Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu cara pembentukan kemampuan manusia untuk


menggunakan akal fikiran/rasional mereka sebagai jawaban dalam menghadapi
berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang. Salah satu tujuan
pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan
pendidikan yang baik kita akan mudah mengikuti perkembangan zaman di masa
yang akan datang. Sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi kehidupan,
akan membawa sikap mental dan tingkah laku terhadap anak didik. Hal ini
merupakan proses yang secara alami munculnya suatu permasalahan yang baru
dalam dunia pendidikan. Sehingga dalam penyampaian materi pelajaran dituntut
untuk selalu menyesuaikan dengan kondisi anak sekarang.

Matematika meupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern,


mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Perlu diketahui bahwa pendidikan kemarin, sekarang dan yang akan datang
banyak perubahan. Guru yang selalu menggunakan metode monoton, akan
mengalami permasalahan yang yang tidak mereka sadari. Oleh karena itu sebagai
seorang pendidik harus mau tahu akan kebutuhan anak didik, terutama dalam
pelayanan dan penyampaian materi pelajaran. Sehingga sangat perlulah sebagai
pendidik mengadakan variasi metode pengajarannya. Manakah yang lebih tepat
untuk menyampaikan materi supaya hasil proses belajar mengajar berhasil
maksimal. Perubahan pengajaran tidak harus disertai dengan pemakaian
perlengkapan yang serba mahal, tetapi lebih menekankan pada pengembangan
cara-cara baru belajar yang lebih efektif dan sesuai dengan kemampuan peserta
didik. Pembelajaran akan efektif bila guru dapat mengidentifikasi masalah yang
dihadapi di kelasnya, kemudian menganalisa dan menentukan faktor-faktor yang
diduga menjadi penyebab utama, yang selanjutnya menentukan tindakan
pemecahannya. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa rata-rata nilai
Matematika siswa kelas IV SD N 4 Jatibaru pada semster ganjil tahun pelajaran
2017/2018 masih rendah, seperti terlihat pada tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Data Nilai Ulangan Harian Matematika Siswa Kelas IV SD N 4


Jatibaru Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2017/2018
No
Rentang Nilai Frekuensi Persentase (%)
.
1 72-80 2 10,52
2 63-71 4 21,05
3 54-62 7 36,84
4 45-53 3 15,79
5 36-44 3 15,79
Jumlah 19 100
Sumber : Rekapitulasi Dokumen Nilai Ulangan Harian Matematika Siswa Kelas
IV SD N 4 Jatibaru Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2017/2018.

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 19 siswa, yang sudah tuntas hanya 6 orang
atau 31, 58 % siswa, sisanya 13 orang atau 68, 42 % siswa belum tuntas atau
masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah
yaitu 65.

Menurut pengalaman penulis, salah satu kendala proses dalam pembelajaran


matematika dan adalah kurang konsistennya para guru dalam merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, artinya masih banyak rekan guru kurang
menyadari pentingnya perencanaan sebelum memulai proses pembelajaran.
Mendesain rencana dan melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,
dan meyenangkan adalah suatu keharusan dalam proses pembelajaran untuk
menggali potensi para peseta didik. Salah satu indikasi yang sangat sering terlihat
pada diri siswa pada saat proses pembelajaran matematika adalah kebanyakan
siswa menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat sulit,
sehingga sedikit sekali siswa yang menyukainya, rendahnya minat siswa terhadap
pelajaran matematika ini menyebabkan rasa takut karena ketidak mampuan
mereka dalam menguasai dan memahami konsep dasar matematika. Serta masih
kurangnya kemampuan guru dalam mementuka metode pembelajaran yang cocok
untuk mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan pengalaman penulis sebagai seorang guru, sering terlihat di lapangan


bahwa dalam menyelesaikan latihan baik latihan di kelas maupun pekerjaan
rumah banyak siswa yang tidak dapat menyelesaikannya dengan baik dan benar,
demikian juga untuk pekerjaan rumah sebagian besar siswa kurang mau berusaha
menyelesaikan dengan kemampuan sendiri. Anak cenderung selalu meminta
bantuan orang lain untuk mengerjakannya, dan sebagian anak hanya menyalin dari
anak yang lebih pandai bahkan ada sebagian anak yang tidak mengerjakan sama
sekali. Mereka cenderung malas berfikir dan kurang bergairah dalam belajar
matematika

Berdasarkan dari kenyataan–kenyataan di atas penulis sebagai guru terdorong


untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam proses
pembelajaran, dengan demikian hasil dan partisipasi siswa dalam pembelajaran
dapat ditingkatkan, khususnya pada proses pembelajaran mata pelajaran
matematika. Untuk mengatasi masalah tersebut guru harus menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan
dapat tercipta bila guru menggunakan model atau metode yang bervariasi dan
penggunaan media pembelajaran yang relevan pada mata pelajaran matematika
yang akan diajarkan, sehingga siswa menjadi tertarik mempelajarinya. Oleh
karena itu, peneliti mencoba untuk memecahkan masalah dan memperbaiki proses
pembelajaran tersebut dengan menggunakan model pembelajaran picture and
picture. Menurut Hamdani (2010: 89) model pembelajaran picture and picture
merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menggunakan
gambar yang diurutkan atau dipasangkan menjadi urutan logis. Model
pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses penbelajaran.
Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga,
sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan
ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk karton dalam ukuran
besar.

Uraian di atas memberikan inspirasi bagi penulis untuk melakukan suatu tindakan
perbaikan dalam proses pembelajaran melalui pendekatan penelitian tindalan
kelas (PTK), khususnya pada mata pelajaran matematika di kelas IV, dengan judul
“Upaya peningkatan Hasil belajar siswa dengan Metode picture and picture pada
mata pembelajaran Matematika kelas IV SD N 4 Jatibaru Kecamatan Tanjung
Binatng Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2017/2018”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah dalam penelitian ini dapat di


identifikasikan sebagai berikut:
1. Masih banyaknya siswa yang mengerjakan soal dengan cara mencontek
2. Masih Kurangnya penggunaan media atau alat peraga yang digunakan
dalam mata pelajaran matematika
3. Masih rendahnya hasil belajar dan tingkat penguasaan/pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran matematika yang di sampaikan oleh
guru
4. Kurangnya partisipasi/ keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
5. Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang masalah yang telah disajikan,
penulis membatasi permasalahan pada :
1. Masih rendahnya hasil belajar dan tingkat penguasaan/pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran matematika yang di sampaikan oleh guru
2. Masih Kurangnya penggunaan media atau alat peraga yang digunakan dalam
mata pelajaran matematika

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah diutarakan di atas maka permasalahan dalam


penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimana metode picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pembelajaran matematika kelas IV SD N 4 Jatibaru Kecamatan
Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2017/2018”

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan perbaikan pembelajaran ini adalah


“Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Picture And Picture
Pada Mata Pembelajaran Matematika Kelas IV SDN 4 Jatibaru Kecamatan
Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2017/2018”

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain,


1. Bagi Siswa
a. Hasil belajar Siswa lebih baik dan lebih meningkat.
b. Siswa akan menjadikan Guru Kelasnya sebagai tempat bertanya.
c. Siswa akan semakin serius pada saat proses pembelajaran, karena tidak
terbebani saat belajar.
d. Siswa akan lebih senang dalam menerima pelajaran matematika

2. Bagi Guru
a. Salah satu syarat untuk menyelesaikan Study S1 PGSD Universitas
Terbuka.
b. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh penulis untuk memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya.
c. Dengan melakukan penelitian penulis dapat berkembang secara
profesional, karena profesional, menunjukan bahwa dirinya mampu
menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
d. Dalam penelitian membuat penulis percaya diri karena mampu melakukan
analisis terhadap kinerjanya sendiri di dalam kelas, sehingga menemukan
kekuatan dan kelemahan serta mengatasi berbagai masalah.
e. Dengan penelitian dan perbaikan proses pembelajaran menjadikan penulis
semakin profesional seperti yang di amanatkan oleh undang – undang.

3. Bagi Sekolah
1. Sebagai bahan masukan atau input untuk dijadikan bahan pertimbangan
dalam mengambil kebijaksanaan untuk membina guru dalam menentukan
keberhasilan pengelolaan pembelajaran di sekolah.

2. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SD N


4 Jatibaru Kecamatan Tanjung bintang Kabupaten Lampung Selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut Slamento (2010:2) adalah “Suatu proses usaha yang
dilakukkan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya “.

Menurut R. Gagne memberikan dua definisi belajar, yaitu :


1. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang di peroleh
dari intruksi.

Pengertian belajar menurut Muhibbin Syah (2010:63) adalah “kegiatan yang


berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
menyelenggarakan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan”.
Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendididkan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada disekolah
maupun lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Skinner berpandangan bahwa “ Belajar adalah suatu perilaku pada saat orang
belajar, maka responnya lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka
responnya menurun (Dimyati dan mudjiono,2009:9)
Dalam belajar ditemukan adanya :
a. Terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pembelajar.
b. Respon si pembelajar.
c. Kosekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut pemerkuat terjadi pada
stimulus yang menguatkan kosekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku
respons si pebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons
yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.

Menurut Oemar Hamalik (2010:36), Belajar adalah “Modifikasi atau


memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the
modification or strengthening of behavior through experiencing)”.

Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan
suatu hsail atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi lebih luas dari itu,
yakni mengalami hasil belajar bukan suatu penguasan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain
tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah proses pengetahuan,
bahwa belajar adalah latihan – latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis
dan seterusnya, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu
melalui interaksi dengan lingkungan.

2.1.1 Ciri-ciri Belajar


Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar tidak terlepas dari ciri-ciri
tertentu, menurut Djamara (2006:46) sebagai berikut:
1) Belajar mempunyai tujuan, yaitu untuk membentuk anak didik dalam suatu
perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud kegiatan belajar mengajar itu
sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian.
Anak didik mempunyai tujuan unsur lainnya sebagai pengantar dan
pendukung.
2) Pada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesing untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan agar dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara optimal maka dalam melaksanakan interaksi perlu ada
prosedur atau langkah-langkah sistematis dan relevan.
3) Kegiatan belajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cock untuk
mencapai tujuan.
4) Ditandai dengan aktivitas anak didik sebagai konsekuensi bahwa anak didik
merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan pembelajaran.aktivitas
anak didik dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental, aktif.
5) Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya
sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan
motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif.
6) Dalam kegiatan belajar membutuhkan disiplin-disiplin dalam kegiatan belajar.
Mengajar ini diartikan sebagai suatu poa tingkah laku yang diatur sedemikian
rupa menurut ketentuan yang sudah di tantai oleh pihak guru maupun anak
didik dengan sadar.
7) Ada batas waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem
berkelas (kelompok anak didik) batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak
bisa ditinggalkan.
8) Evaluasi dari seluruh kegiatan diatas, masalah evaluasi bagian penting yang
tidak bisa diabaikan setelah guru menyelesaikan kegiatan pembelajaran.
Evaluasi harus guru lakuakan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan
pengajaran yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian diatas penulis simpulkan bahwa ciri-ciri belajar merupakan


suatu rangkaian harus terpenuhi dalam setiap kegiatan pembelajaran agar tujuan
pembelajaran tersebut terlaksana dengan baik.

2.1.2 Komponen-Komponen Belajar


Sebagai suatu sistem kegiatan pembelajaran mengandung sejumlah komponen
yang meliputi tujuan, bahan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, metode, alat
dan sumber serta evaluasi adapun komponen-komponen pembelajaran menurut
Djamarah (2006:28) adalah sebagai berikut:

1) Tujuan
Tujuan merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu
kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan karena suatu
yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan kearah mana kegiatan itu akan
dibawa.

Tujuan merupakan suatu komponen yang dapat memengaruhi komponen


pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar, pemilihan metode,
alat, sumber dan evaluasi. Semua komponen itu harus sesuai dan untuk mencapai
tujuan seefektif dan seefisien mungkin.

2) Bahan pelajaran
Bahan pelajaran merupakan substansi yang akan disampaikan dalam proses
belajar, tanpa bahan pelajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan,karena
guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang
akan disampaikan pada anak didik. Bahan pelajaran juga merupakan unsur yang
ada dalam kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujang tuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai.

3) Kegiatan belajar
Kegiatan belajar merupakan inti kegiatan dalam pendidikaan, segala sesuatu yang
telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Dalam kegiatan
belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

4) Metode
Metode adalah suatu cara ang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila tidak
menguasai satupun metode mengajar.

5) Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menunjang prose
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan.

6) Sumber belajar
Belajar bukanlah berproses dalam kemaknaan, nilai-nilai itu datang dengan
sendirinya,tetapi terampil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses belajar
mengajar.
7) Evaluasi
Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Dari tujuan-tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi mempunyai
manfaat yang sangat besar, manfaat itu dapat ditinjau dari pelaksanaannya ketika
akan memprogramkan serta melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam meningkatkan sumber daya
manusia yang berhasil.

2.2 Hasil belajar

Menurut Dimyanti dan Mudjiono (2013: 3) “Hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak pembelajaran. Dari sisi guru, tindak
pembelajaran diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar adalah merupakan pengalaman dan puncak proses belajar. Hasil belajar,
untuk sebagian adalah berkat tindak gur, suatu pencapaian tujuan pengajaran.
Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa”.

Menurut Hamalik (2014: 36) “Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan,
melainkan perubahan kelakuan”.

Suprayekti, dkk. (2008; 4.43) mengatakan, “Penilaian hasil belajar tidak semata-
mata diperoleh dari siswa mengerjakan tes akhir atau tes hasil belajar yang
berbentuk uraian terbatas atau objektif saja, namun hasil belajar siswa dinilai
melalui berbagai cara dan perwujudan. Guru menggunakan beragam teknik dan
alat ukur, siswa mengekspresikan keberhasilannya dalam beragam bentuk. “

Sementara itu Kemp dalam Ibrahim (2000) menilai “Hasil belajar merupakan
unsur terakhir dari keempat unsur penting dalam proses perancangan pengajaran
yang meliputi siswa, tujuan, metode, dan evaluasi. Hasil belajar dapat diketahui
dari evaluasi yang diadakan. Evaluasi atau penilaian hasil belajar merupakan hasil
belajar merupakan usaha guru untuk mendapatkan informasi tentang siswa, baik
kemampuan penguasaan konsep, sikap maupun keterampilan. Hal ini digunakan
sebagi umpan balik yang sangat diperlukan dalam menentukan strategi belajar
siswa. Sebagai salah satu tindak lanjut dari pelaksanaan evaluasi adalah
menentukan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran yang telah
disampaikan oleh guru, hal ini berguna sebagai perbaikan pengajaran yang akan
dilaksanakan kemudian. Dengan diketahuinya daya serap siswa terhadap materi
pembelajaran, memudahkan guru untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran
telah tercapai sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran”.

Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar merupakan penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan
penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa dan nilai – nilai yang
terdapat didalam kurikulum. Belajar merupakan perubahan tingkah laku untuk
mencapai tujuan dari tidak tahu menjadi tahu atau dapat dikatakan sebagai proses
yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku dan kecakapan seseorang.
Dalam belajar terjadi perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan – kecakapan
(skills) atau mendapatkan aspek – aspek pengetahuan (kognitif), sikap (affektif),
dan keterampilan (psikomotorik) yang diperoleh karena proses pertumbuhan yang
bersifat fisiologis atau proses kematangan.

Menurut Slameto (2013: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar


sebagai berikut :
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang belajar. Fakor
itu meliputi :
a. Faktor jasamaniah, meliputi kesehatan dan cacat tubuh
b. Faktor psikologis, meliputi intelegensi perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kelelahan
c. Faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmaniah dan rohaniah

2. Faktor ektern
Faktor ekstern adalah faktor belajar dari luar individu. Faktor ini meliputi :
a. Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga, cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga
b. Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum,relasi guru dengan
siswa, disiplin sekolah, pelajaran, standar pelajaran, keadaan gedung,
metode belajar, dan rumah tangga
c. Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswadalam masyarakat, media
massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengruhi belajar siswa diatas, maka


guru mempunyai tugas untuk mendorong dan memberi fasilitas belajar bagi siswa
untuk mencapai tujuan belajar yang efektif.

2.3 Pengertian Matematika

Menurut Johnson dan Rising (1972: 24) “Matematika adalah pola berpikir, pola
mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematiak itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang di definisikan dengan cermat, jeas, dan akurat,
respresentasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai
ide dari pada mengenai bunyi”.

Suherman (2003:67) “ Matematika adalah disiplin ilmu tentang tata cara berfikir
dan mengolah logika, bbaik secara kuantitatif maupun secara kualitatif”.

Abdurrahman (2002: 96) “matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi


praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir”.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:837) “Matematika adalah ilmu tentang


bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang
digunakan penyelesaian masalah mengenai bilangan”.
Hollands (1983:81) “Matematika adalah pelajaran pola dan hubungan-hubungan
alat-alat yang mewakili dan yang menghubungkan mereka”.
Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa matematika
adalah ilmu tentang logika yang mengenai pola pikir manusia, pola
mengorganisasikan serta bahasa yang melambangkan serangkaian makna sebagai
alat penolong tegaknya disiplin ilmu lainnya.

2.4 Hasil Belajar Matematika

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud


hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalaha tingkat keberhasilan atau
penguasaan seorang siswa terhadap bidang studi matematika setelah menempuh
proses belajar mengajar yang terlihat pada nilai yang diproleh dari tes hasil
belajarnya. Dimana hasil belajar matematika siswa diukur dengan menggunakan
alat evaluasi yang biasanya disbut tes hasil belajar.

2.5 Metode Pembelajaran


Metode menurut Santoso ( 2006: 2.26) “Metode pembelajaran adalah cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan”.

Menurut Suhana (2014: 37) “Metode pembelajaran merupakan salah satu


pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara
adaptif maupun generatif”.

Menurut Suprijono (2009: 45) “Metode pembelajaran merupakan landasan praktik


pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang
dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum danimplikasinya
pada tingkat operasional di kelas.

Berdasarkan pendapat diatas dapa disimpulkan bahwa metode pembelajaran


merupakan acuan pada kegiatan perancangan kegiatan pembelajaran yang
sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk
meingkatkan prestasi belajarnya di sekolah.
2.6 Metode Pembelajaran Picture And Picture
2.6.1 Pengertian Pembelajaran Picture And Picture
Salah satu Metode yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Metode
Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk Metode
pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif merupakan suatu
Metode pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh.

Menurut Johnson & Johnson (1987:43) “Metode pembelajaran Picture and Picture
adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan /
diurutkan menjadi urutan logis”.

Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan.


Metode apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam
setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan
sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif,
setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk
menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan
menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang
diperoleh dari proses pembelajaran.

Metode Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses


pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses
pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan
gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta
dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam
menggunakan Power Point atau software yang lain.

2.6.2 Prinsip Pembelajaran Picture And Picture

Menurut Johnson & Johnson (1987:46) , prinsip dasar dalam Metode


pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif.

2.6.3 Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Picture And Picture

Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses
pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi
urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir
dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

Menurut Istarani (2011:7) Langkah-langkah dalam Metode Pembelajaran Picture


and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru membangi siswa dalam beberapa
Guru dapat membagi kelompok belajar secara heterogen, dan jumlah siswa
perkelompok dapat disesuaikan oleh jumlah siswa yang ada

2. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai


Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi
Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka
siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya.
Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian
KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh
peserta didik.

3. Menyajikan materi sebagai pengantar.


Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru
memberikan momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses
pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi
yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi
dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk
belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

4. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan


dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh
guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat
energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan
gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan
tertentu.

5. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan


gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara
langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara
adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan
tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh
siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.

6. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.


Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan
KD dengan indicator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran
siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam
PBM semakin menarik.
7. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan
penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk
mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui
bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah
ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah
ditetapkan.

8. Kesimpulan/rangkuman
setelah kegiatan penanaman konsep selesai, guru bersama siswa mengambil
kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran

9. Guru memberikan beberapa soal evaluasi menyangkut materi yang telah di


sampaikan.
Pada akhir pembelajaran guru memberikan beberapa soal dengan tujuan untuk
mengetahui apakah proses pembelajran yang berlangsung dapat diterima
dengan baik oleh siswa.

2.6.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Picture and Picture


Menurut Istarani (2011:8) kelebihan dan kekurangan Picture And Picture adalah :
1. Kelebihan Model Pembelajaran Picture And Picture
a. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat
terlebih dahulu. 
b. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan
gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.
c. Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh
guru untuk menganalisa gambar yang ada. 
d. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan
alasan siswa mengurutkan gambar. 
e. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung
gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.
2. Kelemahan Model Pembelajaran Picture And Picture:
a. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai
dengan materi pelajaran.
b. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau
kompetensi siswa yang dimiliki.
c. Baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar
sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.
d. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan
gambar-gambar yang diingnkan.

B. KERANGKA PIKIR

Salah satu tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Dengan pendidikan yang baik kita akan mudah mengikuti
perkembangan zaman di masa yang akan datang. Sesuai dengan perkembangan
situasi dan kondisi kehidupan, akan membawa sikap mental dan tingkah laku
terhadap anak didik. Guru diharapkan dapat secara maksimal menciptakan 
pembelajaran yang   kreatif agar siswa menyenangi pelajaran. Bila siswa senang
dengan pembelajarannya maka di luar sekolah pun dia akan belajar sendiri. Guru
sebagai tenaga pengajar harus mempunyai kemampuan untuk memilih dan
menggunakan   model atau metode untuk meningkatkan aktifitas hasil belajar
siswa. Untuk itu dalam proses belajar mengajar kemampuan professional seorang
guru sangat dibutuhkan, temasuk juga kemampuan dalam memanfaatkan dan
menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran.

Salah satu kendala proses dalam pembelajaran matematika dan adalah kurang
konsistennya para guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, artinya masih banyak rekan guru kurang menyadari pentingnya
perencanaan sebelum memulai proses pembelajaran. Mendesain rencana dan
melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan meyenangkan adalah
suatu keharusan dalam proses pembelajaran untuk menggali potensi para peseta
didik. Salah satu indikasi yang sangat sering terlihat pada diri siswa pada saat
proses pembelajaran matematika adalah kebanyakan siswa menganggap bahwa
matematika adalah pelajaran yang sangat sulit, sehingga sedikit sekali siswa yang
menyukainya, rendahnya minat siswa terhadap pelajaran matematika ini
menyebabkan rasa takut karena ketidak mampuan mereka dalam menguasai dan
memahami konsep dasar matematika. Serta masih kurangnya kemampuan guru
dalam mementuka metode pembelajaran yang cocok untuk mempermudah siswa
dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Sering terlihat di lapangan bahwa dalam menyelesaikan latihan baik latihan di
kelas maupun pekerjaan rumah banyak siswa yang tidak dapat menyelesaikannya
dengan baik dan benar, demikian juga untuk pekerjaan rumah sebagian besar
siswa kurang mau berusaha menyelesaikan dengan kemampuan sendiri. Anak
cenderung selalu meminta bantuan orang lain untuk mengerjakannya, dan
sebagian anak hanya menyalin dari anak yang lebih pandai bahkan ada sebagian
anak yang tidak mengerjakan sama sekali. Mereka cenderung malas berfikir dan
kurang bergairah dalam belajar matematika.

Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dapat tercipta bila guru


menggunakan model atau metode yang bervariasi dan penggunaan media
pembelajaran yang relevan pada mata pelajaran matematika yang akan diajarkan,
sehingga siswa menjadi tertarik mempelajarinya. Oleh karena itu, peneliti
mencoba untuk memecahkan masalah dan memperbaiki proses pembelajaran
tersebut dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture. Menurut
Hamdani (2010: 89) model pembelajaran picture and picture merupakan salah
satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menggunakan gambar yang
diurutkan atau dipasangkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini
mengandalkan gambar sebagai media dalam proses penbelajaran. Gambar-gambar
ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga, sebelum proses
pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam
bentuk kartu atau dalam bentuk karton dalam ukuran besar.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Researh). Penelitian ini mengenai peningkatan hasil belajar siswa dengan metode
picture and picture pada mata pembelajaran matematika kelas IV yang
dilaksanakan melalui beberapa tahapan.Tindakan yang diberikan adalah proses
pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Picture
and Picture yang dibagi dalam dua siklus dengan empat tahapan, yaitu (a)
perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan evaluasi dan
(d) refleksi .

B. Lokasi dan Subjek Penelitian


Lokasi Penelitian yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah SDN
4 Jatibaru Kecamatan Tanjung bintang Kabupaten Lampung Selatan.Waktu yang
digunakan peneliti dalam melakasanakan penelitian tindakan kelas ini selama 2
siklus, yaitu pada tanggal 16 Oktober 2017 (Siklus 1) dan 9 November 2017
(Siklus 2), Mata pelajaran yang diteliti adalah matematika dengan materi
Pembelajaran mengurutkan bilangan pecahan, Kelas IV Semester I SDN 4
Jatibaru Tahun Pelajaran 2016/2017. Jumlah siswa SDN 4 Jatibaru kelas IV
berjumlah 19 siswa, terdiri dari 6 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki.
Karakteristik siswa adalah meliputi latar belakang ekonomi yang sebagian besar
siswa berasal dari keluarga kurang mampu, pendidikan orang tua pada umumnya
hanya sebatas lulus Sekolah Dasar (SD).

C. Faktor yang  Diteliti


Hal-hal yang ingin dikumpulkan sebagai data dasar yang selanjutnya
dianalisis adalah:
1. Faktor input : Melihat kehadiran,kerjasama siswa, keaktifan siswa serta
kemampuan siswa dalam menjawab soal pada materi mengurutkan bilangan
pecahan dengan metode Picture and Picture,

2. Faktor Proses : Melihat bagaimana proses belajar mengajar melalui metode


pembelajaran Picture and Picture baik itu interaksi antara siswa dan guru
maupun antara siswa dengan siswa lainnya, mengecek pemahaman mengenai
materi yang telah diberikan dan memberikan pertanyaan berupa soal-soal pada
akhir pertemuan mengenai materi yang telah diberikan dan dijawab oleh siswa
serta adanya umpan balik agar siswa benar-benar mengerti dan memahami apa
yang telah dipelajari dengan menerapkan metode pembelajaran Picture and
Picture,
3. Faktor Output : Melihat bagaimana pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran Picture and Picture pada pelajaran matematika mampu
meningkatkan hasil belajar siswa yang diperoleh dari setiap siklus yang
dilakukan.

D. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan ini direncanakan terdiri dari dua siklus. Kedua siklus
ini merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan, artinya pelaksanaan.
Untuk dapat mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas IV B SD N 4
Jatibaru maka sebelumnya diberikan tes awal dan hasilnya dijadikan sebagai skor
dasar. Setelah itu barulah dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran Picture and Picture.

Secara rinci kedua siklus tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :


Siklus I
Sesuai dengan kriteria penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research), maka pelaksanaan siklus I ini dibagi 2 tahap yaitu: (a) perencanaan
tindakan atau rancangan tindakan (planning), (b) pelaksanaan tindakan (acting),
(c) observasi dan evaluasi dan (d) refleksi (reflecting).
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan yang dilakukan pada siklus I ini adalah sebagai berikut:
a. Menelaah kurikulum SD kelas IV  pada mata pelajaran matematika.
b. Membuat metode pembelajaran Picture and Picture dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Menyatakan kegiatan atau topik utama pembelajaran yang diberikan,
berupa standar kompetensi, kompetensi dasar, kelas/semester dan alokasi
waktu.
2) Menyatakan tujuan umum pembelajaran (indikator pencapaian hasil
belajar).
3) Merinci media untuk mendukung pembelajaran atau topik tersebut.
Dalam hal ini media yang akan digunakan adalah media gambar yang
isinya mencakup materi yang akan disajikan.
4) Membuat skenario pembelajaran atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
c. Menyiapkan media /alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran.
d. Menyiapkan pembentukan kelompok-kelompok kecil untuk kerja kelompok,
dengan menggunakan metode pembelajaran Picture and Picture. Pada
pembentukan kelompok siswa dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 6-7 orang, yang dibagi berdasarkan nomor urut absen.
e. Membuat pedoman observasi untuk merekam proses pembelajaran dikelas.
f. Membuat soal-soal yang disusun berdasarkan materi –materi yang telah
diajarkan.

2. Tahap Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah  kegiatan belajar mengajar dan
mengimplementasikan soal-soal yang telah dipersiapkan, baik dalam proses
belajar mengajar di kelas maupun pada pemberian tugas kurikuler.
Gambaran umum yang dilakukan adalah :
a. Pada awal setiap pertemuan, hal yang pertama dilakukan adalah
memberikan penjelasan singkat tentang materi  yang dipelajari.
b. Guru memberikan motivasi atau rangsangan kepada siswa agar siswa
tertarik mengikuti materi yang sedang dijelaskan
c. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan materi.
d. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
f. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan/rangkuman
h. Guru memberikan beberapa soal evaluasi menyangkut materi yang telah di
sampaikan.

3. Tahap Observasi Dan Evaluasi


Pada tahap penulis melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat serta melaksanakan
evaluasi. Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Data hasil observasi yang meliputi kehadiran siswa, kerjasama,
keaktifan siswa baik dalam bertanya atau memberi tanggapan, menjawab
pertanyaan guru atau teman, mengerjakan tugas, tampil menyelesaikan soal
latihan di papan tulis dengan benar, siswa yang melakukan kegiatan diluar proses
belajar mengajar, siswa yang memerlukan bimbingan dalam mengerjakan soal,
siswa yang meminta untuk dijelaskan kembali konsep yang telah dibahas dan
kerjasama dengan kelompoknya.
Evaluasi selanjutnya dilaksanakan pada akhir siklus I dengan memberikan
tes tertulis. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil belajar siswa terhadap
materi yang telah diperoleh selama siklus I berlangsung.

4.    Tahap Refleksi


Data yang diperoleh dari hasil observasi dan evaluasi dikumpulkan dan
dianalisis. Dari analisis tersebut peneliti merekfleksi diri dan melihat kegiatan-
kegiatan yang telah dilakukan apakah berhasil atau tidak. Adapun hal-hal yang
sudah baik agar tetap dipertahankan sedangakan yang belum berhasil
ditindaklanjuti pada siklus berikutnya.

SIKLUS II
Pada dasarnya hal yang dilakukan pada siklus II ini adalah mengulangi
tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus I. Disamping itu akan dilaksankan juga
sejumlah rencana baru untuk memperbaiki, merancang tindakan baru sesuai
dengan pengalaman dari hasil refleksi yang diperoleh pada siklus I.

E. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Tes
Data mengenai tingkat hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran setelah
diadakan tindakan, dikumpulkan dengan menggunakan tes pada akhir setiap siklus
dalam bentuk ulangan harian.

2. Observasi
Data mengenai proses belajar mengajar dalam hal kehadiran dan keaktifan siswa
untuk tiap pertemuaan diambil dengan menggunakan lembar observasi.

4. Dokumentasi
Data mengenai proses belajar mengajar, kerjasama dengan teman sejawat dan
bimbingan oleh penilai dan supervisor.

F. Teknik Analisis Data


Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan
analisis kualitatif. Untuk analisis secara kuantitatif digunakan statistik deskripsi
yaitu skor rata-rata dan persentase. Selain itu ditentukan pula standar deviasi, tabel
frekuensi, nilai minimum, dan maksimum yang diperoleh dari setiap siklus.

Adapun  untuk keperluan analisis penguasaan siswa digunakan  standar KKM


(Kriteria Ketuntasan Minimal ) yaitu 65
1.    Tingkat penguasaan < 65 dikategorikan ”tidak tercapai”.
2.    Tingkat penguasaan = 65 dan > 65 dikategorikan ” tercapai”.

Untuk menganalisis data hasil observasi digunakan analisis kualitatif dan


kuantitatif. Kriteria penilaian  pada data observasi yaitu kehadiran, menanggapi
pertanyaan guru,  pertanyaan teman, mengajukan pertanyaan, kerjasama dengan
kelompok, membuat kesimpulan,  dan mengumpulkan tugas.

G.Indikator Kinerja
Kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila terjadi
peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD N 4 Jatibaru Kecamatan Tanjung
Bintang , terhadap bahan ajar setelah diberikan pembelajaran dengan menggunaan
metode pembelajaran Picture and Picture, baik ditinjau dari hasil tes setiap akhir
siklus maupun dari data hasil observasi dalam mengikuti proses pembelajaran.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas tentang hasil-hasil penelitian, data-data hasil
penelitian yang diperoleh, dianalisis dan dibahas. Adapun yang dianalisis adalah
deskriptif kuantitatif mengenai perubahan hasil belajar siswa setelah dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Picture and Picture
pada siklus I dan siklus II berdasarkan hasil tes pada tiap akhir siklus. Disamping
itu akan dianalisis pula refleksi terhadap pelaksanaan tindakan dalam proses
belajar mengajar matematika dengan menggunakan metode pembelajaran Picture
and Picture. Pada tahap ini pula penulis menganalisis perubahan sikap siswa
berdasarkan hasil pengamatan dan observasi maupun refleksi.

4.1 Analisis Kuantitatif


1.  Analisis Deskriptif Hasil Belajar Siswa Pada Tes Awal Pra Siklus
Tes awal yang dilakukan peneliti bertujuan untuk memperoleh gambaran awal
tentang hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Tes awal ini akan
dijadikan acuan untuk melihat sejauh mana keberhasilan metode pengajaran 
dengan metode pembelajaran Picture and Picture. Adapun hasil analisis statistik
deskriptif pada skor hasil belajar siswa kelas IV SD N 4 Jatibaru sebelum
dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Picture and
Picture adalah sebagai berikut
1. Siswa yang mendapat nilai 40 sebanyak 3 anak
2. Siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 3 anak
3. Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 7 anak
4. Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 4 anak
5. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 2 anak
Untuk lebih jelasnya, hasil analisis data Hasil Belajar Siswa tentang materi
mengurutkan pecahan pada pra siklus , dipaparkan berikut ini:
Tabel 2: Hasil Tes Akhir Pada Pra Siklus
No Nama Siswa Pra siklus
1 ADAM JAYA PERKASA 70
2 ADELIA AGASI 70
3 ALFATIR DIRGA MAULANA 60
4 ANDRA FERDIANSAH SAPUTRA 50
5 AZRIEL ILHAM SAPUTRA 80
6 DEKA RISKIYANTO 60
7 FAHRI PRASETIYO 60
8 GLEN CHELSY 40
9 KIKI FERDINAND 70
10 MELATI BILQIS FAJARINI 50
11 NAFIS 60
12 NAUFAL KHAIRULLAH 40
13 RESTU CAHYA HADI SAPUTRA 60
14 RIKO PRATAMA 70
15 SHABILLA OCTAVIA AGUSTHIN 60
16 SHELY JULIA ARDIANA 80
17 TRIO ADI CHANDRA 50
18 VRISKA FARALUPITA 40
19 YONA ELSAFITRI 60
  JUMLAH 1.130
  Rata-Rata 59,47
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran Picture and Picture. Rata-rata skor yang dicapai siswa tidak
mencapai nilai KKM yaitu 65. Jika skor hasil belajar responden dikelompokkan
kedalam 2 kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi skor yang disajikan
sebagai berikut:
Tabel 2.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IV
SD N 4 Jatibaru Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten lampung
Selatan menggunakan Metode pembelajaran Picture and Picture
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
< 65 Tidak tercapai 13 68,42
= 65 dan > 65 Tercapai 6 31,58
Jumlah 19 100,00
Pada tabel distribusi frekuensi diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran Picture and Picture, menunjukkan bahwa dari 3 kategori
yang ada, kategori tidak tercapai  terdapat 68,42% , yang frekuensinya tercapai
sekitar 31,58 %.

2. Deskripsi Per Siklus


Siklus 1
Dari tindakan pra siklus yang telah dilakukan, selanjutnya adalah melaksanakan
siklus 1, dari pelaksanaan siklus 1 yang telah dilaksanakan dapat dilaporkan
adanya peningkatan kemampuan mengajar pada guru, peningkatan Hasil Belajar
Siswa dari Materi mengurutkan bilangan pecahan dengan menggunakan metode
picture and picture pada siswa kelas IV SD N 4 Jatibaru Kecamatan Tanjung
Bintang, Peningkatan kemampuan mengajar tersebut antara lain:
1. Siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran yang
dilakukan dengan metode Picture and Picture.
2. Menumbuhkan peran aktif siswa dari yang semula bersikap pasif dalam
mengikuti proses pembelajaran.
3. Pada akhir pembelajaran siswa memperoleh hasil belajar yang nyata
dari proses belajar berlangsung yang siswa demotrasikan sendiri.
4. Pada saat pembelajaran guru memperhatikan:
a. Perbedaan individu
b. Pengorganisasian kelas
c. Variasi pembelajaran
5. Hasil penelitian dalam proses analisis data berupa peningkatan Hasil
Belajar Siswa materi mengurutkan bilangan pecahan dengan
menggunakan metode picture and picture pada siswa Kelas IV SDN4
Jatibaru Kecamatan Tanjung bintang Lampung Selatan berupa tes tulis.

Proses analisis data tersebut disajikan dalam 2 siklus sebagai berikut:


Berdasarkan hasil analisis data tersebut terhadap Hasil Belajar matematika siswa
materi mengurutkan bilangan pecahan, maka dapat ditentukan jumlah siswa yang
mendapat nilai.
Secara lengkap hasil analisis data terhadap Hasil Belajar matematika siswa materi
mengurutkan bilangan pecahan Kelas IV SD N 4 Jatibaru Kecamatan Tanjung
bintang Lampung Selatan diuraikan berikut ini:
1. Siswa yang mendapat nilai 40 sebanyak 1 anak
2. Siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 4 anak
3. Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 3 anak
4. Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 7 anak
5. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 3 anak
6. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 1 anak
Untuk lebih jelasnya, hasil analisis data Hasil Belajar Siswa tentang materi
mengurutkan pecahan pada siklus 1, dipaparkan berikut ini.
Tabel 3: Hasil Tes Akhir Pada Siklus 1
No Nama Siswa Siklus I
1 ADAM JAYA PERKASA 70
2 ADELIA AGASI 70
3 ALFATIR DIRGA MAULANA 60
4 ANDRA FERDIANSAH SAPUTRA 50
5 AZRIEL ILHAM SAPUTRA 85
6 DEKA RISKIYANTO 70
7 FAHRI PRASETIYO 70
8 GLEN CHELSY 40
9 KIKI FERDINAND 80
10 MELATI BILQIS FAJARINI 60
11 NAFIS 70
12 NAUFAL KHAIRULLAH 50
13 RESTU CAHYA HADI SAPUTRA 70
14 RIKO PRATAMA 80
15 SHABILLA OCTAVIA AGUSTHIN 70
16 SHELY JULIA ARDIANA 80
17 TRIO ADI CHANDRA 50
18 VRISKA FARALUPITA 50
19 YONA ELSAFITRI 60
  JUMLAH 1.235
  Rata-Rata 65,00

Hasil penelitian pada siklus 1 menunjukkan bahwa Hasil Belajar Siswa kelas IV
dalam memahami materi mengurutkan bilangan pecahan masih belum maksimal.
Rata-rata skor yang dicapai siswa tidak mencapai nilai KKM yaitu 65. Jika skor
hasil belajar responden dikelompokkan kedalam 2 kategori, maka diperoleh
distribusi frekuensi skor yang disajikan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IV
SD N 4 Jatibaru Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten lampung
Selatan menggunakan Metode pembelajaran Picture and Picture
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
< 65 Tidak tercapai 8 42,10
= 65 dan > 65 Tercapai 11 57,90
Jumlah 19 100,0
Pada tabel distribusi frekuensi diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran Picture and Picture, menunjukkan bahwa dari 2 kategori
yang ada, kategori tidak tercapai  terdapat 42,10 % , yang frekuensinya tercapai
sekitar 57,90 %. Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan pada siklus 2.

Siklus 2
Dalam proses pembelajaran siklus 2, siswa kelas IV melanjutkan menjawab soal
melalui tes tulis. Berdasarkan hasil analisis data terhadap Hasil Belajar Siswa,
maka ditentukan jumlah siswa yang mendapat nilai yang sama. Secara lengkap
hasil analisis data nilai siswa Kelas IV SDN4 Jatibaru Kecamatan Tanjung bintang
Lampung Selatan diuraikan sebagai berikut :
a. Siswa yang mendapat nilai 40 sebanyak 0 anak
b. Siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 0 anak
c. Siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 2 anak
d. Siswa yang mendapat nilai 70 sebanyak 5 anak
e. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 8 anak
f. Siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 4 anak
Untuk lebih jelasnya, hasil analisis data Hasil Belajar Siswa tentang materi
mengurutkan pecahan pada siklus II, dipaparkan berikut ini.
Tabel 4: Hasil Tes Akhir Pada Siklus 2
1 ADAM JAYA PERKASA 80
2 ADELIA AGASI 80
3 ALFATIR DIRGA MAULANA 80
4 ANDRA FERDIANSAH SAPUTRA 70
5 AZRIEL ILHAM SAPUTRA 90
6 DEKA RISKIYANTO 80
7 FAHRI PRASETIYO 80
8 GLEN CHELSY 60
9 KIKI FERDINAND 90
10 MELATI BILQIS FAJARINI 70
11 NAFIS 80
12 NAUFAL KHAIRULLAH 60
13 RESTU CAHYA HADI SAPUTRA 80
14 RIKO PRATAMA 90
15 SHABILLA OCTAVIA AGUSTHIN 80
16 SHELY JULIA ARDIANA 90
17 TRIO ADI CHANDRA 70
18 VRISKA FARALUPITA 70
19 YONA ELSAFITRI 70
  JUMLAH 1.470
  Rata-Rata 77,36
Hasil penelitian pada siklus 2 menunjukkan bahwa Hasil Belajar Siswa kelas IV
dalam memahami materi mengurutkan bilangan pecahan sudah banyak
mengalami pengingkatan yang signifikan. Jika skor hasil belajar responden
dikelompokkan kedalam 3 kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi skor yang
disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas IV
SD N 4 Jatibaru Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten lampung
Selatan menggunakan Metode pembelajaran Picture and Picture
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
< 65 Tidak tercapai 2 10,53
= 65 dan > 65 Tercapai 17 89,47
Jumlah 19 100,0
Pada tabel distribusi frekuensi diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran Picture and Picture, menunjukkan bahwa dari 3 kategori
yang ada, kategori tidak tercapai  terdapat 10,53 % , yang frekuensinya tercapai
sekitar 89,47 %.

B. Analisis Kualitatif
1. Refleksi Terhadap Pelaksanaan Tindakan Dalam Proses Belajar Mengajar
Matematika
a. Refleksi siklus I
        Pada Siklus I pembelajaran matematika materi mengurutkan pecahan. Materi
disajikan diawali dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan keadaan
sekitar, kemudian menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar agar siswa
mengetahui apa yang ingin dicapai pada materi tersebut. Setelah itu penulis
menjelaskan materi secara singkat dan mengaitkannya dengan contoh benda yang
ada dalam kehidupan sehari-hari. Dan mengelompokkan siswa dan membagikan
lembar yang berisikan urutan pecahan yang masih salah untuk setiap kelompok.
Kemudian setelah itu diberikan kuis dan dikerjakan secara individu, Kemudian
evaluasi .
Pada pertemuan kedua dan berikutnya, Materi disajikan diawali dengan
mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya, kemudian
menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar agar siswa mengetahui apa yang
ingin dicapai pada materi tersebut. Setelah itu penulis menjelaskan materi secara
singkat dan mengaitkannya dengan contoh benda yang ada dalam kehidupan
sehari-hari. Dan mengelompokkan siswa dan membagikan gambar terkait urutan
pecahan untuk setiap kelompok. Kemudian setelah itu diberikan kuis dan
dikerjakan secara individu, kemudian evaluasi, menyimpulkan materi,
memberikan penguatan.
Pada siklus I ini apa yang ingin dicapai oleh peneliti telah tercapai, misalnya
meningkatnya rata-rata hasil belajar siswa terhadap matematika yang terlihat pada
tabel 3.1 tapi masih ada hal-hal yang perlu diperbaiki pada siklus berikutnya.

Adapun hal-hal yang perlu diperbaiki pada siklus II antara lain :


1. Pada siklus I siswa dikelompokkan menurut absen, ternyata nilainya tidak
optimal sehingga pada siklus II pengelompokan diubah berdasarkan hasil tes
siklus I. Siswa tetap dibagi dalam 4 kelompok dan pada setiap kelompok
terdapat siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah.
2. Pada siklus I beberapa siswa belum menguasai cara mengurutkan pecahan
dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu sehingga pada siklus II
materi itulah yang akan mendapat penekanan.

b.Refleksi siklus II
        Pada Siklus II dengan materi mengurutkan pecahan dengan  mengaitkan
materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya dan menjelaskan materi
secara singkat dan mengaitkannya dengan contoh benda yang ada dalam
kehidupan sehari-hari.Pada siklus ini penulis menekankan hal-hal yang perlu
diperbaiki seperti cara menyamakan penyebut dengan menggunakan KPK
kemudian penulis menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar agar siswa
mengetahui apa yang ingin dicapai pada materi tersebut. Dan mengelompokkan
siswa, Kemudian setelah itu diberikan kuis dan dikerjakan secara individu,
kemudian evaluasi, menyimpulkan materi, memberikan penguatan  .

Pada siklus II ini, pada umumnya siswa lebih bersemangat lagi dengan metode
pembelajaran dengan cara berkelompok sehingga siswa dapat saling berdiskusi
dan bertukar pikiran dalam memahami materi dan memecahkan atau
menyelesaikan soal matematika. Pada siklus II ini apa yang ingin dicapai oleh
peneliti tercapai. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya rata-rata hasil belajar
siswa.

2.  Perubahan Sikap Siswa


Disamping terjadinya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II,
tercatat  pula sejumlah perubahan sikap yang terjadi pada siswa. Perubahan
tersebut merupakan data kualitatif dan dicatat oleh peneliti dalam lembar
observasi tiap siklus. Adapun perubahan-perubahan yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1. Pada siklus I kehadiran siswa sudah bagus begitu juga pada siklus II.
2. Pada siklus I siswa masih malu-malu dalam bertanya kepada guru tentang
masalah yang terkait dengan apa yang disajikan guru sedangkan pada siklus II
siswa sudah berani untuk bertanya guru tentang masalah yang terkait dengan
apa yang disajikan guru.
3. Pada siklus I interaksi siswa dengan sumber belajar/media sudah baik
sedangkan pada siklus II interaksi siswa dengan sumber belajar/media jauh
lebih baik dari siklus I.
4. Pada siklus I semua siswa aktif melakukan kegiatan fisik dan mental
(berpikir), begitu juga pada siklus II.
5. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa meningkat, itu dapat dilihat dari nilai
rata-rata siswa pada siklus I yaitu 57,90 % menjadi 89,47 % pada siklus II.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.      KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di depan , penulis menarik


kesimpulan bahwa metode pembelajaran Picture and Picture mata pelajaran 
metematika pada materi mengurutkan pecahan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Kesimpulan ini diambil setelah melihat data sebagai berikut:
1. Pada Awal Siklus Atau Pra Siklus
Pada awal siklus atau pra siklus sebelum dilakukan pembelajaran
matematika dengan metode pembelajaran Picture and Picture, skor rata-rata
hasil belajar siswa adalah 31,58 % Sementara skor ideal yang mungkin
dicapai siswa adalah 100,00. Maka untuk meningkatkan hasil belajar siswa,
penulis melakukan perbaikan dengan mengadakan siklus I.
2. Pada siklus I atau setelah dilakukan pembelajaran matematika dengan
metode pembelajaran Picture and Picture, skor rata-rata hasil belajar siswa
pada materi mengurutkan bilangan pecahan adalah 57,90 % dari skor ideal
yang mungkin dicapai 100,00. Karena belum mencapai hasil belajar yang di
inginkan maka perbaikan dilanjutkan pada siklus II.
3. Pada siklus II dengan metode pembelajaran Picture and Picture,
menunjukkan hasil yang baik, sehingga tidak perlu melanjutkan ke siklus
berikutnya.ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan teman sejawat,
tidak ada perilaku guru maupun siswa yang perlu diperbaiki lagi hanya saja
harus tetap di pertahankan dan dikembangkan lagi. Skor rata-rata hasil
belajar siswa pada materi mengurutkan bilangan pecahan hanya terdapat 2
siswa yang mendapat nilai di bawah KKM, sehingga rata-rata hasil belajar
meningkat menjadi 89,47 % . sehingga dapat di simpulkan hasil belajar
siswa meningkat dari pra siklus hingga pada siklus II.

5.1 Saran Tindak Lanjut


Agar penelitian tindakan kelas ini bisa bermanfaat untuk sesama, maka
dikemukakan saran-saran berikut ini:
1. Diharapkan agar pembaca, khususnya rekan-rekan guru melakukan
penelitian lanjutan. Misalnya melakukan tindakan kelas mengenai
peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui media atau metode pembelajaran
yang lain.
2. Walaupun hasil penelitian tindakan kelas ini belum tentu cocok diterapkan
di lembaga pendidikan lain, peneliti tetap berharap agar hasil penelitian ini
tetap dapat dilaksanakan yaitu penggunaan metode yang tepat untuk
meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa materi mengurutkan
bilangan pecahan pada siswa. Hal yang demikian perlu dilakukan, karena
dengan penggunaan metode yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat disampaikan, semoga
bermanfaat bagi banyak pihak.

Anda mungkin juga menyukai