DISUSUN OLEH
ASTUTI
NIM. 856327396
UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH
PANGKALPINANG
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PERBAIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
positif negatif.
ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan PKP yang saya kutip dari
hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan PKP ini bukan
hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya
bersedia menerima sanksi, termasuk pencabutan gelar akademik yang saya
sandang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
ASTUTI
NIM. 856327396
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat melaksanakan tindakan perbaikan
pembelajaran dalam usaha meningkatkan hasil belajar peserta didik dan
menyelesaikan laporan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP) dengan baik, lancar dan tepat pada waktunya.
Laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan, pemberian
motivasi dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat kurang sempurna untuk
itu kritik dan saran yang sifatnya membangun, sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan ini, namun penulis tetap berharap semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.
iv
DAFTAR ISI
v
BAB IV. Hasil dan Pembahasan ....................................................... 19
A. Deskripsi Hasil dan Penelitian Perbaikan Pembelajaran ...... 19
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran ........ 25
BAB V. Simpulan dan Saran serta Tindak Lanjut ............................ 26
A. Simpulan ............................................................................... 26
B. Saran Tindak Lanjut .............................................................. 26
Daftar Pustaka ................................................................................... 27
Lampiran
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
ABSTRAK
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Matematika adalah salah satu pelajaran yang kurang diminati peserta
didik. Pelajaran matematika sulit untuk dipahami peserta didik. Matematika
adalah pelajaran angka. Jika guru hanya terpaku pada angka dan rumus baku,
maka jalannya proses belajar akan membosankan. Dalam hal ini, guru harus
melakukan penelitian agar masalah yang dialami tidak berlarut. Kurangnya minat
dan pengetahuan peserta didik tentang materi pelajaran matematika dapat
membuat peserta didik pasif dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat terlihat dari
kemampuan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, diantaranya
adalah nilai peserta didik di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal, peserta didik
kurang mampu memahami materi pelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran tidak
seperti yang diharapkan.
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur,
bangun ruang, dan perubahan-perubahan pada suatu bilangan. Matematika berasal
dari bahasa Yunani Mathematikos yang artinya ilmu pasti. Dalam bahasa Belanda
matematika disebut wiskunde yang artinya ilmu tentang belajar. Sedangkan dalam
kamus besar bahasa Indonesia, definisi matematika adalah ilmu tentang bilangan
dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya yang mencangkup segala bentuk
prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai
bilangan.
Pembelajaran matematika akan lebih bermanfaat jka materi kegiatan
disampaikan dengan cara dipraktekkan. Peserta didik akan memperoleh
pengalaman belajar yang tidak mudah dilupakan karena guru secara langsung
mempraktekkan, memperagakan atau menunjukkan kepada peserta didik suatu
proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk
sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan. Kegiatan praktek juga bermanfaat untuk
memotivasi rasa ingin tahu peserta didik dari materi yang dipelajari.
Melalui pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
guru, ternyata rendahnya aktivitas dan kemampuan peserta didik dalam
memahami materi disebabkan karena penguasaan kelas lebih didominasi oleh
guru sehingga peserta didik menjadi pasif dan kurang berminat mengikuti proses
pembelajaran. Selain itu, dari hasil evaluasi peserta didik setelah pembelajaran
2
menunjukkan bahwa nilai hasil evaluasi peserta didik tentang pembulatan dari 28
peserta didik hanya 20 orang peserta didik yang mendapatkan nilai diatas KKM
sedangkan 8 peserta didik mendapatkan nilai di bawah KKM. Dengan demikian,
pembelajaran dengan materi pembulatan pada mata pelajaran matematika belum
berhasil sehingga harus dilakukan perbaikan dalam pembelajaran dan diupayakan
metode pembelajaran yang lebih tepat agar mampu meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan Permasalahan diatas, Maka perlu dilakukan Penelitian
Tindakan Kelas “Meningkatkan hasil belajar peserta didik tentang materi
pembulatan dengan menggunakan model pembelajaran example non example
pada mata pelajaran matematika kelas IV di SD Negeri 2 Kelapa Tahun Pelajaran
2019/2020”.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika kelas
IV SD Negeri 2 Kelapa pada materi pembulatan diperoleh hasil dari 28 peserta
didik hanya 20 peserta didik saja yang mendapatkan nilai diatas KKM
sedangkan 8 peserta didik mendapatkan nilai dibawah KKM. Masalah yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
a. Peserta didik kurang aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar.
b. Metode yang digunakan kurang tepat.
c. Keaktifan dan motivasi peserta didik kurang.
d. Alat peraga yang digunakan kurang memadai.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, masalah yang ditemukan dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Metode ceramah yang digunakan sangat monoton.
b. Peserta didik kurang memahami konsep materi pembulatan.
c. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran.
d. Peserta didik kurang memperhatikan penjelasan guru.
e. Guru tidak memberikan contoh yang memadai.
3
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis masalah yang ditemukan maka solusi yang dapat
dilakukan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Mengunakan metode yang sesuai.
b. Menggunakan media dan alat peraga yang sesuai dengan materi yang
diajarkan.
c. Memberikan motivasi dan menumbuhkan minat peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, dapat dikemukakan bahwa rumusan
masalah adalah sebagai berikut : Apakah dengan menggunakan model
pembelajaran example non example dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik kelas IV tentang materi pembulatan pada mata pelajaran matematika di SD
Negeri 2 Kelapa Kabupaten Bangka Barat ?
4
2. Bagi Guru
a. Meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran di kelas.
b. Dapat memberikan gambaran tentang kemampuan peserta didik dalam
memahami materi.
c. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman guru dalam
menggunakan metode pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
a. Dapat meningkatkan mutu dan keberhasilan sekolah.
b. Dapat meningkatkan prestasi peserta didik di sekolah.
c. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya mengoptimalkan hasil belajar
peserta didik khususnya pada mata pelajaran matematika.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
1. Definisi Hasil Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku
atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang
diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila jika seseorang
tersebut dapat menunjukkan perubahan tindakan dan perilakunya.
Stimulus adalah cara apa saja yang diberikan pendidik kepada peserta
didik, sedangkan respon merupakan reaksi atau tanggapan peserta didik
terhadap stimulus yang diberikan oleh pendidik tersebut. Berhasil atau
tidaknya suatu tujuan pembelajaran bergantung pada proses yang dialami
siswa itu sendiri. Ahmad Mudzalir (1997:33) mengemukakan bahwa
belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal baik
dalam bidang ilmu pengetahuan maupun keterampilan. Sedangkan Winkel
(2009) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental atau
psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan sejumlah perubahan yang relatif konstan dan berbekas.
Hasil belajar adalah kemampuan, pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar
merupakan awal dari keberhasilan siswa. Pemahaman siswa akan materi
pelajaran akan sejalan dengan hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dari
sebelumnya. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud dari ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Oemar Hamalik (2001: 30),
hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,
dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
6
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk
mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah
diajarkan (Purwanto,2013:44). Karenanya seseorang akan dilihat dari
perubahan tingkah lakunya setelah ia melewati proses belajar. Menurut
Winkel dalam Purwanto (2013:45) aspek perubahan itu mengacu kepada
taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom mencakup
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Seseorang dikatakan telah
berhasil dalam belajar jika terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti. Namun, tidak semua hasil belajar bisa langsung diamati
pada saat pembelajaran berlangsung dan tidak semua hal yang bisa diamati
dikatakan sebagai hasil dari proses belajar.
Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa seseorang dikatakan
telah belajar apabila telah terjadi suatu perubahan pada dirinya. Perubahan
tersebut terjadi berkat adanya interaksi dengan orang lain atau
lingkungannya. Sehingga untuk dapat belajar seorang pelajar tidak dapat
terlepas dari orang lain, dalam hal ini guru dan teman belajar. Dengan
demikian dapat dikatakan seorang pelajar tidak dapat belajar dengan baik
bila hanya sendirian saja, dia juga perlu guru untuk membimbing
danteman untuk berdiskusi.
Menurut Gagne dalam Aunurrahman (2012:142) menyebutkan ada
tiga perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar, yaitu:
1. Model kognitif (cognitive models)
Model kognitif yaitu kecakapan individu untuk melakukan
pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam
konteks proses pembelajaran, model kognitif yaitu kemampuan
mengendalikan ingatan dan cara-cara berpikir agar terjadi aktivitas
yang efektif.
7
2. Sikap (attitude)
Sikap yaitu keadaan dalam diri individu yang akan memberikan
kecendrungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau
peristiwa,di dalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang
menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak. Misalnya, sikap
menghormati pendapat orang lain, kesediaan untuk bekerjasama, dan
tangung jawab.
3. Kecakapan motorik (motor skill)
Kecakapan motorik ialah hasil belajar yang berupa kecakapan
pergerakan fisik. Misalnya, keterampilan menggunakan sepeda atau
membuat peta.
8
B. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran adalah proses proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa
yang saling bertukar informasi. Kamus besar Bahasa Indonesia (2000)
menyebutkan kata pembelajaran sebagai kata benda yang diartikan sebagai proses
cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Kata pembelajaran berasal
dari kata kerja belajar yang berarti berusaha untuk memperoleh kepandaian atau
ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Adapula pernyataan menurut Winataputra (2007: 1) yang menyatakan bahwa arti
pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi
dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik.
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang besaran, struktur,
bangun ruang, dan perubahan-perubahan yang ada pada suatu bilangan.
Matematika berasal dari bahasa Yunani Mathematikos yang artinya ilmu pasti.
Dalam bahasa belanda matematika disebut sebagai Wiskunde yang artinya ilmu
tentang belajar. Menurut Ruseffendi (1980: 148) yang menyatakan bahwa
matematika adalah ilmu keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasikan
mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya
ke dalil.
Menurut Bruner (Herman Hudoyo, 1998: 56) Pembelajaran matematika
adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam
materin yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur
matematika didalamnya.
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar merupakan pembelajaran yang
menggunakan konsep matematika pada kehidupan sehari-hari, demi tercapainya
tahap keterampilan dalam diri siswa. Pembelajaran matematika yang diajarkan di
sekolah dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut,
(1) menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai latihan
dalam kehidupan sehari-hari, (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat
dialih gunakan melalui kegiatan matematika, (3) mengembangkan kemampuan
9
dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, serta (4) membentuk sikap
logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.
10
disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga
siswa dapat membuat konsep yang esensial.
11
F. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Example Non Example
Model pembelajaran exampel non example memiliki kelebihan dan
kekurangan. Dengan memahami kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
ini, diharapkan model pembelajaran ini dapat digunakan pada materi yang sesuai.
12
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
13
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Bentuk penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu pencermatan
terhadap kegiatan pembelajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2010: 3). Penelitian
Perbaikan Pembelajaran ini dilakukan sebanyak 2 siklus. Sebelum dilakukan
perbaikan pembelajaran, penulis melakukan studi pendahuluan, untuk mengetahui
permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran matematika serta mencari solusi
yang tepat bersama dengan supervisor 2.
Tiap satu siklus dalam setiap perbaikan pembelajaran diawali dengan
langkah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi seperti pada gambar
di bawah ini:
Gambar 3.1
Siklus Peneltian Tindakan Kelas
I. Pra Siklus
a. Perencanaan
1. Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran.
2. Menyiapkan instrumen yang diperlukan.
3. Menyiapkan alat evaluasi untuk peserta didik.
14
b. Pelaksanaan
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Mengadakan apersepsi dan motivasi.
3. Menjelaskan materi yang akan dipelajari.
4. Melakukan tanya jawab.
5. Mengadakan evaluasi.
c. Pengamatan
1. Peserta didik banyak tidak memperhatikan.
2. Suasana kelas tidak kondusif.
3. Pertanyaan-pertanyaan tidak dapat dijawab peserta didik.
4. Metode yang digunakan monoton.
d. Refleksi
1. Peserta didik belum memahami materi yang diajarkan.
2. Kurang menguasai kelas.
3. Tujuan pembelajaran belum tercapai.
4. Hasil belajar dari soal evaluasi yang diberikan sangat rendah.
5. Peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya.
II. Siklus I
a. Perencanaan
1. Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus I.
2. Menyiapkan LCD proyektor untuk menayangkan materi tentang
pembulatan.
3. Menyiapkan instrumen yang diperlukan.
4. Mempersiapkan alat evaluasi untuk peserta didik.
b. Pelaksanaan
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2. Mengadakan apersepsi dan motivasi.
15
3. Menjelaskan materi yang akan dipelajari dengan metode ceramah
dengan menggunakan LCD proyektor.
4. Guru membagi peserta didik menjadi 8 kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri 4 orang.
5. Mengadakan penguatan dengan diskusi, tanya jawab, dan latihan soal
evaluasi.
6. Memberikan kesimpulan terhadap hasil belajar.
c. Pengamatan
1. Peserta didik memperhatikan dan menyimak penjelasan guru.
2. Peserta didik mulai memahami materi yang disampaikan.
3. Sebagian besar peserta didik sudah bisa menjawab pertanyaan-
pertanyaan dari guru.
4. Kondisi kelas cukup kondusif.
5. Metode yang digunakan dapat menarik minat peserta didik.
d. Refleksi
1. Sebagian besar peserta didik sudah menguasai materi yang dipelajari.
2. Sebagian besar peserta didik aktif dalam proses pembelajaran.
3. Pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran cukup efisien.
4. Hasil belajar sebagian besar peserta didik sudah memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal.
Adapun kekurangan yang ada pada siklus I akan diperbaiki pada siklus
berikutnya.
III. Siklus II
a. Perencanaan
1. Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran siklus II.
2. Menyiapkan LCD proyektor untuk menayangkan materi.
3. Menyiapkan instrumen yang diperlukan.
4. Menyiapkan alat evaluasi untuk peserta didik.
16
b. Pelaksanaan
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2. Mengadakan apersepsi dan motivasi.
3. Guru menjelaskan materi pelajaran menggunakan model pembelajaran
example non example.
4. Guru membagi peserta didik menjadi 8 kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri 4 orang.
5. Guru menggunakan LCD proyektor untuk menjelaskan materi yang
dipelajari.
6. Peserta didik memperhatikan, menyimak, meneliti dan menirukan
secara langsung praktik yang dilakukan dalam pembelajaran.
7. Mengadakan penguatan dengan diskusi, penugasan, tanya jawab dan
latihan soal evaluasi.
8. Memberikan kesimpulan terhadap hasil belajar.
c. Pengamatan
1. Peserta didik memperhatikan dan menyimak penjelasan yang
dilakukan oleh guru.
2. Peserta didik sudah memahami materi yang sedang dipelajari.
3. Pertanyaan-pertanyaan dari guru sudah dapat dijawab oleh peserta
didik.
4. Kondisi kelas sudah kondusif.
5. Metode yang digunakan menarik minat dan keaktifan belajar peserta
didik.
d. Refleksi
1. Peserta didik sudah menguasai materi pelajaran.
2. Peserta didik sudah aktif dalam pembelajaran.
3. Pengelolaan waktu dalam pembelajaran sudah efesien.
4. Hasil belajar peserta didik sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimal.
17
5. Tujuan pembelajaran sudah tercapai.
Melihat hasil belajar diatas, tidak perlu dilakukan lagi perbaikan pembelajaran.
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari tabel di atas terlihat bahwa masih ada peserta didik yang belum tuntas
dalam proses pembelajaran dikarenakan pembelajaran yang digunakan masih
menggunakan metode ceramah sehingga diadakan perbaikan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran example non example. Pada siklus 1, terjadi
peningkatan persentase ketuntasan belajar dibanding pra siklus. Hasil belajar
siklus 1 bisa kita lihat pada tabel 4.2 di bawah ini:
19
Tabel 4.2
Perolehan data siklus I
Nilai Nilai Rata-rata Jumlah Jumlah Persentase
Terendah Tertinggi Tuntas Tidak Ketuntasan
Tuntas
20
Tabel 4.3
Perolehan data siklus II
Nilai Nilai Rata-rata Jumlah Jumlah Persentase
Terendah Tertinggi Tuntas Tidak Ketuntasan
Tuntas
Dari data di atas bisa kita sajikan data hasil ketuntasan belajar masing-
masing siklus pada gambar 4.1 di bawah ini :
Gambar 4.1
Persentase Ketuntasan Belajar Peserta Didik
100
90
80
70
60
Tuntas
50
Tidak Tuntas
40
30
20
10
0
Pra siklus Siklus I Siklus II
21
Gambar 4.2
Nilai tertinggi dan terendah masing-masing siklus
100
90
80
70
60
Nilai Terendah
50
Nilai Tertinggi
40
30
20
10
0
Pra siklus Siklus I Siklus II
Gambar 4.3
Nilai rata-rata kelas masing-masing siklus
Nilai Rata-Rata
86
84
82
80
78
76
74
72
70
Pra siklus Siklus I Siklus II
22
Dengan menggunakan model pembelajaran example non example ternyata
hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari data yang
diperoleh pada setiap evaluasi bahwa peserta didik pada pembelajaran pra siklus,
nilai terendah adalah 60 (enam puluh) dengan nilai rata-rata kelas 76,43. Setelah
dilaksanakan perbaikan pembelajaran maka pada siklus II menunjukan nilai yang
lebih baik, dimana nilai yang terendah adalah 80 (delapan puluh) dengan nilai
rata-rata 85,71. Hal ini menunjukan bahwa adanya peningkatan kemampuan
peserta didik dalam penguasaan materi pembelajaran sehingga ketuntasan belajar
mencapai 100% pada siklus II.
Dari segi keaktifan peserta didik pun terlihat adanya peningkatan pada
masing-masing siklus. Hal ini bisa kita lihat pada tabel 4.4, 4.5 dan 4.6 di bawah
ini:
Tabel 4.4
Keaktifan peserta didik prasiklus
Jumlah Jumlah Jumlah Persentase Persentase tidak
peserta peserta peserta didik yang aktif aktif
didik didik aktif tidak aktif
28 15 13 53,57% 46,43%
Tabel 4.5
Keaktifan peserta didik siklus I
Jumlah Jumlah Jumlah Persentase Persentase tidak
peserta peserta peserta didik yang aktif aktif
didik didik aktif tidak aktif
23
28 23 5 82,14% 17,86%
Tabel 4.6
Keaktifan peserta didik siklus II
Jumlah Jumlah Jumlah Presentase Persentase tidak
peserta peserta peserta didik yang aktif aktif
didik didik aktif tidak aktif
28 28 - 100% -
100
80
60
40
20
0
Pra siklus Siklus I Siklus II
24
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa terdapat banyak peningkatan
jumlah peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran. Pada prasiklus hanya
ada 53,57 % (15 orang) peserta didik yang aktif dan mau bertanya. Setelah
dilakukan perbaikan pembelajaran terjadi peningkatan secara signifikan, untuk
peserta didik aktif pada siklus I sebanyak 82,14 % (23 orang), siklus II sebanyak
100% (28 orang).
Dari data ini pula menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran example non example dapat menumbuhkan
dan meningkatkan kreatifitas atau keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, mereka juga mulai menyukai pelajaran matematika.
25
yang diperoleh menjadi 81,07 dengan ketuntasan 82,14%. Hal ini disebabkan
guru menggunakan metode yang sesuai serta melibatkan peserta didik dalam
pembelajaran.
2. Pada siklus II hasil belajar siswa terus meningkat dengan nilai rata-rata 85,71
dan ketuntasan belajar 100%. Hal ini disebabkan guru menggunakan contoh-
contoh dan latihan-latihan yang sekaligus melibatkan peserta didik dalam
pembelajaran. Guru selalu aktif memantau memberi umpan balik, memberi
pertanyaan yang menantang, sehingga minat, perhatian, dan partisipasi peserta
didik meningkat. Menurut solehudin dan mikarsa (2007:47) untuk membuat
pelajaran bermakna bagi anak, topik-topik yang dipilih dan dipelajari
didasarkan pada pengalaman-pengalaman anak yang relevan. Masalah-masalah
yang dibahas harus bersifat menantang dan aktual. Hal tersebut diperlukan
untuk mengembangkan sikap positif dan apresiasi anak terhadap pelajaran.
Dari hasil di atas bisa disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran example non example dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik tentang materi pembulatan dengan menggunakan model pembelajaran
example non example pada mata pelajaran matematika kelas IV di SD Negeri 2
Kelapa Tahun Pelajaran 2019/2020.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Dari hasil perbaikan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan
oleh penulis dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran example non example pada pelajaran
matematika materi pembulatan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
dimana hal ini bisa dilihat dari ketuntasan belajar peserta didik kelas IV SD
Negeri 2 Kelapa. Ketuntasan belajar peserta didik meningkat dari 71,43%
pada pra siklus menjadi 82,14% pada siklus 1 dan meningkat lagi 100% pada
26
siklus II. Nilai rata-rata meningkat dari 76,43 menjadi 81,07 pada siklus 1 dan
siklus II 85,71.
2. Penerapan model pembelajaran example non example pada pelajaran
matematika materi pembulatan dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta
didik kelas IV SD Negeri 2 Kelapa. Keaktifan belajar peserta didik meningkat
dari 53,57% pada pra siklus menjadi 82,14% pada siklus I dan meningkat lagi
100% pada siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
27
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ruseffendi, ET. 1980. Pengajaran Matematika Modern. Bandung: Tarsito.
Solehudin dan Mikarsa. 2007. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Suharsimi, Arikunto. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bima
Aksara.
Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Udin S. Winataputra. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Winkel, W. S. 1987. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:
Gramedia.
28
1
2
N
3
4