru
6) dan Guru menugaskan siswa untuk menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat dengan menggunakan media kartu positif dan negatif tersebut.

Elaborasi meliputi kegiatan :

1) Guru memberikan LKS


2) Untuk menjawab LKS yang diberikan guru tadi, siswa ditugaskan untuk bekerja (berpikir
bersama) dalam kelompoknya masing-masing. Masing-masing kelompok kemudian
ditugaskan untuk menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan
menggunakan media kartu positif dan negatif tersebut dari yang diberikan guru .
3) Siswa mengerjakan tugas di masing-masing kelompoknya, sementara guru membimbing dan
memfasilitasi siswa dalam menyelesaikan tugas tersebut.
4) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugasnya, guru kemudian
menyebut/memanggil satu nomor.
5) Presentasi kelompok : Para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama, maju ke
depan kelas. Di depan kelas siswa bertukar jawaban dan membacakan hasil diskusi yang di
dapat setelah bertukar jawaban.

Konfirmasi meliputi kegiatan :

1) Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh siswa, guru kemudian menyimpulkan


jawaban-jawaban tersebut atau memberikan penegasan dengan lebih formal agar tidak
terjadi mis-konysepsi.
2) Guru memberikan motivasi kepada semua siswa untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam
pembelajaran karena hal itu sangat terkait dengan hasil belajar siswa.
3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami terkait dengan materi

3.Penutup (10 menit)

1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi


2) Guru memberikan evaluasi
3) Guru mengadakan refleksi
4) Guru melakukan tindak lanjut (PR) : Memberi soal isian (5)

c.Pengamatan
- Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan
yaitu dengan tabel pengamatan, catatan anekdot untuk mengumpulkan data.
42

- Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar observasi


- Mengamati dan menilai aktivitas siswa pada saat proses belajar berlangsung
dan lembar observasi mengamati aktivitas guru mengajar.
d.Refleksi
- Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu,
jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan
- Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario
pembelajaran dan lembar kerja siswa
- Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan
pada siklus berikutnya.

3. Siklus 2 (dua)
b. Perencanaan
- Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah
- Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar-
mengajar.
- Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yaitu :
Standar Kompetensi : 1. Melakukan Operasi Hitung Bilangan
Bulat
dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar : 1.3 Melakukan Operasi Hitung


Campuran
bilangan bulat

- Memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan materi melakukan operasi


penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
- Menentukan skenario pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif model
Numbered Head Together (NHT)
- Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan
- Menyusun lembar kerja siswa
- Mengembangkan format evaluasi
43

- Mengembangkan format observasi pembelajaran yaitu lembar observasi


kegiatan siswa dan kegiatan guru mengelola model pembelajaran Numbered
Head Together (NHT)
- Membuat media kartu positif dan kartu negatif
b. Pelaksanaan / Tindakan

1.Pendahuluan

1) Mengucapkan salam
2) Guru mengajak siswa untuk berdoa agar pembelajaran yang akan dilaksanakan bisa berjalan
dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
3) Guru mengabsen siswa.
4) Guru memberikan apersepsi,
5) Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari.
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
7) Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model Numbered
Head Togethrt ( NHT )

2. Kegiatan inti

Eksplorasi meliputi kegiatan :

1) Guru membuka wawasan siswa tentang materi yang akan diajarkan yaitu tentang
Operasi Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat .
2) Guru menugaskan siswa untuk membentuk kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari
3-6 orang yang anggotanya bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan intelektual
maupun jenis kelamin. Guru kemudian memberikan nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok, sehingga masing-masing anggota memiliki nomor yang berbeda.
3) Guru menunjukkan media berupa kartu positif dan negatif. Siswa ditugaskan untuk
memperhatikan demonstrasi yang akan dilakukan guru dan Guru menugaskan siswa untuk
menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan
media kartu positif dan negatif tersebut.
Elaborasi meliputi kegiatan :
1) Guru memberikan LKS
2) Untuk menjawab LKS yang diberikan guru tadi, siswa ditugaskan untuk bekerja (berpikir
bersama) dalam kelompoknya masing-masing. Masing-masing kelompok kemudian
ditugaskan untuk menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan
menggunakan media kartu positif dan negatif tersebut dari yang diberikan guru .
3) Siswa mengerjakan tugas di masing-masing kelompoknya, sementara guru membimbing dan
memfasilitasi siswa dalam menyelesaikan tugas tersebut.
4) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugasnya, guru kemudian
menyebut/memanggil satu nomor.
44

5) Presentasi kelompok : Para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama, maju ke
depan kelas. Di depan kelas siswa bertukar jawaban dan membacakan hasil diskusi yang di
dapat setelah bertukar jawaban.

Konfirmasi meliputi kegiatan :

1) Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh siswa, guru kemudian menyimpulkan


jawaban-jawaban tersebut atau memberikan penegasan dengan lebih formal agar tidak
terjadi mis-konysepsi.
2) Guru memberikan motivasi kepada semua siswa untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam
pembelajaran karena hal itu sangat terkait dengan hasil belajar siswa.
3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami terkait dengan materi

3.Penutup (10 menit)

1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi


2) Guru memberikan evaluasi
3) Guru mengadakan refleksi
4) Guru melakukan tindak lanjut (PR) : Memberi soal isian (5)

c.Pengamatan
- Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan
yaitu dengan tabel pengamatan, catatan anekdot untuk mengumpulkan data.
- Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar observasi
- Mengamati dan menilai aktivitas siswa pada saat proses belajar berlangsung
dan lembar observasi mengamati aktivitas guru mengajar.
d.Refleksi
- Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu,
jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan
- Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario
pembelajaran dan lembar kerja siswa
- Memberikan keputusan pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, jika sudah
mencapai ketuntasan secara klasikal 85% maka tidak perlu dilanjutkan pada
siklus selanjutnya.

2)Teknik Pengumpulan Data


45

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka penulis
menggunakan beberapa metode yang antara lain:
a) Metode Observasi

1) Observasi partisipatif
Cara ini digunakan agar data yang diinginkan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kehidupan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan,
peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dengan observasi partisipan,
maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat
makna dari setiap perilaku yang nampak. Selain peneliti ikut berpartisipasi dalam observasi,
peneliti juga berperan sebagai fasilitator. Sehingga peneliti juga turut mengarahkan siswa
yang diteliti untuk melaksanakan tindakan yang mengarah pada data yang diinginkan oleh
peneliti.
Metode ini, peneliti dapat mengamati secara langsung terhadap obyek yang sedang diselidiki.
Pendekatan ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang keadaan lokasi penelitian,
kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa-siswi dan lain-lain.
2) Observasi aktivitas kelas
Hal ini merupakan pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah laku
siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga peneliti mendapat gambaran langsung
bagaimana tingkah laku siswa, kerjasama, serta komunikasi diantara siswa dalam kelompok
dan pembelajaran.
b) Metode Pengukuran Hasil Tes
Tes ialah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk
mendapatkan jawaban-jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka
(Furchan, 2004).
Pengukuran tes prestasi belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan
pada prestasi belajar sisiwa. Tes tersebut juga sebagai salah satu rangkaian yang dilakukan
dalam kegiatan penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisios
dan Snowball Drilling dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Tes yang dilakukan
berbentuk tes formatif yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran, hasil tes ini akan
digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui penerapan
pembelajaran kooperatif NHT
c) Metode Dokumentasi
46

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, berupa catatan, gambar, karya-
karya dan lain sebagainya (Furchan, 2006). Peneliti menggunakan pendekatan ini untuk
mengetahui data-data terkait dengan sejarah berdirinya lokasi penelitian, stuktur organisasi,
jumlah guru, absensi kelas, dan pelaksanaan pembelajaran matematika .

C. Teknik Analisis Penelitian


Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu
diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau
fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar
yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran
serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

1) Analisa Data

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah


proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi
berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif


Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya
dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes
formatif dapat dirumuskan:

X
X
N
Dengan : X = Nilai rata-rata

X = Jumlah semua nilai siswa

N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar


47

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994
(Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor
65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85%
yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung
persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

P
Siswa. yang.tuntas.belajar x100%
Siswa

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Data Kuantitatif

2)Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka penulis
menggunakan beberapa metode yang antara lain:
a) Metode Observasi

1) Observasi partisipatif
Cara ini digunakan agar data yang diinginkan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kehidupan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan,
peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dengan observasi partisipan,
maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat
makna dari setiap perilaku yang nampak. Selain peneliti ikut berpartisipasi dalam observasi,
peneliti juga berperan sebagai fasilitator. Sehingga peneliti juga turut mengarahkan siswa
yang diteliti untuk melaksanakan tindakan yang mengarah pada data yang diinginkan oleh
peneliti.
Metode ini, peneliti dapat mengamati secara langsung terhadap obyek yang sedang diselidiki.
Pendekatan ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang keadaan lokasi penelitian,
kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa-siswi dan lain-lain.
2) Observasi aktivitas siswa dan guru
Hal ini merupakan pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah laku
siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga peneliti mendapat gambaran langsung
48

bagaimana tingkah laku siswa, kerjasama, serta komunikasi diantara siswa dalam kelompok
dan pembelajaran.
Adapun lembar observasi pengamatan ada 2 (dua) yaitu :
a.Lembar observasi siswa meliputi indikator :
b.Lembar observasi guru meliputi indikator :

b) Metode Pengukuran Hasil Tes


Tes ialah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk
mendapatkan jawaban-jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka
(Furchan, 2004).
Pengukuran tes prestasi belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan
pada prestasi belajar sisiwa. Tes tersebut juga sebagai salah satu rangkaian yang dilakukan
dalam kegiatan penerapan pembelajaran kooperatif model NHT dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa. Tes yang dilakukan berbentuk tes formatif yang dilaksanakan pada setiap akhir
pembelajaran, hasil tes ini akan digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar
siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif NHT
c) Metode Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, berupa catatan, gambar, karya-
karya dan lain sebagainya (Furchan, 2006). Peneliti menggunakan pendekatan ini untuk
mengetahui data-data terkait dengan sejarah berdirinya lokasi penelitian, stuktur organisasi,
jumlah guru, absensi kelas, dan pelaksanaan pembelajaran matematika .

3). Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan suatu kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan
dari kegiatan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan atau memperbaiki proses belajar
mengajar dikelas. Dalam PTK ini yang akan dilihat adalah indikator kinerjanya. Maka
diperlukan indikator sebagai berikut :
1. Hasil belajar Matematika siswa tentang Operasi pengurangan dan penjumlahan bilangan
bulat minimal 70 dengan ketuntasan belajar klasikal 85%.
49

2. Keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran


Model Pembelajaran Cooperative Learning model NHT sebesar 65 dengan kriteria
sekurang-kurangnya baik.

3. Keterampilan guru dalam pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran


Model Pembelajaran Cooperative Learning model NHT sebesar 65 dengan kriteria
sekurang-kurangnya baik

BAB 1V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Pra siklus
a.Perencanaan
- Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah
- Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar-
mengajar.
- Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yaitu :
Standar Kompetensi : 1. Melakukan Operasi Hitung Bilangan
Bulat
50

dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar : 1.3 Melakukan Operasi Hitung


Campuran
bilangan bulat

- Memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan materi melakukan operasi


penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
- Menentukan skenario pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif model
Numbered Head Together (NHT)
- Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan
- Menyusun lembar kerja siswa
- Mengembangkan format evaluasi
- Mengembangkan format observasi pembelajaran yaitu lembar observasi
kegiatan siswa dan kegiatan guru mengelola model pembelajaran Numbered
Head Together (NHT)
- Membuat media kartu positif dan kartu negatif
b. Pelaksanaan / Tindakan
1.Pendahuluan

1) Mengucapkan salam
2) Guru mengajak siswa untuk berdoa agar pembelajaran yang akan dilaksanakan bisa berjalan
dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
3) Guru mengabsen siswa.
4) Guru memberikan apersepsi,
5) Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari.
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
7) Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model Numbered
Head Togethrt ( NHT )

2. Kegiatan inti

Eksplorasi meliputi kegiatan :

1) Guru membuka wawasan siswa tentang materi yang akan diajarkan yaitu tentang
Operasi Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat .
2) Guru menugaskan siswa untuk membentuk kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari
3-6 orang yang anggotanya bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan intelektual
maupun jenis kelamin. Guru kemudian memberikan nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok, sehingga masing-masing anggota memiliki nomor yang berbeda.
51

3) Guru menunjukkan media berupa kartu positif dan negatif. Siswa ditugaskan untuk
memperhatikan demonstrasi yang akan dilakukan guru dan Guru menugaskan siswa untuk
menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan
media kartu positif dan negatif tersebut.

Elaborasi meliputi kegiatan :

1) Guru memberikan LKS


2) Untuk menjawab LKS yang diberikan guru tadi, siswa ditugaskan untuk bekerja (berpikir
bersama) dalam kelompoknya masing-masing. Masing-masing kelompok kemudian
ditugaskan untuk menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan
menggunakan media kartu positif dan negatif tersebut dari yang diberikan guru .
3) Siswa mengerjakan tugas di masing-masing kelompoknya, sementara guru membimbing dan
memfasilitasi siswa dalam menyelesaikan tugas tersebut.
4) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugasnya, guru kemudian
menyebut/memanggil satu nomor.
5) Presentasi kelompok : Para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama, maju ke
depan kelas. Di depan kelas siswa bertukar jawaban dan membacakan hasil diskusi yang di
dapat setelah bertukar jawaban.

Konfirmasi meliputi kegiatan :

1) Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh siswa, guru kemudian menyimpulkan


jawaban-jawaban tersebut atau memberikan penegasan dengan lebih formal agar tidak
terjadi mis-konysepsi.
2) Guru memberikan motivasi kepada semua siswa untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam
pembelajaran karena hal itu sangat terkait dengan hasil belajar siswa.
3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami terkait dengan materi

3.Penutup (10 menit)

1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi


2) Guru memberikan evaluasi
3) Guru mengadakan refleksi
4) Guru melakukan tindak lanjut (PR) : Memberi soal isian (5)

c.Pengamatan/observasi
Pada tahap observasi ini, kegiatan yang dilakukan adalah pencatatan terhadap proses
pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran cooperative
learning model Numbered Head Together ( NHT ) yang berlangsung selama tiga kali
pertemuan dilakukan oleh satu orang observer, yaitu teman sejawat yaitu guru dari kelas lain.
Pencatatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada cooperative
learning model Numbered Head Together ( NHT ) meliputi aktivitas guru dan siswa Setelah
52

data terkumpul, dilakukan rekapitulasi terhadap hasil pencatatan pelaksanaan pembelajaran


pendekatan cooperative learning model Numbered Head Together ( NHT ). Agar lebih
jelasnya, data keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Data Hasil Observasi Siswa

Hasil observasi
Pra Siklus
No Indikator
Pertemuan Pertemuan Pertemuan
Ke I Ke 2 ke 3
Keterampilan siswa menjawab 2 2 2
1
pertanyaan dari guru
Partisipasi siswa dalam 2 3 3
2 pembelajaran model Numbered
Head Together ( NHT )
Keseriusan siswa dalam 2 2 2
3
menyelesaikan LKS
Presentasi kelompok 2 2 2
4

Keaktifan siswa berdiskusi 2 2 2


5

Jumlah 10 11 11
kurang Kurang Kurang
Kategori
aktif Aktif aktif

Tabel 4
Pengamatan kegiatan /aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran Matematika
dengan menggunakan model NHT
Hasil observasi
Pra Siklus
No Indikator Pertemuan
Pertemuan Pertemuan
Ke
Ke 2 Ke 3
1
53

1 Memberikan apersepsi 2 2 3

Menyiapkan media 2 2 3
2 pembelajaran/alat
peraga
Memberikan motivasi 2 3 3
3
belajar kepada siswa
Menyampaikan tujuan 2 2 3
4
pembelajaran
Menjelaskan materi 2 3 3
5
pelajaran dengan jelas
Melaksanakan model 2 3 3
6
NHT secara optimal
Menggunakan media 2 2 2
kartu positif dan
7
negatif pada saat
menjelaskan materi
Memberikan 2 3 3
pertanyaan yang
8
memancing daya pikir
siswa
Membimbing siswa 2 2 2
9 untuk bekerja sama
secara kelompok
Memusatkan perhatian 2 3 3
10
dan konsentrasi siswa
Membimbing siswa 2 3 3
11 pada saat kegiatan
presentasi
12 Menyimpulkan materi 2 3 3
Memberikan umpan 2 2 2
13
balik
Merefleksikan hasil 2 2 3
14
pembelajaran
54

15 Memberikan evaluasi 3 3 4
Memberikan tindak 2 4 4
16 lanjut

Jumlah 33 42 47
Kurang kurang baik Cukup baik
Kategori
baik

Berdasarkan table di atas, hasil observasi kegiatan siswa dalam pembelajaran cooperative
NHT pada pra siklus tergolong kriteria kurang aktif. Dan untuk aktivitas guru dalam
mengelola pembelajaran Matematika dengan menggunakan media kartu positif dan negatif
melalui model NHT , dikategorikan cukup baik . Dari hasil angka tersebut belum
menyatakan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran karena indikator kinerja dalam penelitian
ini menuntut 80% keterlaksanaan pembelajaran yang harus dicapai.

Tabel 4.3
Test Hasil Belajar Siswa
No Nama Siswa Nilai Tuntas Belum

Tuntas

1 Aji Maulana 55

2 Asnah 65

3 Atika 60

4 Astrina Lestari 70

5 Ayati Ramadani 65

6 Egi arifin 65

7 Jasipa 60

8 Mela 50
55

9 Marsela 60

10 M.Riyadi 65

11 M.Rifqi 65

12 M.Ismail 60

13 Arga Satria 70

14 Betry Aulia 70

15 M.Adit 60

16 Ica Marisa 70

17 Vita Lestari 65

18 M.Nazaril 70

19 Nurhasanah 65

20 Uswatun Hasanah 70

21 Rika JM 60

22 Suryati 65

23 Rehan 60

24 Rendi 65

25 Reno Ferdiansyah 70

26 Nurul Aulia 70

27 M.Aldiansyah 60

28 Irfan Maulana 70

29 Indah Sundari 70

Jumlah 1870
56

Rata-rata 64,48

Ketuntasan 34,48 %

Tabel 4.4
Rekapitulasi Hasil Tes PraSiklus
No Uraian Hasil prasiklus
1 Nilai rata-rata tes formatif 64,48
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 10
3 Persentase ketuntasan belajar 34,48%

Evaluasi hasil belajar siswa dilakukan langsung pada kegiatan akhir pembelajaran untuk
mengetahui tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari
pada kegiatan inti.

Berdasarkan tabel hasil belajar di atas, dapat dijelaskan bahwa 34,48 % siswa
mendapatkan nilai di atas KKM atau tuntas dalam belajarnya sisanya 65,52 % nilainya di
bawah KKM atau belum tuntas dalam belajarnya. Meskipun demikian, baik tingkat
keterlaksanaan pembelajaran ataupun hasil belajar siswa masih belum mencapai tuntutan
indikator keberhasilan yang telah ditentukan dalam penelitian ini, yaitu sebesar 80%.

d.Refleksi
Pada dasarnya pembelajaran pada pra siklusI dapat dikatakan kurang berjalan dengan baik,
hal ini terlihat dari data pelaksanaan pembelajaran Matematika yang berorientasi pada
pendekatan cooperative learning model NHT yang rata-rata ulangannya mencapai 64,48
.dan tergolong dalam kriteria kurang baik., sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan.

2. Siklus I (satu)
a.Perencanaan
- Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah
57

- Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar-


mengajar.
- Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yaitu :
Standar Kompetensi : 1. Melakukan Operasi Hitung Bilangan
Bulat
dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar : 1.3 Melakukan Operasi Hitung


Campuran
bilangan bulat

- Memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan materi melakukan operasi


penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
- Menentukan skenario pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif model
Numbered Head Together (NHT)
- Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan
- Menyusun lembar kerja siswa
- Mengembangkan format evaluasi
- Mengembangkan format observasi pembelajaran yaitu lembar observasi
kegiatan siswa dan kegiatan guru mengelola model pembelajaran Numbered
Head Together (NHT)
- Membuat media kartu positif dan kartu negatif
b.Pelaksanaan / Tindakan
Pertemuan ke -1 (satu) dilaksanakan pada tanggal 26 september 2017
1.Pendahuluan

1) Mengucapkan salam
2) Guru mengajak siswa untuk berdoa agar pembelajaran yang akan dilaksanakan bisa berjalan
dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
3) Guru mengabsen siswa.
4) Guru memberikan apersepsi,
5) Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari.
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
7) Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model Numbered
Head Togethrt ( NHT )
Kegiatan inti

Eksplorasi meliputi kegiatan :

1) Guru membuka wawasan siswa tentang materi yang akan diajarkan yaitu tentang
58

Operasi Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat .


2) Guru menugaskan siswa untuk membentuk kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari
3-6 orang yang anggotanya bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan intelektual
maupun jenis kelamin. Guru kemudian memberikan nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok, sehingga masing-masing anggota memiliki nomor yang berbeda.
3) Guru menunjukkan media berupa kartu positif dan negatif. Siswa ditugaskan untuk
emperhatikan demonstrasi yang akan dilakukan guru dan Guru menugaskan siswa untuk
menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan
media kartu positif dan negatif tersebut.

Elaborasi meliputi kegiatan :

1) Guru memberikan LKS


2) Untuk menjawab LKS yang diberikan guru tadi, siswa ditugaskan untuk bekerja (berpikir
bersama) dalam kelompoknya masing-masing. Masing-masing kelompok kemudian
ditugaskan untuk menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan
menggunakan media kartu positif dan negatif tersebut dari yang diberikan guru .
3) Siswa mengerjakan tugas di masing-masing kelompoknya, sementara guru membimbing dan
memfasilitasi siswa dalam menyelesaikan tugas tersebut.
4) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugasnya, guru kemudian
menyebut/memanggil satu nomor.
5) Presentasi kelompok : Para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama, maju ke
depan kelas. Di depan kelas siswa bertukar jawaban dan membacakan hasil diskusi yang di
dapat setelah bertukar jawaban.

Konfirmasi meliputi kegiatan :

1) Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh siswa, guru kemudian menyimpulkan


jawaban-jawaban tersebut atau memberikan penegasan dengan lebih formal agar tidak
terjadi mis-konysepsi.
2) Guru memberikan motivasi kepada semua siswa untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam
pembelajaran karena hal itu sangat terkait dengan hasil belajar siswa.
3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami terkait dengan materi

Pertemuan ke -2 (dua) dilaksanakan pada tanggal 30 september 2017


1.Pendahuluan

1) Mengucapkan salam
2) Guru mengajak siswa untuk berdoa agar pembelajaran yang akan dilaksanakan bisa berjalan
dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
3) Guru mengabsen siswa.
59

4) Guru memberikan apersepsi,


5) Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari.
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
7) Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model Numbered
Head Togethrt ( NHT )
Kegiatan inti

Eksplorasi meliputi kegiatan :

1) Guru membuka wawasan siswa tentang materi yang akan diajarkan yaitu tentang
Operasi Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat .
2) Guru menugaskan siswa untuk membentuk kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari
3-6 orang yang anggotanya bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan intelektual
maupun jenis kelamin. Guru kemudian memberikan nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok, sehingga masing-masing anggota memiliki nomor yang berbeda.
3) Guru menunjukkan media berupa kartu positif dan negatif. Siswa ditugaskan untuk
emperhatikan demonstrasi yang akan dilakukan guru dan Guru menugaskan siswa untuk
menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan
media kartu positif dan negatif tersebut.

Elaborasi meliputi kegiatan :

1) Guru memberikan LKS


2) Untuk menjawab LKS yang diberikan guru tadi, siswa ditugaskan untuk bekerja (berpikir
bersama) dalam kelompoknya masing-masing. Masing-masing kelompok kemudian
ditugaskan untuk menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan
menggunakan media kartu positif dan negatif tersebut dari yang diberikan guru .
3) Siswa mengerjakan tugas di masing-masing kelompoknya, sementara guru membimbing dan
memfasilitasi siswa dalam menyelesaikan tugas tersebut.
4) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugasnya, guru kemudian
menyebut/memanggil satu nomor.
5) Presentasi kelompok : Para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama, maju ke
depan kelas. Di depan kelas siswa bertukar jawaban dan membacakan hasil diskusi yang di
dapat setelah bertukar jawaban.

Konfirmasi meliputi kegiatan :

1) Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh siswa, guru kemudian menyimpulkan


jawaban-jawaban tersebut atau memberikan penegasan dengan lebih formal agar tidak
terjadi mis-konysepsi.
2) Guru memberikan motivasi kepada semua siswa untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam
pembelajaran karena hal itu sangat terkait dengan hasil belajar siswa.
60

3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami terkait dengan materi

Pertemuan ke -3 (tiga) dilaksanakan tanggal 4 Oktober 2017


1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi
2) Guru memberikan evaluasi
3) Guru mengadakan refleksi
4) Guru melakukan tindak lanjut (PR) : Memberi soal isian (5)

c.Pengamatan

Pada siklus I kegiatan observasi pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi


pada model cooperative learning model NHT juga dilakukan oleh teman sejawat .
Keterlaksanaan pembelajaran telah banyak mengalami peningkatan dan tergolong
dalam kriteria baik, hal ini terlihat dari tabel analisis berikut:
Tabel 4.5
Data Hasil Observasi Siswa

Hasil observasi
Siklus I
No Indikator
Pertemuan Pertemuan Pertemuan
Ke I Ke 2 ke 3
Keterampilan siswa menjawab 2 3 3
1
pertanyaan dari guru
Partisipasi siswa dalam 3 3 3
2 pembelajaran model Numbered
Head Together ( NHT )
Keseriusan siswa dalam 2 3 4
3
menyelesaikan LKS
4 Presentasi kelompok 3 3 3
5 Keaktifan siswa berdiskusi 2 3 3
Jumlah 12 15 16
kurang cukup cukup
Kategori
aktif Aktif aktif
61

Tabel 4.6
Pengamatan kegiatan /aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran Matematika
dengan menggunakan model NHT
Hasil observasi
Siklus I
No Indikator Pertemuan
Pertemuan Pertemuan
Ke
Ke 2 Ke 3
1
1 Memberikan apersepsi 2 2 3

Menyiapkan media 2 2 3
2 pembelajaran/alat
peraga
Memberikan motivasi 2 3 3
3
belajar kepada siswa
Menyampaikan tujuan 2 2 3
4
pembelajaran
Menjelaskan materi 2 3 3
5
pelajaran dengan jelas
Melaksanakan model 2 3 3
6
NHT secara optimal
Menggunakan media 2 2 2
kartu positif dan
7
negatif pada saat
menjelaskan materi
Memberikan 2 3 3
pertanyaan yang
8
memancing daya pikir
siswa
Membimbing siswa 2 2 2
9 untuk bekerja sama
secara kelompok
10 Memusatkan perhatian 2 3 3
62

dan konsentrasi siswa


Membimbing siswa 2 3 3
11 pada saat kegiatan
presentasi
12 Menyimpulkan materi 2 3 3
Memberikan umpan 2 2 2
13
balik
Merefleksikan hasil 2 2 3
14
pembelajaran
15 Memberikan evaluasi 3 3 4
Memberikan tindak 3 4 4
16 lanjut

Jumlah 34 42 50
Kurang Cukup baik Cukup baik
Kategori
baik
Berdasarkan table di atas, keterlaksanaan pembelajaran cooperative learning model
NHT pada siklus I tentang aktivitas siswa dan aktivitas guru telah mengalami peningkatan
hingga tergolong kriteria baik. Angka tersebut menunjukkan bahwa keterlaksanaan
pembelajaran telah mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan .

Tabel 4.7
Test Hasil Belajar Siswa
No Nama Siswa Nilai Tuntas Belum

Tuntas

1 Aji Maulana 65

2 Asnah 75

3 Atika 70

4 Astrina Lestari 75

5 Ayati Ramadani 75
63

6 Egi arifin 70

7 Jasipa 70

8 Mela 60

9 Marsela 65

10 M.Riyadi 65

11 M.Rifqi 75

12 M.Ismail 70

13 Arga Satria 80

14 Betry Aulia 80

15 M.Adit 65

16 Ica Marisa 75

17 Vita Lestari 65

18 M.Nazaril 80

19 Nurhasanah 65

20 Uswatun Hasanah 75

21 Rika JM 65

22 Suryati 75

23 Rehan 65

24 Rendi 65

25 Reno Ferdiansyah 80

26 Nurul Aulia 80

27 M.Aldiansyah 65
64

28 Irfan Maulana 80

29 Indah Sundari 70

Jumlah 2065

Rata-rata 71,21

Ketuntasan 68,96 %

Tabel 4.8
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
No Uraian Hasil siklus I
1 Nilai rata-rata tes formatif 71,21
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 20
3 Persentase ketuntasan belajar 68,96%

Evaluasi hasil belajar siswa dilakukan langsung pada kegiatan akhir pembelajaran untuk
mengetahui tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari
pada kegiatan inti. Seperti pada siklus I, evaluasi hasil belajar dilakukan pada kegiatan akhir
pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi
yang telah dibelajarkan sebelumya.

d.Refleksi

Berdasarkan tabel hasil belajar di atas dapat dijelaskan bahwa persentase ketuntasan
belajar pada siklus I ini adalah sebesar 68,96 % dan persentase ketidak tuntasannya sebesar
31,03 %. Angka tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa masuk dalam kriteria
baik namun belum memenuhi tuntutan indikator keberhasilan dalam penelitian ini , yaitu
ketuntasan belajar klasikal siswa harus mencapai 80%, sehingga diperlukan tindakan
selanjutnya yaitu tahap siklus 2 (dua).

3. Siklus 2 (dua)
a.Perencanaan
65

- Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah


- Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar-
mengajar.
- Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yaitu :
Standar Kompetensi : 1. Melakukan Operasi Hitung Bilangan
Bulat
dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar : 1.3 Melakukan Operasi Hitung


Campuran
bilangan bulat

- Memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan materi melakukan operasi


penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
- Menentukan skenario pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif model
Numbered Head Together (NHT)
- Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan
- Menyusun lembar kerja siswa
- Mengembangkan format evaluasi
- Mengembangkan format observasi pembelajaran yaitu lembar observasi
kegiatan siswa dan kegiatan guru mengelola model pembelajaran Numbered
Head Together (NHT)
- Membuat media kartu positif dan kartu negatif
b. Pelaksanaan / Tindakan

Pertemuan ke -1 (satu) dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2017


1.Pendahuluan

1) Mengucapkan salam
2) Guru mengajak siswa untuk berdoa agar pembelajaran yang akan dilaksanakan bisa berjalan
dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
3) Guru mengabsen siswa.
4) Guru memberikan apersepsi,
5) Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari.
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
7) Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model Numbered
Head Togethrt ( NHT )
Kegiatan inti

Eksplorasi meliputi kegiatan :


66

1) Guru membuka wawasan siswa tentang materi yang akan diajarkan yaitu tentang
Operasi Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat .
2) Guru menugaskan siswa untuk membentuk kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari
3-6 orang yang anggotanya bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan intelektual
maupun jenis kelamin. Guru kemudian memberikan nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok, sehingga masing-masing anggota memiliki nomor yang berbeda.
3) Guru menunjukkan media berupa kartu positif dan negatif. Siswa ditugaskan untuk
emperhatikan demonstrasi yang akan dilakukan guru dan Guru menugaskan siswa untuk
menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan
media kartu positif dan negatif tersebut.

Elaborasi meliputi kegiatan :

1) Guru memberikan LKS


2) Untuk menjawab LKS yang diberikan guru tadi, siswa ditugaskan untuk bekerja (berpikir
bersama) dalam kelompoknya masing-masing. Masing-masing kelompok kemudian
ditugaskan untuk menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan
menggunakan media kartu positif dan negatif tersebut dari yang diberikan guru .
3) Siswa mengerjakan tugas di masing-masing kelompoknya, sementara guru membimbing dan
memfasilitasi siswa dalam menyelesaikan tugas tersebut.
4) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugasnya, guru kemudian
menyebut/memanggil satu nomor.
5) Presentasi kelompok : Para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama, maju ke
depan kelas. Di depan kelas siswa bertukar jawaban dan membacakan hasil diskusi yang di
dapat setelah bertukar jawaban.

Konfirmasi meliputi kegiatan :

1) Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh siswa, guru kemudian menyimpulkan


jawaban-jawaban tersebut atau memberikan penegasan dengan lebih formal agar tidak
terjadi mis-konysepsi.
2) Guru memberikan motivasi kepada semua siswa untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam
pembelajaran karena hal itu sangat terkait dengan hasil belajar siswa.
3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami terkait dengan materi

Pertemuan ke -2 (dua) dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2017


1.Pendahuluan

1) Mengucapkan salam
2) Guru mengajak siswa untuk berdoa agar pembelajaran yang akan dilaksanakan bisa berjalan
dengan lancar dan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
67

3) Guru mengabsen siswa.


4) Guru memberikan apersepsi,
5) Guru menyampaikan cakupan materi yang akan dipelajari.
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
7) Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model Numbered
Head Togethrt ( NHT )
Kegiatan inti

Eksplorasi meliputi kegiatan :

1) Guru membuka wawasan siswa tentang materi yang akan diajarkan yaitu tentang
Operasi Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat .
2) Guru menugaskan siswa untuk membentuk kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari
3-6 orang yang anggotanya bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan intelektual
maupun jenis kelamin. Guru kemudian memberikan nomor kepada setiap siswa dalam
kelompok, sehingga masing-masing anggota memiliki nomor yang berbeda.
3) Guru menunjukkan media berupa kartu positif dan negatif. Siswa ditugaskan untuk
emperhatikan demonstrasi yang akan dilakukan guru dan Guru menugaskan siswa untuk
menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan
media kartu positif dan negatif tersebut.

Elaborasi meliputi kegiatan :

1) Guru memberikan LKS


2) Untuk menjawab LKS yang diberikan guru tadi, siswa ditugaskan untuk bekerja (berpikir
bersama) dalam kelompoknya masing-masing. Masing-masing kelompok kemudian
ditugaskan untuk menghitung operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan
menggunakan media kartu positif dan negatif tersebut dari yang diberikan guru .
3) Siswa mengerjakan tugas di masing-masing kelompoknya, sementara guru membimbing dan
memfasilitasi siswa dalam menyelesaikan tugas tersebut.
4) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugasnya, guru kemudian
menyebut/memanggil satu nomor.
5) Presentasi kelompok : Para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama, maju ke
depan kelas. Di depan kelas siswa bertukar jawaban dan membacakan hasil diskusi yang di
dapat setelah bertukar jawaban.

Konfirmasi meliputi kegiatan :

1) Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan oleh siswa, guru kemudian menyimpulkan


jawaban-jawaban tersebut atau memberikan penegasan dengan lebih formal agar tidak
terjadi mis-konysepsi.
2) Guru memberikan motivasi kepada semua siswa untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam
pembelajaran karena hal itu sangat terkait dengan hasil belajar siswa.
68

3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami terkait dengan materi

Pertemuan ke -3 (tiga) dilaksanakan tanggal 20 Oktober 2017

1) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi


2) Guru memberikan evaluasi
3) Guru mengadakan refleksi
4) Guru melakukan tindak lanjut (PR) : Memberi soal isian (5)

c.Pengamatan

Pada siklus 2 ini, kegiatan observasi pelaksanaan pembelajaran yang


berorientasi pada model cooperative learning model NHT juga dilakukan oleh
teman sejawat . Keterlaksanaan pembelajaran telah banyak mengalami peningkatan
dan tergolong dalam kriteria baik, hal ini terlihat dari tabel analisis berikut:
Tabel 4.9
Data Hasil Observasi Siswa

Hasil observasi
Siklus 2
No Indikator
Pertemuan Pertemuan Pertemuan
Ke I Ke 2 ke 3
Keterampilan siswa menjawab 4 4 5
1
pertanyaan dari guru
Partisipasi siswa dalam 3 4 5
2 pembelajaran model Numbered
Head Together ( NHT )
Keseriusan siswa dalam 3 5 5
3
menyelesaikan LKS
4 Presentasi kelompok 4 4 4
5 Keaktifan siswa berdiskusi 3 4 5
Jumlah 17 21 24
cukup Sangat Sangat
Kategori
Aktif Aktif aktif
69

Tabel 4.6
Pengamatan kegiatan /aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran Matematika
dengan menggunakan model NHT
Hasil observasi
Siklus I
No Indikator Pertemuan
Pertemuan Pertemuan
Ke
Ke 2 Ke 3
1
1 Memberikan apersepsi 3 3 4

Menyiapkan media 3 3 4
2 pembelajaran/alat
peraga
Memberikan motivasi 3 3 4
3
belajar kepada siswa
Menyampaikan tujuan 3 3 4
4
pembelajaran
Menjelaskan materi 3 3 4
5
pelajaran dengan jelas
Melaksanakan model 3 4 4
6
NHT secara optimal
Menggunakan media 3 3 3
kartu positif dan
7
negatif pada saat
menjelaskan materi
Memberikan 3 3 4
pertanyaan yang
8
memancing daya pikir
siswa
Membimbing siswa 3 3 4
9 untuk bekerja sama
secara kelompok
10 Memusatkan perhatian 3 4 4
70

dan konsentrasi siswa


Membimbing siswa 3 4 4
11 pada saat kegiatan
presentasi
12 Menyimpulkan materi 3 4 4
Memberikan umpan 3 3 4
13
balik
Merefleksikan hasil 3 3 4
14
pembelajaran
15 Memberikan evaluasi 3 3 4
Memberikan tindak 3 4 4
16 lanjut

Jumlah 48 53 62
sangat baik Sangat baik
Kategori
Baik
Berdasarkan table di atas, keterlaksanaan pembelajaran cooperative learning model
NHT pada siklus 2 tentang aktivitas siswa dan guru telah mengalami peningkatan hingga
tergolong kriteria baik. Angka tersebut menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran
telah mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan dalam penelitian ini yitu
sebesar 80%.

Setelah dilakukan analisis data hasil belajar, ternyata hasil belajar Matematika siswa
yang ditingkatkkan melalui penerpan pendekatan cooperative learning model
NHT mengalami banyak peningkatan. Adapaun hasil tes pada siklus 2 disajikan dalam
bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 4.7
Test Hasil Belajar Siswa
No Nama Siswa Nilai Tuntas Belum

Tuntas
71

1 Aji Maulana 70

2 Asnah 80

3 Atika 80

4 Astrina Lestari 75

5 Ayati Ramadani 85

6 Egi arifin 80

7 Jasipa 80

8 Mela 60

9 Marsela 75

10 M.Riyadi 75

11 M.Rifqi 75

12 M.Ismail 80

13 Arga Satria 90

14 Betry Aulia 100

15 M.Adit 75

16 Ica Marisa 100

17 Vita Lestari 80

18 M.Nazaril 100

19 Nurhasanah 70

20 Uswatun Hasanah 80

21 Rika JM 90

22 Suryati 80
72

23 Rehan 70

24 Rendi 80

25 Reno Ferdiansyah 90

26 Nurul Aulia 100

27 M.Aldiansyah 80

28 Irfan Maulana 90

29 Indah Sundari 80

Jumlah 2370

Rata-rata 81,52

Ketuntasan 96,55 %

Tabel 4.8
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus 2
No Uraian Hasil siklus 2
1 Nilai rata-rata tes formatif 81,52
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 28
3 Persentase ketuntasan belajar 96,55%

d.Refleksi
Dari hasil pengamatan pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus 2, peneliti
mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran model NHT yang dilaksanakan telah berhasil
serta penggunaan media kartu positif dan negatif berpengaruh besar terhadap konsep
pemahaman siswa terhadap materi operasi pengurangan dan penjumlahan bilangan bulat . Hal
tersebut sudah terlihat dari hasil evaluasi bahwa dari 29 orang siswa , yang sudah mendapat
nilai baik diatas KKM ada 28 orang siswa jadi ketuntasan belajar mencapai 96,55% . hanya
73

satu siswa yang tidak tuntas dalam belajarnya, jadi ketidakketuntasan belajar mencapai
3,45%. Kemajuan atau peningkatan hasil belajar ini dapat terlihat dari gambar di bawah ini :

Gambar 2
Kegiatan siswa Dalam Model NHT
Siswa yang berkepala nomor yang sama menjawab soal ke depan

Gambar 3
Kegiatan Guru saat membimbing diskusi siswa dalam model NHT
74

Dalam gambar tersebut tampak terlihat, guru membimbing siswa dalam diskusi kelompok,
karena bimbingan guru sangat penting untuk dilakukan karena biasanya siswa tidak akan
seius untuk membahas hasil diskusi dengan kelompoknya, oleh karena itu guru sebagai
fasilitator dalam proses pembelajaran sangat diperlukan perab dan tugasnya demi kelancaran
proses pembelajaran dengan mengginakan model NHT.

Gambar 4
Kegiatan Siswa saat mempresentasikan hasil diskusi kelompok
75

Berdasarkan gambar di atas, keterlaksanaan pembelajaran cooperative


learning model Numbered Head Together ( NHT ) pada siklus 2 tentang aktivitas siswa telah
mengalami peningkatan hingga tergolong kriteria baik. Angka tersebut menunjukkan bahwa
keterlaksanaan pembelajaran telah mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan dalam
penelitian ini yaitu sebesar 85% dan ternyata hasil belajar Matematika siswa menjadi
menngkat melalui penerpan pendekatan cooperative learningtipe Numbered Head Together (
NHT ) .

B.Pembahasan
Berdasarkan analisis data dari masing-masing siklus, maka hasil belajar siswa siswa
pada setiap siklus menunjukkan adanya peningkatan yang cukup baik. Oleh karena itu,
peneliti menghentikan pemberian tindakan kelas sampai siklus 2 karena pada siklus 2 hasil
belajar Matematika tentang operasi pengurangan dan penjumlahan bilangan bulat sudah
mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.
Sesuai hasil pengamatan dari observer, dari lembar pengamatan siswa
diperoleh data aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran dari tahap
prasiklus mengalami kenaikan yang signifikan yaitu pada pra siklus aktivitasnya siswa masuk
kategori kurang aktif karena siswa masih mengenal model pembelajaran yang baru . Pada
siklus I (satu) mengalami kenaikan dan masuk kategori cukup aktif karena Data hasil tes
pada siklus ini ada kemajuan dibandingkan hasil pra siklus. Pelaksanaan pembelajaran masih
terdapat kekurangan, terutama dalam menjawab pertanyaan dari guru pada saat guru
memanggil salah satu kepala bernomor dari tiap kelompok. Tujuan pembelajaran yang belum
tercapai disebabkan karena keterbatasan siswa dalam memahami konsep operasi pengurangan
dan penjumlahan bilangan bulat serta kurang optimalnya guru ketika menerangkan materi
operasi pengurangan dan penjumlahan bilangan bulat dengan menggunakan media kartu
positif dan negatif. Oleh karena itu peneliti mengadakan diskusi dan refleksi dengan teman
sejawat untuk tindakan siklus dua yaitu siklus selanjutnyaa Pada pelaksanaan siklus ke 2 (
dua ) , siswa sudah dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru . Dan untuk
membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa, guru mengadakan kompetisi dalam
pembelajaran, yaitu kelompok mana yang lebih tinggi skornya pada saat menjawab
pertanyaan dari guru pada saat guru memanggil kepala bernomor dari tiap-tiap kelompok.
Seperti pada pelaksanaan siklus satu, namun pada siklus dua ini lebih dikembangkan yaitu
guru lebih meningkatkan lagi pada saat menjelaskan materi tentang operasi pengurangan dan
76

penjumlahan bilangan bulat dengan menggunakan media kartu positif dan negatif.dan pada
siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus1 ,aktifitas siswanya menjadi
sangat aktif. Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah memahami penjelasan konsep
Matematika tentang operasi pengurangan dan penjumlahan bilangan bulat. dan semua siswa
sudah menunjukkan kemajuan belajar, model pembelajaran Numbered Head Together
membuat siswa tertantang dan termotivasi belajar sehingga terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, langkah pembelajaran sistematis sehingga setiap langkah bermakna dalam
meningkatkan pemahaman siswa tentang operasi pengurangan dan penjumlahan bilangan
bulat.Untuk lebih jelasnya peningkatan aktifitas belajar siswa dapat dilhat dari grafik di
bawah ini :
Grafik 1
Keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan
Model Numbered Head Together ( NHT )

80.00%

70.00%

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
prasiklus Siklus 1 Siklus 2

Kurang Baik Cukup baik Baik

Penilaian terhadap aktivitas guru yang dilakukan oleh observer ditujukan pada
aktivitas guru saat proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan model NHT pada mata pelajaran matematika. Dari hasil pengamatan
diketahui bahwa terdapat peningkatan rata-rata nilai aktivitas guru dari prasiklus ke siklus 2.
Penilaian aktivitas guru pada prasiklus masuk kategori kurang aktif, pada siklus I naik
menjadi berkategori cukup baik dan siklus 2 meningkat kategorinya sangat aktif.
Peningkatan ini dikarenakan guru berusaha untuk mengelola pembelajaran secara optimal
77

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari
grafik di bawah ini:
Grafik 2
Aktivitas Guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan
Model NHT

80.00%

70.00%

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
prasiklus Siklus 1 Siklus 2

Kurang Baik Cukup baik Baik

Berdasarkan hasil tabel pada setiap siklusnya , tampak terlihat ada peningkatan
aktivitas guru dalam mengajar, kenaikan ini cukup signifikan antar siklusnya, jadi komponen
guru dalam mengelola sangatlah penting untuk diperhatikan ,karena gurulah yang akan
mengemas pembelajaran sesuai dengan langkah dan prosedur model pembelajaran model
NHT yang digunakan guru.
Berdasarkan hasil observer tentang hasil belajar siswa , diketahui adanya perubahan
nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada pra siklus reratanya sebesar 64,48 ,meningkat pada
siklus I (satu) sebesar 71,21dan meningkat lagi menjadi 81,52 pada siklus 2. Ini
menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa ketika menggunakan kartu positif dan
negatif dalam pembelajaran matematika pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat mengalami peningkatan yang cukup baik karena Pembelajaran yang bermakna akan
membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh
78

siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan
hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan
melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya
untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan
moderator dalam proses pembelajaran tersebut.
Untuk ketuntasan belajar siswa berdasarkan data di atas dapat ditemukan hasil yang
cukup baik dari pembelajaran pra siklus, siklus I (satu) dan ke siklus 2 (dua) adalah rata-rata
nilai siswa dan ketuntasan belajar siswa meningkat pada tahap pra sikus yang tuntas 34,48%,
pada tahap siklus I yang tuntas dalam belajarnya mencapai 68,96% sedangkan pada siklus ke
dua ,hasinya menggembirakan , bahwa semua siswa tuntas belajarnya 96,55%. Sesuai dengan
hasil observasi rekan sejawat maka peningkatan hasil belajar dikarenakan guru tepat dalam
menerapkan model pembelajaran numbered Head Together (NHT) ,media kartu positif dan
negatif yang digunakan memudahkan siswa memahami materi . Pada proses pembelajaran
siswa sudah menguasai konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat serta dapat
memahaminya dikarenakan ketepatan dan keefektifan model pembelajaran numbered Head
together (NHT) yang diterapkan guru dalam mengelola pembelajaran. Peningkatan hasil
belajar ini berjalan sukses karena siswa menyenangi model pembelajaran NHT , dimana
siswa senang mempunyai kepala bernomor dalam kegiatan pembelajarannya.Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari grafik di bawah ini :
Grafik 3
Hasil Belajar Siswa
79

100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
prasiklus Siklus 1 Siklus 2

Kurang Baik Cukup baik Baik

Berdasarkan grafik di atas, pada setiap siklusnya , tampak terlihat ada peningkatan
ketuntasan belajar secara klasikal, kenaikan ini cukup signifikan antar siklusnya, jadi
komponen guru dalam mengelola pembelajaran NHT sangatlah penting untuk diperhatikan
,karena gurulah yang akan mengemas pembelajaran sesuai dengan langkah dan prosedur
model pembelajaran NHT yang digunakan agar pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
80

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAKLANJUT

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

1) Dengan menggunakan media kartu positif dan negatif melalui model pembelajaran
Numbered Head Together ( NHT ) dapat meningkatkan hasil belajar matematika
tentang Operasi Penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada siswa kelas V
(lima) SDN I Mekarsari Kec.Rangkasbitung kab.Lebak . Hal ini terbukti terjadi
peningkatan presentase ketuntasan hasil belajar siswa .Kenaikan ketuntasan hasil
belajar terjadi pada tahap prasiklus ke siklus ke I (satu) dan ke siklus 2 (dua) yakni,
pada tahap pra siklus ketuntasan hasil belajar mencapai 34,48% naik menjadi 68,96%
pada siklus I (satu) dan naik lagi secara signifikan pada siklus 2 (dua) sebesar 96,55%.
2) Hasil belajar siswa kelas V (lima) SDN I Mekarsari Kec.Rangkasbitung kab.Lebak
Pada mata pelajaran matematika tentang Operasi Penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat dapat ditingkatkan dengan menggunakan media kartu positif dan
negatif melalui penerapan model pembelajaran Numbered Head Together ( NHT)
dimana model tersebut mengutamakan adanya kelompok-kelompok dalam
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan ,
menunjang keterlibatan semua anggota kelompok dalam memecahkan suatu masalah.
Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab dan kesempatan yang sama
untuk menyampaikan ide dan pendapat dalam diskusi kelompok,dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran dan mengembangkan motivasi dan prestasi belajar yang
lebih baik.

B. Saran dan Tindak lanjut


Berdasarkan kesimpulan yang sudah dipaparkan di atas, maka saran yang bisa
dipaparkan adalah sebagaiberikut :
1) Pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered heads
together) yang telah diterapkan di kelas dapat dijadikan sebagai alternatif
pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Guru hendaknya harus selalu memperbaiki setiap pembelajaran yang dilakukannya.
Kelemahan yang dialami merupakan bekal perbaikan untuk masa depan,
81

3) PTK dibuat untuk dijadikan sebagai masukan di dalam merencanakan, melaksanakan,


dan mengembangkan serta mengambil kebijakan terutama mengenai strategi, metode,
model dan pendekatan yang tepat serta pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran
dalam melindungi keoptimalan pendidikan di lembaga tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Supriono, Cooperative Learning Teori dan Apikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), hal 55
Depdiknas, (2005) Materi Pelatihan Terintegrasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Depdiknas, Jakarta.
Depdiknas, (2007) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41
Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Dimyati, (2009) Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta
Djamarah Syaiful Bahri, (2002) Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.
82

Ibrahim Muslimin, (2000) Pembelajaran Kooperatif, Surabaya University Press.


Ismail. 1998. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Isjoni. 2009. Coopretif Learning. Bandung : Alfabeta
IGAK Wardani dan Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), 7.
Ibrahim dalam Rose Eva Daili. 2000. skripsi Penerapan metode pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) dan Student Teams Achievement Division (STAD) untuk
meningkatkan minat belajar dan keterampilan sosial pada mata pelajaran ekonomi siswa
kelas X SMA Negeri 2 Blitar tidak diterbitkan Malang: UniversitasNegri Malang
Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 7.
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, hlm. 222.
L Arend Richard, 2008, Learning To Teach, Jakarta: Pustaka Pelajar.
Muchlish Mashnur, (2005) KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Bumi
Aksara, Jakarta.
Mohamad Ali. (1985). Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar Baru
Nurhadi. 2003. Pembelajaran kontekstual dan penerapan dalam KBK. Malang : Universitas
Negri Malang

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hal. 49
Suprayekti, (2003) Interaksi Belajar Mengajar, Direktorat Tenaga Kependidikan, Jakarta.

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2011),Cet.20 hal. 19
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:Konsep, Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai