Anda di halaman 1dari 43

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG

MATERI OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN DAN


PENGURANGAN BILANGAN BULAT MENGGUNAKAN
KARTU POSTIF NEGATIF PADA SISWA KELAS IV DI
SDN 9 JEBUS KABUPATEN BANGKA BARAT
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) sebagai salah satu
syarat dalam menempuh Tugas Akhir Program S-1 PGSD

DISUSUN OLEH

ASTUTI
NIM. 856327396

UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH
PANGKALPINANG
TAHUN 2020

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PERBAIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Nama Mahasiswa : ASTUTI


NIM : 856327396
Program Studi : S-1 PGSD
Tempat mengajar : SD Negeri 9 Jebus
Jumlah Siklus Pembelajaran : 2 Siklus
Hari dan tanggal Pelaksanaan : Siklus 1, Hari Senin, tanggal 23 Oktober 2020
Siklus 2, Hari Senin, tanggal 2 November 2020
                                           
Masalah yang Merupakan Fokus Perbaikan:

1. Mengetahui apakah penggunaan media kartu positif negatif dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik tentang materi operasi hitung

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat pada mata pelajaran

Matematika kelas IV di SD Negeri 9 Jebus Tahun Pelajaran 2020/2021.

2. Meningkatkan keaktifan peserta didik dengan menggunakan media kartu

positif negatif.

Menyetujui, Pangkalan Baru, November 2020


Supervisor 1 Mahasiswa

ODI ZUBRIADI, M.Pd ASTUTI


NIP. NIM. 856327396

ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan Praktek Pemantapan


Kemampuan Profesional (PKP) yang saya susun sebagai syarat untuk memenuhi
mata kuliah PKP pada Program Studi S1 PGSD Universitas Terbuka (UT)
Seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan PKP yang saya kutip dari
hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan PKP ini bukan
hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya
bersedia menerima sanksi, termasuk pencabutan gelar akademik yang saya
sandang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Pangkalan Baru, November 2020


Yang membuat pernyataan,

ASTUTI
NIM. 856327396

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat melaksanakan tindakan perbaikan
pembelajaran dalam usaha meningkatkan hasil belajar peserta didik dan
menyelesaikan laporan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP) dengan baik, lancar dan tepat pada waktunya.
Laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan, pemberian
motivasi dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Odi Zubriadi, M.Pd selaku sepervisor 1 yang telah memberikan


bimbingan selama ini kepada peneliti.
2. Kepala SD Negeri 9 Jebus yang telah mengizinkan peneliti
melaksanakan perbaikan pembelajaran.
3. Teman sejawat yang telah memberi bantuan, masukan dan dukungan
dalam proses pembelajaran.
4. Rekan-rekan guru SD Negeri 9 Jebus yang banyak membantu
pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini yang tidak
dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat kurang sempurna untuk
itu kritik dan saran yang sifatnya membangun, sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan ini, namun penulis tetap berharap semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.

Pangkalan Baru, November 2020


Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................. i


Lembar Pengesahan .......................................................................... ii
Lembar Pernyataan Bebas Plagiat .................................................... iii
Kata Pengantar .................................................................................. iv
Daftar Isi ........................................................................................... v
Daftar Tabel ...................................................................................... vii
Daftar Gambar .................................................................................. viii
Daftar Lampiran ................................................................................ ix
Abstrak ............................................................................................. x
BAB I. Pendahuluan ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
1. Identifikasi Masalah ........................................................ 3
2. Analisis Masalah ............................................................. 3
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah .................. 4
B. Rumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran .......................... 4
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran ........................ 4
BAB II. Kajian Pustaka .....................................................................
6
A. Hasil Belajar .......................................................................... 6
B. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ........................ 9
C. Uraian Materi Pelajaran ........................................................ 10
D. Pengertian Model Pembelajaran Example Non Example ...... 10
E. Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example
pada Mata Pelajaran Matematika .......................................... 11
F. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Example Non Example .......................................................... 12
BAB III. Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran ............... 13
A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian,
Pihak yang Membantu .......................................................... 13
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran ............................ 14
C. Teknik Analisis Data ............................................................. 18

v
BAB IV. Hasil dan Pembahasan ....................................................... 19
A. Deskripsi Hasil dan Penelitian Perbaikan Pembelajaran ...... 19
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran ........ 25
BAB V. Simpulan dan Saran serta Tindak Lanjut ............................ 26
A. Simpulan ............................................................................... 26
B. Saran Tindak Lanjut .............................................................. 26
Daftar Pustaka ................................................................................... 27
Lampiran

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Tabel 4.1 Perolehan data pra siklus
Tabel 4.2 Perolehan data siklus I
Tabel 4.3 Perolehan data siklus II
Tabel 4.4 Keaktifan peserta didik prasiklus
Tabel 4.5 Keaktifan peserta didik siklus I
Tabel 4.6 Keaktifan peserta didik siklus II

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Persentase Ketuntasan Belajar Peserta Didik


Gambar 4.2 Nilai tertinggi dan terendah masing-masing siklus
Gambar 4.3 Nilai rata-rata kelas masing-masing siklus
Gambar 4.4 Persentase Keaktifan Peserta Didik

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Kesediaan Supervisor 2 sebagai Pembimbing PKP.


2. Perencanaan PTK.
3. Berkas RPP Prasiklus, Siklus 1 dan Siklus 2.
4. Lembar Observasi/Pengamatan.
5. Jurnal Pembimbingan dengan Supervisor 1.
6. Jurnal Pembimbingan dengan Supervisor 2.
7. Hasil pekerjaan peserta didik terbaik dan terburuk persiklus.
8. Surat Pernyataan Kepala Sekolah.
9. Alat Penilaian Kemampuan Guru PKP 1 (APKG 1) dari Penilai.
10. Alat Penilaian Kemampuan Guru PKP 2 (APKG 2) dari Penilai.
11. Foto-foto kegiatan.

ix
ABSTRAK

Dalam proses pembelajaran, guru sangat berperan aktif terhadap pelaksanaan


kegiatan belajar mengajar. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik tentang materi operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan menggunakan kartu positif
negatif pada mata pelajaran matematika kelas IV di SD Negeri 9 Jebus Tahun
Pelajaran 2020/2021. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 9 Jebus Kecamatan
Jebus Kabupaten Bangka Barat. Penelitian ini dilakukan melalui 2 siklus.
Penelitian mulai dilakukan tanggal 23 Oktober sampai dengan 2 November 2019.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dari 30 peserta didik hanya 22 orang
yang mencapai kriteria ketuntasan minimal. Pada siklus II terjadi kenaikan
sebanyak 30 peserta didik telah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Dari hasil
pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan mulai Prasiklus, siklus I,
siklus II, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan kartu
positif negatif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik tentang materi
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulatpada mata pelajaran
matematika kelas IV di SD Negeri 2 Kelapa Tahun Pelajaran 2019/2020.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Siswa, Kartu Positif Negatif

x
xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan,
dan kebiasaan sekumpulan manusia yang diwariskan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian. Pendidikan
merupakan proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan
individu.
Pada pendidikan Sekolah Dasar kemampuan yang diberikan tidak hanya
kemampuan membaca dan menulis saja melainkan berhitung serta berbagai proses
pengembangan kemampuan peserta didik secara optimal. Motivasi belajar peserta
didik, sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses pembelajaran, serta
profesionalisme guru dalam mengajar sangat berpengaruh terhadap peserta didik.
Semangat peserta didik dalam belajar akan menurun dan kurang menarik jika hal-
hal tersebut tidak diperhatikan dengan baik dan dapat menyebabkan hasil belajar
tidak seperti yang diharapkan.
Dalam proses pembelajaran, guru sangat berperan aktif terhadap
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar karena guru yang menentukan apakah
tujuan pembelajaran tercapai atau tidak. Sementara itu, dalam mengajar guru
masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir peserta didik dan metode yang
digunakan kurang tepat sehingga peserta didik kurang memahami apa yang
disampaikan oleh guru.
Selain itu dalam proses belajar mengajar hanya sedikit guru yang
menggunakan alat peraga serta mengaitkan materi yang diajarkan dengan
kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik hanya menerima apa yang
disampaikan oleh guru dan kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Jika
peserta didik hanya mengandalkan pendengaran dan penglihatan saja, daya serap
peserta didik tersebut cenderung rendah. Dalam hal ini, guru harus pandai
memilih dan mengolah sumber belajar yang ada agar sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan perkembangan peserta didik.

1
Matematika adalah salah satu pelajaran yang kurang diminati peserta
didik. Pelajaran matematika sulit untuk dipahami peserta didik. Matematika
adalah pelajaran angka. Jika guru hanya terpaku pada angka dan rumus baku,
maka jalannya proses belajar akan membosankan. Dalam hal ini, guru harus
melakukan penelitian agar masalah yang dialami tidak berlarut. Kurangnya minat
dan pengetahuan peserta didik tentang materi pelajaran matematika dapat
membuat peserta didik pasif dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat terlihat dari
kemampuan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, diantaranya
adalah nilai peserta didik di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal, peserta didik
kurang mampu memahami materi pelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran tidak
seperti yang diharapkan.
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur,
bangun ruang, dan perubahan-perubahan pada suatu bilangan. Matematika berasal
dari bahasa Yunani Mathematikos yang artinya ilmu pasti. Dalam bahasa Belanda
matematika disebut wiskunde yang artinya ilmu tentang belajar. Sedangkan dalam
kamus besar bahasa Indonesia, definisi matematika adalah ilmu tentang bilangan
dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya yang mencangkup segala bentuk
prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai
bilangan.
Pembelajaran matematika akan lebih bermanfaat jka materi kegiatan
disampaikan dengan cara dipraktekkan. Peserta didik akan memperoleh
pengalaman belajar yang tidak mudah dilupakan karena guru secara langsung
mempraktekkan, memperagakan atau menunjukkan kepada peserta didik suatu
proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk
sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan. Kegiatan praktek juga bermanfaat untuk
memotivasi rasa ingin tahu peserta didik dari materi yang dipelajari.
Melalui pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
guru, ternyata rendahnya aktivitas dan kemampuan peserta didik dalam
memahami materi disebabkan karena penguasaan kelas lebih didominasi oleh
guru sehingga peserta didik menjadi pasif dan kurang berminat mengikuti proses
pembelajaran. Selain itu, dari hasil evaluasi peserta didik setelah pembelajaran

2
menunjukkan bahwa nilai hasil evaluasi peserta didik tentang pembulatan dari 28
peserta didik hanya 20 orang peserta didik yang mendapatkan nilai diatas KKM
sedangkan 8 peserta didik mendapatkan nilai di bawah KKM. Dengan demikian,
pembelajaran dengan materi pembulatan pada mata pelajaran matematika belum
berhasil sehingga harus dilakukan perbaikan dalam pembelajaran dan diupayakan
metode pembelajaran yang lebih tepat agar mampu meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan Permasalahan diatas, Maka perlu dilakukan Penelitian
Tindakan Kelas “Meningkatkan hasil belajar peserta didik tentang materi
pembulatan dengan menggunakan model pembelajaran example non example
pada mata pelajaran matematika kelas IV di SD Negeri 2 Kelapa Tahun Pelajaran
2019/2020”.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika kelas
IV SD Negeri 2 Kelapa pada materi pembulatan diperoleh hasil dari 28 peserta
didik hanya 20 peserta didik saja yang mendapatkan nilai diatas KKM
sedangkan 8 peserta didik mendapatkan nilai dibawah KKM. Masalah yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
a. Peserta didik kurang aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar.
b. Metode yang digunakan kurang tepat.
c. Keaktifan dan motivasi peserta didik kurang.
d. Alat peraga yang digunakan kurang memadai.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, masalah yang ditemukan dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Metode ceramah yang digunakan sangat monoton.
b. Peserta didik kurang memahami konsep materi pembulatan.
c. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran.
d. Peserta didik kurang memperhatikan penjelasan guru.
e. Guru tidak memberikan contoh yang memadai.

3
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis masalah yang ditemukan maka solusi yang dapat
dilakukan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Mengunakan metode yang sesuai.
b. Menggunakan media dan alat peraga yang sesuai dengan materi yang
diajarkan.
c. Memberikan motivasi dan menumbuhkan minat peserta didik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, dapat dikemukakan bahwa rumusan
masalah adalah sebagai berikut : Apakah dengan menggunakan model
pembelajaran example non example dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik kelas IV tentang materi pembulatan pada mata pelajaran matematika di SD
Negeri 2 Kelapa Kabupaten Bangka Barat ?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta
didik akan meningkat dengan menggunakan model pembelajaran example non
example pada mata pelajaran matematika materi pembulatan kelas IV SD Negeri
2 Kelapa Kabupaten Bangka Barat.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini
adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peserta didik


a. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pelajaran matematika.
b. Menumbuhkan motivasi untuk mempelajari pelajaran matematika.
c. Menumbuhkan sikap positif peserta didik terhadap pelajaran matematika.

4
2. Bagi Guru
a. Meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran di kelas.
b. Dapat memberikan gambaran tentang kemampuan peserta didik dalam
memahami materi.
c. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman guru dalam
menggunakan metode pembelajaran.

3. Bagi Sekolah
a. Dapat meningkatkan mutu dan keberhasilan sekolah.
b. Dapat meningkatkan prestasi peserta didik di sekolah.
c. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya mengoptimalkan hasil belajar
peserta didik khususnya pada mata pelajaran matematika.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar
1. Definisi Hasil Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku
atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang
diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila jika seseorang
tersebut dapat menunjukkan perubahan tindakan dan perilakunya.
Stimulus adalah cara apa saja yang diberikan pendidik kepada peserta
didik, sedangkan respon merupakan reaksi atau tanggapan peserta didik
terhadap stimulus yang diberikan oleh pendidik tersebut. Berhasil atau
tidaknya suatu tujuan pembelajaran bergantung pada proses yang dialami
siswa itu sendiri. Ahmad Mudzalir (1997:33) mengemukakan bahwa
belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal baik
dalam bidang ilmu pengetahuan maupun keterampilan. Sedangkan Winkel
(2009) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental atau
psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan sejumlah perubahan yang relatif konstan dan berbekas.
Hasil belajar adalah kemampuan, pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar
merupakan awal dari keberhasilan siswa. Pemahaman siswa akan materi
pelajaran akan sejalan dengan hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dari
sebelumnya. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud dari ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Oemar Hamalik (2001: 30),
hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,
dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

6
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk
mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah
diajarkan (Purwanto,2013:44). Karenanya seseorang akan dilihat dari
perubahan tingkah lakunya setelah ia melewati proses belajar. Menurut
Winkel dalam Purwanto (2013:45) aspek perubahan itu mengacu kepada
taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom mencakup
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Seseorang dikatakan telah
berhasil dalam belajar jika terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti. Namun, tidak semua hasil belajar bisa langsung diamati
pada saat pembelajaran berlangsung dan tidak semua hal yang bisa diamati
dikatakan sebagai hasil dari proses belajar.
Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa seseorang dikatakan
telah belajar apabila telah terjadi suatu perubahan pada dirinya. Perubahan
tersebut terjadi berkat adanya interaksi dengan orang lain atau
lingkungannya. Sehingga untuk dapat belajar seorang pelajar tidak dapat
terlepas dari orang lain, dalam hal ini guru dan teman belajar. Dengan
demikian dapat dikatakan seorang pelajar tidak dapat belajar dengan baik
bila hanya sendirian saja, dia juga perlu guru untuk membimbing
danteman untuk berdiskusi.
Menurut Gagne dalam Aunurrahman (2012:142) menyebutkan ada
tiga perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar, yaitu:
1. Model kognitif (cognitive models)
Model kognitif yaitu kecakapan individu untuk melakukan
pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam
konteks proses pembelajaran, model kognitif yaitu kemampuan
mengendalikan ingatan dan cara-cara berpikir agar terjadi aktivitas
yang efektif.

7
2. Sikap (attitude)
Sikap yaitu keadaan dalam diri individu yang akan memberikan
kecendrungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau
peristiwa,di dalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang
menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak. Misalnya, sikap
menghormati pendapat orang lain, kesediaan untuk bekerjasama, dan
tangung jawab.
3. Kecakapan motorik (motor skill)
Kecakapan motorik ialah hasil belajar yang berupa kecakapan
pergerakan fisik. Misalnya, keterampilan menggunakan sepeda atau
membuat peta.

2. Indikator Hasil Belajar


Menurut Muhibbin syah (2014:148) bahwa pengugkapan hasil
belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai
akibat pengalaman dan hasil belajar. Kunci pokok untuk mengetahui
ukuran dan data hasil belajar siswa adalah dengan mengetahui garis-garis
besar indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis
hasil yang hendak diungkapkan atau diukur.
Menurut Benjamin S. Bloom (Aunurrahman, 2012:49) bahwa hasil
belajar diklasifikasikan ke dalam tiga ranah, yaitu: 1) ranah kognitif, 2)
ranah afektif, 3) ranah psikomotor. Hasil belajar merupakan dampak dari
aktivitas belajar yag telah dilakukan. Karena tujuan pengajaran adalah
kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah menyelesaikan
pengalaman belajarnya, hal ini disampaikan oleh Sudjana dalam Purwanto
(2013:45).
Berdasarkan pendapat tersebut, indikator hasil belajar dalam
penelitian ini mencakup ranah kognitif yang dilihat dari hasil post tes
setelah pembelajaran dilaksanakan.

8
B. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran adalah proses proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa
yang saling bertukar informasi. Kamus besar Bahasa Indonesia (2000)
menyebutkan kata pembelajaran sebagai kata benda yang diartikan sebagai proses
cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Kata pembelajaran berasal
dari kata kerja belajar yang berarti berusaha untuk memperoleh kepandaian atau
ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Adapula pernyataan menurut Winataputra (2007: 1) yang menyatakan bahwa arti
pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi
dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik.
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur,
bangun ruang, dan perubahan-perubahan yang ada pada suatu bilangan.
Matematika berasal dari bahasa Yunani Mathematikos yang artinya ilmu pasti.
Dalam bahasa belanda matematika disebut sebagai Wiskunde yang artinya ilmu
tentang belajar. Menurut Ruseffendi (1980: 148) yang menyatakan bahwa
matematika adalah ilmu keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasikan
mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya
ke dalil.
Menurut Bruner (Herman Hudoyo, 1998: 56) Pembelajaran matematika
adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam
materin yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur
matematika didalamnya.
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar merupakan pembelajaran yang
menggunakan konsep matematika pada kehidupan sehari-hari, demi tercapainya
tahap keterampilan dalam diri siswa. Pembelajaran matematika yang diajarkan di
sekolah dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut,
(1) menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai latihan
dalam kehidupan sehari-hari, (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat
dialih gunakan melalui kegiatan matematika, (3) mengembangkan kemampuan

9
dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, serta (4) membentuk sikap
logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.

C. Uraian Materi Pelajaran.


Adapun tujuan dari mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan
dapat:
1. Mengetahui cara pembulatan yang benar.
2. Mengetahui pembulatan ke dalam puluhan terdekat.
3. Mengetahui pembulatan ke dalam ratusan terdekat.
4. Mengetahui pembulatan ke dalam ribuan terdekat.
5. Mampu menafsirkan hasil operasi hitung bilangan.

D. Pengertian Model Pembelajaran Example Non Example


Model Pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang
meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan
guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak
langsung dalam proses belajar mengajar.
Model pembelajaran example non example merupakan model
pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram atau tabel sesuai dengan
materi bahan ajar dan kompetensi, sajian gambar ditempel atau memakai
LCD/OHP, dengan petunjuk guru, siswa mencermati sajian, diskusi kelompok
tentang sajian gambar, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan,
evaluasi dan refleksi (Roestiyah. 2001: 73).
Hary Kurniadi (2010: 1 ) menyatakan bahwa model pembelajaran example
non example merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai
media pembelajaran.
Menurut Rochyandi, Yadi (2004: 11) model pembelajaran example non
example adalah tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru
menempelkan contoh gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
dan gambar lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian siswa

10
disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga
siswa dapat membuat konsep yang esensial.

Tujuan dari model pembelajaran exampel non exampel adalah :


1. Memberikan peserta didik pengalaman belajar langsung.
2. Membuat peserta didik mengamati langsung secara jelas sesuatu yang
ditunjukkan oleh guru.
3. Melatih peserta didik dalam melihat, memperhatikan, mendengar, menyimak,
serta menjelaskan apa yang telah dipelajarinya.
4. Melatih peserta didik dalam memberi informasi dan menarik kesimpulan dari
apa yang telah dilihat dan diamatinya.

E. Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example pada Mata


Pelajaran Matematika
Dengan mengadopsi model pembelajaran example non example
dalam mata pelajaran matematika, maka seorang guru mata pelajaran
matematika dapat menempuh tahapan pembelajaran sebagai berikut.
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan tulis atau ditayangkan melalui LCD
proyektor.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik
untuk memperhatikan atau menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-4 orang, hasil diskusi dari analisa gambar
dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Dari hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai.
7. Guru memberi kesimpulan.

11
F. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Example Non Example
Model pembelajaran exampel non example memiliki kelebihan dan
kekurangan. Dengan memahami kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
ini, diharapkan model pembelajaran ini dapat digunakan pada materi yang sesuai.

1. Kelebihan model pembelajaran example non example


Menurut Buehl dalam (Apriani dkk, 2007: 219) mengemukakan kelebihan
model pembelajaran exampel non example antara lain :
a. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk
memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih
kompleks.
b. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong
mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman
dari example non example.
c. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengekplorasi karakteristik
dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang
dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu
karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

2. Kekurangan model pembelajaran example non example


a. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
b. Memerlukan waktu yang lama.

12
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu


Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilakukan pada mata pelajaran
matematika materi pembulatan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Kelapa
yang dilakukan di semester ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020. Subjek penelitian
ini adalah peserta didik kelas IV SD Negeri 2 Kelapa dengan jumlah peserta didik
28 orang.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober s/d 11 November
2019 Tahun Pelajaran 2019/2020 sebanyak 2 siklus dengan jadwal sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No. Siklus Waktu Pelaksanaan

1. Pra Siklus 28 Oktober 2019

2. Siklus 1 4 November 2019

3. Siklus 2 11 November 2019

Pada penelitian perbaikan pembelajaran ini, penulis dibantu oleh Bapak


Marhan Khodri, S.Pd.SD sebagai supervisor 2 sekaligus sebagai Kepala SD
Negeri 2 Kelapa yang telah memudahkan dalam proses Penelitian. Dalam
penelitian ini juga penulis dibantu oleh Bapak Agus Risnan Jaya, M.Pd sebagai
supervisor 1, yang telah banyak memberi saran dan perbaikan dalam proses
penelitian serta pihak – pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

13
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Bentuk penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu pencermatan
terhadap kegiatan pembelajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2010: 3). Penelitian
Perbaikan Pembelajaran ini dilakukan sebanyak 2 siklus. Sebelum dilakukan
perbaikan pembelajaran, penulis melakukan studi pendahuluan, untuk mengetahui
permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran matematika serta mencari solusi
yang tepat bersama dengan supervisor 2.
Tiap satu siklus dalam setiap perbaikan pembelajaran diawali dengan
langkah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi seperti pada gambar
di bawah ini:

Gambar 3.1
Siklus Peneltian Tindakan Kelas

I. Pra Siklus
a. Perencanaan
1. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran.
2. Menyiapkan instrumen yang diperlukan.
3. Menyiapkan alat evaluasi untuk peserta didik.

14
b. Pelaksanaan
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Mengadakan apersepsi dan motivasi.
3. Menjelaskan materi yang akan dipelajari.
4. Melakukan tanya jawab.
5. Mengadakan evaluasi.

c. Pengamatan
1. Peserta didik banyak tidak memperhatikan.
2. Suasana kelas tidak kondusif.
3. Pertanyaan-pertanyaan tidak dapat dijawab peserta didik.
4. Metode yang digunakan monoton.

d. Refleksi
1. Peserta didik belum memahami materi yang diajarkan.
2. Kurang menguasai kelas.
3. Tujuan pembelajaran belum tercapai.
4. Hasil belajar dari soal evaluasi yang diberikan sangat rendah.
5. Peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya.

II. Siklus I
a. Perencanaan
1. Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus I.
2. Menyiapkan LCD proyektor untuk menayangkan materi tentang
pembulatan.
3. Menyiapkan instrumen yang diperlukan.
4. Mempersiapkan alat evaluasi untuk peserta didik.

b. Pelaksanaan
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2. Mengadakan apersepsi dan motivasi.

15
3. Menjelaskan materi yang akan dipelajari dengan metode ceramah
dengan menggunakan LCD proyektor.
4. Guru membagi peserta didik menjadi 8 kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri 4 orang.
5. Mengadakan penguatan dengan diskusi, tanya jawab, dan latihan soal
evaluasi.
6. Memberikan kesimpulan terhadap hasil belajar.

c. Pengamatan
1. Peserta didik memperhatikan dan menyimak penjelasan guru.
2. Peserta didik mulai memahami materi yang disampaikan.
3. Sebagian besar peserta didik sudah bisa menjawab pertanyaan-
pertanyaan dari guru.
4. Kondisi kelas cukup kondusif.
5. Metode yang digunakan dapat menarik minat peserta didik.

d. Refleksi
1. Sebagian besar peserta didik sudah menguasai materi yang dipelajari.
2. Sebagian besar peserta didik aktif dalam proses pembelajaran.
3. Pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran cukup efisien.
4. Hasil belajar sebagian besar peserta didik sudah memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal.

Adapun kekurangan yang ada pada siklus I akan diperbaiki pada siklus
berikutnya.

III. Siklus II
a. Perencanaan
1. Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus II.
2. Menyiapkan LCD proyektor untuk menayangkan materi.
3. Menyiapkan instrumen yang diperlukan.
4. Menyiapkan alat evaluasi untuk peserta didik.

16
b. Pelaksanaan
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2. Mengadakan apersepsi dan motivasi.
3. Guru menjelaskan materi pelajaran menggunakan model pembelajaran
example non example.
4. Guru membagi peserta didik menjadi 8 kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri 4 orang.
5. Guru menggunakan LCD proyektor untuk menjelaskan materi yang
dipelajari.
6. Peserta didik memperhatikan, menyimak, meneliti dan menirukan
secara langsung praktik yang dilakukan dalam pembelajaran.
7. Mengadakan penguatan dengan diskusi, penugasan, tanya jawab dan
latihan soal evaluasi.
8. Memberikan kesimpulan terhadap hasil belajar.

c. Pengamatan
1. Peserta didik memperhatikan dan menyimak penjelasan yang
dilakukan oleh guru.
2. Peserta didik sudah memahami materi yang sedang dipelajari.
3. Pertanyaan-pertanyaan dari guru sudah dapat dijawab oleh peserta
didik.
4. Kondisi kelas sudah kondusif.
5. Metode yang digunakan menarik minat dan keaktifan belajar peserta
didik.

d. Refleksi
1. Peserta didik sudah menguasai materi pelajaran.
2. Peserta didik sudah aktif dalam pembelajaran.
3. Pengelolaan waktu dalam pembelajaran sudah efesien.
4. Hasil belajar peserta didik sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimal.

17
5. Tujuan pembelajaran sudah tercapai.

Melihat hasil belajar diatas, tidak perlu dilakukan lagi perbaikan pembelajaran.

C. Teknik Analisis Data


Pada penelitian ini ada dua jenis data yang diambil yaitu data berupa skor
yang diperoleh peserta didik dari tes yang diberikan dan lembar pengamatan
terhadap guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Data berupa skor
yang diperoleh peserta didik dari tes dianalisa secara kuantitatif, sedangkan
lembar pengamatan guru dan siswa dianalisis secara kualitatif.
Seorang peserta didik dikatakan telah mencapai ketuntasan individual jika
sekurang-kurangnya memperoleh nilai 70. Sedangkan ketuntasan klasikal jika
banyak peserta didik yang mencapai nilai 70 atau lebih minimal 85% dari jumlah
peserta didik.
Tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini apabila hasil belajar peserta
didik pada materi pembulatan, yaitu nilai rata-rata yang dihasilkan 70 atau lebih
dan peserta didik yang mendapat nilai 70 atau lebih sejumlah minimal 85% dari
jumlah peserta didik.

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.


Hasil evaluasi pada akhir pembelajaran setiap siklus dapat dilihat pada
lampiran I laporan ini. Dari data pada lampiran I tersebut, dapat dilihat bahwa dari
prasiklus sampai dengan siklus II terjadi peningkatan nilai hasil belajar peserta
didik. Hal ini terjadi karna dalam setiap proses pembelajaran guru selalu berusaha
untuk melibatkan peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih aktif dan
kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Selain itu, guru memiliki
kreatifitas dan aktif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dengan menggunakan model pembelajaran example non example.
Sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran peserta didik cenderung pasif
dan hanya sebagai pendengar, akhirnya peserta didik menjadi bosan dan tidak
menguasai pembelajaran dengan baik. Berikut adalah gambar perolehan nilai
tertinggi dan terendah yang dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran dari
pra siklus sampai dengan siklus II.
Tabel 4.1
Perolehan data pra siklus
Nilai Nilai Rata-rata Jumlah Jumlah Persentase
Terendah Tertinggi Tuntas Tidak Ketuntasan
Tuntas

60 90 76,43 20 orang 8 orang 71,43%

Dari tabel di atas terlihat bahwa masih ada peserta didik yang belum tuntas
dalam proses pembelajaran dikarenakan pembelajaran yang digunakan masih
menggunakan metode ceramah sehingga diadakan perbaikan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran example non example. Pada siklus 1, terjadi
peningkatan persentase ketuntasan belajar dibanding pra siklus. Hasil belajar
siklus 1 bisa kita lihat pada tabel 4.2 di bawah ini:

19
Tabel 4.2
Perolehan data siklus I
Nilai Nilai Rata-rata Jumlah Jumlah Persentase
Terendah Tertinggi Tuntas Tidak Ketuntasan
Tuntas

60 100 81,07 23 orang 5 orang 82,14%

Dari data di atas terlihat bahwa walaupun terjadi peningkatan pada


persentase ketuntasan belajar, tetapi secara keseluruhan masih di bawah
persentase ketuntasan klasikal yang sudah ditetapkan minimal 85% peserta didik
sudah mengalami ketuntasan.
Dari hasil refleksi yang dilakukan peneliti dengan teman sejawat, ada
beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran pada siklus 1 ini, yaitu:
1) Peneliti dalam proses pembelajaran tidak menyampaikan tata tertib dalam
kelompok sehingga ada peserta didik yang asyik mengobrol dengan teman
kelompoknya.
2) Kurangnya bimbingan yang merata secara kelompok maupun personal.
3) Peneliti masih belum tepat mengelola waktunya.
4) Peneliti kurang melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan
pembelajaran sehingga siswa kurang termotivasi.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1 tersebut, diadakanlah perbaikan
pada siklus II. Pada siklus II ini, diperoleh hasil tes sesuai dengan harapan penulis,
dimana peserta didik sudah memperoleh persentase ketuntasan besar belajar
sebesar 100 %. Hal ini bisa kita lihat perolehan nilainya pada tabel 4.3 berikut ini:

20
Tabel 4.3
Perolehan data siklus II
Nilai Nilai Rata-rata Jumlah Jumlah Persentase
Terendah Tertinggi Tuntas Tidak Ketuntasan
Tuntas

80 100 85,71 28 orang - 100%

Dari data di atas bisa kita sajikan data hasil ketuntasan belajar masing-
masing siklus pada gambar 4.1 di bawah ini :
Gambar 4.1
Persentase Ketuntasan Belajar Peserta Didik

100
90
80
70
60
Tuntas
50
Tidak Tuntas
40
30
20
10
0
Pra siklus Siklus I Siklus II

Dari gambar di atas jelas menunjukan adanya peningkatan penguasaan


materi pelajaran matematika secara signifikan. Hal ini dapat dilihat bahwa secara
bertahap dari prasiklus sampai pada siklus II. Mengalami peningkatan persentase
ketuntasan belajar peserta didik. Ini menunjukan bahwa melalui penggunaan
metode pembelajaran bervariatif serta sangat membantu peserta didik dalam
memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan kreatifitas dan keaktifan peserta
didik dalam proses pembelajaran.
Dari segi nilai individual terlihat ada peningkatan untuk nilai tertinggi dan
nilai rata-rata pada setiap siklus. Hal ini bisa kita lihat pada gambar 4.2 dan 4.3 di
bawah ini:

21
Gambar 4.2
Nilai tertinggi dan terendah masing-masing siklus

100
90
80
70
60
Nilai Terendah
50
Nilai Tertinggi
40
30
20
10
0
Pra siklus Siklus I Siklus II

Gambar 4.3
Nilai rata-rata kelas masing-masing siklus

Nilai Rata-Rata

86
84
82
80
78
76
74
72
70
Pra siklus Siklus I Siklus II

22
Dengan menggunakan model pembelajaran example non example ternyata
hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari data yang
diperoleh pada setiap evaluasi bahwa peserta didik pada pembelajaran pra siklus,
nilai terendah adalah 60 (enam puluh) dengan nilai rata-rata kelas 76,43. Setelah
dilaksanakan perbaikan pembelajaran maka pada siklus II menunjukan nilai yang
lebih baik, dimana nilai yang terendah adalah 80 (delapan puluh) dengan nilai
rata-rata 85,71. Hal ini menunjukan bahwa adanya peningkatan kemampuan
peserta didik dalam penguasaan materi pembelajaran sehingga ketuntasan belajar
mencapai 100% pada siklus II.
Dari segi keaktifan peserta didik pun terlihat adanya peningkatan pada
masing-masing siklus. Hal ini bisa kita lihat pada tabel 4.4, 4.5 dan 4.6 di bawah
ini:
Tabel 4.4
Keaktifan peserta didik prasiklus
Jumlah Jumlah Jumlah Persentase Persentase tidak
peserta peserta peserta didik yang aktif aktif
didik didik aktif tidak aktif

28 15 13 53,57% 46,43%

Pada kegiatan belajar sebelum menggunakan metode pembelajaran,


tingkat keaktifan selama proses belajar mengajar sangat kurang. Peserta didik
tidak memiliki ketertarikan untuk bertanya ataupun menjawab pertanyaan.

Tabel 4.5
Keaktifan peserta didik siklus I
Jumlah Jumlah Jumlah Persentase Persentase tidak
peserta peserta peserta didik yang aktif aktif
didik didik aktif tidak aktif

23
28 23 5 82,14% 17,86%

Pada siklus I kegiatan pembelajaran telah menggunakan model


pembelajaran example non example, sebagian peserta didik mulai menunjukan
keaktifan selama pembelajaran berlangsung.

Tabel 4.6
Keaktifan peserta didik siklus II
Jumlah Jumlah Jumlah Presentase Persentase tidak
peserta peserta peserta didik yang aktif aktif
didik didik aktif tidak aktif

28 28 - 100% -

Pada Siklus II keaktifan peserta didik semakin meningkat dari kondisi


awal 53,57% menjadi 100%
Gambar 4.4
Persentase Keaktifan Peserta Didik

% Keaktifan Peserta Didik

100
80
60
40
20
0
Pra siklus Siklus I Siklus II

24
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa terdapat banyak peningkatan
jumlah peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran. Pada prasiklus hanya
ada 53,57 % (15 orang) peserta didik yang aktif dan mau bertanya. Setelah
dilakukan perbaikan pembelajaran terjadi peningkatan secara signifikan, untuk
peserta didik aktif pada siklus I sebanyak 82,14 % (23 orang), siklus II sebanyak
100% (28 orang).
Dari data ini pula menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran example non example dapat menumbuhkan
dan meningkatkan kreatifitas atau keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, mereka juga mulai menyukai pelajaran matematika.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Makin meningkatnya kreatifitas dan keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran sehingga mau dan mampu menjawab pertanyaan guru serta
penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran disebabkan karena adanya
perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan langkah-langkah yang
terperinci dengan menerapkan penggunaan model pembelajaran example non
example.
Uraian tentang peningkatan kemampuan peserta didik dalam menguasai
materi pelajaran dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pada pembelajaran prasiklus, nilai rata – rata hanya 76,43 dengan ketuntasan
belajar peserta didik hanya 71.43%. Tetapi setelah dilakukan perbaikan
pembelajaran pada siklus I hasil belajar peserta didik meningkat. Nilai rata-rata

25
yang diperoleh menjadi 81,07 dengan ketuntasan 82,14%. Hal ini disebabkan
guru menggunakan metode yang sesuai serta melibatkan peserta didik dalam
pembelajaran.
2. Pada siklus II hasil belajar siswa terus meningkat dengan nilai rata-rata 85,71
dan ketuntasan belajar 100%. Hal ini disebabkan guru menggunakan contoh-
contoh dan latihan-latihan yang sekaligus melibatkan peserta didik dalam
pembelajaran. Guru selalu aktif memantau memberi umpan balik, memberi
pertanyaan yang menantang, sehingga minat, perhatian, dan partisipasi peserta
didik meningkat. Menurut solehudin dan mikarsa (2007:47) untuk membuat
pelajaran bermakna bagi anak, topik-topik yang dipilih dan dipelajari
didasarkan pada pengalaman-pengalaman anak yang relevan. Masalah-masalah
yang dibahas harus bersifat menantang dan aktual. Hal tersebut diperlukan
untuk mengembangkan sikap positif dan apresiasi anak terhadap pelajaran.
Dari hasil di atas bisa disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran example non example dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik tentang materi pembulatan dengan menggunakan model pembelajaran
example non example pada mata pelajaran matematika kelas IV di SD Negeri 2
Kelapa Tahun Pelajaran 2019/2020.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Dari hasil perbaikan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan
oleh penulis dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran example non example pada pelajaran
matematika materi pembulatan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
dimana hal ini bisa dilihat dari ketuntasan belajar peserta didik kelas IV SD
Negeri 2 Kelapa. Ketuntasan belajar peserta didik meningkat dari 71,43%
pada pra siklus menjadi 82,14% pada siklus 1 dan meningkat lagi 100% pada

26
siklus II. Nilai rata-rata meningkat dari 76,43 menjadi 81,07 pada siklus 1 dan
siklus II 85,71.
2. Penerapan model pembelajaran example non example pada pelajaran
matematika materi pembulatan dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta
didik kelas IV SD Negeri 2 Kelapa. Keaktifan belajar peserta didik meningkat
dari 53,57% pada pra siklus menjadi 82,14% pada siklus I dan meningkat lagi
100% pada siklus II.

B. Saran tindak lanjut


Adapun saran perbaikan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi harus ditingkatkan karena
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi peserta didik dalam
proses pembelajaran.
2. Senantiasa menerapkan strategi dan model mengajar yang bervariasi dan
sesuai dengan latar belakang serta kemampuan siswa, serta terus memberi
motivasi siswa.
3. Pada saat mengakhiri pembelajaran, berikan penguatan positif kepada peserta
didik agar materi yang dipelajari dapat diingat dan tetap melekat dalam diri
peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, dkk. 2007. Implementasi Model Pembelajaran. Yogyakarta: Bahtera


Buku.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Hudoyo, Herman. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud
Kurniadi, Hary. 2010. Strategi Pembelajaran Inquiri. Jakarta: Pustaka Belajar.
Mudzalir, A. (1997). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pustaka Setia.
Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rochyandi, Yadi. 2004. Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Masmedia.

27
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ruseffendi, ET. 1980. Pengajaran Matematika Modern. Bandung: Tarsito.
Solehudin dan Mikarsa. 2007. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Suharsimi, Arikunto. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bima
Aksara.
Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Udin S. Winataputra. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Winkel, W. S. 1987. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:
Gramedia.

28
1
2
N

3
4

Anda mungkin juga menyukai