ARI LESTARI
NIM : 857310657
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan alat peraga dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika dalam menghitung volume prisma segitiga dan
tabung lingkaran pada siswa kelas VI SDIT FAZA Ciangsana Gunung Putri Bogor
Tahun Pelajaran 2019/2020. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDIT FAZA
Ciangsana Bogor yang terdiri dari 19 siswa, yaitu 14 siswa laki-laki dan 5 siswa
perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2019.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 4 tahap,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Metode pengumpilan data
yang digunakan adalah tes tertulis, lembar observasi dan dokumentasi, sedangkan
analisis data dilakukan dengan membandingkan pencapaian nilai tiap siklus dengan
ditandai adanya peningkatan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Siklus I dan Siklus II diperoleh
data sebagai berikut: Standar KKM mata pelajaran Matematika adalah 65, saat
diterapkan pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 6,8 dengan nilai tertinggi 87,50 dan
nilai terendah sebesar 50,00. Persentase ketuntasan adalah 30% yang tuntas dan 70%
yang belum tuntas,
Pada Siklus II diperoleh nilai rata-rata 81,25 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai
terendah 68,75. Di samping itu, tingkat ketuntasan pembelajaran pada Siklus II ini
mencapai 100% yang ternyata lebih tinggi dari prasyarat KKM sebesar 85%. Oleh
karena itu, tidak diperlukan perlakuan pembelajaran pada siklus berikutnya dan
metode ini dianggap berhasil.
Kata Kunci: Hasil Belajar dan Alat Peraga
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Identifikasi Masalah
2. Analisis Masalah
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penggunaan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar
Matematika dalam menghitung volume prisma segitiga dan tabung lingkaran
pada siswa kelas VI SDIT FAZA Ciangsana, Gunung Putri Bogor?
2. Bagaimana penggunaan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik kelas VI SDIT FAZA Ciangsana, Gunung Putri Bogor
B. Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Matematika
Mata pelajaran matematika berkaitan dengan kemampuankemampuan siswa
mengenai pemahaman struktur dasar sistem bilangan daripada mempel-ajari
keterampilan dan fakta-fakta hafalan. Pelajaran matematika sesuai dengan kurikulum
SD tahun 2006 (Standar Isi yang dikembangkan menjadi KTSP) menekankan
mengapa dan bagaimana matematika melalui penemuan dan eksplorasi. Mata
pelajaran matematika menerapkan prinsip-prinsip basic skill movement yang
mencerminkan beberapa kemampuan dasar matematika bagi siswa SD yang meliputi
hal sebagai berikut.
1) Menyiapkan anak untuk belajar matematika
2) Maju dari konkret ke abstrak
3) Penyediaan kesempatan kepada anak untuk berlatih dan mengulang
4) Generalisasi ke dalam situasi baru
5) Bertolak dari kekuatan dan kelemahan siswa
6) Perlunya membangun fondasi yang kuat tentang konsep atau keterampilan
matematika
7) Penyediaan program matematika yang seimbang. (Mulyono, 1999: 273).
2) Belajar tuntas
Dalam pembelajaran Matematika guru harus menentukan sasaran atau tujuan
pembelajaran khusus. Sasaran tersebut harus dapat diukur dan diamati,
menguraikan langkah-langkah yang sudah dikuasai oleh siswa dari soal mudah,
8
3) Strategi belajar
Strategi belajar Matematika memusatkan bagaimana siswa belajar agar dapat
mengembangkan stratgi belajar metakognitif yang mengarah-kan proses mereka
dalam belajar.
4) Pemecahan masalah
Strategi belajar Matematika dengan pemecahan masalah untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kaitannya dengan soal-soal
matematika. (Mulyono, 1999: 255)
Dalam kegiatan penelitian ini, pokok bahasan yang dijadikan penelitian yaitu
menghitung volume prisma segi tiga dan tabung lingkaran. Untuk sekedar
mengingatkan siswa, siswa diajak kembali untuk menemu-kan volume kubus dengan
uraian materi sebagai berikut:
Penentuan volume prisma segitiga didasarkan pada rumus volume prisma, yakni:
1
Volume prisma segitiga = luas alas × tinggi = ×a×b×t
2
= π x r2 x t
Alat peraga disebut juga alat bantu pelajaran. Alat peraga yang digunakan
sebagai alat bantu dalam pembelajaran, maka pembelajaran menjadi lebih berkualitas.
Menurut Heinich (1996) bahwa keseluruhan sejarah, media dan teknologi telah
mempengaruhi pendidikan. Media merupakan jamak dari kata medium adalah suatu
saluruh untuk komunikasi. Diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “antara”. Istilah
ini kepada sesuatu yang membawa informasi ke penerima tercetak, komputer dan
instruktur. Yang demikian ini dipandang sebagai media ketika mereka membawa pesan
dengan suatu maksud pembelajaran.
10
Beberapa media yang dikenal dalam pembelajaran antara lain; (1) media non
projektif antara lain fotografi, diagram, sajian dan model-model, (2) media projektif
antara lain slide, filmstrif, transparansi, dan komputer proyektor, (3) media dengar
seperti radio kaset, (4) media gerak seperti vidio dan film, (5) komputer, multimedia, (6)
serta media yang digunakan untuk belajar jarak jauh (UPI, 2001:200).
Alat peraga sebagai media pembelajaran dapat menjadikan materi pelajaran yang
disampaikan lebih konkret sehingga mudah dicerna siswa. Alat peraga menambah
konkretnya materi pelajaran yang disampaikan guru sehingga pembelajaran yang
dilaksanakan akan lebih bermakna bagi kehidupan siswa. Karena itulah guru matematika
yang dalam pembelajaran meng-gunakan alat peraga akan memperoleh keuntungan
sebagai berikut.
1. Siswa dan guru dalam kegiatan proses belajar mengajar lebih termotivasi. Baik siswa
maupun guru, terutama siswa menjadi tumbuh minatnya terhadap pelajaran yang
sedang diajarkan.
2. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan karena itu lebih
dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkattingkat yang lebih
rendah.
3. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar
akan lebih dapat dipahami.
Alat peraga dapat disebut pula alat bantu dalam pembelajaran. Dalam praktik
kegiatan pendidikan, alat peraga sering pula disebut dengan media pembelajaran. Oleh
karena itu dalam hal ini peneliti tidak akan mempersoalkan penggunaan istilah tersebut.
Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar” atau peraga,
sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi yang diciptakan
untuk membuat seseorang melakukan sesuatu belajar (Riyana, 2007: 5-5).
4. Guru melakukan pembelajaran dari sumber bukan manusia atau guru bermedia (UPI,
2001: 200).
Media dan alat peraga memiliki perbedaan yaitu sebagaimana digambarkan dalam
diagram berikut. (Sudjana, 1991: 13)
1) Guru sebagai pengendali siswa, disini tugas guru adalah melakukan manajemen kelas
dan mengukur kemajuan balajar siswa secara bertahap dan berkelanjutan.
2) Guru mengggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan
guru sedapat mungkin diupayakan menggunakan alat peraga, hal ini dimaksudkan
agar materi pelajaran yang disampaikan dapat dimengerti dan mudah dicerna oleh
siswa sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
3) Guru sebagai sumber bersama dengan sumber lainnya dalam pembelajaran artinya
baik guru maupun media pembelajaran yang lain dijadikan sumber belajar.
4) Guru melakukan pembelajaran dari sumber bukan manusia (guru bermedia).
12
2. Tempat Penelitian
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan pada
semester genap tanggal 27 Agustus dan 30 Agustus 2019.
Tabel 3.3
Waktu pelaksanaan penelitian
a. Fungsi
▪ Alat peraga model kubus satuan memiliki fungsi untuk menunjukkan volum/isi
kubus atau balok.
▪ Alat peraga model prisma satuan memiliki fungsi untuk menunjukkan
volum/isi prisma.
▪ Alat peraga model tabung satuan memiliki fungsi untuk menunjukkan
volum/isi tabung atau selinder.
b. Bentuk Alat
Model kubus satuan, prisma segitiga satuan, dan tabung lingkaran satuan
1. Siklus I
a. Perencanaan
Peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran sesuai dengan Standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
2) Menentukan indikator pembelajaran.
3) Mempersiapkan langkah-langkah pembelajaran.
4) Menyiapkan media pembelajaran.
5) Menyiapkan instrument penilaian.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pembelajaran Siklus I peneliti melakukan
langkah–langkah sebagai berikut:
Kegiatan Awal:
1) Peneliti membuka kegiatan pembelajaran dengan mengabsen dan
berdoa.
2) Peneliti membagikan LKS tentang materi yang hendak disampaikan.
Kegiatan Inti:
Kegiatan Akhir:
Pada kegiatan akhir peneliti melakukan tes atau kuis kepada siswa untuk
mengevaluasi pemahaman materi yang diajarkan dan ditutup dengan doa
bersama.
Data empirik hasil penelitian Siklus I ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.1
Data hasil pembelajaran Menghitung Volume Prisma dan Tabung kelas VI
SDIT FAZA Ciangsana, Gunung Putri, Kabupaten Bogor pada Siklus I
L
Jumlah Nilai
No NIS Nama Siswa / Skor Perolehan
Ketuntasan
P
L
Jumlah Nilai
No NIS Nama Siswa / Skor Perolehan
Ketuntasan
P
SKOR TERENDAH 8 50
KKM 65
nilai tertinggi sebesar 87,50 dan nilai terendah sebesar 50,00. Jumlah
siswa yang telah mencapai ketuntasan (> 65) adalah 9 orang dari jumlah
siswa 19 atau sebesar 47,37 %.
Perolehan hasil evaluasi Siklus I dapat dilihat pada grafik di bawah
ini
90 87,5
80
70 64,8
60 50
50
40
30
20
9 10
10
0
Nilai Rata- Nilai Nilai Jumlah Siswa Belum
rata Tertinggi Terendah Siswa Tuntas
Tuntas
d. Refleksi
Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada Siklus I menunjukkan
banyak peserta didik yang mengalami kesulitan memahami maupun
mempresentasikan apa yang telah dipelajari mandiri. MEski dibuat
kelompok-kelompok diskusi, tapi jalannya proses diskusi lebih banyak
didominasi oleh siswa-siswa yang aktif dan biasa memperoleh prestasi
baik, sehingga muncul kesenjangan. Alokasi waktu yang disediakan pun
dirasa kurang memadai. Hasil dari prestasi belajar masih belum mencapai
nilai maksimal dan masih ada yang dibawah KKM dan masih belum
20
2. Siklus II
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
Berdasarkan refleksi yang diperoleh dari pengamatan dan hasil
perolehan nilai pada Siklus I, maka Siklus II merupakan perbaikan dari
Siklus I. Rencana pelaksanaan pada Siklus II yang dilakukan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
Kegiatan Awal:
Peneliti membuka kegiatan pembelajaran dengan mengabsen dan berdoa.
Kegiatan Inti:
3) Siswa diajak lebih interaktif proses diskusi atas materi yang diajarkan.
Kegiatan Akhir:
Pada kegiatan akhir peneliti melakukan tes atau kuis kepada siswa untuk
mengevaluasi pemahaman materi yang diajarkan dan ditutup dengan doa
bersama.
c. Pengamatan
Hasil penilaian yang diperoleh pada siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.2
L
Jumlah Nilai Ketuntas
No NIS Nama Siswa /
Skor Perolehan an
P
KKM 65
100 100
90
81,25
80
68,75
70
60
50
40
30 19
20
10 0
0
Nilai Rata- Nilai Nilai Jumlah Siswa Belum
rata Tertinggi Terendah Siswa Tuntas Tuntas
yang signifikan pada nilai hasil ujian setiap siswa pada Siklus II dibanding
Siklus I yang tidak menggunakan alat peraga.
Bagi guru media ini dapat mempermudah dalam penyampaian materi
pembelajaran dan bagi siswa dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas
siswa dalam menelaah materi. Secara tidak langsung siswa akan aktif berpikir
dan berupaya mencari jawaban yang sesuai untuk setiap permasalahan yang
muncul, sehingga sistem pembelajaran yang terjadi dapat menimbulkan
ketertarikan atau minat dan motivasi pada siswa. Dan juga siswa akan
menggunakan pengalaman-pengalaman yang ia temui di lingkungan sebagai
media yang dapat mengantarkan siswa agar lebih mudah memahami suatu
permasalahan yang dimaksud.
Selain antusias, peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran
juga sangat tinggi, sehingga dapat dibuktikan bahwa penggunaan alat peraga
dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VI SDIT FAZA. Hal ini dapat dilihat dari tabel gabungan nilai evaluasi
dari siklus I ke siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.3
Data Perbandingan Hasil Pembelajaran Siswa Kelas VI SDIT FAZA
Ciangsana Gunung Putri, Kabupaten Bogor pada Siklus I dan Siklus II
L Besar
Nilai Nilai
No NIS Nama Siswa / Pening-
Siklus I Siklus II
P katan
L Besar
Nilai Nilai
No NIS Nama Siswa / Pening-
Siklus I Siklus II
P katan
KKM 65 65
A. Kesimpulan
2. Proses pembelajaran pada siklus I yang berlangsung kaku dan canggung telah
berkembang jauh lebih baik pada siklus II dan siswa menyatakan lebih senang.
Saran-saran yang dapat disampaikan pada akhir laporan ini adalah sebagai
berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Cheppy Riyana. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI UPI.
Dady Permana dan Triyati, 2008. Bersahabat dengan Matematika untuk Kelas VI
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Jakarta: Depdikbud. Dirjen Dikti P2GSM.