Anda di halaman 1dari 34

ABSTRAK

Meningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Materi matematika Keliling dan


Luas Bangun Datar Dengan Menggunakan Model Jigsaw di Kelas IV SD
Negeri 1 Kebaman Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwangi.

Oleh

Wahyuning Fitriyani
NIM. 837624062

Kata kunci :Peningkatan hasil belajar menggunakan metode jigsaw

Matematika adalah suatu pembelajaran dimana dalam prosesnya bukan


hanya untuk mengetahui dan menguasai fakta, konsep serta prinsip matematika
saja namun duga dalam proses penemuannya. Tujuan di ajarkannya matematika
adalah agar siswa dapat memahami konsep maematika,menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma ,secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Berdasarkan hasil observasi pada
pra siklus ditemukan rendahnya hasil belajar siswa yaitu hanya 33 % siswa yang
mendapat nilai diatas 70 sedangkan 67 % siswa mendapat nilai di bawah 70. Hal
ini disebabkan karenadalam proses pembelajaran guru masih menggunakan
metode ceramah. Penelitian perbaikan pembelajaran bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV melalui metode jigsaw pada mata
pelajaran matematika pokok bahasan keliling dan luas bangun datar di SD Negeri
I Kebaman. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu : tes, observasi,
refleksi,dan dokumentasi. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan 2 siklus
dengan dengan masing – masing siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasidan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data hasil
belajar siswa pada siklus 1 ada sebanyak 50 % siswa yang mendapat nilai di atas
KKM. Sedangkan pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan
dengan siswa yang mendapat nilaidi atas KKM sebanyak 83 %. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri I
Kebaman dalam mata pelajaran matematika pada pokok bahasan menghitung
keliling dan luas bangun datar dapat meningkat dengan menggunakan metode
jigsaw .
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Guru SD adalah guru kelas yang bertanggung jawab mengajar lima mata
pelajaran pokok yaitu Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Bahasa Indonesia
(BI), Matematika (M), Ilmu pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). Agar ke-lima mata pelajaran tersebut berhasil diajarkan dengan baik
dan bermutu, guru dituntut memiliki keterampilan mengelola dan memperbaiki
proses pembelajaran. Tujuannya adalah supaya penguasaan kompeteasi yang
diharapkan dapat dikuasai siswa bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Satori (2009), salah satu ciri guru yang profesional adalah
memiliki pemahaman serta keterampilan yang tinggi dalam bahan pengajar,
metode, anak didik dan landasan kependidikan. Untuk mewujudkan hal tersebut
dalamkaitannya meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran, guru
harus benar-benar bersikap profesional dalam memecahkan kendala yang
ditemukan, salah satunya adalah dengan melakukan perbaikan pembelajaran
melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Strategi atau model pembelajaran yang tepat akan sangat membantu guru
untuk bisa menyampaikan materi pembelajaran yang mudah dipahami dan
dimengerti siswa. Tinggi rendahnya motivasi dan aktifitas belajar siswa juga
banyak dipengaruhi oleh strategi atau model pembelajaran yang dipilih dan
digunakan oleh guru.Strategi pembelajaran mengandung pengertian suatu strategi
yang meliputi pendekatan, prosedur, metode, model, dan teknik yang digunakan
dalam menyajikan bahan atau materi pelajaran ( Anitah, 2007 )
Berdasarkan pengamatan di kelas IV SDN 1 Kebaman, proses
pembelajaran di sekolah ini kurang meningkatkan kreatifitas siswa, terutama
dalam pembelajaran matematika sehingga hasil belajar siswa rendah.Untuk
Kompetensi Dasar mata pelajaran matematika tentang Keliling dan Luas Bangun
Datar, dari jumlah siswa
sebanyak 30 siswa yang mengikuti tes ulangan harian sebagai tolak ukur
keberhasilan pembelajaran dengan angka KKM 70, hanya 45% siswa yang
berhasil tuntas dan mendapatkan nilai di atas KKM. Hasil yang diperoleh siswa
tersebut tentu masih kurang maksimal bagi Peneliti.

Salah satu strategi belajar yang memperlihatkan kemampuan peserta didik


pada hakikatnya berorientasi pada pandangan konstruktivis adalah model
pembelajaran Cooperatif Learning.Ada beberapa macam pembelajaran
Cooperatif Learning, salah satunya adalah Cooperatif Learning Teknik Jigsaw
adalah suatu tipe pembelajaran Cooperatif yang terdiri dari beberapa anggota
dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi
belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya (Arends, 1997). Model pembelajaran Cooperatif Teknik Jigsaw
merupakan model pembelajaran Cooperatif dimana siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 2 – 5 orang secara heterogen dan bekerja sama
saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada
anggota kelompok yang lain (Arend, 1997). Tipe ini memberi tanggung jawab
yang besar kepada peserta didik yang lainnya, sehingga pembelajaran berjalan
efektif dan efesien.

1.Identifikasi Masalah
Berdasarkan pengamatan di kelas IV SDN 1 Kebaman, proses pembelajaran di
sekolah ini kurang meningkatkan kreatifitas siswa, terutama dalam pembelajaran
matematika sehingga hasil belajar siswa rendah.Untuk Kompetensi Dasar mata
pelajaran matematika tentang Bangun Datar, dari jumlah siswa sebanyak 30 siswa
yang mengikuti ulangan harian sebagai tolak ukur keberhasilan pembelajaran
dengan angka KKM 70, hanya 10 siswa yang berhasil mendapatkan nilai di atas
KKM berarti masih banyak siswa yang belum menguasai materi. Hasil yang
diperoleh siswa tersebut tentu masih kurang memuaskan bagi Peneliti
2.Analisis Masalah
Dalam proses pembelajaran di kelas tenaga pendidik hanya menggunakan
metode konvensional secara monoton yaitu metode ceramah sehingga terdapat
beberapa kelemahan dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah :
1.Suasana belajar didominasi oleh guru
2.Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
3.Tidak merangsang perkembangan kreatifitas siswa
4.Kegiatan pembelajaran berjalan satu arah yaitu dari guru ke siswa
5.Kurang lengkapnya media atau alat peraga yang digunakan oleh guru
6.Siswa hanya belajar konsep yang belum tentu diingat terus

3.Alternatif Pemecahan Masalah


Untuk memecahkan masalah di atas, maka salah satu solusinya yaitu
dengan pembelajaran yang menggunakan kerjasama, tanggung jawab dan
kemampuan menjelaskan. Berdasarkan hal tersebut model pembelajaran yang
tepat untuk diterapkan oleh guru yaitu model Cooperatif Learning Teknik
Jigsaw.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti akan melakukan
Peneliti Tindakan Kelas dengan judul “Meningkatan Hasil Belajar Siswa Pada
Materi matematika Keliling dan Luas Bangun Datar Dengan Menggunakan
Model Jigsaw di Kelas IV SD Negeri 1 Kebaman Kecamatan Srono
Kabupaten Banyuwangi”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis yang sudah ada, penulis yang dibantu oleh
pengamat, kemudian mencari, memilih dan selanjutnya menetapkan rumusan
masalah sebagai berikut :

1.Apakah ada peningkatkan partisipasi siswa pada materi matematika tentang


Keliling dan Luas Bangun Datar dengan menggunakan model Jigsaw di kelas
1V SD Negeri 1 Kebaman Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwang ?
2.Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa pada materi matematika
tentang Keliling dan Luas Bangun Datar dengan menggunakan model Jigsaw di
kelas 1V SD Negeri 1 Kebaman Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwangi ?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1.Meningkatkan partisipasi siswa pada materi matematika tentang Keliling dan
Luas Bangun Datar dengan menggunakan model Jigsaw di kelas IV SD Negeri
1 Kebaman kecamatan Srono kabupaten Banyuwangi.
2.Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi matematika tentang Keliling dan
luas Bangun Datar dengan menggunakan model Jigsaw di kelas IV SD Negeri 1
Kebaman kecamatan Srono kabupaten Banyuwangi.
D.Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang akan dilakukan, penulis dapat mengambil manfaat
sebagai berikut :
1.Bagi Siswa
a.Memotivasi siswa dalam pembelajaran
b.Memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran
c.Menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugas yang
diberikan oleh guru
2. Bagi Guru

a.Menambah pengalaman guru sehingga dapat meningkatkan kinerjanya dan


menjadi tenaga pendidik yang lebih professional.
b.Sebagai pedoman, panduan dan perbandingan dalam meningkatkan proses
belajar mengajar dalam kelas
c.Memudahkan guru dalam menyajikan materi pelajaran
d.Sarana bagi guru untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran
3.Bagi Sekolah
a.Meningkatkan kualitas dan kuantitas pembelajaran di sekolah pada khususnya
dan pendidikan pada umumnya.
b.Sekolah lebih maju dan berkembang karena adanya peningkatan hasil
pembelajaran.
4.Peneliti Lain
Penerapan dengan model ini akan mempermudah guru dalam
menyampaikan materi kepada siswa serta menjadi bahan rujukan dan
pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin meneliti dengan desain peneliti yang
berbeda seperti desain peneliti deskriptif atau desain eksperimental.

KAJIAN PUSTAKA
A.Pembelajaran Matematika di SD
Menurut pandangan (Putra, 2007), belajar adalah proses yang
dilakukan manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies),
keterampilan (skills), dan sikap (attitudes). Ketiga kemampuan tersebut diperoleh
secara bertahap dan berkelanjutan sejak dari bayi sampai masa tua melalui
rangkaian proses belajar sepanjang hayat baik melalui pendidikan formal,
informal, maupun nonformal.
Hudoyo (1984) mengemukakan bahwa matematika berkenaan
dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungan konsep-konsep yang abstrak..
Menurut Johnson dan Rising (dalam Karso, 1999) matematika adalah pola
berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis. Sedangkan berdasarkan
kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995) matematika merupakan ilmu
tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian masalah tentang bilangan.
Berdasarkan uraian di atas maka pembelajaran Matematika adalah
suatu pembelajaran dimana dalam prosesnya bukan hanya untuk mengetahui dan
menguasai fakta, konsep serta prinsip Matematika saja namun juga dalam proses
penemuannya. Dalam suatu proses penemuan siswa akan melakukan pengamatan,
yang kemudian akan dijelaskan sehingga menghasilkan kesimpulan. Dengan
begitu peserta didik mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam yang akan
tersimpan dalam memorinya dalam waktu yang lama. Istilah matematika berasal
dari bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Menurut
Heruman (2008:1) matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki
objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran
suatu konsep yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya
sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat
sangat kuat dan jelas. Sri Subarinah (2006:1) mengemukakan matematika
merupakan ilmu deduktif,aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbul
yang mempelajari struktur abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya.
Dengan demikian pembelajaran matematika merupakan ilmu untuk mempelajari
konsep - konsep dalam matematika sebagai rangkaian sebab akibat. Suatu konsep
disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, dan akan menjadi konsep dasar
bagi konsep-konsep selanjutnya.

Matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna


karena dirinya sendiri, tetapi beradanya untuk membantu manusia dalam
memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam (Kline dalam
Sri Subariah, 2006:1). Menurut BSNP (2009:10) mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a.Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau logoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah
b.Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
c.Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan yang
diperoleh.
B.Model- model pembelajaran
1.Pengertian pembelajaran cooperatiflearning
a.Pembelajaran Cooperatif Learning
Menurut undang-undang Sitem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003
menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Sistem pembelajaran Cooperatif Learning dapat didefinisikan
sebagai system kerja atau belajar kelompok yang teratur. Yang termasuk didalam
struktur ini adalah lima unsure pokok (Johmson & Johnson, 1993 dalam
Romadoni, 2004), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual,
interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok. Sesuai dengan
kelima unsure pokok dalam pembelajaran Cooperatif Learning peserta didik akan
memiliki jiwa social yang tinggi dan memiliki tanggung jawab dengan apa yang
sudah diberikan kepadanya.

b.Pembelajran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan
cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kelopok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari empat sampai dengan enam orang dengan struktur
kelompok yang bersifat Heterogen. Pada hakekatnya coopertaif learning sama
dengan kerja kelompok. Oleh karena itu banyak guru yang menyatakan tidak ada
sesuatu yang aneh dalam kooperatif learning karena mereka telah biasa
melakukan pembelajaran kooperatif learning dalam bentuk belajar kelompok,
walaupun tidak semua belajar kelompok disebut dalam kooperatif learning
seperti dijelaskan oleh Abdulhak (2001: 19-20)pemebelajaran kooperatif
dilaksanakan melalui shering proses antara peserta didik sehingga dapat
mewujudkan pemahamana bersama antara peserta didik itu sendiri.
Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah ineraksi yang lebih luas,
yaitu inetraksi dan komunikasi anatara guru dengan siswa, siswa dengan siswa
dan siswa dengan guru (multi way traffic communication). Pembelajaran
kooperatif adalah starategi pembelajaran yang melibatkan partisispasi siswa
dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.(Nurhayati,2002 : 25).
Dalam sistem belajar yang kooperatif siwa belajar bekerjasama dengan anggota
lainnya. Dalam model ini sisiwa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka
belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota untuk belajar.Sisawa
dapat belajar dalam kelompok kecildan dapat melalukanya seseorang diri.
Menurut(Dadiany, 2008), Prinsip dasar dalam pembelajaran
Kooperative sebagai berikut :
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan bertanggung jawab
yang sama diantara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan menumbuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
6.Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok Kooperatif.
Dari penjelasan di atas maka dalam proses pembelajaran seorang guru
harus memiliki kemampuan yang kompeten dalam kegiatan pendidikan, guru
harus memahami materi yang akan diajarkan dan harus membuat rencana
pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan sistematis dan berhasil sesuai
dengan tujuan. Guru harus pintar memilih model pembelajaran agar proses
belajar berjalan menyenangkan.
2.Pembelajaran Cooperatif Learning Teknik Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot
Aronson dan teman-teman di Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh
Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Nurman, 2009).Strategi ini
diterapkan pada pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan
dan diketahui siswa dengan membagikan bahan ajar yang lengkap.Untuk
mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan atau dibagi secara berkelompok
yang disebut dengan kelompok asal.Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa
yang beranggotakan siswa dengan kemampuan asal dan latar belakang keluarga
yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli setiap
kelompok asal akan bergabung dalam kelompok ahli dan bertanggung jawab
untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan. Kelompok ahli, yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan memahami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal.

Anggota kelompok ahli mendiskusikan bahan yang sudah dibagikan


oleh guru dan membuat resume untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan,
kemudian anggota kelompok ahli kembali pada kelompoknya sendiri. Dengan
demikian, “siswa saling tergantung satu dengan lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A. 1994).

3.Kelebihan dan kelemahan teknik jigsaw


Ada beberapa kelebihan dan kelemahan model pembelajaran
Kooperative Learning Teknik Jigsaw diantaranya adalah sebagai berikut :
a.Kelebihan pembelajaran Kooperative Learning Tennik Jigsaw.
a).Belajar Kooperative dapat mengembangkan tingkah laku Kooperative dan
hubungan yang lebih baik antar siswa dan dapat mengembangkan kemampuan
akademis siswa. Siswa belajar lebih baik dari teman mereka dari pada dari
guru (Ibrahim dkk, 2000).
b).Interaksi yang terjadi dalam Kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru
dan memperkaya perkembangan intelektual siswa (Ratumanan, 2002).
c).Belajar Kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki hubungan antar suku
dan etnis dalam kelas multi budaya dan mampu memperbaiki hubungan antara
siswa normal dan siswa penyandang cacat (Kardi dan Nur, 2000).
b.Kelemahan Kooperative Learning Teknik Jigsaw menurut Dadiany ( 2008)
adalah
a).Prinsip utama pada pembelajaran ini adalah “peer Teaching” pembelajaran
oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam
memahami suatu konsep yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain.
Dalam hal ini pengawasan guru menjadi hal mutlak di perlukan agar jangan
sampai terjadi “Missconception”.
b).Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi
pada teman, jika siswa tidak punya rasa percaya diri, pendidik harus mampu
memainkan perannya mengorkestarikan metode ini.
c).Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa, harus sudah dimiliki
oleh pendidik dan ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.

d).Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh


waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran
ini bias berjalan dengan baik.
1. Langkah – langkah pembelajaran Teknik Jigsaw
Langkah-langkah pembelajaran Kooperative Learning Teknik Jigsaw adalah
sebagai berikut :
1.Membaca
2.Diskusi Kelompok Ahli
3.Pelaporan Kelompok
4.Pengujian
5.Pengakuan Kelompok (Slavin, 1994)
Gambar 2.1 pembentukan kelompok jigsaw

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran Kooperative Learning Teknik Jigsaw sangat penting diketahui oleh
tenaga pendidik karena pada prosesnya teknik jigsaw menekankan pada keaktifan
siswa yang sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu penerapan model
pembelajaran Kooperative Learning Teknik Jigsaw mengajarkan kepada peserta
didik untuk tanggung jawab, kerja sama dan sosialisasi siswa.

C. Hasil Belajar
Menurut Slameto (1995: 2 ) Belajar ialah suatu proses usaha yang di
lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruha, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah melakukan
belajar. Hasil belajar siswa di pengaruhi beberapa faktor. Menurut Slameto
(1995) faktor- faktor tersebut di bedakan menjadi dua macam, antara lain :
1. Faktor interen yaitu faktor yang ada pada diri sendiri.
2. Faktor ekstren yaitu faktor yang ada di luar individu.
Hasil belajar akan lebih nampak pada perubahan individu yang belajar.
Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat
kegiatan belajarnya. Pengetahuan dan ketrampilan bertambah, serta penguasan
nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula. Menurut para ahli psikologi tidak semua
perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubahan prilaku karena faktor
kematangan, karena lupa, karena minum-minuman keras bukan termasuk sebagai
hasil belajar, karena bukan perubahan dari hasil pengalaman (berinteraksi dengan
lingkungan ), dan tidak terjadi proses mental emosional dalam beraktivitas.
Perubahan perilaku sebagai hasil di klasifikasikan menjadi tiga domain yaitu
: Kognitif, Afektif, Psikomotorik. Domain psikomotorik
berkaitan dengan perilaku dalam bentuk ketrampilan- ketrampilan motorik
(gerakan pisik ) (Siddiq, et al. 2008 : 1. 5 ).
Berdasarkan uraian di atas maka hasil belajar merupakan perubahan
seseorang yang bersifat positif baik dalam aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik yang berupa nilai atau angka. Perubahan tingkah laku hasil dari
belajar akan menjadi lebih baik dari keadaan semula. Seorang yang tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak bias menjadi bisa hal tersebutlah yang dinamakan hasil
belajar.
1.Faktor- Faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Slameto (1995 ;54 -71) faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar
mengajar adalah sebagai berikut :
a.Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar individu. Yang meliputi :
a).Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga.
b).Faktor sekolah, salah satunya adalah metode mengajar. Metode belajar yang
kurang baik menyebabkan hasil belajar yang dicapai siswa kurang baik pula,
untuk itu diperlukan suatu kemampuan guru untuk memilih metode mengajar
yang sesuai.
1.Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul
dan bentuk kehidupan masyarakat.
2.Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri sendiri meliputi :
a.Faktor jasmani, seperti kesehatan dan cacat tubuh
b.Faktor psikologi, seperti intelegensi, minat, bakat, kesiapan, kematangan.
c.Faktor kelelahan, seperti kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
D.Materi Matematika
1. Keliling dan Luas Bangun Datar
a.Keliling dan Luas Persegi
Persegi adalah bangun datar segi empat yang keempat sisinya samapanjang
dan keempat sudutnya siku – siku.Persegi termasuk bangun datar teratur karena
memiliki ukuran sisi - sisi yang sama.
a).Keliling persegi.
Perhatikan gambar berikut !

Gambar 2.2 Bangun Datar Persegi


Keliling persegi adalah jumlah semua panjang sisi – sisi pesegi. Keliling juga
dapat disebut sebagai putaran. Satukeliling berarti satu putaran. Karena keempat
sisinya sama panjang maka keliling persegi dapat ditulis :
K = s + s + s + s ATAU 4 X S
Contoh :
1.
5cm Berapa keliling persegi disamping?
Jawab :
S=5
5cm Keliling = 4 x s = 4 x 5 = 20 cm
b).Luas persegi.
Luas persegi adalah hasil kalisisi dengan sisi. Perhatikan gambar berikut !

Rumus Luas persegi adalah :

L = sisi x sisi
L=sxs

Contoh :

1. Diketahui panjang sisi sebuah persegi adalah 4cm. Hitunglah luas persegi
tersebut !
Jawab :
S = 4 cm
Luas = s x s
=4x4
= 16 cm
Jadi, luas persegi adalah 16 cm
b.Keliling dan Luas Persegi Panjang.
Persegi panjang adalah bangun datar segi empat yang memiliki dua pasang
sisi yang sejajar dan sama panjang,yaitu sisi panjang dan sisi lebar.

Gambar 2.3 Bangun Pesegi Panjang

a).Keliling Persegi Panjang.

Keliling persegi panjang adalah jumlah semua panjang sisi persegi


panjang, yaitu jumlah panjang ( p ) dan lebar ( l ).

Keliling Persegi Panjang adalah = panjang + lebar + panjang + lebar

= 2 panjang + 2 Lebar
= 2 x ( panjang + lebar )

Contoh :

3cm

9cm

Hitunglah keliling persegi diatas !

K=2x(p+l)

= 2 x ( 9 +3 ) = 2 x 12 = 24 cm

b). Luas Persegi Panjang.

Luas Persegi Panjang adalah hasil kali panjang dengan lebar.

Rumus luas persegi Panjang adalah : L = panjang x lebar / = px l

Contoh :

9cm

15cm

Hitunglah luas persegi panjang di atas!

Luas Persegi panjang adalah = p xl

= 15 x 9

= 135 cm
3.Keliling dan Luas segi tiga.

Segitiga merupakan bangun datar yangmemiliki tiga buah sisi dan 3 buah titik
sudut.

Gambar 2.4 Bangun Datar Segi tiga

Sifat – sifat dari segi tiga adalah :

1.Mempunyai 3 sisi, yaitu : AB,BC, dan AC


2.Mempunyai 3 titik sudut, yaitu : A,B, dan C

a). Keliling Segitiga.

Perhatikan gambar berikut !

Rumus Keliling segi tiga adalah =


K = AB + BC+AC atau
K =SISI 1 + SISI 2 + SISI 3

Contoh :
1.Diketahui panjang sisi sgitiga adalah 4 cm, 8 cm, dan 9 cm.Hitunglah Keliling
segitiga tersebut !
Jawab : sisi 1 = 4cm Sisi 2 = 8 cm Sisi 3 = 9cm
Keliling = sisi 1 + sisi 2 + sisi 3
= 4 + 8 +9
= 21 cm
b). Luas Segi Tiga .
Perhatikan gambar berikut !

Keterangan a = alas t = tinggi

Rumus luas segitiga :

luas = ½ x a x t

contoh :

1. Diketahui ukuran alas dan tinggi bangun datar segitiga adalah alas 6 cm
dan tinggi 9 cm. hitunglah luas segitiga tersebut !
Jawab : a = 6 cm t = 9 cm

Luas segitiga = ½ x a x t

=½x6x9

= 3 x 9 = 27 cm.

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A. Subyek Penelitian,Tempat,Waktu Penelitian,dan Pihak yang Membantu
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 kebaman kecamatan
Srono kabupaten Banyuwangi. Dengan jumlah siswa 30 anak, berdasarkan jenis
kelaminnya siswa laki-laki 18 anak dan siswi perempuan 12 anak.
Alasan di lakukan di SD Negeri 1 kebaman ini oleh peneliti karena tempat
mengajar sehari – hari dan selama mengajar peneliti merasa adanya kesulitan
dalam proses belajar mengajar terutama pada mata pelajaran matematika dalam
materi keliling dan luas bangun datar
2.Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan penelitian ini bertempat di SD
Negeri 1 kebaman kecamatan Srono kabupaten Banyuwangi. Semester Genap
Tahun Ajaran 2018 / 2019.
3.Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan dalam II siklus, yaitu dilaksanakan pada
tanggal 13 April 2019 sampai 29 April 2019. Berikut tabel jadwal pelaksanaan
penelitian .
Tabel 3.1 : Jadwal pelaksanaan penelitian
No Fase Waktu

Sabtu,13 April 2019


1 Siklus I
Senin, 15 April 2019

2 Siklus 2 Senin, 29 April 2019

Pihak yang membantu

Adapun pihak yang membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran


adalah sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah SDN 1 Kebaman : Mas’an, S.Pd
2. Supervisor I : Alfiatin,S.Pd
3. Supervisor II : Mas’an, S.Pd
B.Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini meggunakan dua siklus. Hal ini direncanakan agar dalam
proses belajar mengajar diharapkan hasil belajar dapat mencapai ketuntasan dan
aktifitas siswa bisa menjadi lebih baik. Siklus pertama dilakukan sebagai acuan
refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua, sedangkan siklus kedua dilakukan
untuk meyakinkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan untuk membuktikan
bahwa pelajaran dapat digunakan dalam indikator yang berbeda dalam materi
yang sama.

Berdasarkan hal di atas, desain penelitian ini menggunakan model skema


penelitian Hopkins yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan reflek.
Berikut alur Penelitian Tindakan Kelas:

Refleksi

Rencana Pendahuluan
Tindakan / awal/rancangan
Observasi

Rafleksi
Rencana yang Siklus I
Tindakan / direvisi
Obsersvasi

Refleksi

Rencana yang
Siklus II
direvisi
Tindakan /
Obesrvasi

Gambar 3.1. Diadopsi dari skema penelitian model Hopkins (dalam


Arikunto, 2006:105)
Pra Siklus

Metode penelitian adalah strategi umum yang di anut dalam


pengumpulan dan analisis data yang di perlukan guna menjawab masalah yang di
hadapi.Jenis penelitian yang di gunakan pada Tindakan Kelas yaitu penyelidikan
atau kajian secara sistematis dan terencana yang di lakukan paneliti atau praktisi
(guru) untuk memperbaiki pembelajaran.
SIKLUS I

1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini diantaranya adalah :
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan
kurikulum yang digunakan oleh lembaga dengan menggunakan model
pembelajaran Cooperatif Learning Teknik Jigsaw.
b. Menyiapkan alat peraga.
c. Menyusun alat Evaluasi
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan
Rencana Pembelajaran yang telah disusun yaitu melaksanakan
pembelajaran dengan model pembelajaran Cooperative Learming Teknik
Jigsaw. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah :
a. Guru
Siswa menerima topik-topik kelompok ahli dan membaca materi yang
diberikan untuk memperoleh informasi.
b. Diskusi Kelompok Ahli
Siswa dengan topic yang sama akan bergabung dalam kelompok ahli
dan mendiskusikan materi tersebut.
c. Pelaporan Kelompok
Kelompok ahli tersebut akan kembali pada kelompoknya masing-
masing untuk menjelaskan materi yang dibacanya pada anggota lain.
d. Pengujian
Siswa mengerjakan soal individu mengenai topik tersebut secara
keseluruhan.
dilakukan bimbingan atau arahan pada kelompok-kelompok yang
masih belum mengerti dalam mengerjakan tugasnya

3.Pengamatan
Selama pelaksanaan pembelajaran guru bersama dengan obsever
mengadakan observasi terhadap siswa. Hal yang di observasikan adalah
proses pembelajaran matematika dengan manggunakan model
pembelajaran Coopetarive Learning Teknik Jigsaw yang meliputi
aktivitas siswa sehingga di ketahui kekurangan dan kendala-kendala dari
pelaksanaan tindakan.

Tabel 3.2 hasil observasi siklus 1

Dari hasil pengamatan observasi siklus I dapat diketahui bahwa


hasil belajar siswa pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I ini
kurang peningkatan maka lanjut pada siklus II
3. Refleksi
Menurut Waseso (dalam Siswanto, 2003;19 )tahap refleksi meliputi
beberapa komponen. Kegiatan refleksi ini di lakukan berdasarkan pada
hasil tes, hasil diskusi, hasil pekerjaan siswa pada lembar tugas maupun
pada hasil observasi.Pada penelitian ini refleksi dilakukan sebagai dasar
pertimbangan untuk menetapkan tindakan selanjutnya sehingga
kelemahan-kelemahan dapat ditekan seminimal mungkin. Jika pada siklus
I aktifitas siswa masih tergolong dibawah aktif dan hasil belajar masih
dibawah rata-rata yaitu 70 maka akan dilanjutkan ke siklus II.
SIKLUS II
1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan pada siklus kedua ini adalah meninjau
kualitas pembelajaran yang diperbaiki pada siklus satu, meliputi Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), tes dan tugas akhir siswa.
2. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini sama dengan siklus I hanya saja
pada pada siklus II materi yang di pelejari siswa berbeda dengan siklus I.
3.Pengamatan
Kegiatan observasi pada siklus II dilakukan bersama-sama dengan
pelaksanaan tindakan, metode yang digunakan adalah metode pencatatan
lapangan.Dalam penelitian ini guru mencatat semua aktifitas yang dilakukan
oleh siswa.

Tabel 3..3 hasil observasi siklus II

Berdasarkan hasil dari observasi siklus II diketahui hasil belajar


siswa pada kegiatan perbaikan pembelajaran sudah mengalami peningkatan
dibandingkan dengan siklus I.

3. Refleksi
Refleksi pada siklus II ini menganalisis hasil yang diperoleh siswa
pada tugas dan tes akhir.
B. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasian dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat di temukan
tema dan dapat di rumuskan hipotesis kerjanya. Analisis data merupakan cara
yang paling menentukan untuk menyusun dan mengolah data sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat di pertanggung jawabkan.
Dengan demikian analisis data bermaksud mengorganisasikan dan
mengurutkan data dalam upaya menemukan tema dan hipotensis kerja yang
akhirnya di angkat menjadi teori subtantif ( Sukidin, dan Mundir 2005;58 )
Cara lain untuk menggambarkan data adalah dengan membuat
table, dan diagram atau grafik. Data juga di sajikan dalam bentuk presentase
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan peningkatan aktifitas
siswa.Hasil analisis tersebut menggambarkan tercapainya hasil belajar siswa
melalui pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperati Learning
Teknik Jigsaw.

Kriteria aktif adalah siswa yang mendapatkan skor 2, 3, dan 4.


a. Persentase ketuntasan belajar seluruh siswa (P) dicari
dengan rumus:
n
P = N x 100%
Keterangan: P = persentase ketuntasan belajar siswa
n = jumlah siswa yang tuntas belajar
N= jumlah seluruh siswa
(dalam Anggraeni, 2004:35)
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.Pra Siklus
Pembelajaran pra siklus dilaksanakan oleh guru kelas dan hasilnya
belum memuaskan. Hasil pembelajaran Pra Siklus disajikan dalam tabel 4.1 yang
terdapat pada lampiran.
Hasil pembelajaran Pra Siklus dari data siswa yang nilainya berada di
atas KKM kelas ada 10 siswa yakni 33,33 % dan yang berada di bawah KKM 20
siswa yakni 66,67 %. Maka dalam pembelajaran selanjutanya di adakan siklus I

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
TUNTAS TIDAK TUNTAS

Grafik 4.1 hasil ketuntasan dari tahap Pra Siklus

2..Deskripsi HasilPenelitian Perbaikan Pembelajaran Siklus I


Siklus I
Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus I peneliti
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan pembelajaran materi pokok
Keliling dan Luas Bangun Datar melalui langkah-langkah tindakan
pembelajaran, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi yang
perinciannya sebagai berikut:
a.Tahap Perencanaan Siklus I
Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan optimal,
peneliti menerapkan metode Cooperative Learning Teknik Jigsaw yang dapat
melibatkan antara guru dan siswa dapat memotivasi siswa dalam proses kegiatan
pembelajaran. Karena jika hanya menggunakan metode ceramah ataupun yang
lainnya dirasakan kurang tepat jika diterapkan dalam pembelajaran Matematika
pada kelas IV. Adapun pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 15 April 2019 di kelas IV dengan jumlah 30 siswa.
Siklus I ini terdiri dari satu pokok bahasan,yaitu materi Menghitung
Keliling dan Luas Bangun Datar sebelum menggunakan metode jigsaw pada
siklus Peneliti melakukan perencanaan melalui beberapa tahapan yakni :
1.Membuat rencana pembelajaran.
2.Peneliti membagi siswa kelas IV menjadi 6 kelompok dalam1 kelompok terdiri
dari 5 siswa. Dalam 1 kelompok tersebut di berikan tugas untuk dikerjakan
bersama.
3.Setelah di buat kelompok, kemudian peneliti mengambil alat observasi guna
mengetahui keaktifan siswa selama dalam proses pembelajaran berlangsung.
Setelah diputuskan menggunakan metode Jigsaw pada siswa kelas IV, dan
tahapan pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tahapan – tahapan yang
ada dalam metode Jigsaw. Hasil pembelajaran siklus1 disajikan dalam bentuk
tabel 4.2 yang terdapat dalam lampiran. Dalam proses pembelajaran siklus 1 ini
hasil yang didapatkan masih fifty– fifty yakni 50 % berada di atas KKM dan 50 %
dibawah KKM .
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
TUNTAS TIDAK TUNTAS

Grafik 4.2 ketuntasan siklus I


Dari grafik tersebut hasil evaluasi pada siklus I nilai anak-anak sudah baik
akan tetapi dalam pembelajaran Matematika metode jigsaw masih kurang
pemahamannya maka diadakan lagi pada siklus II.
c.Hasil Pengamatan
Observasi dilakukan oleh observer pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Hasil pengamatanpada siklus 1 kegiatan sudah cukup baik, siswa
terlihat lebih antusias dan termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
Akan tetapi masih ada beberapa permasalahan yang terjadi yaitu : siswa masih
ada yang bingung terhadap tugas yang diberikan oleh guru, dan guru masih
kurang dalam memotivasi siswa yang kurang paham. Dari hasil observasi inilah
yang di gunakan sebagai refleksi untuk perbaikan pada siklus II.
c. Hasil Refleksi
Setelah ditemukan kelemahan-kelemahan dan kendala-kendala seperti
yang disebutkan di atas ( hasil pengamatan ) observer mencari solusi untuk
diterapkan pada siklus II agar pembelajaran lebih baik dibanding dengan siklus I.
3.Siklus II

Pada dasarnya melaksanakan siklus II tidak berbeda dengan siklus I yakni peneliti
melakukan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang langkah-
langkah pembelajarannya yang sama.:
a.Hasil Perencanaan
Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan optimal,
peneliti menerapkan model Cooperative Learning Teknik Jigsaw yang dapat
melibatkan antara guru dan siswa dan dapat memotivasi siswa proses kegiatan
pembelajaran. Karena jika hanya menggunakan metode seperti ceramah ataupun
yang lainnya dirasakan kurang tepat jika diterapkan dalam proses pembelajaran
Matematika pada kelas IV.
Didalam siklus I ini terdiri dari satu pokok bahasan, yaitu materi
menghitung keliling dan luas bangun datar (1 x 35 menit dengan 1 kali
pertemuan).
b.Hasil Pelaksanaan
Setelah diputuskan menggunakan metode Jigsaw pada siswa kelas IV,
tahap pembelajaran sesuai dengan tahapan - tahapan yang ada dalam metode
Jigsaw.Adapun pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 29 April 2019 di kelas IV dengan jumlah 30 siswa.
Hasil yang diperoleh dari siklus II disajikan dalam bentuk tabel pada lampiran
4.3 hasil yang didapatkan sudah baik dan memuaskan yakni 83,33% berada di
atas KKM dan 16,67 % berada dibawah KKM .
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
TUNTAS TIDAK TUNTAS

Grafik 4.3 hasil ketuntasan siswa siklus II


Dari hasil evaluasi siklus II hasil belajar siswa sangat meningkat,
dilihat dari peningkatan rata-rata kelasnya. Pada siklus II
c.Hasil Pengamatan
Setelah dilakukan perbaikan terhadap hasil yang didapat pada siklus I,
kegiatan siswa dalam proses pembelajaran lebih baik lagi. Dari hasil pengamatan
diperoleh bahwa siswa cukup termotivasi dan antusias dalam mengikuti
pembelajaran dan siswa bertambah aktif dalam bertanya.Dan siswa mengalami
peningkatan prestasi hasil belajar, itu dapat dilihatdari hasil tes akhir.
d.Hasil Refleksi
Pada siklus II aktifitas dan hasil belajar siswa sudah memenuhi target
peneliti yaitu aktifitas aktif dan nilai rata-rata kelas secara klasikal lebih dari 70
sehingga tindakan siklus dihentikan.
Besarnya persentase siswa pada tiap siklus berbeda, dan menunjukkan
adanya peningkatan dari pra siklus,siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.4 prosentase aktifitas siswa pra siklus, siklus 1, siklus 2.
Dari hasil pemaparan data di atas dapat dilihat peningkatan hasil belajar siswa
kelas IV SD Negeri 1 Kebaman , hal itu dapat dilihat dari peningkatan rata-rata
siswa di atas KKM , Pra Siklus 33,33 % pada siklus I 50 % sedangkan pada
siklus II meningkat menjadi 83,33%
B.Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Melalui hasil penelitian ini menunjukan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw memiliki dampak
yang positif dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.Hal ini
dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan guru, itu dapat dilihat adanya peningkatan dari siklus I dan Siklus II
dibandingkan dengan kondisi awal.
Hasil tes formatif dari 30 siswa kelas IV Semester II SD Negeri 1
Kebaman pada materi matematika dengan kompetensi Dasar“Keliling dan Luas
Bangun Datar” Pra siklus, siklus I, siklus II dapat dilihat dari hasil rekap belajar
partisipasi siswa.
Rekapitulasi prestasi siswa dilihat dari pra siklus,siklus I, dan siklus II
dari hasil rata-rata nilai siswa meningkat dalam pelajaran matematika nilai rata-
rata pada pada prasiklus yang tuntas 33,33 % siklus I 50 % dan pada siklus II
naik menjadi 83,33 %
Berdasarkan analisis hasil evaluasi yang telah dilaksanakan, sebelum
adanya perbaikan pembelajaran (pra siklus) tercatat 10 siswa dari 30 siswa yang
mendapat nilai kurang dari 70 dengan nilai terendah 40 dan nilai rata-rata 60,2.
Namun setelah adanya perbaikan pembelajaran siklus I, siswa yang mencapai
nilai 75 semakin bertambah dengan rata-rata kelas 65,6. Pada siklus II siswa
yang mencapai nilai diatas 80 semakin bertambah dengan rata-rata kelas 76,8.
Salah satu strategi belajar yang memperlihatkan kemampuan peserta didik
pada hakikatnya berorientasi pada pandangan konstruktivis adalah model
pembelajaran Cooperatif Learning.Ada beberapa macam pembelajaran
Cooperatif Learning, salah satunya adalah Cooperatif Learning Teknik Jigsaw
adalah suatu tipe pembelajaran Cooperatif yang terdiri dari beberapa anggota
dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi
belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam
kelompoknya (Arends, 1997). Model pembelajaran Cooperatif Teknik Jigsaw
merupakan model pembelajaran Cooperatif dimana siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 2 – 5 orang secara heterogen dan bekerja sama
saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada
anggota kelompok yang lain (Arend, 1997). Tipe ini memberi tanggung jawab
yang besar kepada peserta didik yang lainnya, sehingga pembelajaran berjalan
efektif dan efesien.
Dengan penjelasan hasil belajar siswa di atas, semakin membuktikan
bahwa model pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri 1 Kebaman Kabupaten
Banyuwangi.
KESIMPULAN,SARAN DAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan secara umum pada
materimatematika tema menghitung keliling dan luas bangun datar pada kelas IV
dapat disimpulkan bahwa:
1.Penerapan model pembelajaran Cooperatif Learning dengan Metode Jigsaw
dapat meningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada
kelas IV SD Negeri 1 Kebaman.

2.Pada proses belajar siswa lebih aktif, dan tanggung jawab.pada Pra siklus yang
digunakan sebagai skor data rata-rata 60,2.siklus I nilai rata-rata kelas
mencapai 68,75 dan pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat hingga
mencapai 81,75

Demi tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal, upaya untuk


meningkatkan kualitas pembelajaran harus terus menerus dilakukan. Salah satu
upaya ini adalah dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Perbaikan
pembelajaran yang direncanakan dan dilakukan dengan perumusan yang tepat
dapat mengurangi timbulnya permasalahan pembelajaran matematika di kelas IV
tentang menghitung luas dan keliling bangun datar adalah kurangnya minat dan
latihan siswa karena metode dan model pembelajarannya kurang menyenangkan
sebab masih menggunakan metode ceramah.
Dari permasalahan ini berdampak pada tingkat pencapaian KKM yang
rendah. Oleh karena itu penulis berusaha memperbaiki pembelajaran ini dengan
menggunakan proses dan kaidah penelitian tindakan kelas.
Dari hasil penelitian tindakan kelas melalui perbaikan pembelajaran, nilai
keberhasilan dan kegagalan yang ditemui dalam perbaikan pembelajaran dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1.Pada tahap perbaikan pembelajaran siklus I, nilai siswa yang tuntasan belajar
mencapai 40%, dan yang belum tuntas tinggal 60% dengan nilai KKM 70 atau
jumlah siswa yang tuntas belajar mencapai 10 anak dan yang belum tuntas ada 20
anak, dengan nilai rata – rata 68,75 dan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 55

2.Pada tahap perbaikan pembelajaran siklus II, siswa yang tuntas belajar
mencapai 90%, dan yang belum tuntas ada 10% dengan nilai rata-rata kelas
81,75 nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60

B. Saran dan Tindak lanjut

Dari berbagai simpulan diatas, beberapa tindakan yang sebaiknya


dilakukan untuk meningkatkan keaktifan dan ketuntasan belajar siswa adalah
sebagai berikut :

1.Bagi guru hendaknya kreatif dalam memilih metode pembelajaran yang dipakai
pada proses pembelajaran agar dapat mengaktifkan aktifitas belajar siswa
dikelas.

2.Sebelum melaksanakan pembelajaran guru harus membuat persiapan yang


matang yaitu dengan menyusun rencana pembelajaran yang sistematis.

3.Memberikan bimbingan secara khusus bagi siswa yang kesulitan pembelajaran.


4.Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan sekiranya dapat
meningkatkan profesionalisme seorang pendidik.
DAFTAR PUSTAKA

Slavin, R. E. 1994. A Practicial Guide To Cooperative Learning. United States of


America: Johns Hopkins University.

Departemen pendidikan nasional.2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.


Jakarta
Nurman.2009.Model Pembelajaran Cooperatif Learning
TipeJigsaw.http://nurmanspd.wordpress.com/2009/09/06/model
-pembelajaran-cooperative-learning-tipe-jigsaw/ [22-04-2013]

Emilidadiani, N. 2008.Cooperetive Learning Teknik


Jigsaw.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31[24-04-2013]

Anitah, Sri, W, dkk. (2007). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Depdiknas


Universitas Terbuka.
Satori, Djam’an, dkk.(2009). Profesi Keguruan. Jakarta: Depdiknas Universitas
Terbuka.
Anonim, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka

Wardani, I.G.A.K, dkk (2014) . Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta : Universitas


Terbuka

Anda mungkin juga menyukai