Anda di halaman 1dari 29

1

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENGHITUNG


VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG LINGKARAN PADA
SISWA KELAS VI SDIT FAZA CIANGSANA MELALUI
PENGGUNAAN ALAT PERAGA

ARI LESTARI
NIM : 857310657

ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan alat peraga dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika dalam menghitung volume prisma segitiga dan
tabung lingkaran pada siswa kelas VI SDIT FAZA Ciangsana Gunung Putri Bogor
Tahun Pelajaran 2019/2020. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDIT FAZA
Ciangsana Bogor yang terdiri dari 19 siswa, yaitu 14 siswa laki-laki dan 5 siswa
perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2019.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 4 tahap,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Metode pengumpilan data
yang digunakan adalah tes tertulis, lembar observasi dan dokumentasi, sedangkan
analisis data dilakukan dengan membandingkan pencapaian nilai tiap siklus dengan
ditandai adanya peningkatan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Siklus I dan Siklus II diperoleh
data sebagai berikut: Standar KKM mata pelajaran Matematika adalah 65, saat
diterapkan pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 6,8 dengan nilai tertinggi 87,50 dan
nilai terendah sebesar 50,00. Persentase ketuntasan adalah 30% yang tuntas dan 70%
yang belum tuntas,
Pada Siklus II diperoleh nilai rata-rata 81,25 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai
terendah 68,75. Di samping itu, tingkat ketuntasan pembelajaran pada Siklus II ini
mencapai 100% yang ternyata lebih tinggi dari prasyarat KKM sebesar 85%. Oleh
karena itu, tidak diperlukan perlakuan pembelajaran pada siklus berikutnya dan
metode ini dianggap berhasil.
Kata Kunci: Hasil Belajar dan Alat Peraga
2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata pelajaran Matematika di Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran


yang dianggap paling sulit oleh siswa sehingga berakibat pada rendahnya hasil
belajar mata pelajaran tersebut. Padahal Matematika merupakan mata pelajaran
yang wajib diberikan bagi siswa sejak Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah
Atas. Jumlah jam mata pelajaran Matematika cukup banyak dibandingkan
dengan mata pelajaran IPA dan IPS.

Matematika merupakan mata pelajaran yang melatih anak untuk berpikir


rasional, logis, cermat, jujur dan sistematis. Pola pikir yang demikian sebagai
suatu yang perlu dimiliki siswa sebagai bekal dalam kehidupan seharihari.
Penerapan Matematika dalam kehidupan sehari-hari akan dapat membantu
manusia dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan dalam berbagai
kebutuhan kehidupan. Karena kondisi yang demikian pentingnya, maka
Matematika diberikan sejak anak memasuki bangku sekolah sejak kelas I sampai
kelas XII (SMA). Namun demikian, Matematika masih kurang diminati anak
didik baik di tingkat SD, SMP maupun SMA. Hal yang demikian perlu
mendapatkan perhatian bagi guru untuk memperbaiki metode serta pendekatan
dalam belajar mengajar sehingga anak didik merasa senang dan termotivasi untuk
belajar matematika.

Sebagaimana yang terjadi di kelas VI SDIT FAZA Ciangsana, Gunung


Putri, Kabupaten Bogor, di mana hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika merupakan urutan yang terbawah dari semua mata pelajaran yang
diajarkan di kelas VI. Diketahui bahwa pada kompetensi dasar “menghitung
volume prisma segitiga dan tabung lingkaran” dari ulangan harian yang
dilakukan selama dua kali, hasilnya baru mencapai rata-rata kelas 56. Hal
tersebut masih sangat perlu diupayakan peningkatannya.
3

Menurut hasil analisis ulangan harian, diketahui bahwa pada tahun


pelajaran 2018-2019 hasil belajar siswa pada pokok bahasan menentukan volume
bangun ruang baru mencapai rata-rata 56 dan pada tahun 2019/2020 baru
mencapai rata-rata kelas 59. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada kesulitan yang
cukup berarti bagi siswa kelas VI dalam memecahkan dan menyelesaikan soal
kompetensi dasar “menghitung volume prisma segitiga dan tabung lingkaran”.
Karena itu, perlu upaya peningkatan kemampuan melalui upaya-upaya yang
dapat dilakukan oleh guru.

Upaya peningkatan kemampuan siswa terhadap pokok bahasan volume


bangun ruang antara lain melalui penggunaan alat peraga. Penggunaan alat
peraga dalam kegiatan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep Matematika yang
dipelajarinya dengan mudah. Konsep Matematika seperti bangun ruang akan
mudah dimengerti anak didik pada saat pembelajaran berlangsung. Sifat alat
peraga itu sendiri membantu memperjelas konsep-konsep abstrak agar menjadi
konkret.

Alat peraga akan merangsang minat siswa sekaligus mempercepat proses


pemahaman siswa ketika mendapati hal-hal yang abstrak dan yang sulit
dimengerti anak. Kebaikan alat peraga bagi pembelajaran juga membuat anak
lebih bersemangat karena tidak merasakan kejenuhan. Pembelajaran dengan alat
peraga mudah dicerna anak didik dibandingkan dengan pembelajaran yang
bersifat verbalistik.

Alat peraga yang tepat untuk menerangkan “menghitung volume prisma


segitiga dan tabung lingkaran” diantaranya bentuk prisma dan tabung lingkaran
satuan. Alat peraga tersebut menjadikan anak akan mampu memecahkan masalah
melalui pengamatan, penganalisisan dan pembuktian secara terpadu sehingga
konsep volume bangun ruang akan mudah diselesaikan anak didik pada saat
mempelajari konsep volume bangun ruang.
4

Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis


mengidentifikasi dan menganalisa seperti dibawah ini:

1. Identifikasi Masalah

a. Matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit.

b. Hasil belajar matematika pada semua tingkat kelas menempati urutan


terbawah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

c. Proses pembelajaran matematika belum dapat menarik perhatian siswa


sehingga motivasi belajar siswa belum terangsang.

d. Kelengkapan media pembelajaran yang ada di sekolah masih sangat


terbatas.

e. Kegiatan pembelajaran masih berlangsung secara konvensional.

2. Analisis Masalah

a. Materi menghitung volume prisma segitiga dan tabung lingkaran terlalu


sulit jika hanya dijelaskan tekstual.
b. Cara mengajar guru dengan metode ceramah (satu arah) menjemukan.
c. Pendidik kurang melibatkan peserta didik dalam pembelajaran.
d. Dibutuhkan media pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan
pemahaman siswa.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

a. Guru memberikan motivasi kepada siswa.


b. Guru melibatkan peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran.
c. Menggunakan alat peraga yang sesuai materi pelajaran yang dibahas.
5

B. Rumusan Masalah
1. Apakah penggunaan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar
Matematika dalam menghitung volume prisma segitiga dan tabung lingkaran
pada siswa kelas VI SDIT FAZA Ciangsana, Gunung Putri Bogor?
2. Bagaimana penggunaan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik kelas VI SDIT FAZA Ciangsana, Gunung Putri Bogor

C. Tujuan Penelitian dan Perbaikan Pembelajaran


1. Peneliti sebagai guru kelas VI SDIT Faza Ciangsana, Gunung Putri,
Kabupaten Bogor merasa perlu untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
kompetensi dasar tersebut yang nilai rata-ratanya baru mencapai 56.
2. Sepengetahuan peneliti, judul tersebut belum diangkat dan diteliti oleh
peneliti terdahulu.
3. Peneliti bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika dengan
mengupayakan pengadaan alat peraga buatan peneliti bersama siswa serta
menggunakannya dengan tepat dan optimal.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Bagi peserta didik
Untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam cara menghitung
volume prisma segitiga dan tabung lingkaran.
2. Bagi pendidik
a. Mendapatkan teknik yang tepat dalam menerapkan metode atau strategi
pembelajaran.
b. Mempermudah menyampaikan materi pembelajaran matematika
sehingga pembelajaran lebih efisien dan efektif.
c. Meningkatkan dan memperbaiki kreatifitas proses pembelajaran dan
menambah wawasan dalam kinerja guru.
3. Bagi sekolah
6

a. Berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan.


b. Memberikan sumbangan yang berguna bagi sekolah dalam kegiatan
pembelajaran.

II. KAJIAN PUSTAKA


A. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran yang terprogram dan terkontrol
yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar
telah ditetapkan terlebih dahulu oleh guru, anak yang berhasil dalam belajar
adalah anak yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-
tujuan intruksional (Hosnan, 2014: 158).
Bloom (1956) dalam (Andriani dkk, 2013: 25) mengemukakan seorang
siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar bila ia dapat menunjukkan
keberhasilan belajar dalam tiga ranah, yaitu keberhasilan belajar dalam ranah
kognitif meliputi keberhasilan dalam kemampuan berfikir (misalnya, mengingat,
memahami atau menerapkan meteri pelajaran). Keberhasilan dalam ranah afektif
dapat dilihat dari besarnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran atau
keterlibatannya dalam mengikuti diskusi di kelas. Keberhasilan dalam ranah
psikomotor misalnya keberhasilan siswa dalam bidang olahraga atau dalam
pelajaran kesenian atau keterampilan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah suatu kemampuan yang diperoleh siswa setelah pembelajaran selesai dan
dapat menunjukkan keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar ini ada tiga, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor.
7

B. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Matematika
Mata pelajaran matematika berkaitan dengan kemampuankemampuan siswa
mengenai pemahaman struktur dasar sistem bilangan daripada mempel-ajari
keterampilan dan fakta-fakta hafalan. Pelajaran matematika sesuai dengan kurikulum
SD tahun 2006 (Standar Isi yang dikembangkan menjadi KTSP) menekankan
mengapa dan bagaimana matematika melalui penemuan dan eksplorasi. Mata
pelajaran matematika menerapkan prinsip-prinsip basic skill movement yang
mencerminkan beberapa kemampuan dasar matematika bagi siswa SD yang meliputi
hal sebagai berikut.
1) Menyiapkan anak untuk belajar matematika
2) Maju dari konkret ke abstrak
3) Penyediaan kesempatan kepada anak untuk berlatih dan mengulang
4) Generalisasi ke dalam situasi baru
5) Bertolak dari kekuatan dan kelemahan siswa
6) Perlunya membangun fondasi yang kuat tentang konsep atau keterampilan
matematika
7) Penyediaan program matematika yang seimbang. (Mulyono, 1999: 273).

Oleh karena itu, ada beberapa pendekatan dalam pengajaran Matematika di


SD, yaitu:

1) Urutan belajar yang bersifat perkembangan


Dalam hal ini guru diharapkan memberikan pelajaran matematika sesuai dengan
tingkat perkembangan anak. Tidak akan ada manfaatnya mengajarkan anak suatu
konsep atau keterampilan Matematika sebelum mencapai tahap perkembangan
tersebut karena tidak akan berhasil.

2) Belajar tuntas
Dalam pembelajaran Matematika guru harus menentukan sasaran atau tujuan
pembelajaran khusus. Sasaran tersebut harus dapat diukur dan diamati,
menguraikan langkah-langkah yang sudah dikuasai oleh siswa dari soal mudah,
8

sedang ke tingkat yang sukar, dan mengurutkan langkah-langkah untuk mencapai


tujuan.

3) Strategi belajar
Strategi belajar Matematika memusatkan bagaimana siswa belajar agar dapat
mengembangkan stratgi belajar metakognitif yang mengarah-kan proses mereka
dalam belajar.

4) Pemecahan masalah
Strategi belajar Matematika dengan pemecahan masalah untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kaitannya dengan soal-soal
matematika. (Mulyono, 1999: 255)

Keempat pendekatan dalam pembelajaran Matematika di SD tersebut,


tentunya menuntut kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, juga
dituntut lebih aktif dan cermat melakukan strategi pembelajaran agar siswa yang
mengalami kesulitan belajar tidak merasa ditinggalkan tetapi terlayani dengan baik
dengan cara kemampuannya sendiri dan mampu mengikuti setahap demi setahap.

Evaluasi pembelajaran Matematika secara umum sama dengan evaluasi mata


pelajaran lainnya baik jenis evaluasi maupun bentuk-bentuk soalnya. Evaluasi
matematika di Sekolah Dasar merupakan salah satu cara atau kegiatan pembelajaran
untuk mengetahui kemajuan belajar siswa dan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam evaluasi pelajaran Matematika keberhasilan siswa diukur dari
proses pengerjaan dan diukur dari kebenaran dalam jawaban yang dihasilkan. Dengan
demikian bagaimana proses pengerjaannya dan bagaimana hasil jawabannya.

Ranah yang diungkapkan dalam evaluasi pembelajaran matematika yaitu


kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah tersebut dievaluasi dengan tes hasil
belajar yang menggunakan berbagai ragam bentuk soal tes sesuai dengan materi yang
akan diukur kemajuan dan keberhasilannya.

2. Pengertian Volume Bangun Ruang


9

Dalam kegiatan penelitian ini, pokok bahasan yang dijadikan penelitian yaitu
menghitung volume prisma segi tiga dan tabung lingkaran. Untuk sekedar
mengingatkan siswa, siswa diajak kembali untuk menemu-kan volume kubus dengan
uraian materi sebagai berikut:

a. Menentuan volume kubus


Penentuan volume kubus didasarkan pada rumus volume kubus. Menentukan
volume kubus rumusnya adalah sebagai berikut. sisi x sisi x sisi= volume.

Volume dinyatakan dengan satuan kubik (3)

b. Menentukan volume prisma

Penentuan volume prisma segitiga didasarkan pada rumus volume prisma, yakni:

1
Volume prisma segitiga = luas alas × tinggi = ×a×b×t
2

c. Menentukan volume tabung

Penentuan volume tabung lingkaran didasarkan kepada rumus selinder sebagai


berikut.

Volume Tabung =πxrxrxt

= π x r2 x t

C. Alat Peraga dan Media Pembelajaran

Alat peraga disebut juga alat bantu pelajaran. Alat peraga yang digunakan
sebagai alat bantu dalam pembelajaran, maka pembelajaran menjadi lebih berkualitas.
Menurut Heinich (1996) bahwa keseluruhan sejarah, media dan teknologi telah
mempengaruhi pendidikan. Media merupakan jamak dari kata medium adalah suatu
saluruh untuk komunikasi. Diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “antara”. Istilah
ini kepada sesuatu yang membawa informasi ke penerima tercetak, komputer dan
instruktur. Yang demikian ini dipandang sebagai media ketika mereka membawa pesan
dengan suatu maksud pembelajaran.
10

Beberapa media yang dikenal dalam pembelajaran antara lain; (1) media non
projektif antara lain fotografi, diagram, sajian dan model-model, (2) media projektif
antara lain slide, filmstrif, transparansi, dan komputer proyektor, (3) media dengar
seperti radio kaset, (4) media gerak seperti vidio dan film, (5) komputer, multimedia, (6)
serta media yang digunakan untuk belajar jarak jauh (UPI, 2001:200).

Alat peraga sebagai media pembelajaran dapat menjadikan materi pelajaran yang
disampaikan lebih konkret sehingga mudah dicerna siswa. Alat peraga menambah
konkretnya materi pelajaran yang disampaikan guru sehingga pembelajaran yang
dilaksanakan akan lebih bermakna bagi kehidupan siswa. Karena itulah guru matematika
yang dalam pembelajaran meng-gunakan alat peraga akan memperoleh keuntungan
sebagai berikut.

1. Siswa dan guru dalam kegiatan proses belajar mengajar lebih termotivasi. Baik siswa
maupun guru, terutama siswa menjadi tumbuh minatnya terhadap pelajaran yang
sedang diajarkan.
2. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan karena itu lebih
dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkattingkat yang lebih
rendah.
3. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar
akan lebih dapat dipahami.

Alat peraga dapat disebut pula alat bantu dalam pembelajaran. Dalam praktik
kegiatan pendidikan, alat peraga sering pula disebut dengan media pembelajaran. Oleh
karena itu dalam hal ini peneliti tidak akan mempersoalkan penggunaan istilah tersebut.
Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar” atau peraga,
sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi yang diciptakan
untuk membuat seseorang melakukan sesuatu belajar (Riyana, 2007: 5-5).

Ada empat pola guru dalam pembelajaran yaitu:

1. Guru sebagai pengendali siswa;


2. Guru mengggunakan alat peraga dalam pembelajaran;
3. Guru sebagai sumber bersama dengan sumber lainnya dalam pembelajaran; dan
11

4. Guru melakukan pembelajaran dari sumber bukan manusia atau guru bermedia (UPI,
2001: 200).

Media dan alat peraga memiliki perbedaan yaitu sebagaimana digambarkan dalam
diagram berikut. (Sudjana, 1991: 13)

Model pembelajaran yang tampak pada skema di atas menunjukkan keragaman


bahwa ada guru yang menggunakan media dan ada guru yang menggunakan alat peraga
dalam kegiatan pembelajaran. Ada empat pola guru dalam pembelajaran yaitu sebagai
berikut.

1) Guru sebagai pengendali siswa, disini tugas guru adalah melakukan manajemen kelas
dan mengukur kemajuan balajar siswa secara bertahap dan berkelanjutan.
2) Guru mengggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan
guru sedapat mungkin diupayakan menggunakan alat peraga, hal ini dimaksudkan
agar materi pelajaran yang disampaikan dapat dimengerti dan mudah dicerna oleh
siswa sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
3) Guru sebagai sumber bersama dengan sumber lainnya dalam pembelajaran artinya
baik guru maupun media pembelajaran yang lain dijadikan sumber belajar.
4) Guru melakukan pembelajaran dari sumber bukan manusia (guru bermedia).
12

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian


1. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDIT Faza Desa Ciangsana, Kecamatan
Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, penelitian ini
dilakukan mulai tanggal 27 Agustus 2019. Adapun mata pelajaran yang akan
diteliti adalah mata pelajaran Matematika kelas VI materi “Menghitung
volume prisma segitiga dan tabung lingkaran”. Jumlah siswa yang akan
diteliti terdiri dari 14 laki-laki dan 5 perempuan dengan jumlah keseluruhan
19 siswa.

Sebagaimana kebanyakan siswa di daerah, prestasi belajar Matematika


para siswa kurang begitu menggembirakan sehingga pada siswa yang
berjumlah 19 orang tersebut tidak ada siswa yang menonjol dalam prestasi
belajar Matematika. Sementara itu, terdapat 2 siswa yang rata-rata prestasi
belajarnya di bawah rata-rata.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDIT FAZA Desa Ciangsana, Kecamatan


Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Untuk mengetahui
lebih jelas tentang SDIT FAZA berikut penulis sampaikan Profil SDIT FAZA
tempat dilaksanakan penelitian:
NPSN : 69984912
Status : Swasta
Bentuk pendidikan : SDIT
Status kepemilikan : Yayasan
SK .Pendirian sekolah : 421.2/077/00019/DPMPTSP/2018
Tanggal izin operasional : 26-12-2018
13

3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan pada
semester genap tanggal 27 Agustus dan 30 Agustus 2019.

Tabel 3.3
Waktu pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan Hari/Tanggal Waktu


Siklus I Selasa, 27-8-2019 Jam ke 4-5
Siklus II Jumat, 30-8-2019 Jam ke 1-2

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

1. Jenis Desain Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas


(PTK) yang dilakukan dengan menggunakan desain siklus model spiral yang
dikembangkan oleh Stephen Kemis dan Robbin Mc. Taggrat yang terdiri dari
dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat kegiatan utama yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang dijabarkan sebagai
berikut:
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan tahapan awal yang harus dilakukan pendidik
sebelum melakukan sesuatu/penelitian.
b. Tindakan (action)
Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat
yang dapat berupa suatu penerapan model pembelajaran tertentu yang
bertujuan untuk memperbaiki model yang sedang dijalankan.
c. Pengamatan (observation)
14

Pengamatan ini bertujuan untuk melihat dan mendokumentasikan


pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil
pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga
pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang
sebenarnya.
d. Refleksi (reflection)
Refleksi meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran (interpretasi),
menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya
perbaikan terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan
dipergunakan untuk memperbaiki kinerja pendidik pada pertemuan
selanjutnya.

2. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu strategi dalam kegiatan


pembelajaran perlu diadakan analisis data. Analisis data dilakukan dengan
membandingkan nilai tiap siklus dengan KKM yang telah ditentukan untuk
kelas VI, yaitu 65 (sesuai dengan KKM yang berada di SDIT FAZA). Oleh
karena itu, peserta didik dikatakan TUNTAS jika mendapatakan nilai lebih
dari 65 dan dikatakan TIDAK TUNTAS jika masih di bawah 65. Kemudian
untuk menentukan akhir perbaikan setiap siklus digunakan tolak ukur Kriteria
Ketuntasan Klasikal, kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut
terdapat 85% yang telah tuntas belajar.
Untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar digunakan rumus
sebagai berikut:

∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟


𝑃= × 100
∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
15

3. Alat Peraga Model Kubus, Prisma, dan Tabung Satuan

a. Fungsi
▪ Alat peraga model kubus satuan memiliki fungsi untuk menunjukkan volum/isi
kubus atau balok.
▪ Alat peraga model prisma satuan memiliki fungsi untuk menunjukkan
volum/isi prisma.
▪ Alat peraga model tabung satuan memiliki fungsi untuk menunjukkan
volum/isi tabung atau selinder.
b. Bentuk Alat

Model kubus satuan, prisma segitiga satuan, dan tabung lingkaran satuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Berdasarkan data nilai ulangan harian mata pelajaran Matematika yang


diperoleh peserta didik kelas VI SDIT FAZA Desa Ciangsana Gunung Putri
Bogor Tahun Pelajaran 2019/2020, menunjukkan bahwa KKM untuk mata
pelajaran Matematika adalah 65. Peneliti menggunakan evaluasi formatif dalam
penelitian tindakan kelas ini yaitu obyektif. Hasil pengamatan dalam penelitian
pada pembelajaran Matematika kelas VI SDIT FAZA dalam menghitung
volume prisma segitiga dan tabung lingkaran, maka berikut penulis
deskripsikan hasil penelitian Perbaikan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II.
Hasil penelitian diuraikan sebagai berikut:
16

1. Siklus I

Siklus I pembelajaran kompetensi dasar menghitung volume prisma


segitiga dan tabung lingkaran melalui penggunaan alat peraga bangun ruang
pada siswa kelas VI SDIT FAZA Desa Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri,
Kabupaten Bogor Semester 1 tahun pelajaran 2019-2020 ini dilaksanakan
dalam satu kali pertemuan pada hari Selasa tanggal 27 Agustus 2019 pada jam
pelajaran ke-4 dan ke-5. Pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus I ini
dilakukan pula pengamatan atas proses pembelajaran dan diperoleh beberapa
data temuan sebagai berikut:

a. Perencanaan
Peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran sesuai dengan Standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
2) Menentukan indikator pembelajaran.
3) Mempersiapkan langkah-langkah pembelajaran.
4) Menyiapkan media pembelajaran.
5) Menyiapkan instrument penilaian.

b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pembelajaran Siklus I peneliti melakukan
langkah–langkah sebagai berikut:
Kegiatan Awal:
1) Peneliti membuka kegiatan pembelajaran dengan mengabsen dan
berdoa.
2) Peneliti membagikan LKS tentang materi yang hendak disampaikan.
Kegiatan Inti:

1) Siswa mempelajari sendiri materi pembelajaran melalui LKS yang


dibagikan. Kegiatan menemukan sendiri (inkuiri) konsep materi
17

“volume prisma segitiga” dan “volume tabung lingkaran” bagi siswa


merupakan hal yang relatif cukup sulit karena melibatkan beberapa
konsep prasyarat seperti penguasaan cara menghitung luas segitiga, luas
segi empat, dan luas lingkaran.

2) Siswa mempresentasikan konsep yang ditemukannya dalam presentasi


kelas.

3) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian melakukan proses


diskusi atas materi yang diajarkan.

Kegiatan Akhir:
Pada kegiatan akhir peneliti melakukan tes atau kuis kepada siswa untuk
mengevaluasi pemahaman materi yang diajarkan dan ditutup dengan doa
bersama.

c. Tahap Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data hasil pembelajaran yang diperoleh adalah dalam bentuk


akumulasi skor dan nilai perolehan siswa. Penilaian hasil pembelajaran ini
dilakukan segera setelah siswa melaksanakan kuis sehingga siswa
mengetahui secara langsung hasilnya serta hal apa saja yang seharusnya
mereka perbaiki.

Data empirik hasil penelitian Siklus I ini dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 4.1
Data hasil pembelajaran Menghitung Volume Prisma dan Tabung kelas VI
SDIT FAZA Ciangsana, Gunung Putri, Kabupaten Bogor pada Siklus I
L
Jumlah Nilai
No NIS Nama Siswa / Skor Perolehan
Ketuntasan
P

1 0506.01.001 Aris Munandar L 10 62,50 Belum Tuntas


18

L
Jumlah Nilai
No NIS Nama Siswa / Skor Perolehan
Ketuntasan
P

2 0506.01.002 Abdul Sopyan L 10 62,50 Belum Tuntas


3 0506.01.003 Ari Sutiawan L 14 87,50 Tuntas
4 0506.01.004 Andri L 8 50,00 Belum Tuntas
5 0506.01.005 Cucu Nurmalia P 11 68,75 Tuntas
6 0506.01.006 Detia Fitriani P 11 68,75 Tuntas
7 0506.01.007 Jang Akbar Pamungkas L 9 56,25 Belum Tuntas
8 0506.01.008 Kasman L 9 56,25 Belum Tuntas
9 0506.01.009 Moh. Iqbal Ibduloh L 12 75,00 Tuntas
10 0506.01.011 Mufti Abdurahman L 9 56,25 Belum Tuntas
11 0506.01.012 Riskawati P 12 75,00 Tuntas
12 0506.01.013 Rudianto L 10 62,50 Belum Tuntas
13 0506.01.014 Syamsul Mukarom L 8 50,00 Belum Tuntas
14 0506.01.015 Sela Astiana P 14 87,50 Tuntas
15 0506.01.016 Ade Nursalam L 8 50,00 Belum Tuntas
16 0506.01.019 Yoga Wijaya L 11 68,75 Tuntas
17 0607.02.037 Saepul Ilham L 12 75,00 Tuntas
18 0708.03.025 Sutisna L 8 50,00 Belum Tuntas
19 0708.03.030 Dewi Novitasari P 11 68,75 Tuntas
JUMLAH SKOR 197 1231,25 9

RATA-RATA SKOR 10,37 64,80

SKOR TERTINGGI 14 87,5

SKOR TERENDAH 8 50

SKOR IDEAL 16 100

KKM 65

% KETUNTASAN BELAJAR 47,37

Tabel di atas menunjukkan data perolehan hasil belajar Siklus I


siswa kelas VI SDIT FAZA Desa Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri,
Kabupaten Bogor yang memperoleh nilai rata-rata sebesar 64,80 dengan
19

nilai tertinggi sebesar 87,50 dan nilai terendah sebesar 50,00. Jumlah
siswa yang telah mencapai ketuntasan (> 65) adalah 9 orang dari jumlah
siswa 19 atau sebesar 47,37 %.
Perolehan hasil evaluasi Siklus I dapat dilihat pada grafik di bawah
ini

90 87,5
80
70 64,8
60 50
50
40
30
20
9 10
10
0
Nilai Rata- Nilai Nilai Jumlah Siswa Belum
rata Tertinggi Terendah Siswa Tuntas
Tuntas

Grafik 4.1 Persentase Siklus I

d. Refleksi
Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada Siklus I menunjukkan
banyak peserta didik yang mengalami kesulitan memahami maupun
mempresentasikan apa yang telah dipelajari mandiri. MEski dibuat
kelompok-kelompok diskusi, tapi jalannya proses diskusi lebih banyak
didominasi oleh siswa-siswa yang aktif dan biasa memperoleh prestasi
baik, sehingga muncul kesenjangan. Alokasi waktu yang disediakan pun
dirasa kurang memadai. Hasil dari prestasi belajar masih belum mencapai
nilai maksimal dan masih ada yang dibawah KKM dan masih belum
20

memenuhi target yang diharapkan. Oleh karena itu, maka pendidik


memandang perlu untuk melanjukan ke penelitian Siklus II.

2. Siklus II
a. Perencanaan

Siklus II tindakan pembelajaran “Meningkatkan Hasil Belajar


Menghitung Volume Prisma Segitiga dan Tabung Lingkaran Melalui
Penggunaan Alat Peraga Pada Siswa Kelas VI SDIT FAZA Ciangsana,
Gunung Putri, Kabupaten Bogor” ini merupakan siklus tindakan tahap
kedua dan merupakan perbaikan dari pelaksanaan siklus tindakan tahap
pertama. Pada Siklus II ini beberapa hal mengalami perbaikan dan
penyesuaian sesuai dengan data temuan yang diperoleh selama
pembelajaran dan hasil pembelajaran Siklus I termasuk ditambah
penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan
Berdasarkan refleksi yang diperoleh dari pengamatan dan hasil
perolehan nilai pada Siklus I, maka Siklus II merupakan perbaikan dari
Siklus I. Rencana pelaksanaan pada Siklus II yang dilakukan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
Kegiatan Awal:
Peneliti membuka kegiatan pembelajaran dengan mengabsen dan berdoa.

1) Peneliti membentuk 4 kelompok diskusi baru, di mana siswa-siswa


berkemampuan tinggi disebar secara merata ke dalam tiap kelompok,
sehingga jumlah kelompok belajar di dalam kelas tetap tapi diubah
komposisi anggotanya.
2) Peneliti membagikan alat peraga bangun ruang prisma segitiga dan
tabung lingkaran, diperbanyak dengan menggunakan kertas manila
karton dan dibagikan kepada masing-masing kelompok.
21

Kegiatan Inti:

1) Siswa mempelajari kembali materi pembelajaran secara berkelompok.


Kegiatan pada tahap ini menggunakan alat peraga sebagai media untuk
membantu siswa memahami konsep materi yang diajarkan.

2) Siswa mempresentasikan konsep yang ditemukannya dalam presentasi


kelas. Peneliti dengan dibantu teman sejawat melakukan layanan
individual kepada siswa-siswa tertentu yang sulit memahami konsep
materi yang sedang dipelajari.

3) Siswa diajak lebih interaktif proses diskusi atas materi yang diajarkan.

Kegiatan Akhir:
Pada kegiatan akhir peneliti melakukan tes atau kuis kepada siswa untuk
mengevaluasi pemahaman materi yang diajarkan dan ditutup dengan doa
bersama.
c. Pengamatan

Siklus II ini merupakan tahap perbaikan tindakan dari Siklus I.


Perbaikan ini dilakukan berdasarkan temuan dan masukan yang diperoleh
selama melaksanakan penelitian tindakan Siklus I. Perbaikan itu
diantaranya dengan mengubah komposisi anggota kelompok diskusi,
kemudian masing-masing kelompok diberikan alat peraga sebagai alat
bantu pembelajaran.

Meskipun proses pembelajaran secara keseluruhan sudah berjalan


lancar dan siswa tidak lagi canggung melaksanakan kegiatan demi
kegiatan, namun waktu yang tersedia ternyata masih belum cukup juga.
Kuis atau tes akhir pembelajaran terpaksa dilaksanakan di luar jam
pembelajaran selama 20 menit.
22

Hasil penilaian yang diperoleh pada siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 4.2

Data Hasil Pembelajaran Siswa Kelas VI SDIT FAZA Ciangsana


Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor pada Siklus II
L
Jumlah Nilai Ketuntas
No NIS Nama Siswa /
Skor Perolehan an
P

1 0506.01.001 Aris Munandar L 12 75,00 Tuntas

2 0506.01.002 Abdul Sopyan L 12 75,00 Tuntas

3 0506.01.003 Ari Sutiawan L 15 93,75 Tuntas

4 0506.01.004 Andri L 12 75,00 Tuntas

5 0506.01.005 Cucu Nurmalia P 13 81,25 Tuntas

6 0506.01.006 Detia Fitriani P 16 100,00 Tuntas

7 0506.01.007 Jang Akbar Pamungkas L 12 75,00 Tuntas

8 0506.01.008 Kasman L 12 75,00 Tuntas

9 0506.01.009 Moh. Iqbal Ibduloh L 12 75,00 Tuntas

10 0506.01.011 Mufti Abdurahman L 12 75,00 Tuntas

11 0506.01.012 Riskawati P 15 93,75 Tuntas

12 0506.01.013 Rudianto L 12 75,00 Tuntas

13 0506.01.014 Syamsul Mukarom L 12 75,00 Tuntas

14 0506.01.015 Sela Astiana P 15 93,75 Tuntas

15 0506.01.016 Ade Nursalam L 14 87,50 Tuntas

16 0506.01.019 Yoga Wijaya L 14 87,50 Tuntas

17 0607.02.037 Saepul Ilham L 14 87,50 Tuntas

18 0708.03.025 Sutisna L 11 68,75 Tuntas

19 0708.03.030 Dewi Novitasari P 12 75,00 Tuntas

JUMLAH SKOR 247 1543,75 19

RATA-RATA SKOR 13,00 81,25


23

L
Jumlah Nilai Ketuntas
No NIS Nama Siswa /
Skor Perolehan an
P

SKOR TERTINGGI 16 100

SKOR TERENDAH 11 68,75

SKOR IDEAL 16 100

KKM 65

% KETUNTASAN BELAJAR 100 %

Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa rata-rata nilai hasil


pembelajaran Siklus II adalah 81,25 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai
terendah 68,75. Jika nilai tersebut dikomparasikan dengan Kriteria
Ketuntasan Minimum (65,00), maka proses pembelajaran kompetensi
dasar “menghitung volume prisma segitiga dan tabung lingkaran” telah
dianggap tuntas. Di samping itu, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
pada Siklus II ini sebanyak 19 orang dengan tingkat ketuntasan
pembelajaran mencapai 100%. Hal ini berarti lebih tinggi dari prasyarat
ketuntasan klasikal sebesar 85%. Oleh karena itu, tidak diperlukan
perlakuan pembelajaran pada siklus berikutnya.

Data grafik perolehan hasil pelajar dapat ditampilkan sebagai berikut.


24

100 100

90
81,25
80
68,75
70
60
50
40
30 19
20
10 0
0
Nilai Rata- Nilai Nilai Jumlah Siswa Belum
rata Tertinggi Terendah Siswa Tuntas Tuntas

Grafik 4.2 Presentase Siklus II

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Menurut pendapat Heinich, Molenda dan Russel dalam Prayitno (1998),
media pengajaran dalam membelajarkan dapat mengkonkritkan ide-ide atau
gagasan yang bersifat konseptual, sehingga mengurangi kesalahpahaman siswa
dalam mempelajari dan memberikan pengalaman-pengalaman yang nyata yang
merangsang aktifitas diri sendiri untuk belajar. Dengan keaktifan siswa ini akan
meningkatkan motivasi pada siswa untuk belajar, yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Teori ini dipraktekkan peneliti pada Siklus II dengan menambahkan
penggunaan alat peraga sebagai pemodelan pada kompetensi dasar
“menghitung volume prisma segitiga dan tabung lingkaran”. Dalam
pembelajaran siklus II digunakan pendekatan kontekstual disertai dengan
penggunaan media mirip aslinya berupa alat peraga bangun ruang prisma
segitiga dan selinder yang terbuat dari bahan karton. Hasilnya ada peningkatan
25

yang signifikan pada nilai hasil ujian setiap siswa pada Siklus II dibanding
Siklus I yang tidak menggunakan alat peraga.
Bagi guru media ini dapat mempermudah dalam penyampaian materi
pembelajaran dan bagi siswa dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas
siswa dalam menelaah materi. Secara tidak langsung siswa akan aktif berpikir
dan berupaya mencari jawaban yang sesuai untuk setiap permasalahan yang
muncul, sehingga sistem pembelajaran yang terjadi dapat menimbulkan
ketertarikan atau minat dan motivasi pada siswa. Dan juga siswa akan
menggunakan pengalaman-pengalaman yang ia temui di lingkungan sebagai
media yang dapat mengantarkan siswa agar lebih mudah memahami suatu
permasalahan yang dimaksud.
Selain antusias, peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran
juga sangat tinggi, sehingga dapat dibuktikan bahwa penggunaan alat peraga
dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VI SDIT FAZA. Hal ini dapat dilihat dari tabel gabungan nilai evaluasi
dari siklus I ke siklus II sebagai berikut:

Tabel 4.3
Data Perbandingan Hasil Pembelajaran Siswa Kelas VI SDIT FAZA
Ciangsana Gunung Putri, Kabupaten Bogor pada Siklus I dan Siklus II
L Besar
Nilai Nilai
No NIS Nama Siswa / Pening-
Siklus I Siklus II
P katan

1 0506.01.001 Aris Munandar L 62,50 75,00 12,5

2 0506.01.002 Abdul Sopyan L 62,50 75,00 12,5

3 0506.01.003 Ari Sutiawan L 87,50 93,75 6,25

4 0506.01.004 Andri L 50,00 75,00 25

5 0506.01.005 Cucu Nurmalia P 68,75 81,25 12,5

6 0506.01.006 Detia Fitriani P 68,75 100,00 31,25

7 0506.01.007 Jang Akbar Pamungkas L 56,25 75,00 18,75


26

L Besar
Nilai Nilai
No NIS Nama Siswa / Pening-
Siklus I Siklus II
P katan

8 0506.01.008 Kasman L 56,25 75,00 18,75

9 0506.01.009 Moh. Iqbal Ibduloh L 75,00 75,00 0

10 0506.01.011 Mufti Abdurahman L 56,25 75,00 18,75

11 0506.01.012 Riskawati P 75,00 93,75 18,75

12 0506.01.013 Rudianto L 62,50 75,00 12,5

13 0506.01.014 Syamsul Mukarom L 50,00 75,00 25

14 0506.01.015 Sela Astiana P 87,50 93,75 6,25

15 0506.01.016 Ade Nursalam L 50,00 87,50 37,5

16 0506.01.019 Yoga Wijaya L 68,75 87,50 18,75

17 0607.02.037 Saepul Ilham L 75,00 87,50 12,5

18 0708.03.025 Sutisna L 50,00 68,75 18,75

19 0708.03.030 Dewi Novitasari P 68,75 75,00 6,25

JUMLAH SKOR 1231,25 1543,75 312,5

RATA-RATA SKOR 64,80 81,25 16,45

SKOR TERTINGGI 87,5 100 12,5

SKOR TERENDAH 50 68,75 18,75

SKOR IDEAL 100 100

KKM 65 65

% KETUNTASAN BELAJAR 47,37 % 100 % 56,63

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian


pembelajaran berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Menghitung
Volume Prisma Segitiga dan Tabung Lingkaran Melalui Penggunaan Alat
Peraga Pada Siswa Kelas VI SDIT FAZA Ciangsana, Gunung Putri,
Kabupaten Bogor Semester 1 Tahun pelajaran 2019-2020” telah berhasil.
Dengan demikian, hipotesis penelitian “melalui penggunaan alat peraga
prisma segitiga dan tabung lingkara, maka hasil belajar siswa kelas VI SDIT
27

FAZA Ciangsana, Gunung Putri, Kabupaten Bogor dalam kompetensi dasar


menghitung volume prisma segitiga dan tabung lingkaran dapat ditingkatkan”
dapat diterima.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada dasarnya, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan


peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SDIT FAZA Ciangsana Gunung Putri
Kabupaten Bogor dalam menghitung volume prisma segi tiga dan tabung
lingkaran dengan menggunakan alat peraga buatan sendiri berbentuk prisma
segitiga dan tabung lingkaran satuan melalui pembelajaran kontekstual fokus
pemodelan. Maka, berdasarkan hasil analisis dan pembahasan atas data hasil
penelitian diperoleh fakta sebagai berikut.

1. Terjadi peningkatan prestasi pembelajaran dari siklus I yang memperoleh rata-


rata nilai sebesar 64,80 menjadi 81,25 pada siklus II yang berarti terjadi
peningkatan sebesar 16,45.

2. Proses pembelajaran pada siklus I yang berlangsung kaku dan canggung telah
berkembang jauh lebih baik pada siklus II dan siswa menyatakan lebih senang.

Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran


kontekstual dengan fokus pemodelan melalui penggunaan alat peraga bangun
ruang ternyata efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDIT FAZA
Ciangsana Gunung Putri Kabupaten Bogor semester I tahun pelajaran 2019-
2020 pada kompetensi dasar “menghitung volume prisma segitiga dan tabung
lingkaran”.
28

B. Saran dan Tindak Lanjut

Saran-saran yang dapat disampaikan pada akhir laporan ini adalah sebagai
berikut:

1. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang dapat mengait-kan


konsep ilmu dengan kenyataan yang terdapat di sekitar siswa. Oleh karena itu,
pembelajaran matematika pada kompetensi dasar “menghitung volume prisma
segitiga dan tabung lingkaran” sebaiknya menggunakan pendekatan
pembelajaran kontekstual dengan memfokuskan pada penggunaan alat peraga
sebagai bentuk pemodelan.

2. Penggunaan alat peraga (media pembelajaran) dalam matematika memiliki


nilai strategis bagi peningkatan motivasi dan pemahaman belajar siswa. Oleh
karena itu, pengadaan alat peraga atau media pembelajaran ini seharusnya
menjadi perhatian yang sungguh-sungguh dari guru pengajar sehingga
konsep-konsep abstrak dalam matematika dapat menjadi konkret.

3. Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat pula dicoba untuk diterapkan


pada kompetensi dasar lainnya sesuai dengan kebutuhan siswa dan kebutuhan
pembelajaran.
29

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman Mulyono. Kesulitan Belajar Matematika. Jakarta: Gramedia

Andriani, Durri. dkk. 2013. Metode Penelitian. Universitas Terbuka.

Cheppy Riyana. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI UPI.

Dady Permana dan Triyati, 2008. Bersahabat dengan Matematika untuk Kelas VI
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual


Teaching and Learning). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar


Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta:
Badan Standar Nasional Pendidikan.

Heinich, Molenda, Russel. 1996. Instructional Media and New Technologies of


Instruction. Englewood Cliffs.NJ: Prentice-Hall.

Hollands Roy. 1991. Kamus Matematika. Erlangga. Jakarta.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Bogor: Ghalia Indonesia.

Nana Sudjana. 1991. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta: FEUI.

Prayitno. 1998. Pelaksanaan bimbingan konseling di SMA. Jakarta: Penebar Aksara.

UPI. 2001. Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.


Bandung: Jurusan MIPA UPI.

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Jakarta: Depdikbud. Dirjen Dikti P2GSM.

Tim MKPBM, 2001. Struktur Pengajaran Matematika, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai