Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


A. Kegiatan Pra Tindakan
Pra penelitian dilakukan guna mengetahui kondisi siswa dan permasalahan
serta merencanakan solusi yang tepat untuk tindakan perbaikan pembelajaran.
Situasi siswa belajar dilakukan kajian sejak pembelajaran awal semester sampai
penyajian materi tentang pecahan serta data hasil tes kemampuan awal siswa di
akhir pembelajaran. Data hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran
Matematika pra siklus tentang pecahan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
5a.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa
(ketuntasan klasikal) sangat rendah yaitu hanya 25 % dengan demikian dari 12
orang siswa hanya 3 orang yang tuntas. Hal ini berarti belum mencapai standar
yang ditentukan yaitu sebesar 75 %. Temuan lain dari data hasil tes kemampuan
awal siswa yang dilakukan peneliti adalah tidak hafal perkalian, takut bertanya
tentang hal-hal yang belum dipahami, dan bergurau dengan teman. Selain itu dari
pengamatan peneliti pada saat proses pembelajaran sebelumnya dijumpai siswa
cenderung pasif dalam pembelajaran, kurang bergairah, jarang mengerjakan PR,
dan sebagainya. Hal ini dapat diketahui dari hanya 5 dari 12 orang siswa yang
rajin mengerjakan PR (41, 67 %), 3 dari 12 orang siswa yang aktif bertanya dan
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru (25 %), dan hanya 4 dari 12 orang
siswa yang menyelesaikan soal yang diberikan guru tepat waktu (33,3 %) pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini tentu saja sangat mengganggu dan
berdampak buruk pada hasil belajar siswa. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut maka perlu dilakukan perbaikan proses pembelajaran melalui kegiatan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw.

B. Hasil Penelitian Siklus I


Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siswa kelas IV berpedoman pada
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan perencanaan tindakan yang telah

26
disusun sebelumnya dengan berkonsultasi pada 2 rekan guru sejawat yang
bertindak selaku kolaborator. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan dalam
2 siklus. Kegiatan pelaksanaan kedua siklus tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Pertemuan 1
1) Perencanaan Tindakan
Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran didasarkan
kepada hasil kajian pendahuluan. Kegiatan awal, peneliti mengajukan ijin
penelitian kepada pihak sekolah untuk melakukan penelitian. Selanjutnya, peneliti
bersama kolaborator melakukan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk Siklus I pertemuan 1, mendiskusikan RPP bersama kolaborator,
merevisi RPP Siklus I pertemuan 1 dan menyiapkan instrumen penelitian untuk
pertemuan 1.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran
Matematika Semester 1 tahun pelajaran 2015/2016 yaitu hari Selasa tanggal 01
Maret 2016 pada jam ke 1 yakni pukul 07.00 s/d 09.10 WIB dengan alokasi waktu
2 x 35 menit dengan membahas sub pokok bahasan konsep pecahan. Jumlah
peserta didik yang hadir sebanyak 12 orang. Peneliti melaksanakan tindakan
pembelajaran sesuai dengan skenario rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah disusun. Peneliti bersama kolaborator mengadakan observasi selama proses
pembelajaran berlangsung.
a) Kegiatan Pendahuluan (± 15 menit)
Pembelajaran diawali dengan kegiatan awal, dimulai peneliti mengecek
kehadiran siswa, kemudian siswa berdoa bersama-sama. Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran pada hari ini yaitu tentang konsep pecahan dan pecahan
senilai.
b). Kegiatan Inti (± 40 menit)
Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok
ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan

27
dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam hal ini materi
pembelajaran menjadi 2 yaitu konsep pecahan dan pecahan senilai. Setiap
siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut.
Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam
kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam
kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama,
serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika
kembali ke kelompok asal. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke
kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari
dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada
pada kelompok ahli maupun kelompok asal. Setelah siswa berdiskusi dalam
kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi
masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok
untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat
menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan. Guru
memberikan kuis untuk siswa secara individual. Dari hasil pengamatan diskusi
kelompok kurang berjalan dengan baik, karena kurangnya keaktifan dan
partisipasi siswa. Beberapa siswa lebih menonjol dibandingkan siswa lainnya
dalam diskusi kelompok.
c). Kegiatan Penutup (± 15 menit)
Siswa dibimbing guru untuk menyimpulkan materi pembelajaran. Siswa diajak
melakukan refleksi terhadap aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan. Guru
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Guru
menyampaikan rencana kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedy dan program pengayaan. Guru memberikan tugas/PR kepada siswa
terkait materi yang telah dipelajari. Guru menyampaikan rencana pembelajaran
untuk pertemuan berikutnya.
3) Pengamatan (Obsevasi)
Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Dua orang kolaborator yakni ibu LENI MARDIYANA, S.Pd.

28
bertindak sebagai observer I bertugas mengobservasi aktivitas siswa selama
kegiatan pembelajaran, sedangkan ibu DIANA ISMAWATI, S.Pd. sebagai
observer II bertugas mengobservasi aktivitas guru dalam pengelolaan
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Hasil observasi tercatat
sebagai berikut:
a) Siswa kurang aktif mengajukan dan menjawab pertanyaan guru
b) Siswa kurang aktif dalam diskusi kelompok
c) Beberapa siswa tidak mampu menyelesaikan soal/kuis sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
d) Skenario pembelajaran terlaksana 100% data selengkapnya pada lampiran 7.
e) Observasi aktivitas siswa pada pertemuan 1 disajikan pada tabel 4.2 Hasil
Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 1, selengkapnya pada lampiran 6a.
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1
No Deskriptor Prosentase (%)
1 Aktif mengajukan pertanyaan 33,33
2 Aktif menjawab pertanyaan 33,33
3 Aktif dalam diskusi kelompok 41,67
4 Menyelesaikan soal/kuis tepat waktu 41,67
Prosentase rata-rata 37,5

Berdasarkan prosentase rata-rata keaktifan siswa pada tabel di atas yang


hanya berkisar diantara 37,5 maka dapat disimpulkan bahwa siswa masih
kurang aktif dalam pembelajaran.

b. Pertemuan 2
1) Perencanaan Tindakan
Peneliti bersama kolaborator melakukan penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk Siklus I pertemuan 2, mendiskusikan RPP bersama
kolaborator, merevisi RPP Siklus I pertemuan 2 dan menyiapkan instrumen
penelitian untuk pertemuan 2.

2) Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 03 Maret 2016 jam ke 1
yaitu pukul 07.00 s/d 09.10 WIB dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Jumlah

29
peserta didik yang hadir sebanyak 12 orang. Langkah-langkah kegiatan
pembelajaran sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan (± 15 menit).
Pembelajaran diawali dengan kegiatan awal, dimulai peneliti mengecek
kehadiran peserta didik, kemudian siswa berdoa bersama-sama. Guru
mengingat kembali konsep pecahan dan pecahan senilai. Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran pada hari ini yaitu tentang penjumlahan pecahan.
b) Kegiatan Inti (± 40 menit)
Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok
ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan
dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam hal ini materi
pembelajaran menjadi 2 yaitu penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan
tidak sama . Setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi
pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama
belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart
Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi
pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan
kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Setiap anggota kelompok ahli
akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh
atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik
yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal. Setelah siswa berdiskusi
dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi
masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok
untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat
menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan. Guru
memberikan kuis untuk siswa secara individual. Dari hasil pengamatan, diskusi
kelompok mulai berjalan dengan baik.

30
c) Kegiatan Penutup (± 15 menit)
Pada kegiatan penutup, peneliti memberikan lembar soal untuk mengetahui
sejauh mana peningkatan hasil belajar dibandingkan sebelum Siklus I. Siswa
dibimbing guru untuk menyimpulkan materi pembelajaran. Siswa diajak
melakukan refleksi terhadap aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan. Guru
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Guru
menyampaikan rencana kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedy dan program pengayaan. Guru memberikan tugas/PR kepada siswa
terkait materi yang telah dipelajari. Guru menyampaikan rencana pembelajaran
untuk pertemuan berikutnya.

3) Pengamatan (Obsevasi)
Hasil observasi pembelajaran oleh kolaborator pada pertemuan 2 siklus I
tercatat sebagai berikut:
a) Siswa mulai aktif mengajukan pertanyaan
b) Siswa mulai tanggap menjawab pertanyaan
c) Beberapa siswa mulai aktif berdiskusi
d) Skenario pembelajaran terlaksana 100% data selengkapnya pada lampiran 7.
e) Hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan 8 siswa tuntas, dan 4 orang tidak
tuntas dengan nilai rata-rata 58,33 , ketuntasan klasikal mencapai 66,67 %.
Selengkapnya disajikan pada lampiran 5b. Jika dibandingkan dengan hasil
belajar pada pra siklus akan nampak peningkatan hasil belajar siswa, seperti
pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I


Indikator Prestasi Belajar (%)
KKM
Keberhasilan (%) Pra Siklus Siklus I
58 75 25 66,67

31
Untuk memperjelas gambaran peningkatan hasil belajar siswa ditampilkan
pada diagram lingkaran 4.1 berikut:

PRA SIKLUS
SIKLUS I

Diagram 4.1 Hasil Belajar Siswa Siklus I


Dari diagram lingkaran di atas nampak jelas peningkatan yang signifikan antara
hasil belajar siswa pra siklus dan hasil belajar siswa pada Siklus I.
f) Observasi aktivitas siswa pada pertemuan 2 siklus I disajikan pada tabel 4.3
selengkapnya pada lampiran 6b.
Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2
No Deskriptor Prosentase (%)
1 Aktif mengajukan pertanyaan 41,67
2 Aktif menjawab pertanyaan 41,67
3 Aktif dalam diskusi kelompok 50
4 Menyelesaikan soal/kuis tepat waktu 50
Prosentase rata-rata 45,84

Walupun prosentase rata-ratanya masih menunjukkan kurangnya keaktifan


siswa, berdasarkan hasil observasi kolaborator rata-rata aktivitas belajar siswa
pada siklus I pertemuan 2 sudah menunjukkan peningkatan dari 37,5 % pada
pertemuan 1 meningkat menjadi sebesar 45,84 %. Jika dibandingkan dengan
aktivitas belajar pada pertemuan 1, maka tampak peningkatan aktivitas belajar
siswa seperti pada diagram 4.2 berikut.

32
50%
45%
40%
35%
PERTEMUAN 1
30%
PERTEMUAN 2
25%
20%
15%
10%
5%
0%

Diagram 4.2 Aktivitas Belajar Siklus I

4) Tahap Refleksi Siklus I


Kegiatan refleksi dilaksanakan segera setelah selesai pelaksanaan
pembelajaran, yang bertepatan dengan waktu istirahat KBM. Hal ini dimaksudkan
agar setiap kejadian yang diamati dan temuan-temuan yang terekam selama
observasi masih terjaga akurasinya karena peneliti dan kolaborator masih bisa
mengingat dengan baik rangkaian aktivitas yang dilakukan di kelas.
Hasil penelitian pada siklus I melalui perbaikan pembelajaran
menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw telah nampak peningkatan hasil
belajar siswa jika dibandingkan pada pra tindakan. Namun masih ditemukan
kelemahan/kekurangan yang perlu ditindak lanjuti, seperti pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Kelemahan Siklus I dan Rencana Perbaikan
No Kelemahan Siklus I Rencana Perbaikan
1. Masih banyak siswa yang kurang Merencanakan pembelajaran yang
aktif terlibat dalam diskusi pada lebih mengaktifkan peserta didik
saat diskusi kelompok dengan memberi tugas
2. Masih banyak siswa tidak dapat menyelesaikan soal-soal latihan.
menjawab pertanyaan soal/kuis
dengan benar.
3. Ketuntasan klasikal masih
mencapai 58,33 %

33
Ketuntasan belajar siswa secara individu mencapai 58,33 %, dengan
demikian upaya perbaikan pembelajaran belum mencapai indikator keberhasilan
yang ditetapkan yaitu sebesar 75 %. Berdasarkan analisis proses dan hasil
kegiatan penelitian pada akhir siklus I, maka ditetapkan perlu dilakukan kegiatan
penelitian siklus II.

C. Hasil Penelitian Siklus II


a. Pertemuan 1
1) Perencanaan Tindakan
Berdasarkan refleksi pada siklus I, peneliti dan kolaborator sepakat untuk
melakukan perbaikan perencanaan untuk menindaklanjuti temuan-temuan pada
siklus I dan mencari jalan keluar untuk perbaikan pada siklus II. Beberapa
kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain : menyusun dan mendiskusikan
RPP Siklus II bersama kolaborator, merevisi RPP Siklus II bersama kolaborator,
dan menyiapkan instrumen penelitian untuk Siklus II.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini dilaksanakan di kelas IV pada hari Selasa, 08 Maret 2016 pada
jam ke 1 yaitu pukul 07.00 s/d 09.10 WIB dengan alokasi waktu 2 x 35 menit.
Jumlah peserta didik yang hadir sebanyak 12 orang. Langkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan (± 15 menit).
Pembelajaran diawali dengan kegiatan awal, dimulai peneliti mengecek
kehadiran peserta didik, kemudian siswa berdoa bersama-sama. Guru
mengingat kembali penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari ini yaitu tentang pengurangan
pecahan.
b) Kegiatan Inti (± 40 menit)
Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok
ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan
dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai

34
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam hal ini materi
pembelajaran menjadi 2 yaitu pengurangan pecahan berpenyebut sama dan
tidak sama. Setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi
pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama
belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart
Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi
pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan
kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Setiap anggota kelompok ahli
akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh
atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik
yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal. Setelah siswa berdiskusi
dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi
masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok
untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat
menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan. Guru
memberikan kuis untuk siswa secara individual. Dari hasil pengamatan, diskusi
kelompok mulai berjalan dengan baik.
c) Kegiatan Penutup (± 15 menit)
Siswa dibimbing guru untuk menyimpulkan materi pembelajaran. Siswa
diajak melakukan refleksi terhadap aktivitas pembelajaran yang telah
dilakukan. Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran. Guru menyampaikan rencana kegiatan tindak lanjut dalam
bentuk pembelajaran remedy dan program pengayaan. Guru memberikan
tugas/PR kepada siswa terkait materi yang telah dipelajari. Guru
menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
3) Tahap Pengamatan (Observasi)
Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar. Hasil observasi tercatat sebagai berikut:
a) Sudah terlihat kerjasama yang baik antar anggota kelompok.
b) Beberapa siswa mulai aktif dalam pembelajaran.
c) Siswa semangat dalam mengerjakan tugas.

35
d) Skenario pembelajaran pembelajaran terlaksana 100% data selengkapnya pada
lampiran 7.
e) Observasi aktivitas siswa pada pertemuan 1 siklus II disajikan pada tabel 4.5
selengkapnya pada lampiran 6c.
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1
No Deskriptor Prosentase (%)
1 Aktif mengajukan pertanyaan 50 %
2 Aktif menjawab pertanyaan 58,33 %
3 Aktif dalam diskusi kelompok 66,67 %
4 Menyelesaikan soal/kuis tepat waktu 66,67 %
Prosentase rata-rata 60,41 %

Dari tabel aktivitas siswa di atas terjadi peningkatan keaktifan siswa dalam
pembelajaran dibandingkan pada siklus I pertemuan 2 yaitu dari rata-rata 45,84 %
menjadi 60,41 %.

b. Pertemuan 2
1) Tahap Perencanaan
Peneliti bersama kolaborator melakukan penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk Siklus II pertemuan 2, mendiskusikan RPP bersama
kolaborator, merevisi RPP Siklus II pertemuan 2 dan menyiapkan instrumen
penelitian untuk pertemuan 2.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Maret 2016 pada jam ke 1
yaitu pukul 07.00 s/d 09.10 WIB dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Jumlah
peserta didik yang hadir sebanyak 12 orang.
a) Kegiatan Pendahuluan (± 15 menit).
Pembelajaran diawali dengan kegiatan awal, dimulai peneliti mengecek
kehadiran peserta didik, kemudian siswa berdoa bersama-sama. Guru
mengingat kembali pengurangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada hari ini yaitu tentang operasi
hitung campuran pecahan dan soal cerita tentang pecahan.

36
b) Kegiatan Inti (± 40 menit)
Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok
ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan
dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam hal ini materi
pembelajaran menjadi 2 yaitu operasi hitung campuran pecahan dan soal cerita
tentang pecahan.Setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi
pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama
belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart
Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi
pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan
kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Setiap anggota kelompok ahli
akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh
atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik
yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal. Setelah siswa berdiskusi
dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi
masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok
untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat
menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan. Guru
memberikan kuis untuk siswa secara individual. Dari hasil pengamatan, diskusi
kelompok mulai berjalan dengan baik.
c) Kegiatan Penutup (± 15 menit)
Pada kegiatan penutup, peneliti memberikan lembar soal untuk mengetahui
sejauh mana peningkatan hasil belajar dibandingkan sebelum Siklus II. Siswa
dibimbing guru untuk menyimpulkan materi pembelajaran. Siswa diajak
melakukan refleksi terhadap aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan. Guru
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Guru
menyampaikan rencana kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedy dan program pengayaan. Guru memberikan tugas/PR kepada siswa

37
terkait materi yang telah dipelajari. Guru menyampaikan rencana pembelajaran
untuk pertemuan berikutnya.
3) Tahap Observasi
Hasil Observasi para kolaborator adalah sebagai berikut:
a) Pada kegiatan awal siswa aktif mengadakan tanya-jawab dengan guru.
b) Siswa sudah aktif dalam pembelajaran.
c) Diskusi kelompok berjalan dengan baik.
d) Siswa sudah mampu menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu.
e) Skenario pembelajaran pembelajaran terlaksana 100% data selengkapnya pada
lampiran 7.
f) Observasi aktivitas belajar siswa pada pertemuan 2 siklus II disajikan pada
tabel 4.6 selengkapnya pada lampiran 6d.
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2
No Deskriptor Prosentase (%)
1 Aktif mengajukan pertanyaan 58,33
2 Aktif menjawab pertanyaan 75
3 Aktif dalam diskusi kelompok 83.33
4 Menyelesaikan soal/kuis tepat waktu 91,67
Prosentase rata-rata 77,08

Jika dibandingkan dengan aktivitas belajar pada siklus II pertemuan 1,


maka tampak peningkatan aktivitas belajar siswa seperti pada diagram 4.3 berikut.

80.0%

70.0%

60.0%

50.0%
Pertemuan 1
40.0% Pertemuan 2
30.0%

20.0%

10.0%

0.0%
Siklus II
Diagram 4.3 Aktivitas Belajar Siklus II

38
g) Hasil tes belajar siswa pada siklus II menunjukkan 10 siswa tuntas, dan masih
ada 2 orang tidak tuntas dengan nilai rata-rata 67,5 , ketuntasan klasikal
mencapai 83,33 %. Jika dibandingkan dengan hasil belajar pada pra siklus dan
siklus I maka akan nampak peningkatan hasil belajar siswa, seperti pada tabel
4.7 berikut, selengkapnya pada lampiran 5c.

Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa pada Siklus II

Indikator Hasil Belajar (%)


KKM Siklus II
Keberhasilan (%) Pra Siklus Siklus I
58 75 25 66,67 83,33

Untuk memperjelas gambaran peningkatan hasil belajar siswa


selengkapnya ditampilkan diagram 4.4 berikut:

SIKLUS I
SIKLUS II

Diagram 4.4 Hasil Belajar Siklus II

4) Tahap Refleksi Siklus II


Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II baik melalui hasil tes, hasil
observasi kolaborator, maupun pantauan peneliti selama kegiatan penelitian,
seluruh komponen menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan.
Kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada siklus I mampu diperbaiki di siklus
II. Keterlaksanaan skenario pembelajaran pada masing-masing pertemuan 100 %.

39
Aktifitas belajar siswa meningkat dibandingkan sebelum siklus II. Siswa yang
aktif mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, berdiskusi dalam kelompok,
dan menyelesaikan soal tepat waktu mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil
observasi kolaborator rata-rata aktivitas belajar peserta didik pertemuan 1 dan 2
pada siklus II sebesar 60,41 dan 77,08 % dengan kategori baik, dibandingkan
dengan siklus I pertemuan 1 dan 2 yang hanya berkisar antara 37,5 % dan 45,84
%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan diterapkannya Model Pembelajaran
Jigsaw dan penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran.

4.2. Pembahasan
Refleksi pada pra siklus, indikator keberhasilan, dan hasil penelitian pada
setiap siklus dengan fokus penelitian meningkatkan hasil belajar siswa, menjadi
dasar pembahasan hasil penelitian secara keseluruhan. Gambaran setiap siklus
maupun hasil pada siklus akhir menjadi kesimpulan penelitian yang sekaligus
menjawab rumusan masalah penelitian.
Hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw tersaji dalam tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8 Tingkat Keberhasilan Tindakan Ditinjau dari


Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Nilai Nilai Nilai


Siklus
Tertingg Terendah Rata-rata Ketuntasan Klasikal
Ke
i
I 70 40 58,33 66,67
II 80 50 67,5 83,33

Berdasarkan tabel 4.7 di atas tampak adanya peningkatan hasil belajar


yang signifikan setelah dilakukan perbaikan pembelajaran menggunakan Model
Pembelajaran Jigsaw. Peningkatan hasil belajar setelah siswa mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw merupakan bukti
keberhasilan sebuah proses pembelajaran. Jigsaw adalah salah satu dari
metode-metode kooperatif yang paling fleksibel (Slavin, 2005:246). Model

40
pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning
yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi,
pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang
dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh
anggota.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Sudrajat,
2008:1).
Pada pra penelitian hasil belajar siswa hanya 25 % melalui tindakan pada
siklus I sebanyak 8 dari 12 orang peserta didik dinyatakan tuntas, sehingga
ketuntasan klasikal meningkat menjadi 66,67 %. Ini berarti terjadi kenaikan
sebesar 41,67 % dari pra penelitian. Setelah dilakukan analisis kelemahan-
kelemahan yang ditemukan pada siklus I sebagai upaya perbaikan pembelajaran
pada siklus II ketuntasan klasikal mengalami peningkatan kembali menjadi 83,33
% sehingga mencapai indikator keberhasilan tindakan dan penelitian diakhiri.
Dengan perbaikan-perbaikan yang dilakukan pada siklus II, hasilnya terjadi
peningkatan pada aktivitas belajar siswa. Diskusi kelompok dapat berjalan dengan
baik dan berlangsung lebih efektif serta tepat waktu. Hal inilah yang memperkuat
keberhasilan Model Pembelajaran Jigsaw pada siklus II, sehingga sebagian besar
siswa dapat menjawab pertanyaan soal dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, proses
pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw, dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran. Dengan aktivitas belajar yang
tinggi diharapkan mampu mendorong tingginya daya tangkap siswa terhadap
kompetensi yang dipelajari. Hal inilah yang turut memperkuat peningkatan
aktivitas belajar siswa, sehingga keaktifan belajar siswa meningkat sangat
signifikan pada akhir siklus II, yaitu sebesar 77,08 % dibandingkan akhir Siklus I
yang hanya mencapai 60,41 %.

41
Model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk
digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian
dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi
ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus
mengajarkan kepada orang lain (Zaini, 2008:56). Hal ini berarti proses
pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Jigsaw efektif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa karena setelah mengikuti proses pembelajaran
hasil belajar siswa dapat meningkat. Pendapat di atas didukung oleh Ika
Rahmaeta (2012) yang menyatakan bahwa penerapan Model Pembelajaran Jigsaw
merupakan salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa
kelas V SD Negeri 1 Kaur Selatan Kabupaten Kaur serta performansi guru dalam
pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I kehadiran siswa sebesar
94,44%, aktivitas belajar siswa mencapai 67,05% atau dengan kriteria tinggi, rata-
rata hasil belajar siswa 70,88, ketuntasan belajar siswa secara klasikal 64,71%,
dan skor performansi guru 75,38. Sementara pada siklus II kehadiran siswa
sebesar 95,37%, aktivitas belajar siswa mencapai 82,65% atau dengan kriteria
sangat tinggi, rata-rata hasil belajar siswa 77,06, ketuntasan belajar siswa secara
klasikal 88,24%, dan skor performansi guru 83,63. Hal tersebut menunjukkan
adanya peningkatan, baik pada aktivitas dan hasil belajar siswa maupun pada
performansi guru dari siklus 1 ke siklus II. Memperkuat pendapat tersebut
Mardiana (2014) menyatakan bahwa setelah menerapkan model pembelajaran
Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 04
Bulu Pemalang serta performansi guru dalam pembelajaran. Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini pada siklus I observasi terhadap aktivitas guru skor 32 dengan
kategori baik, meningkat pada siklus II menjadi 35 dengan kategori baik,
observasi aktivitas siswa skor 31 dengan kategori baik meningkat pada siklus II
menjadi 35 dengan kategori baik, hasil belajar siswa nilai rata-rata 81,4 dengan
ketuntasan 71,4%, meningkat pada siklus II nilai rata-rata 90,7 dengan ketuntasan
89,2%.
Temuan lain dalam penelitian ini, yaitu masih ada 2 orang siswa yang
belum tuntas meskipun telah mengikuti seluruh proses pembelajaran. Peneliti

42
bersama kolaborator menganalisis penyebab ketidaktuntasan tersebut, Kolaborator
menyarankan untuk memperbaiki tingkat kesulitan soal/kuis disesuaikan dengan
kemampuan siswa. Saran tersebut ternyata sangat tepat karena peneliti
mendapatkan data yang menunjukkan bahwa ada beberapa soal/kuis yang tidak
mampu diselesaikan oleh siswa tersebut. Selain itu salah satu faktor penyebab
ketidaktuntasan 2 orang siswa tersebut adalah keterbatasan kemampuan berpikir
mereka yang dibawah rata-rata siswa yang lain.
Dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran menggunakan Model
Pembelajaran Jigsaw membuat suasana kelas lebih kondusif, menarik dan
menyenangkan, minat siswa terhadap pembelajaran semakin meningkat serta lebih
termotivasi untuk terus belajar. Hal inilah yang memperkuat meningkatnya hasil
belajar siswa sehingga 83,33 % (10 orang dari 12) siswa mencapai kriteria
ketuntasan minimal. Menyimak hasil penelitian dari siklus ke siklus, khususnya
pada siklus akhir dapat dibuktikan bahwa pembelajaran menggunakan Model
Pembelajaran Jigsaw mampu secara signifikan meningkatkan hasil belajar
Matematika siswa materi Pecahan pada siswa kelas IV SDN Taal 2 Kecamatan
Tapen Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2015/2016.

43

Anda mungkin juga menyukai