PENDAHULUAN
1
menunjang keberhasilan belajar siswa dalam menempuh pendidikan yang lebih
tinggi. Oleh karena itu, diupayakan penguasaan materi kepada peserta didik yang
dianggap masih rendah.
Dalam pembelajaran Matematika banyak guru yang mengeluhkan
rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal Matematika. Hal ini
terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam mengerjakan soal dan rendahya
hasil belajar siswa (nilai) baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun
UN. Padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas biasanya guru
memberikan tugas secara kontinyu berupa latihan soal. Tetapi ternyata latihan
tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah
matematika. Memang pelajaran Matematika di anggap oleh sebagian siswa
sebagai pelajaran yang sangat sulit, bahkan kadang ada yang membenci pelajaran
Matematika. Untuk itu sebagian orang Matematika di anggap sebagai musuh
yang sulit di taklukkan sehingga para pelajar yang membenci pelajaran
Matematika ini sebagian mendapat nilai di bawah KKM.
Pecahan merupakan materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa
kelas IV karena pada kelas berikutnya mereka kembali akan menemui materi
tentang pecahan dengan berbagai variasi soal. Bertolak belakang dengan kondisi
yang diharapkan dalam pembelajaran Matematika pengalaman yang dijumpai
peneliti pada saat mengajar pokok bahasan ini adalah siswa cenderung pasif dalam
pembelajaran, kurang bergairah, jarang mengerjakan PR, dan sebagainya. Hal ini
dapat diketahui dari hanya 5 dari 12 orang siswa yang rajin mengerjakan PR ( 41,
67 % ), 3 dari 12 orang siswa yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru ( 25 % ), dan hanya 4 dari 12 orang siswa yang
menyelesaikan soal yang diberikan guru tepat waktu (33,3 % ). Upaya yang telah
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menerapkan metode
ceramah dan alat peraga tetapi belum menunjukkan hasil yang optimal.
Fakta lain yang dijumpai peneliti pada awal semester 2 tahun pelajaran
2015/2016 di kelas IV SDN Taal 2 Bondowoso adalah hasil belajar siswa yang
rendah. Data hasil belajar pada ulangan harian sebelumnya, yaitu pokok bahasan
pecahan menunjukkan hanya 3 dari 12 peserta didik yang tuntas, dengan KKM
58 sehingga ketuntasan klasikal hanya 25 %, sedangkan nilai rata-rata ulangan
2
hanya 48. Asumsi peneliti kondisi ini dipengaruhi oleh kebiasaan peserta didik
yang tidak hafal perkalian, takut bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami,
bergurau dengan teman, tidak memperhatikan penjelasan guru pada saat proses
pembelajaran berlangsung yang disebabkan oleh a). saat memberikan materi, guru
hanya menggunakan metode ceramah, b). guru tidak menggunakan metode atau
model pembelajaran yang tepat, dan c). guru tidak memberikan contoh
penyelesaian soal.
Kondisi ini tentu sangat tidak diharapkan dan dikhawatirkan terulang pada
pembelajaran-pembelajaran berikutnya, oleh karena itu perlu dan harus segera
dicarikan solusi agar hasil belajar siswa meningkat. Solusi yang diterapkan adalah
dengan menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw.
Berdasarkan uraian tersebut dan untuk mengatasi masalah yang ada, maka
penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw merupakan solusi yang tepat. Untuk
menguji keefektifan tindakan ini dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
IV tentang Pecahan melalui Model Pembelajaran Jigsaw di SDN Taal 2
Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2015/2016“.
3
1. Meningkatkan hasil belajar siswa pokok bahasan pecahan melalui penggunaan
Model Pembelajaran Jigsaw pada siswa kelas IV SDN Taal 2 Bondowoso,
Tahun Pelajaran 2015/2016.
2. Meningkatkan aktifitas belajar siswa pokok bahasan pecahan melalui
penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw pada siswa kelas IV SDN Taal 2
Bondowoso, Tahun Pelajaran 2015/2016.
3. Mendeskripsikan proses penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pokok bahasan pecahan pada siswa kelas IV
SDN Taal 2 Bondowoso Tahun Pelajaran 2015/2016.