Anda di halaman 1dari 22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK),

yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki

pembelajaran di kelas. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus dengan

setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi serta refleksi. Tindakan yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan metode berdasarkan masalah

( problem posing ).

3.2 Subjek dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Saraswati Tabanan. Subjek dari

penelitian ini adalah siswa kelas VC semester genap SD Saraswati Tabanan

tahun pelajaran 2012/2013.

3.3 Objek Penelitian

Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Prestasi belajar matematika siswa kelas VC semester genap SD

Saraswati Tabanan dalam diterapkannya metode pembelajaran

berdasarkan masalah ( problem posing ).

24
25

2. Aktifitas belajar matematika siswa kelas VC semester genap SD

Saraswati Tabanan dalam diterapkannya metode pembelajaran

berdasarkan masalah ( problem posing ).

3. Tanggapan siswa kelas VC semester genap SD Saraswati Tabanan

terhadap penerapan metode pembelajaran berdasarkan masalah

( problem posing ) dalam pembelajaran matematika.

3.4 Prosedur Penelitian

Sesuai dengan prosedur suatu penelitian tindakan, dalam hal ini

dilakukan dua kegiatan yaitu observasi awal dan pelaksanaan penelitian.

Berikut ini akan diuraikan masing-masing secara lebih detail:

3.4.1 Observasi Awal

Observasi dilakukan untuk mengamati dan menganalisis aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan instrumen yang

telah disediakan sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian antara

perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung,

kemudian data diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa yang telah

disediakan. Berdasarkan hasil pengamatan di kelas VC semester genap SD

Saraswati Tabanan, ada permasalahan yang dihadapi sehingga

menghambat peningkatan hasil belajar siswa, yaitu: 1) beberapa siswa

kurang siap menghadapi pelajaran, 2) siswa cenderung malu dan takut

salah dalam menjawab pertanyaan guru, 3) masih ada siswa yang kurang

memperhatikan saat guru menjelaskan materi, 4) siswa lebih mengerti jika


26

setelah penyajian materi yang dilakukan oleh guru mendiskusikannya

kembali dengan teman yang sudah mengerti. Berdasarkan keadaan

tersebut pada tahap ini dilakukan tes awal untuk mengukur tingkat

pemahaman siswa yang dapat dilihat dari prestasi belajar matematika

siswa sebelum pembelajaran dilakukan. Dari hasil tes ini akan digunakan

untuk melakukan tindakan lanjutan dalam menerapkan pembelajaran

problem posing untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pokok

bahasan bilangan pecahan. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa

kemampuan belajar siswa berbeda-beda yang mempengaruhi penguasaan

materi sebelum memasuki pokok bahasan baru. Guru menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab sehingga jarang terjadi interaksi dengan

siswa. Dari situasi ini peneliti ingin menerapkan metode pembelajaran

problem posing sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

3.4.2 Siklus I

Dalam siklus ini dilaksanakan tiga pertemuan yaitu dua pertemuan

untuk pelaksanaan tindakan dan satu pertemuan untuk peksanaan tes hasil

belajar.

3.4.2.1 Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi awal, maka hal-hal yang perlu

direncanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan rencana pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran

berdasarkan masalah ( problem posing ).


27

2. Menyiapkan LKS yang berorioetasi pada pembelajaran masalah

( problem posing ) untuk tiap pertemuan.

3. Menyusun tes yang diberikan pada setiap akhir pembelajaran untuk

menentukan skor perkembangan individu maupun kelompok.

4. Menyusun lembar observasiuntuk mengetahui aktivitas siswa.

5. Membentuk kelompok heterogen dengan anggota tiap-tiap kelompok

4 – 5 orang.

3.4.2.2 Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini peneliti melaksanakan

pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun

pada tahap perencanaan. Pelaksanaan tindakannya sebagai berikut :

1. Guru memberikan masalah kontekstual dengan pembagian LKS.

2. Guru meminta setiap siswa untuk menjawab soal yang tertera dalam

LKS dan bekerja sama dalam kelompok berbagi (sharing) ide,

mencoba membuat model situasi masalah, pilihan pola, membuat

terkaan dan mengembangkan strategi-strategi pemecahan masalah

berdasarkan pengetahuan informal ataupun pengetahuan formal.

3. Guru berkeliling mengajukan pertanyaan-pertanyaan pancingan,

mengobservasi kerja siswa dan mendorong siswa untuk bekerja.

4. Siswa secara individu/berkelompok diberi kesempatan

menyampaikan cara-cara yang dilakukan dan yang lain

menanggapinya dengan harapan setiap siswa tidak perlu malu atau

takut untuk menyampaikannya.


28

5. Pendapat-pendapat setiap siswa didiskusikan kembali dalam

kelompok. Guru sebagai fasilitator mendorong siswa agar

berpartisipasi akrif tanpa ada persaingan diantaranya tetap

bekerjasama bertukar pendapat dan informasi.

6. Setelah waktu yang disediakan cukup, siswa diajak ke diskusi kelas,

tetapi tetap bekerja dalam kelompok. Guru menunjuk secara acak

siswa untuk mempresentasikan hasil temuannya dalam kelompok di

depan kelas secara verbal, yang lain menanggapi dan memberikan

informasi sehingga menjadi tukar pendapat dan informasi.

7. Guru sebagai fasilitator, mendorong siswa yang lain mau bertanya

dan mengarahkan pada jawaban yang benar agar tidak mengalami

miskonsepsi

8. Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari diskusi

kelas.

3.4.2.3 Tahap Observasi dan Evaluasi Tindakan

Kegiatan observasi dan evaluasi dilakukan secara kontinue

selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi dilakukan oleh

guru, sehingga aktivitas guru dan siswa terobservasi kemudian dicatat

pada jurnal harian. Observasi terhadap pelaksanaan tindakan yaitu

dilakukan dengan mencatat kendala-kendala yang timbul selama

kegiatan belajar mengajar berlangsung. Evaluasi dilakukan setelah

berakhirnya pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang akan dievaluasi adalah


29

hasil belajar siswa yang dilakukan dengan memberikan tes hasil belajar

berupa soal essay pada akhir siklus I dan dikerjakan secara individu.

3.4.2.4 Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Sebagai acuan dalam

refleksi ini adalah hasil observasi dan evaluasi pembelajaran pada siklus

I. Pada tahap ini peneliti bersama guru yang bersangkutan mengadakan

pertemuan untuk mengkaji hasil tindakan dan kendala-kendala atau

kekurangan-kekurangan dari tindakan yang telah dilakukan pada siklus

I. Hasil refleksi ini dilakukan sebagai acuan untuk memperbaiki serta

menyempurnakan perencanaan pelaksanaan tindakan pada siklus II.

3.4.3 Siklus II

Pada dasarnya tahapan pada siklus I sama dengan tahapan pada

siklus II. Kegiatan ini dilakukan untuk menindaklanjuti kendala yang

ditemui pada siklus sebelumnya. Pada siklus II dilakukan tiga kali

pertemuan yaitu dua pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran dan satu

pertemuan untuk pelaksanaan tes akhir siklus. Langkah-langkah pada

siklus II sama dengan siklus I yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap

pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

3.4.3.1 Perencanaan Tindakan

Bertolak dari hasil refleksi terhadap pelaksanaan pada siklus I,

maka untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I

dilakukan perencanaan tindakan pada siklus II yang meliputi hal-hal

ssebagai berikut:
30

1. Menyiapkan RPP untuk materi yang disajikan pada siklus II.

2. Menyiapkan LKS.

3. Menyusun tes yang diberikan pada setiap akhir pembelajaran.

4. Membentuk kelompok heterogen dengan anggota tiap-tiap kelompok

4 – 5 orang.

3.4.3.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II serupa dengan siklus I,

hanya saja dilakukan perbaikan pelaksanaan tindakan pada bagian

tertentu. Upaya tindakan yang dilakukan adalah peneliti memberikan

penguatan kepada siswa yang mampu menyelesaikan soal yang terkait

dangan materi yang dipelajari. Pembentukan kelompok dipertahankan

dengan anggota yang sama. Pembahasan LKS oleh suatu kelompok

dilakukan dengan menunjuk satu orang secara acak untuk mewakili

kelompoknya. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok

bersungguh-sungguh dalam mengerjakan LKS. Peneliti memberikan

bimbingan yang lebih intensif dan ekstra kepada kelompok yang masih

mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang ada pada LKS.

Disamping itu, setiap kelomok ditugaskan untuk membuat kesimpulan

dari materi yang dibahas.

3.4.3.3 Observasi

Adapun tahap observasi dilaksanakan sebagai berikut: (1)

mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, (2) mencatat

segala sesuatu yang terkait dengan pelaksanaan tindakan di kelas


31

dengan catatan lapangan, (3) memberikan tes akhir siklus dilakukan

pada pertemuan terakhir siklus II.

3.4.3.4 Refleksi

Refleksi ini dilakukan peneliti berdasarkan hasil observasi

selama proses pembelajaran dilakukan. Refleksi dilakukan tiap akhir

siklus serta sebagai acuan dalam refleksi ini adalah tes hasil belajar.

Hasil dari refleksi ini ditujukan sebagai dasar untuk memperbaiki serta

menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus I.

3.5 Instrumen Penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan beberapa

instrumen yaitu tes hasil belajar dan lembar observasi. Adapun kegunaan dari

masing-masing instrumen adalah :

1). Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat penguasaan terhadap

seperangkat materi atau tingkat pencapaian setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan tiap akhir siklus.

2). Lembar observasi menggumpulkan data tentang aktivitas siswa

selama pembelajaran melalui lembar observasi berupa ceklis.

Selain tes diperlukan juga catatan harian yang digunakan untuk

mencatat hal-hal yang tidak mampu direkam melalui alat pengumpulan data

yang telah disediakan selama berlangsungnya pembelajaran.


32

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk dianalisis dalam penelitian ini adalah

data aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran bangun ruang

sisi datar. Pengumpulan data aktivitas belajar siswa dilakukan dengan

observasi yaitu dengan menggunakan lembar observasi yang berisikan

indikator prilaku siswa yang akan diamati selama proses pembelajaran

berlangsung. Setiap diskriptor pada masing-masing indikator yang tampak

selama berlangsungnya pembelajaran dicatat pada lembar observasi.

Untuk mengumpulkan data prestasi belajar siswa maka dilakukan tes

prestasi belajar yang berupa tes objektif dan tes essay. Data pertama sebagai

kemampuan awal siswa diperoleh melalui tes awal siswa. Data selanjutnya

diperoleh melalui tes akhir siklus yang dipergunakan untuk menentukan skor

prestasi belajar siswa dalam pembelajaran problem posing di setiap

siklusnya.

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Teknik Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa

Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran,

maka hasil observasi di analisis dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Dimana:
33

A = skor rata-rata aktivitas belajar siswa

= jumlah seluruh skor aktivitas belajar siswa

N = banyaknya siswa

Selanjutnya prilaku siswa dalam proses pembelajaran, peneliti

menggolongkan menjadi 5 kategori yaitu:

MI + 1,5 SDI A sangat aktif

MI + 0,5 SDI A < MI + 1,5 SDI aktif

MI – 0,5 SDI A < MI + 0,5 SDI cukup aktif

MI – 1,5 SDI A < MI - 0,5 SDI kurang aktif

A< MI - 1,5 SDI sangat kurang aktif

Rumus untuk MI dan SDI adalah:

MI = 1/2 (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)

SDI = 1/6 (skor tertinggi ideal - skor terendah ideal)

(Nurkancana dan Sunartana, 1992)

Lembar observasi dalam pemberian skor tentang aktivitas

belajar siswa memuat enam indikator dan setiap indikator memuat

empat deskriptor dan setiap deskriptor dari masing-masing indikator

aktivitas belajar siswa yang tampak selama observasi dicatat dalam

lembar observasi. Menurut Tim Instruktur PKG (dalam Suarini, 2009)

adapun indikator yang digunakan sebagai pedoman observasi aktivitas

belajar siswa sebagai berikut:

a. Antusias siswa dalam proses pembelajaran.


34

b. Interaksi siswa dengan guru.

c. Interaksi siswa dengan siswa lainnya.

d. Kerjasama kelompok.

e. Aktivitas siswa dalam satu kelompok.

f. Partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil pembahasan.

Jika diskriptor yang diamati nampak pada lembar observasi

diberi skor 1 dan jika diskriptor tidak nampak maka diberi skor 0.

Dengan demikian skor tertinggi ideal yang diperoleh adalah 6 dan skor

terendah ideal adalah 0. Maka kriteria penggolongan aktivitas siswa di

atas menjadi:

MI = (6 + 0) = 3

SDI = (6 + 0) = 1

4,5 A sangat aktif

3,5 A < 4,5 aktif

2,5 A < 3,5 cukup aktif

1,5 A < 2,5 kurang aktif

A < 1,5 sangat kurang aktif


35

3.7.2 Teknik Analisis Data Prestasi Belajar

Untuk mengetahui prestasi siswa, hasil tes siswa dianalisis secara

deskriptif yaitu dengan menentukan skor rata-rata (M), daya serap, dan

ketuntasan belajar (KB).

a. Skor Rata-rata

Dimana:

M = skor rata-rata

= jumlah skor siswa

N = banyak siswa yang mengikuti tes (Nurkancana dan

Sunartana, 1992:72)

3.8 Indikator Keberhasilan

Penerapan metode pembelajaran berdasarkan masalah ( problem

posing ) dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria keberhasilan sebagai

berikut:

1. Prestasi belajar matematika siswa mencapai ketuntasan belajar individual

bila tercapai KKM.

2. jika siswa mendapat nilai ≥ 65 siswa tersebut telah tuntas.

3. jika siswa mendapat nilai ≤ 65 siswa tersebut belum tuntas sehingga perlu

dilanjutkan pada siklus selanjutnya.


36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus,

dimana masing-masing siklus dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali pertemuan.

Dua pertemuan untuk membahas materi dan satu pertemuan untuk tes akhir

siklus. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 29 April sampai 23 Mei

dengan subyek penelitian adalah siswa kelas VC semester genap SD

Saraswati Tabanan Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini melibatkan 22

siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mengenai aktivitas dan prestasi

belajar siswa di kelas VC semester genap SD Saraswati Tabanan selama

proses pembelajaran berlangsung. Data aktivitas belajar siswa diperoleh

dengan teknik observasi menggunakan lembar observasi. Hasil pengumpulan

data aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran 07. Data prestasi

belajar diperoleh dari hasil tes akhir siklus yang berupa tes uraian. Hasil

pengumpulan data prestasi belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran 08.

4.2 Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa

4.2.1 Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I

Skor Tertinggi Ideal = 6

Skor Terendah Ideal = 0


37

MI = (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)

= (6 + 0)

=3

SDI = (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)

= (6 + 0)

=1

a. Untuk pertemuan pertama pada siklus I diperoleh:

= 66

N = 22

Skor rata-rata aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama siklus I:

= 3.00

b. Untuk pertemuan kedua pada siklus I diperoleh:

= 85

N = 22

Skor rata-rata aktivitas belajar siswa untuk pertemuan kedua siklus I:


38

= 3,86

c. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I:

Rata-rata =

= 3,43

Berdasarkan kategori aktivitas belajar siswa skor rata-rata 3,43

tergolong dalam kategori “ cukup aktif”

4.2.2 Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

Skor Tertinggi Ideal = 6

Skor Terendah Ideal = 0

MI = (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)

= (6 + 0)

= 3

SDI = (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal)


39

= (6 + 0)

= 1

a. Untuk pertemuan pertama pada siklus II diperoleh:

= 78

N = 22

Skor rata-rata aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama siklus II:

= 3,55

b. Untuk pertemuan kedua pada siklus II diperoleh:

= 92

N = 22

Skor rata-rata aktivitas belajar siswa pertemuan kedua pada siklus II:
40

= 4,18

c. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II:

Rata-rata =

= 3,86

Berdasarkan kategori aktivitas belajar siswa skor rata-rata 3,86

tergolong dalam kategori “aktif”.

Tabel 4.1
Hasil Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa

Siklus Skor Rata-rata Kategori


I 3,46 Cukup Aktif
II 3,86 Aktif

4.3 Hasil Analisis Data Prestasi Belajar Siswa

Data prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil tes akhir siklus pada

akhir setiap siklus. Hasil tes prestasi belajar siswa kelas VC semester genap

SD Saraswati Tabanan dapat dilihat pada Lampiran 09.

4.3.1 Analisis data prestasi Belajar siswa pada siklus I


41

Pada tes siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Skor Rata-rata (M)

M=

= 60,59

Jadi nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah 60,59. Ternyata pada

siklus ini masih ada 12 siswa yang belum mencapai kriteria optimal maka

dilanjutkan dengan siklus II.

4.3.2 Analisis data prestasi belajar siswa pada siklus II.

Pada tes siklus II diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Skor Rata-rata (M)

M =

= 71,50

Jadi nilai rata-rata siswa pada siklus II adalah 71,50. Pada siklus

ini semua siswa sudah mencapai kriteria optimal maka penelitian

berakhir sampai siklus II.

4.3.3 Peningkatan Nilai Rata-Rata Siswa


42

Berikut disajikan ringkasan data nilai rata-rata selama

penelitian.

Tabel 4.2
Ringkasan Data Nilai Rata-Rata Siswa

Tahapan Jumlah Nilai Rata-rata


Refleksi Awal 1242 56.45
Siklus I 1333 60.59
Siklus II 1573 71.50

Peningkatan nilai rata-rata siswa pada siklus I, dan siklus II,

dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 4.1 di

bawah ini.

Gambar 4.1 Peningkatan Nilai Rata-Rata Siswa pada Siklus I, dan

Siklus II.

Dari tabel 4.1 di atas secara umum terlihat bahwa nilai rata-rata

siswa mengalami peningkatan tiap siklus. Pada siklus I, nilai rata-rata

siswa sebesar 60,59. Pada siklus II, nilai rata-rata siswa mengalami

peningkatan sebesar 10,91 yaitu dari 60,59 pada siklus I menjadi 71,50

pada siklus II.


43

4.4 Pembahasan

Berdasarkan analisis data, pemberian tindakan pada siklus I

ternyata dapat mendorong siswa untuk dapat lebih memahami konsep

matematika dan meningkatkan kompetensi siswa. Hal ini terlihat dari

adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dari sebelumnya 56,45 pada refleksi

awal menjadi 60,59 pada siklus I. Walaupun demikian, nilai rata-rata siswa

belum sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sehingga masih harus

ditingkatkan lagi.

Belum tercapainya kriteria keberhasilan tersebut disebabkan oleh

beberapa kendala dan permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan

tindakan siklus I seperti yang telah dipaparkan pada hasil refleksi siklus I

sebelumnya. Kendala-kendala dan permasalahan tersebut diatasi dengan

melakukan tindakan perbaikan seperti yang telah dipaparkan pada hasil

refleksi siklus I. Perbaikan tindakan yang dilakukan misalnya: (1)

memberikan pertanyaan arahan agar siswa mampu memberikan argumentasi

secara logis, kritis, dan benar secara matematis, (2) dengan memberikan

dorongan kepada siswa yang sudah memahami masalah yang diberikan

untuk dapat memberikan bimbingan kepada teman anggota kelompoknya.

Untuk siswa yang enggan bertanya, guru mendekati siswa tersebut dan

mendorong siswa untuk mau mengungkapkan masalah yang dialami, dan (3)

dengan memberikan pertanyaan, petunjuk atau informasi yang dapat


44

dijadikan acuan dalam memahami masalah dan menyusun rencana

penyelesaian dari masalah matematika yang diberikan.

Berdasarkan perbaikan tindakan yang dilakukan, ternyata cukup

berhasil meningkatkan nilai rata-rata siswa. Nilai rata-rata siswa pada

siklus II adalah 71,50 atau meningkat sebesar 10,61 atau peningkatan

sebesar 18% dari siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa

telah memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu nilai rata-rata siswa SD

Saraswati Tabanan adalah 65.

Disamping itu, skor rata-rata aktivitas siswa terhadap penerapan

metode pembelajaran berdasarkan masalah ( problem posing ) adalah

sebesar 3,86 atau peningkatan sebesar 13%. Itu berarti aktivitas siswa

terhadap penerapan metode pembelajaran berdasarkan masalah ( problem

posing ) tergolong aktif.

Berdasarkan hasil tersebut, ternyata penerapan metode

pembelajaran berdasarkan masalah ( problem posing ) dapat meningkatkan

nilai-rata siswa kelas VC semester genap SD Saraswati Tabanan tahun

pelajaran 2012/2013. Dengan penerapan metode pembelajaran

berdasarkan masalah ( problem posing ), siswa dibiasakan untuk

melakukan diskusi yang mendalam mengenai konsep matematika yang

sedang dipelajari sehingga konsep tersebut akan dapat dipahami oleh

siswa dengan benar. Disamping itu, pembelajaran yang dilakukan dengan

menggunakan beberapa representasi juga akan memudahkan siswa untuk

memahami konsep matematika yang sedang dipelajari. Siswa juga


45

diarahkan untuk dapat memecahkan masalah-masalah matematika yang

pada dasarnya akan dapat meningkatkan kemampuan analisis, sintesis, dan

evaluasi sehingga dapat meningkatkan kompetensi matematika siswa.

Anda mungkin juga menyukai