PENDAHULUAN
Perlu diketahui bahwa pendidikan kemarin, sekarang dan yang akan datang
banyak perubahan. Guru yang selalu menggunakan metode monoton, akan
mengalami permasalahan yang yang tidak mereka sadari. Oleh karena itu sebagai
seorang pendidik harus mau tahu akan kebutuhan anak didik, terutama dalam
pelayanan dan penyampaian materi pelajaran. Sehingga sangat perlulah sebagai
pendidik mengadakan variasi metode pengajarannya. Manakah yang lebih tepat
untuk menyampaikan materi supaya hasil proses belajar mengajar berhasil
maksimal. Perubahan pengajaran tidak harus disertai dengan pemakaian
perlengkapan yang serba mahal, tetapi lebih menekankan pada pengembangan
cara-cara baru belajar yang lebih efektif dan sesuai dengan kemampuan peserta
didik. Pembelajaran akan efektif bila guru dapat mengidentifikasi masalah yang
dihadapi di kelasnya, kemudian menganalisa dan menentukan faktor-faktor yang
diduga menjadi penyebab utama, yang selanjutnya menentukan tindakan
pemecahannya. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa rata-rata nilai
Matematika siswa kelas IV SD N 4 Jatibaru pada semster ganjil tahun pelajaran
2017/2018 masih rendah, seperti terlihat pada tabel 1 di bawah ini :
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 19 siswa, yang sudah tuntas hanya 6 orang
atau 31, 58 % siswa, sisanya 13 orang atau 68, 42 % siswa belum tuntas atau
masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah
yaitu 65.
Uraian di atas memberikan inspirasi bagi penulis untuk melakukan suatu tindakan
perbaikan dalam proses pembelajaran melalui pendekatan penelitian tindalan
kelas (PTK), khususnya pada mata pelajaran matematika di kelas IV, dengan judul
“Upaya peningkatan Hasil belajar siswa dengan Metode picture and picture pada
mata pembelajaran Matematika kelas IV SD N 4 Jatibaru Kecamatan Tanjung
Binatng Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2017/2018”
Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang masalah yang telah disajikan,
penulis membatasi permasalahan pada :
1. Masih rendahnya hasil belajar dan tingkat penguasaan/pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran matematika yang di sampaikan oleh guru
2. Masih Kurangnya penggunaan media atau alat peraga yang digunakan dalam
mata pelajaran matematika
2. Bagi Guru
a. Salah satu syarat untuk menyelesaikan Study S1 PGSD Universitas
Terbuka.
b. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh penulis untuk memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya.
c. Dengan melakukan penelitian penulis dapat berkembang secara
profesional, karena profesional, menunjukan bahwa dirinya mampu
menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
d. Dalam penelitian membuat penulis percaya diri karena mampu melakukan
analisis terhadap kinerjanya sendiri di dalam kelas, sehingga menemukan
kekuatan dan kelemahan serta mengatasi berbagai masalah.
e. Dengan penelitian dan perbaikan proses pembelajaran menjadikan penulis
semakin profesional seperti yang di amanatkan oleh undang – undang.
3. Bagi Sekolah
1. Sebagai bahan masukan atau input untuk dijadikan bahan pertimbangan
dalam mengambil kebijaksanaan untuk membina guru dalam menentukan
keberhasilan pengelolaan pembelajaran di sekolah.
A. Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut Slamento (2010:2) adalah “Suatu proses usaha yang
dilakukkan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya “.
Skinner berpandangan bahwa “ Belajar adalah suatu perilaku pada saat orang
belajar, maka responnya lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka
responnya menurun (Dimyati dan mudjiono,2009:9)
Dalam belajar ditemukan adanya :
a. Terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pembelajar.
b. Respon si pembelajar.
c. Kosekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut pemerkuat terjadi pada
stimulus yang menguatkan kosekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku
respons si pebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons
yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.
Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan
suatu hsail atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi lebih luas dari itu,
yakni mengalami hasil belajar bukan suatu penguasan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain
tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah proses pengetahuan,
bahwa belajar adalah latihan – latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis
dan seterusnya, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu
melalui interaksi dengan lingkungan.
1) Tujuan
Tujuan merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu
kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan karena suatu
yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan kearah mana kegiatan itu akan
dibawa.
2) Bahan pelajaran
Bahan pelajaran merupakan substansi yang akan disampaikan dalam proses
belajar, tanpa bahan pelajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan,karena
guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang
akan disampaikan pada anak didik. Bahan pelajaran juga merupakan unsur yang
ada dalam kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujang tuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai.
3) Kegiatan belajar
Kegiatan belajar merupakan inti kegiatan dalam pendidikaan, segala sesuatu yang
telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Dalam kegiatan
belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
4) Metode
Metode adalah suatu cara ang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila tidak
menguasai satupun metode mengajar.
5) Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menunjang prose
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan.
6) Sumber belajar
Belajar bukanlah berproses dalam kemaknaan, nilai-nilai itu datang dengan
sendirinya,tetapi terampil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses belajar
mengajar.
7) Evaluasi
Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Dari tujuan-tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi mempunyai
manfaat yang sangat besar, manfaat itu dapat ditinjau dari pelaksanaannya ketika
akan memprogramkan serta melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam meningkatkan sumber daya
manusia yang berhasil.
Menurut Dimyanti dan Mudjiono (2013: 3) “Hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak pembelajaran. Dari sisi guru, tindak
pembelajaran diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar adalah merupakan pengalaman dan puncak proses belajar. Hasil belajar,
untuk sebagian adalah berkat tindak gur, suatu pencapaian tujuan pengajaran.
Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa”.
Menurut Hamalik (2014: 36) “Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan,
melainkan perubahan kelakuan”.
Suprayekti, dkk. (2008; 4.43) mengatakan, “Penilaian hasil belajar tidak semata-
mata diperoleh dari siswa mengerjakan tes akhir atau tes hasil belajar yang
berbentuk uraian terbatas atau objektif saja, namun hasil belajar siswa dinilai
melalui berbagai cara dan perwujudan. Guru menggunakan beragam teknik dan
alat ukur, siswa mengekspresikan keberhasilannya dalam beragam bentuk. “
Sementara itu Kemp dalam Ibrahim (2000) menilai “Hasil belajar merupakan
unsur terakhir dari keempat unsur penting dalam proses perancangan pengajaran
yang meliputi siswa, tujuan, metode, dan evaluasi. Hasil belajar dapat diketahui
dari evaluasi yang diadakan. Evaluasi atau penilaian hasil belajar merupakan hasil
belajar merupakan usaha guru untuk mendapatkan informasi tentang siswa, baik
kemampuan penguasaan konsep, sikap maupun keterampilan. Hal ini digunakan
sebagi umpan balik yang sangat diperlukan dalam menentukan strategi belajar
siswa. Sebagai salah satu tindak lanjut dari pelaksanaan evaluasi adalah
menentukan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran yang telah
disampaikan oleh guru, hal ini berguna sebagai perbaikan pengajaran yang akan
dilaksanakan kemudian. Dengan diketahuinya daya serap siswa terhadap materi
pembelajaran, memudahkan guru untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran
telah tercapai sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran”.
Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar merupakan penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan
penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa dan nilai – nilai yang
terdapat didalam kurikulum. Belajar merupakan perubahan tingkah laku untuk
mencapai tujuan dari tidak tahu menjadi tahu atau dapat dikatakan sebagai proses
yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku dan kecakapan seseorang.
Dalam belajar terjadi perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan – kecakapan
(skills) atau mendapatkan aspek – aspek pengetahuan (kognitif), sikap (affektif),
dan keterampilan (psikomotorik) yang diperoleh karena proses pertumbuhan yang
bersifat fisiologis atau proses kematangan.
2. Faktor ektern
Faktor ekstern adalah faktor belajar dari luar individu. Faktor ini meliputi :
a. Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga, cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga
b. Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum,relasi guru dengan
siswa, disiplin sekolah, pelajaran, standar pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar, dan rumah tangga
c. Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswadalam masyarakat, media
massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Menurut Johnson dan Rising (1972: 24) “Matematika adalah pola berpikir, pola
mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematiak itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang di definisikan dengan cermat, jeas, dan akurat,
respresentasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai
ide dari pada mengenai bunyi”.
Suherman (2003:67) “ Matematika adalah disiplin ilmu tentang tata cara berfikir
dan mengolah logika, bbaik secara kuantitatif maupun secara kualitatif”.
Menurut Johnson & Johnson (1987:43) “Metode pembelajaran Picture and Picture
adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan /
diurutkan menjadi urutan logis”.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses
pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi
urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir
dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
8. Kesimpulan/rangkuman
setelah kegiatan penanaman konsep selesai, guru bersama siswa mengambil
kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran
B. KERANGKA PIKIR
Salah satu tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Dengan pendidikan yang baik kita akan mudah mengikuti
perkembangan zaman di masa yang akan datang. Sesuai dengan perkembangan
situasi dan kondisi kehidupan, akan membawa sikap mental dan tingkah laku
terhadap anak didik. Guru diharapkan dapat secara maksimal menciptakan
pembelajaran yang kreatif agar siswa menyenangi pelajaran. Bila siswa senang
dengan pembelajarannya maka di luar sekolah pun dia akan belajar sendiri. Guru
sebagai tenaga pengajar harus mempunyai kemampuan untuk memilih dan
menggunakan model atau metode untuk meningkatkan aktifitas hasil belajar
siswa. Untuk itu dalam proses belajar mengajar kemampuan professional seorang
guru sangat dibutuhkan, temasuk juga kemampuan dalam memanfaatkan dan
menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran.
Salah satu kendala proses dalam pembelajaran matematika dan adalah kurang
konsistennya para guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, artinya masih banyak rekan guru kurang menyadari pentingnya
perencanaan sebelum memulai proses pembelajaran. Mendesain rencana dan
melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan meyenangkan adalah
suatu keharusan dalam proses pembelajaran untuk menggali potensi para peseta
didik. Salah satu indikasi yang sangat sering terlihat pada diri siswa pada saat
proses pembelajaran matematika adalah kebanyakan siswa menganggap bahwa
matematika adalah pelajaran yang sangat sulit, sehingga sedikit sekali siswa yang
menyukainya, rendahnya minat siswa terhadap pelajaran matematika ini
menyebabkan rasa takut karena ketidak mampuan mereka dalam menguasai dan
memahami konsep dasar matematika. Serta masih kurangnya kemampuan guru
dalam mementuka metode pembelajaran yang cocok untuk mempermudah siswa
dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Sering terlihat di lapangan bahwa dalam menyelesaikan latihan baik latihan di
kelas maupun pekerjaan rumah banyak siswa yang tidak dapat menyelesaikannya
dengan baik dan benar, demikian juga untuk pekerjaan rumah sebagian besar
siswa kurang mau berusaha menyelesaikan dengan kemampuan sendiri. Anak
cenderung selalu meminta bantuan orang lain untuk mengerjakannya, dan
sebagian anak hanya menyalin dari anak yang lebih pandai bahkan ada sebagian
anak yang tidak mengerjakan sama sekali. Mereka cenderung malas berfikir dan
kurang bergairah dalam belajar matematika.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Researh). Penelitian ini mengenai peningkatan hasil belajar siswa dengan metode
picture and picture pada mata pembelajaran matematika kelas IV yang
dilaksanakan melalui beberapa tahapan.Tindakan yang diberikan adalah proses
pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Picture
and Picture yang dibagi dalam dua siklus dengan empat tahapan, yaitu (a)
perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan evaluasi dan
(d) refleksi .
D. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan ini direncanakan terdiri dari dua siklus. Kedua siklus
ini merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan, artinya pelaksanaan.
Untuk dapat mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas IV B SD N 4
Jatibaru maka sebelumnya diberikan tes awal dan hasilnya dijadikan sebagai skor
dasar. Setelah itu barulah dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran Picture and Picture.
2. Tahap Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah kegiatan belajar mengajar dan
mengimplementasikan soal-soal yang telah dipersiapkan, baik dalam proses
belajar mengajar di kelas maupun pada pemberian tugas kurikuler.
Gambaran umum yang dilakukan adalah :
a. Pada awal setiap pertemuan, hal yang pertama dilakukan adalah
memberikan penjelasan singkat tentang materi yang dipelajari.
b. Guru memberikan motivasi atau rangsangan kepada siswa agar siswa
tertarik mengikuti materi yang sedang dijelaskan
c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan materi.
d. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
f. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan/rangkuman
h. Guru memberikan beberapa soal evaluasi menyangkut materi yang telah di
sampaikan.
SIKLUS II
Pada dasarnya hal yang dilakukan pada siklus II ini adalah mengulangi
tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus I. Disamping itu akan dilaksankan juga
sejumlah rencana baru untuk memperbaiki, merancang tindakan baru sesuai
dengan pengalaman dari hasil refleksi yang diperoleh pada siklus I.
2. Observasi
Data mengenai proses belajar mengajar dalam hal kehadiran dan keaktifan siswa
untuk tiap pertemuaan diambil dengan menggunakan lembar observasi.
4. Dokumentasi
Data mengenai proses belajar mengajar, kerjasama dengan teman sejawat dan
bimbingan oleh penilai dan supervisor.
G.Indikator Kinerja
Kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila terjadi
peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD N 4 Jatibaru Kecamatan Tanjung
Bintang , terhadap bahan ajar setelah diberikan pembelajaran dengan menggunaan
metode pembelajaran Picture and Picture, baik ditinjau dari hasil tes setiap akhir
siklus maupun dari data hasil observasi dalam mengikuti proses pembelajaran.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas tentang hasil-hasil penelitian, data-data hasil
penelitian yang diperoleh, dianalisis dan dibahas. Adapun yang dianalisis adalah
deskriptif kuantitatif mengenai perubahan hasil belajar siswa setelah dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Picture and Picture
pada siklus I dan siklus II berdasarkan hasil tes pada tiap akhir siklus. Disamping
itu akan dianalisis pula refleksi terhadap pelaksanaan tindakan dalam proses
belajar mengajar matematika dengan menggunakan metode pembelajaran Picture
and Picture. Pada tahap ini pula penulis menganalisis perubahan sikap siswa
berdasarkan hasil pengamatan dan observasi maupun refleksi.
Hasil penelitian pada siklus 1 menunjukkan bahwa Hasil Belajar Siswa kelas IV
dalam memahami materi mengurutkan bilangan pecahan masih belum maksimal.
Rata-rata skor yang dicapai siswa tidak mencapai nilai KKM yaitu 65. Jika skor
hasil belajar responden dikelompokkan kedalam 2 kategori, maka diperoleh
distribusi frekuensi skor yang disajikan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IV
SD N 4 Jatibaru Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten lampung
Selatan menggunakan Metode pembelajaran Picture and Picture
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
< 65 Tidak tercapai 8 42,10
= 65 dan > 65 Tercapai 11 57,90
Jumlah 19 100,0
Pada tabel distribusi frekuensi diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran Picture and Picture, menunjukkan bahwa dari 2 kategori
yang ada, kategori tidak tercapai terdapat 42,10 % , yang frekuensinya tercapai
sekitar 57,90 %. Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan pada siklus 2.
Siklus 2
Dalam proses pembelajaran siklus 2, siswa kelas IV melanjutkan menjawab soal
melalui tes tulis. Berdasarkan hasil analisis data terhadap Hasil Belajar Siswa,
maka ditentukan jumlah siswa yang mendapat nilai yang sama. Secara lengkap
hasil analisis data nilai siswa Kelas IV SDN4 Jatibaru Kecamatan Tanjung bintang
Lampung Selatan diuraikan sebagai berikut :
a. Siswa yang mendapat nilai 40 sebanyak 0 anak
b. Siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 0 anak
c. Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 2 anak
d. Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 5 anak
e. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 8 anak
f. Siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 4 anak
Untuk lebih jelasnya, hasil analisis data Hasil Belajar Siswa tentang materi
mengurutkan pecahan pada siklus II, dipaparkan berikut ini.
Tabel 4: Hasil Tes Akhir Pada Siklus 2
1 ADAM JAYA PERKASA 80
2 ADELIA AGASI 80
3 ALFATIR DIRGA MAULANA 80
4 ANDRA FERDIANSAH SAPUTRA 70
5 AZRIEL ILHAM SAPUTRA 90
6 DEKA RISKIYANTO 80
7 FAHRI PRASETIYO 80
8 GLEN CHELSY 60
9 KIKI FERDINAND 90
10 MELATI BILQIS FAJARINI 70
11 NAFIS 80
12 NAUFAL KHAIRULLAH 60
13 RESTU CAHYA HADI SAPUTRA 80
14 RIKO PRATAMA 90
15 SHABILLA OCTAVIA AGUSTHIN 80
16 SHELY JULIA ARDIANA 90
17 TRIO ADI CHANDRA 70
18 VRISKA FARALUPITA 70
19 YONA ELSAFITRI 70
JUMLAH 1.470
Rata-Rata 77,36
Hasil penelitian pada siklus 2 menunjukkan bahwa Hasil Belajar Siswa kelas IV
dalam memahami materi mengurutkan bilangan pecahan sudah banyak
mengalami pengingkatan yang signifikan. Jika skor hasil belajar responden
dikelompokkan kedalam 3 kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi skor yang
disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IV
SD N 4 Jatibaru Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten lampung
Selatan menggunakan Metode pembelajaran Picture and Picture
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
< 65 Tidak tercapai 2 10,53
= 65 dan > 65 Tercapai 17 89,47
Jumlah 19 100,0
Pada tabel distribusi frekuensi diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran Picture and Picture, menunjukkan bahwa dari 3 kategori
yang ada, kategori tidak tercapai terdapat 10,53 % , yang frekuensinya tercapai
sekitar 89,47 %.
B. Analisis Kualitatif
1. Refleksi Terhadap Pelaksanaan Tindakan Dalam Proses Belajar Mengajar
Matematika
a. Refleksi siklus I
Pada Siklus I pembelajaran matematika materi mengurutkan pecahan. Materi
disajikan diawali dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan keadaan
sekitar, kemudian menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar agar siswa
mengetahui apa yang ingin dicapai pada materi tersebut. Setelah itu penulis
menjelaskan materi secara singkat dan mengaitkannya dengan contoh benda yang
ada dalam kehidupan sehari-hari. Dan mengelompokkan siswa dan membagikan
lembar yang berisikan urutan pecahan yang masih salah untuk setiap kelompok.
Kemudian setelah itu diberikan kuis dan dikerjakan secara individu, Kemudian
evaluasi .
Pada pertemuan kedua dan berikutnya, Materi disajikan diawali dengan
mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya, kemudian
menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar agar siswa mengetahui apa yang
ingin dicapai pada materi tersebut. Setelah itu penulis menjelaskan materi secara
singkat dan mengaitkannya dengan contoh benda yang ada dalam kehidupan
sehari-hari. Dan mengelompokkan siswa dan membagikan gambar terkait urutan
pecahan untuk setiap kelompok. Kemudian setelah itu diberikan kuis dan
dikerjakan secara individu, kemudian evaluasi, menyimpulkan materi,
memberikan penguatan.
Pada siklus I ini apa yang ingin dicapai oleh peneliti telah tercapai, misalnya
meningkatnya rata-rata hasil belajar siswa terhadap matematika yang terlihat pada
tabel 3.1 tapi masih ada hal-hal yang perlu diperbaiki pada siklus berikutnya.
b.Refleksi siklus II
Pada Siklus II dengan materi mengurutkan pecahan dengan mengaitkan
materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya dan menjelaskan materi
secara singkat dan mengaitkannya dengan contoh benda yang ada dalam
kehidupan sehari-hari.Pada siklus ini penulis menekankan hal-hal yang perlu
diperbaiki seperti cara menyamakan penyebut dengan menggunakan KPK
kemudian penulis menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar agar siswa
mengetahui apa yang ingin dicapai pada materi tersebut. Dan mengelompokkan
siswa, Kemudian setelah itu diberikan kuis dan dikerjakan secara individu,
kemudian evaluasi, menyimpulkan materi, memberikan penguatan .
Pada siklus II ini, pada umumnya siswa lebih bersemangat lagi dengan metode
pembelajaran dengan cara berkelompok sehingga siswa dapat saling berdiskusi
dan bertukar pikiran dalam memahami materi dan memecahkan atau
menyelesaikan soal matematika. Pada siklus II ini apa yang ingin dicapai oleh
peneliti tercapai. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya rata-rata hasil belajar
siswa.
A. KESIMPULAN