Anda di halaman 1dari 32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian pada Siklus I


4.1.1 Permasalahan I
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al Wasliyah Gunting Saga tepatnya
kelas VII yang berjumlah 32 siswa. Masalah dalam penelitian ini yaitu
kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah terlihat pada hasil tes kemampuan
awal yang diberikan oleh peneliti kepada siswa kelas VII tersebut. Berdasarkan
hasil tes awal tersebut diperoleh hasil keterampilan siswa yang mampu untuk
merumuskan pokok-pokok permasalahan hanya 8 siswa (25%) termasuk dalam
kategori sangat rendah, siswa yang mampu untuk memberikan alasan hanya 10
siswa (31,25%) yang termasuk pada kategori sangat rendah, siswa yang mampu
untuk menyelesaikan masalah dengan beragam alternatif hanya 8 siswa (25%)
termasuk pada kategori sangat rendah, dan siswa yang mampu membuat
kesimpulan dengan jelas hanya 10 siswa (31,25%) termasuk kategori sangat
rendah.
Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada tes kemampuan awal
adalah 45,31% dengan 32 siswa yang tidak mampu berpikir kritis (nilai 70).
Sehingga nilai tersebut belum mencapai ketuntasan klasikal karena banyaknya
siswa yang tuntas (nilai 70) belum mencapai 85% dari banyaknya siswa
keseluruhan. Deskripsi distribusi kemampuan awal berpikir kritis siswa
dinyatakan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Interval Tingkat Kemampuan Banyak Persentase
No
Nilai Berpikir Kritis Siswa Siswa Jumlah Siswa
1 90 – 100 Sangat Kritis 0 0%
2 80 – 90 Kritis 0 0%
3 70 – 80 Cukup Kritis 7 22%
4 0 – 70 Tidak Kritis 25 78%
Jumlah 32 100%
Dari tabel diatas terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih
rendah. Dengan rincian terdapat 32 siswa yang mendapat nilai 70 yang
berkategori tidak kritis. Berdasarkan hasil jawaban siswa pada tes kemampuan
awal dengan indikator kemampuan berpikir kritis , permasalahan yang peneliti
dapatkan adalah sebagai berikut.
a. Dalam merumuskan pokok-pokok persoalan, siswa belum mampu
menyebutkan informasi dengan lengkap dalam soal.
b. Siswa tidak dapat memberikan alasan untuk memberikan argumen yang
benar.
c. Siswa tidak dapat menemukan langkah dengan beragam alternatif dalam
menyelesaikan soal.
d. Siswa belum mampu menarik kesimpulan yang benar berdasarkan
informasi yang telah diperoleh.
Inilah yang menjadi permasalahan untuk selanjutnya dilaksanakan pada
siklus I.

4.1.2 Perencanaan Tindakan I


Pada tahap ini peneliti membuat alternatif pemecahan masalah untuk
membantu siswa memahami materi dan aktif dalam proses pembelajaran. Adapun
alternatif pembelajaran yang digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan
model pembelajaran discovery learning. Adapun perencanaan yang dilakukan
dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Identifikasi Masalah Awal Siswa
No Permasalahan I Rencana tindakan siklus I
1 Siswa tidak dapat menentukan Menerapkan model pembelajaran
kemungkinan-kemungkinan yang dapat menyelesaikan
penyelesaian dari permasalahan permasalahan dengan berbagai
yang diberikan. kemungkinan yang ada.
2 Siswa masih belum bisa membuat Melatih siswa agar menuliskan
informasi yang lengkap tentang informasi lengkap atau merumuskan
permasalahan yang diberikan pokok-pokok permasalahan dari soal
yang diberikan.
3 Siswa belum dapat menyelesaikan Memberikan latihan pada siswa
soal secara tepat. dengan permasalahan yang bervariasi
sehingga pengalaman siswa
bertambah dengan cara penyelesaian
yang ada.
4 Pembelajaran yang masih Membuat proses pembelajaran dapat
berpusat kepada guru membuat siswa sebagai pusat
pembelajarannya seperti dengan cara
diskusi kelompok.

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, peneliti menyusun upaya-


upaya sebagai berikut :
1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berisikan
langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran yang menggunakan model
discovery learning.
2. Mempersiapkan sarana pendukung berlangsungnya kegiatan pembelajaran,
yaitu lembar kegiatan peserta didik (LKPD).
3. Mempersiapkan instrumen penilaian yang meliputi : (1) tes untuk melihat
bagaimana kemampuan berpikir kritis matematis siswa, (2) lembar
observasi kegiatan siswa dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran.

4.1.3 Pelaksanaan Tindakan I


Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan oleh peneliti yang bertindak sebagai
guru dalam proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Pembelajaran dilakukan di kelas VII MTs Al Wasliyah dan dilakukan
sebanyak 2 kali pertemuan dengan alokasi 4 jam pelajaran (4 x 40 menit). Materi
yang diajarkan adalah aritmatika sosial. Adapun sub materinya adalah
menentukan nilai unit, nilai keseluruhan dan banyak unit pada pertemuan ke-I
yang dilaksanakan pada hari Jum’at 26 Maret 2021, dan selanjutnya mengenai
harga jual, harga beli, untung dan rugi pada pertemuan ke-II dilaksanakan pada
hari Senin 29 Maret 2021. Sementara itu pada pertemuan selanjutnya dilakukan
tes kemampuan berpikir kritis matematis siklus I. Pelaksanaan tindakan I untuk
pertemuan I dan II tersusun atas skenario pembelajaran yang tertera di RPP,
kegiatan belajar mengajar terdiri dari tiga bagian, yaitu kegiatan awal, kegiatan
inti, dan penutup.
1. Kegiatan Awal
Sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model
discovery learning, maka kegiatan awal terdiri dari 1 fase, yaitu :
Fase I : Penyampaian tujuan dan mempersiapkan siswa.
Pada fase ini kegiatan yang dilakukan meliputi berdoa bersama,
mengabsen siswa, menanyakan siswa beberapa pertanyaan mengenai
kegiatan jual beli dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
Sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model
discovery learning, maka kegiatan inti terdiri dari 6 fase, yaitu :
a. Fase II : Stimulasi/Pemberian Rangsangan.
Pada fase ini guru mengajukan anjuran kepada siswa untuk membaca dan
memahami permasalahan pada lembar kegiatan peserta didik (LKPD).
b. Fase III : Identifikasi Masalah
Pada fase ini guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk
mengidentifikasi masalah yang diberikan.
c. Fase IV : Pengumpulan Data
Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan kegiatan yang telah diberikan untuk mendapatkan informasi.
d. Fase V : Pengolahan Data
Pada fase ini guru memantau kegiatan siswa dalam diskusi kelompok.
e. Fase VI : Pembuktian
Pada fase guru meminta siswa memeriksa secara cermat untuk
membuktikan apa yang telah dijawab oleh siswa.
f. Fase VII : Menarik Kesimpulan
Pada fase ini guru meminta siswa menyampaikan hasil temuan mereka
dari hasil pembuktian mereka.
3. Kegiatan Penutup
Pada kegiatan ini guru mengapresiasi masing-masing kelompok belajar.
Dan guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
Pada akhir tindakan, diberikan tes kemampuan berpikir kritis matematis
siswa pada siklus I pada materi aritmatika sosial.

4.1.4 Pengamatan/Pengumpulan Data I


a. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Pada saat pelaksanaan tindakan di siklus I, peneliti dan siswa diobservasi
oleh seorang guru matematika kelas VII MTs Al Wasliyah Gunting Saga.
Observasi dilakukan mulai dari awal pelaksanaan tindakan sampai akhir
pelaksanaan tindakan pembelajaran. Pada kegiatan ini, guru matematika
mengobservasi peneliti yang bertindak sebagai guru, dengan tujuan untuk
mengetahui apakah kondisi belajar mengajar sudah terlaksana sesuai dengan
skenario pembelajaran model discovery learning pada materi aritmatika sosial.
Berikut merupakan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran pada siklus I :
Tabel 4.3 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus I
Penilaian
No Aspek yang diamati Pertemuan Pertemuan
I II
Mengkondisikan situasi pembelajaran dan
1 kesiapan siswa untuk mengikuti proses 2 2
pembelajaran
2 Apersepsi 2 2
Merangsang minat atau rasa ingin tahu siswa
3 2 2
(motivasi)
Menyampaikan..tujuan dan indikator yang
4 2 2
ingin dicapai
Menggunakan media atau alat pembelajaran
5 2 2
sesuai dengan indikator bahan ajar
Deskripsi model pembelajaran discovery
6 2 3
learning
Memfokuskan perhatian siswa pada proses
7 2 2
pembelajaran
Teknik menjelaskan atau menyampaikan
8 2 2
materi
Pengelolaan KBM dengan model discovery
9 2 2
learning
Memberikan kesempatan kepada siswa
10 2 2
untuk bertanya dan menjawab
Antusiasme siswa terhadap jawaban yang
11 2 2
diberikan
Keterampilan menerangkan kembali atau
12 2 2
menyimpulkan materi pembelajaran
Kemampuan mengevaluasi pembelajaran
13 2 2
berdasarkan indikator yang ingin dicapai
Jumlah 26 27
Nilai 2,0 2,07
Kriteria Cukup Cukup
Nilai rata-rata 2,04
Kriteria Cukup

Hasil observasi peneliti pada siklus I, diperoleh jumlah nilai kemampuan


guru dalam mengelola pembelajaran pada pertemuan I adalah 2,0 dengan kriteria
cukup, dan 2,07 untuk pertemuan II dengan kriteria cukup. Berdasarkan hasil
observasi secara keseluruhan peneliti memperoleh nilai rata-rata 2,04 dengan
kriteria cukup. Karena kemampuan guru belum mencapai kriteria keberhasilan
yaitu kemampuan guru dalam pembelajaran dengan model discovery learning
minimal mencapai rentang 2,1 - 3,0 (berada dalam kategori baik) maka dapat
disimpulkan bahwa peneliti masih kurang maksimal dalam melaksanakan proses
pembelajaran menggunakan model discovery learning dan diperlukan perbaikan
pada siklus berikutnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan lagi, seperti :
1. Guru (peneliti) masih kurang dalam mengkondisikan proses pembelajaran
dan memotivasi siswa untuk bertanya ketika menghadapi kesulitan.
2. Guru (peneliti) masih kurang memusatkan perhatian siswa dalam
pembelajaran dan diskusi.
b. Hasil Observasi Siswa
Observasi ini bertujuan untuk melihat bagaimana aktivitas belajar siswa
selama proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning di
kelas VII MTs Al Wasliyah Gunting Saga pada siklus I. Hasil observasi siswa
dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 4.4 Hasil Observasi Siswa Siklus I
Penilaian
No Aspek yang diamati Pertemuan Pertemuan
I II
1 Antusiasme siswa saat apersepsi 1 1
2 Perhatian siswa kepada guru 1 1
3 Keaktifan siswa dalam bertanya 1 1
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
4 1 1
dengan model discovery learning
Kemampuan siswa dalam menyampaikan
5 1 1
pendapat atau kritik
6 Interaksi siswa saat diskusi kelompok 1 1
Ketertiban saat mengikuti proses
7 1 1
pembelajaran
Penampilan hasil kerja siswa dalam
8 1 1
kelompok atau presentasi
9 Pengerjaan evaluasi hasil pembelajaran 1 1
Jumlah 9 9
Nilai 1,0 1,0
Kriteria Kurang Kurang
Nilai rata-rata 1,0
Kriteria Kurang
Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa aktivitas siswa pada saat proses
pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning masih dikriteria
kurang. Hal ini terlihat dari penilaian yang diberikan observer yaitu 1,0 untuk
pertemuan I dan 1,0 untuk pertemuan II dengan nilai rata-rata 1,0. Menurut
observer aktivitas siswa sudah cukup baik. Namun, masih ada beberapa hal yang
harus diperhatikan lagi, seperti :
1. Beberapa siswa tidak memperhatikan temannya pada saat proses
mempresentasikan hasil diskusi.
2. Siswa masih takut dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan
teman.
Hasil observasi inilah yang akan menjadi bahan perbaikan dalam
melakukan pembelajaran pada siklus II.

4.1.4.1. Teknik Analisis Data


Reduksi Data
Reduksi bertujuan untuk mentransformasikan data yang diperoleh dari
lapangan ke dalam bentuk rangkuman. Hasil jawaban tes kemampuan berpikir
kritis I dilihat dari setiap indikator pada kemampuan berpikir kritis dapat
dideskripsikan sebagai berikut :
1. Kemampuan Merumuskan Pokok-pokok Permasalahan
Dilihat dari kemampuan siswa untuk merumuskan pokok-pokok
permasalahan dengan cara menyajikan informasi dari soal, terdapat 5
siswa atau 15,63% pada kategori kritis, 13 siswa atau 40,62% pada
kategori cukup kritis, dan 14 siswa atau 43,75% pada kategori tidak kritis.
Adapun rata-rata skor kemampuan siswa dalam merumuskan pokok-pokok
permasalahan adalah 65,63 berarti siswa rata-rata tidak kritis dalam
merumuskan pokok-pokok permasalahan. Tabel 4.5 merupakan tabel hasil
dari indikator merumuskan pokok-pokok permasalahan.

Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Merumuskan Pokok-Pokok


Permasalahan
Interval Tingkat Banyak Persentase Rata-rata
No
Nilai Kemampuan Siswa Banyak Kemampuan
Merumuskan Siswa Siswa
Pokok-pokok
Permasalahan
1 90-100 Sangat Kritis - -
2 80-90 Kritis 5 15,63%
65,63
3 70-80 Cukup Kritis 13 40,62%
4 0-70 Tidak Kritis 14 43,75%

2. Kemampuan Memberikan Alasan


Dilihat dari kemampuan memberikan alasan untuk menentukan solusi
suatu permasalahan sesuai dengan analisa siswa terdapat 15 siswa atau
46,88% pada kategori cukup kritis dan 17 siswa atau 53,12% pada
kategori tidak kritis. Adapun skor rata-rata kemampuan memberikan
alasan pada soal adalah 51,56, berarti siswa rata-rata tidak kritis dalam
memberikan alasan pada soal. Tabel 4.6 merupakan hasil dari indikator
memberikan alasan.
Tabel 4.6 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Memberikan Alasan
Tingkat
Persentase Rata-rata
Interval Kemampuan Banyak
No Banyak Kemampuan
Nilai Memberikan Siswa
Siswa Siswa
Alasan
1 90-100 Sangat Kritis - -
2 80-90 Kritis - -
51,56
3 70-80 Cukup Kritis 15 46,88%
4 0-70 Tidak Kritis 17 53,12%

3. Kemampuan Menyelesaikan Soal dengan Beragam Alternatif


Dilihat dari kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal dengan beragam
alternatif terdapat 14 siswa atau 43,75% pada kategori cukup kritis dan 18
siswa atau 56,25% pada kategori tidak kritis. Adapun rata-rata skor
menyelesaikan soal dengan beragam alternatif adalah 48,44 yang berarti
siswa tidak kritis dalam menyelesaikan soal dengan beragam alternatif.
Tabel 4.7 merupakan hasil dari indikator menyelesaikan masalah dengan
beragam alternatif.
Tabel 4.7 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Masalah dengan
Beragam Alternatif
Tingkat
Kemampuan
Menyelesaikan Persentase Rata-rata
Interval Banyak
No Masalah Banyak Kemampuan
Nilai Siswa
Dengan Siswa Siswa
Beragam
Alternatif
1 90-100 Sangat Kritis - -
2 80-90 Kritis - -
48,44
3 70-80 Cukup Kritis 14 43,75%
4 0-70 Tidak Kritis 18 56,25%

4. Kemampuan Menarik Kesimpulan dengan Jelas dan Logis


Dilihat dari kemampuan menarik kesimpulan dengan jelas terdapat 4 siswa
atau 12,50% pada kategori kritis, 11 siswa atau 34,38% pada kategori
cukup kritis dan 17 siswa atau 53,12% pada kategori tidak kritis. Adapun
rata-rata skor menarik kesimpulan dengan jelas dan logis adalah 48,83,
yang berarti siswa tidak kritis dalam menarik kesimpulan dengan jelas dan
logis. Tabel 4.8 merupakan hasil dari indikator menarik kesimpulan
dengan jelas dan logis.
Tabel 4.8 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menarik Kesimpulan dengan
Jelas dan Logis
Tingkat
Kemampuan
Persentase Rata-rata
Interval Menarik Banyak
No Banyak Kemampuan
Nilai Kesimpulan Siswa
Siswa Siswa
Dengan Jelas
dan Logis
1 90-100 Sangat Kritis - -
2 80-90 Kritis 4 12,50%
48,83
3 70-80 Cukup Kritis 11 34,38%
4 0-70 Tidak Kritis 17 53,12%
Berdasarkan rata-rata kemampuan siswa pada setiap indikator kemampuan
berpikir kritis disajikan dalam bentuk diagram batang, maka hasilnya pada gambar
4.1:
Nilai; Nilai; Nilai; Nilai; Menarik
Merumuskan Kemampuan Menyelesaikan kesimpulan
pokok-pokok memberikan masalah dengan jelas
permasalahan; alasan; 51,56 dengan dan logis; 48,83
65,63 beragam
alternatif; 48,44

Gambar 4.1 Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Klasikal Siklus I

Secara keseluruhan hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I
disajikan dalam bentuk tabel (Lampiran..), dimana ada sebanyak 14 siswa
(43,75%) yang memiliki kemampuan cukup kritis dan 18 siswa (56,25%) berada
pada kategori tidak kritis. Dari hasil tersebut terlihat bahwa 14 siswa dari 32 siswa
yang telah mencapai standar berpikir kritis yang ditargetkan, yaitu siswa yang
memperoleh nilai ≥ 70.

4.1.5 Refleksi I
Berdasarkan hasil analisis data dari tes kemampuan berpikir kritis siswa
menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas adalah 54,48 dengan nilai tertinggi
adalah 79,17 dan terendah adalah 20,83. Ini diakibatkan banyak siswa masih
kurang mampu untuk menuliskan informasi yang terdapat dalam soal dan
memberikan alasan yang tepat, siswa juga masih kurang dalam mencari beberapa
alternatif penyelesaian dan masih kurang dalam menyimpulkan penyelesaian yang
dilakukan.
Adapun jumlah siswa yang dikatakan tuntas atau berada pada minimal
kategori cukup kritis 14 siswa dengan persentase siswa yang telah mampu berpikir
kritis 43,75%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa
dalam menyelesaikan soal-soal setelah diterapkannya model discovery learning
telah mengalami peningkatan. Namun karena belum tercapainya kriteria
keberhasilan yang direncanakan pada bab III yakni terdapat 85% atau lebih siswa
yang telah mampu berpikir kritis maka penelitian ini berlanjut pada siklus II.
Tabel 4.9 Hasil Penelitian Siklus I
Kriteria
Aspek Hasil Keterangan
Keberhasilan
Kemampuan 80% dari jumlah Terdapat 43,75% Kemampuan
Berpikir Kritis siswa memiliki siswa pada belum memenuhi
Siswa kemampuan kategori minimal kriteria
berpikir kritis cukup kritis keberhasilan
pada kategori maka berlanjut
cukup yaitu ke siklus II
minimal nilai ≥ 70

Proses belajar Proses belajar Proses Belum memenuhi


mengajar mengajar pelaksanaan kriteria
sekurang- pembelajaran keberhasilan
kurangnya baik masih pada maka berlanjut
terlihat pada hasil kategori cukup ke siklus II
observasi terhadap
guru pada siklus I
ke siklus
selanjutnya.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat semua aspek belum memenuhi


kriteria keberhasilan. Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya
dengan memperhatikan refleksi dan memperbaiki kekurangan dan kelemahan
dalam kegiatan pembelajaran yang terjadi pada siklus I.
4.2 Pelaksanaan dan Hasil Penelitian pada Siklus II
4.2.1 Permasalahan II
Akibat belum tercapainya tujuan dari penelitian ini dan masih terdapat
aspek yang harus diperbaiki dalam kegiatan pembelajaran, maka dilakukanlah
siklus II oleh peneliti. Dengan harapan pada pembelajaran siklus II ini,
kemampuan berpikir kritis siswa dapat lebih meningkat sesuai indikator
keberhasilan yang ditetapkan peneliti di Bab III.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai permasalahan II dan rencana
tindakan II yang dilakukan oleh peneliti, yaitu :
1. Dalam menjawab soal, siswa masih kurang mampu untuk menuliskan
informasi yang terdapat di dalam soal.
2. Proses pembelajaran kurang memusatkan perhatian siswa.
3. Siswa masih kurang mampu menganalisa dan memberikan kesimpulan
terhadap suatu masalah.

4.2.2 Perencanaan Tindakan II


Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I terlihat bahwa pembelajaran belum
berhasil. Hal tersebut terjadi karena pada siklus I masih terdapat permasalahan-
permasalahan yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan maksimal.
Pada tahap ini, peneliti membuat rencana tindakan II untuk mengatasi kekurangan
dan kegagalan pembelajaran selama siklus I. Rencana tindakan yang akan
dilakukan pada tahap ini yaitu :
Tabel 4.10 Identifikasi Permasalahan pada Siklus II
No Permasalahan II Rencana Tindakan II
1 Dalam menjawab soal, siswa Selama pembahasan lembar kegiatan
masih kurang mampu untuk peserta didik (LKPD) peneliti
menuliskan informasi yang menyuruh siswa untuk menuliskan
terdapat di dalam soal. informasi yang ada pada soal dengan
cara menganalisis apa-apa saja yang
terdapat didalamnya.
2 Proses pembelajaran kurang Pada awal pembelajaran guru
memusatkan perhatian siswa. memberikan video pembelajaran
kepada siswa, dan memberikan reward
kepada siswa yang aktif dalam diskusi
dan siswa yang memiliki skor tertinggi
saat tes akhir siklus.
3 Siswa masih kurang mampu Peneliti mengingatkan siswa dalam
menganalisa dan memberikan menyelesaikan soal selalu memberikan
kesimpulan terhadap suatu kesimpulan di akhir penyelesaian
masalah. sesuai dengan indikator kemampuan
berpikir kritis.

4.2.3 Pelaksanaan Tindakan II


Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali
pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 2 dan 5 April 2021 dengan
alokasi 4 jam pelajaran (4 x 40 menit). Pemberian tindakan II dilaksanakan sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah disusun, dimana peneliti bertindak
sebagai guru di dalam kelas. Adapun kegiatan pembelajaran dilakukan secara
umum adalah sebagai berikut :
a. Pertemuan I
Sama seperti pelaksanaan tindakan pada siklus I, pada tahap pelaksanaan
tindakan siklus II, tindakan yang dilakukan adalah melakukan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Materinya
mengenai diskon dan pajak. Guru memberikan LKPD 3 sebagai bahan diskusi dan
beberapa soal essay sebagai latihan soal. Di akhir pertemuan, seperti biasa guru
dengan siswa membahas hasil diskusi.
b. Pertemuan II
Pelaksanaan tindakan siklus II untuk pertemuan II tidak jauh berbeda
dengan tindakan pada pertemuan I. guru melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan RPP untuk pertemuan kedua dengan menggunakan model discovery
learning. Perbedaan pelaksanaan tindakan pada pertemuan I dan pertemuan II
adalah pada materi pembelajaran. Pada pertemuan II di siklus II, guru melanjutkan
materi pembelajaran dari pertemuan sebelumnya yaitu tentang bruto, netto dan
tara. Pada pertemuan II, guru memberikan LKPD 4 sebagai bahan diskusi dan
beberapa soal latihan. Di akhir pertemuan II, seperti biasa guru dan siswa
membahas hasil diskusi. Pada akhir tindakan, diberikan tes kemampuan berpikir
kritis matematis siswa pada siklus II pada materi aritmatika sosial.
4.2.4 Pengamatan/Pengumpulan Data II
a. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran II
Sama halnya pada siklus I, observasi atau pengamatan dilakukan oleh
seorang guru matematika kelas VII MTs Al Wasliyah Gunting Saga. Observasi
dilakukan mulai dari awal pelaksanaan tindakan sampai akhir pelaksanaan
tindakan pembelajaran. Berikut merupakan hasil observasi guru pada siklus II :
Tabel 4.11 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus II
Penilaian
No Aspek yang diamati Pertemuan Pertemuan
III IV
Mengkondisikan situasi pembelajaran dan
1 kesiapan siswa untuk mengikuti proses 3 3
pembelajaran
2 Apersepsi 2 3
Merangsang minat atau rasa ingin tahu siswa
3 3 3
(motivasi)
Menyampaikan tujuan dan indikator yang
4 3 3
ingin dicapai
Menggunakan media atau alat pembelajaran
5 3 3
sesuai dengan indikator bahan ajar
Deskripsi model pembelajaran discovery
6 3 4
learning
Memfokuskan perhatian siswa pada proses
7 2 3
pembelajaran
Teknik menjelaskan atau menyampaikan
8 3 3
materi
Pengelolaan KBM dengan model discovery
9 3 3
learning
Memberikan kesempatan kepada siswa
10 3 3
untuk bertanya dan menjawab
11 Antusiasme siswa terhadap jawaban yang 3 3
diberikan
Keterampilan menerangkan kembali atau
12 2 3
menyimpulkan materi pembelajaran
Kemampuan mengevaluasi pembelajaran
13 3 3
berdasarkan indikator yang ingin dicapai
Jumlah 36 40
Nilai 2,76 3,07
Kriteria Baik Baik
Nilai rata-rata 2,92
Kriteria Baik

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai kemampuan guru dalam


mengelola pembelajaran dengan model discovery learning pada pertemuan III
adalah 2,76 dengan kategori baik. Selanjutnya pada pertemuan IV nilai
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah 3,07 dengan kategori
baik. Berdasarkan hasil observasi secara keseluruhan rata-rata kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran siklus II adalah 2,92 dengan kategori baik. Karena
nilai rata-rata guru dalam mengelola pembelajaran dengan model discovery
learning pada siklus II sebesar 2,92 (dengan kategori baik) maka kriteria
keberhasilan guru dalam mengelola pembelajaran dengan model discovery
learning sudah tercapai.

b.Hasil Observasi Siswa II


Observasi ini bertujuan untuk melihat bagaimana aktivitas belajar siswa
selama proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning di
kelas VII MTs Al Wasliyah Gunting Saga pada siklus II. Hasil observasi aktivitas
siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.12 Hasil Observasi Siswa Siklus II
Penilaian
No Aspek yang diamati Pertemuan Pertemuan
III IV
1 Antusiasme siswa saat apersepsi 2 3
2 Perhatian siswa kepada guru 2 2
3 Keaktifan siswa dalam bertanya 2 2
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
4 2 2
dengan model discovery learning
Kemampuan siswa dalam menyampaikan
5 2 2
pendapat atau kritik
6 Interaksi siswa saat diskusi kelompok 2 3
Ketertiban saat mengikuti proses
7 3 3
pembelajaran
Penampilan hasil kerja siswa dalam
8 2 3
kelompok atau presentasi
9 Pengerjaan evaluasi hasil pembelajaran 2 2
Jumlah 19 22
Nilai 2,11 2,44
Kriteria Baik Baik
Nilai rata-rata 2,28
Kriteria Baik

Berdasarkan hasil observasi siswa pada siklus II, nilai rata-rata yang
diperoleh yaitu 2,28 termasuk dalam kriteria baik sehingga diperoleh bahwa
pelaksanaan kegiatan belajar yang mereka ikuti telah mengalami peningkatan dan
sudah mencapai kriteria aktivitas siswa dalam kategori baik.

4.2.4.1 Teknik Analisis Data


Reduksi Data
Berdasarkan hasil jawaban yang diberikan pada tes kemampuan berpikir kritis
matematis siswa II yang diberikan pada 32 siswa yang terdiri dari 2 soal.
Berdasarkan hasil reduksi data diperoleh :
1. Kemampuan Merumuskan Pokok-pokok Permasalahan
Dilihat dari kemampuan siswa untuk merumuskan pokok-pokok
permasalahan dengan cara menyajikan informasi dari soal, terdapat 9
siswa atau 28,12% pada kategori kritis, 19 siswa atau 59,38% pada
kategori cukup kritis, dan 4 siswa atau 12,50% pada kategori tidak kritis.
Adapun rata-rata skor kemampuan siswa dalam merumuskan pokok-pokok
permasalahan adalah 76,56 berarti siswa rata-rata cukup kritis dalam
merumuskan pokok-pokok permasalahan. Tabel 4.13 merupakan tabel
hasil dari indikator merumuskan pokok-pokok permasalahan.
Tabel 4.13 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Merumuskan Pokok-Pokok
Permasalahan
Tingkat
Kemampuan Persentase Rata-rata
Interval Banyak
No Merumuskan Banyak Kemampuan
Nilai Siswa
Pokok-pokok Siswa Siswa
Permasalahan
1 90-100 Sangat Kritis - -
2 80-90 Kritis 9 28,12%
76,56
3 70-80 Cukup Kritis 19 59,38%
4 0-70 Tidak Kritis 4 12,50%

2. Kemampuan Memberikan Alasan


Dilihat dari kemampuan memberikan alasan untuk menentukan solusi
suatu permasalahan sesuai dengan analisa siswa terdapat 2 siswa atau
6,25% pada kategori kritis, 22 siswa atau 68,75% pada kategori cukup
kritis dan 8 siswa atau 25% pada kategori tidak kritis. Adapun skor rata-
rata kemampuan memberikan alasan pada soal adalah 70,31, berarti siswa
rata-rata cukup kritis dalam memberikan alasan pada soal. Tabel 4.14
merupakan hasil dari indikator memberikan alasan.
Tabel 4.14 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Memberikan Alasan
Tingkat
Persentase Rata-rata
Interval Kemampuan Banyak
No Banyak Kemampuan
Nilai Memberikan Siswa
Siswa Siswa
Alasan
1 90-100 Sangat Kritis - -
2 80-90 Kritis 2 6,25%
70,31
3 70-80 Cukup Kritis 22 68,75%
4 0-70 Tidak Kritis 8 25%
3. Kemampuan Menyelesaikan Soal dengan Beragam Alternatif
Dilihat dari kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal dengan beragam
alternatif terdapat 23 siswa atau 71,88% pada kategori cukup kritis dan 9
siswa atau 28,12% pada kategori tidak kritis. Adapun rata-rata skor
menyelesaikan soal dengan beragam alternatif adalah 67,18 yang berarti
siswa cukup kritis dalam menyelesaikan soal dengan beragam alternatif.
Tabel 4.15 merupakan hasil dari indikator menyelesaikan masalah dengan
beragam alternatif.
Tabel 4.15 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Masalah
dengan Beragam Alternatif
Tingkat
Kemampuan
Menyelesaikan Persentase Rata-rata
Interval Banyak
No Masalah Banyak Kemampuan
Nilai Siswa
Dengan Siswa Siswa
Beragam
Alternatif
1 90-100 Sangat Kritis - -
2 80-90 Kritis - -
67,18
3 70-80 Cukup Kritis 23 71,88%
4 0-70 Tidak Kritis 9 28,12%

4. Kemampuan Menarik Kesimpulan dengan Jelas dan Logis


Dilihat dari kemampuan menarik kesimpulan dengan jelas terdapat 26
siswa atau 75% pada kategori cukup kritis dan 6 siswa atau 25% pada
kategori tidak kritis. Adapun rata-rata skor menarik kesimpulan dengan
jelas dan logis adalah 71,09 yang berarti siswa cukup kritis dalam
menarik kesimpulan dengan jelas dan logis. Tabel 4.16 merupakan hasil
dari indikator menarik kesimpulan dengan jelas dan logis.
Tabel 4.16 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menarik Kesimpulan dengan
Jelas dan Logis
Interval Tingkat Banyak Persentase Rata-rata
No
Nilai Kemampuan Siswa Banyak Kemampuan
Menarik Siswa Siswa
Kesimpulan
Dengan Jelas
dan Logis
1 90-100 Sangat Kritis - -
2 80-90 Kritis - -
71,09
3 70-80 Cukup Kritis 26 75%
4 0-70 Tidak Kritis 6 25%

Berdasarkan rata-rata kemampuan siswa pada setiap indikator kemampuan


berpikir kritis disajikan dalam bentuk diagram batang, maka hasilnya pada gambar
4.2:
Nilai; Nilai;
Merumuska Menarik
n pokok- Nilai; kesimpulan
pokok Kemampuan Nilai;
Menyelesaik dengan jelas
permasalaha memberikan dan logis;
n; 76,56 alasan; an masalah
dengan 71,09
70,31
beragam
alternatif;
67,18

Gambar 4.2 Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Klasikal Siklus II


Dari tes kemampuan berpikir kritis matematis II, diperoleh bahwa
penguasaan siswa terhadap materi aritmatika sosial sudah meningkat dari siklus
sebelumnya. Dari data tersebut diperoleh bahwa dari 32 siswa, 26 siswa (81,25%)
telah mencapai tingkat ketuntasan sedangkan 6 orang siswa (18,75%) belum
mencapai ketuntasan. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada tes kemampuan
berpikir kritis matematis II yaitu 73,34. Hal ini berarti bahwa kemampuan siswa
pada tes kemampuan berpikir kritis matematis II meningkat sebesar 18,86 dari tes
kemampuan berpikir kritis matematis I (54,48).
Sedangkan dari hasil observasi diperoleh bahwa guru telah mampu
meningkatkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan model discovery
learning. Berdasarkan hasil analisis data, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan siswa dalam berpikir kritis telah mengalami peningkatan dan
mencapai apa yang diharapkan. Untuk melihat perbandingan dari siklus I dengan
siklus II dari tabel berikut :
Tabel 4.17 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Berpikir Kritis Matematis
Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Aspek kemampuan Siklus I Siklus II Peningkatan
Merumuskan pokok-pokok permasalahan 65,63 76,56 10,93
Memberikan alasan 51,56 70,31 21,88
Menyelesaikan masalah dengan beragam
48,44 67,18 25
alternatif
Menarik kesimpulan dengan jelas dan
48,83 71,09 22,26
logis
Nilai rata-rata kelas 54,48 73,34 18,86
Ketuntasan Klasikal 43,75% 81,25% 37,50%
Observasi Guru 2,04 2,92 0,88
Observasi Siswa 1,0 2,28 1,28

Nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara klasikal terhadap langkah-


langkah berpikir kritis matematis pada setiap tes kemampuan berpikir kritis
matematis I dan tes kemampuan berpikir kritis matematis II mengalami
peningkatan. Berikut ini deskripsi mengenai langkah-langkah berpikir kritis
matematis siswa :
Merumuskan Memberikan Menyelesaikan Menarik
pokok-pokok alasan masalah kesimpulan
permasalahan dengan dengan jelas
beragam dan logis
alternatif
Siklus I 65,63 51,56 48,44 48,83
Siklus II 76,56 70,31 67,18 71,09

Gambar 4.3 Deskripsi Peningkatan Nilai Rata-Rata Tes Kemampuan Pada


Siklus I dan Siklus II Tiap Indikator

4.2.5 Refleksi II
Dari hasil observasi pada siklus II dapat disimpulkan telah terjadi
perubahan yang baik, karena siswa sudah mampu menuliskan informasi yang ada
pada soal sehingga dapat dikerjakan berdasarkan indikator kemampuan berpikir
kritis dan mampu menyimpulkan setiap penyelesaian dari suatu permasalahan.
Sedangkan dari analisis tes kemampuan berpikir kritis II yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
Peningkatan ini terjadi setelah diterapkan model discovery learning yang
dirancang pada siklus II dengan beracuan pada siklus I. berdasarkan hasil analisis
data atau hasil tes yang dapat disimpulkan :
1. Bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang
dapat dilihat dari kemampuan rata-rata siswa pada siklus I masih
tergolong tidak kritis meningkat pada siklus II menjadi kategori kritis.
2. Terjadi peningkatan persentase ketuntasan klasikal dari hasil tes
kemampuan berpikir kritis dengan rata-rata nilai siswa siklus I adalah
54,48 meningkat menjadi 73,34 pada siklus II.
3. Terjadi peningkatan pada proses pelaksanaan pembelajaran siswa
dalam kemampuan berpikir kritis dari siklus I yaitu 2,04 (cukup)
meningkat menjadi 2,92 (baik).
Tabel 4.18 Hasil Penelitian Siklus II
Kriteria
Aspek Hasil Keterangan
Keberhasilan
Kemampuan 80% dari jumlah Terdapat 81,25% Siklus berhenti
Berpikir Kritis siswa memiliki siswa pada karena indikator
Siswa kemampuan kategori minimal keberhasilan
berpikir kritis cukup kritis sudah tercapai
pada kategori
cukup yaitu
minimal nilai ≥ 70

Proses belajar Proses belajar Proses Siklus berhenti


mengajar mengajar pelaksanaan karena indikator
sekurang- pembelajaran keberhasilan
kurangnya baik sudah pada sudah tercapai
terlihat pada hasil kategori baik.
observasi terhadap
guru pada siklus I
ke siklus
selanjutnya.

Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa semua aspek sudah


mencapai kriteria keberhasilan yaitu aspek kemampuan berpikir kritis siswa dan
proses pelaksanaan pembelajaran. Karena indikator keberhasilan pada penelitian
ini telah tercapai, maka tujuan dari penelitian ini telah tercapai sehingga
pembelajaran diberhentikan dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Dengan
demikian berdasarkan hasil observasi dan tes kemampuan berpikir kritis siswa
dapat disimpulkan bahwa penerapan model discovery learning dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada materi aritmatika
sosial kelas VII MTs Al Wasliyah Gunting Saga.

4.3Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada tes
kemampuan awal diperoleh nilai rata-rata tes dari 45,31 meningkat menjadi 54,48
pada siklus I dan meningkat menjadi 73,34 pada siklus II. Persentase siswa yang
telah mampu berpikir kritis dari 21,88% pada tes kemampuan awal meningkat
menjadi 43,75% pada siklus I dan meningkat menjadi 81,25% pada siklus II.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.19:

Tabel 4.19 Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siklus


Interval Tingkat Kemampuan Berpikir
Awal Siklus I Siklus II
Nilai Kritis Siswa
90-100 Sangat Kritis - - -
80-90 Kritis - - 2
70-80 Cukup Kritis 7 14 24
0-70 Tidak Kritis 25 18 6
32 32 32
Rata-rata Kelas 43,51 54,48 73,34

Hasil tes dapat disajikan dengan grafik paga gambar 4.4


Chart Title

Awal Siklus I Siklus II


Nilai rata-rata 43,51 54,48 73,34

Gambar 4.4 Grafik Nilai Rata-Rata Tes Kemampuan Berpikir Kritis Setiap
Siklus

Kemampuan siswa dalam merumuskan pokok-pokok permasalahan pada


soal dengan menuliskan yang diketahui dan ditanya pada siklus I diperoleh nilai
rata-rata sebesar 65,63 dan pada siklus II sebesar 76,56 dengan peningkatan 10,93.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.20.

Tabel 4.20 Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siklus Indikator


Merumuskan Pokok-Pokok Permasalahan
Interval Tingkat Kemampuan Berpikir
Siklus I Siklus II
Nilai Kritis Siswa
90-100 Sangat Kritis - -
80-90 Kritis 5 9
70-80 Cukup Kritis 13 19
0-70 Tidak Kritis 14 4
32 32
Rata-rata Kelas 65,63 76,56

Hasil tersebut disajikan dalam grafik pada gambar 4.5


Chart Title
Nilai rata-rata;
Siklus II; 76,56

Nilai rata-rata;
Siklus I; 65,63

Gambar 4.5 Grafik Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siklus


Indikator Merumuskan Pokok-Pokok Permasalahan

Kemampuan memberikan alasan pada siklus I sebesar 51,56 dan pada


siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 70,31 dengan peningkatan sebesar 18,75.
Lebih jelasnya diperhatikan pada tabel 4.21.

Tabel 4.21 Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siklus Indikator


Memberikan Alasan
Interval Tingkat Kemampuan Berpikir
Siklus I Siklus II
Nilai Kritis Siswa
90-100 Sangat Kritis - -
80-90 Kritis - 2
70-80 Cukup Kritis 15 22
0-70 Tidak Kritis 17 8
32 32
Rata-rata Kelas 51,56 70,31

Hasil tersebut disajikan dalam grafik pada gambar 4.6


Nilai rata-rata
Nilai rata-
rata; Siklus II;
70,31
Nilai rata-
rata; Siklus I;
51,56

Gambar 4.6 Grafik Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siklus


Indikator Memberikan Alasan

Kemampuan menyelesaikan masalah dengan beragam alternatif pada


siklus I sebesar 48,44 dan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 67,18
dengan peningkatan sebesar 18,74. Lebih jelasnya diperhatikan pada tabel 4.22.

Tabel 4.22 Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siklus Indikator


Menyelesaikan Masalah dengan Beragam Alternatif
Interval Tingkat Kemampuan Berpikir
Siklus I Siklus II
Nilai Kritis Siswa
90-100 Sangat Kritis - -
80-90 Kritis - -
70-80 Cukup Kritis 14 23
0-70 Tidak Kritis 18 9
32 32
Rata-rata Kelas 48,44 67,18

Hasil tersebut disajikan dalam grafik pada gambar 4.7


Nilai rata-rata
Nilai rata-
rata; Siklus II;
67,18
Nilai rata-
rata; Siklus I;
48,44

Gambar 4.7 Grafik Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siklus


Indikator Menyelesaikan Masalah Dengan Beragam Alternatif

Kemampuan menarik kesimpulan dengan jelas dan logis pada siklus I


sebesar 48,83 dan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 71,09 dengan
peningkatan sebesar 22,26. Lebih jelasnya diperhatikan pada tabel 4.23.
Tabel 4.23 Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siklus Indikator
Menarik Kesimpulan dengan Jelas dan Logis
Interval Tingkat Kemampuan Berpikir
Siklus I Siklus II
Nilai Kritis Siswa
90-100 Sangat Kritis - -
80-90 Kritis 4 -
70-80 Cukup Kritis 11 26
0-70 Tidak Kritis 17 6
32 32
Rata-rata Kelas 48,83 71,09

Hasil tersebut disajikan dalam grafik pada gambar 4.8


Nilai rata-rata
Nilai rata-rata;
Siklus II; 71,09

Nilai rata-rata;
Siklus I; 48,83

Gambar 4.8 Grafik Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siklus


Indikator Menarik Kesimpulan dengan Jelas dan Logis

Hasil penelitian setelah diberi tindakan yang dilaksanakan dalam 2 siklus


untuk melihat kemampuan berpikir kritis matematis siswa yaitu pada siklus I
pembelajaran siswa dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat dalam
pelaksanaan pembelajaran siswa diberi LKPD untuk menuntun siswa mengetahui
materi yang sedang dipelajari dan setelah pembelajaran selesai siswa diminta
untuk menyimpulkan sendiri apa yang diketahuinya saat pembelajaran
berlangsung. Siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuan, setelah menyelesaikan
siklus I diakhir pertemuan siswa diberi tes untuk mengukur kemampuan berpikir
kritis matematis dengan diberi soal cerita yang sesuai dengan indikator dari
berpikir kritis. Hasil dari pelaksanaan siklus I yaitu pada pembelajaran masih ada
siswa yang tidak fokus dan tidak memperhatikan temannya, dan siswa masih
kurang aktif dalam proses diskusi. Dari hasil tes kemampuan berpikir kritis
matematis siswa masih kurang mampu untuk menuliskan informasi yang terdapat
di dalam soal, siswa belum dapat menyelesaikan soal dengan beragam alternatif
penyelesaian, dan siswa masih kurang mampu memberikan kesimpulan terhadap
suatu masalah.
Setelah diperoleh hasil dari siklus I, maka dapat dilihat permasalahan apa
saja yang belum terselesaikan dalam proses pembelajaran ataupun pada saat
pemberian tes kemampuan berpikir kritis matematis. Pada siklus II pembelajaran
yang belum kondusif yang mengakibatkan siswa tidak fokus dan tidak
memperhatikan temannya diatasi dengan pemberian video pembelajaran diawal
saat pembelajaran akan dimulai, sehingga siswa terfokus dengan materi yang akan
dipelajari. Siswa yang masih kurang aktif dalam proses diskusi diatasi dengan
pemberian penghargaan kepada kelompok yang aktif diskusi, sehingga siswa
mempunyai rasa ingin menang dan diskusi berjalan dengan lancar yang akan
membuat siswa lebih menguasai materi yang diajarkan dan siswa yang memiliki
skor tertinggi pada tes diakhir siklus. Penambahan media pembelajaran juga
membantu untuk menarik perhatian siswa dalam pembelajaran. Contohnya pada
siklus II terdapat materi bruto, netto dan tara, pada pembelajaran materi tersebut
guru meminta siswa membawa satu barang seperti bungkus kemasan dari
makanan atau minuman yang ada terdapat tulisan bruto, netto dan tara. Hasil tes
kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang belum menguasai bagaimana
merumuskan pokok-pokok permasalahan, belum dapat menyelesaikan soal
dengan berbagai penyelesaian dan siswa kurang mampu dalam memberikan
kesimpulan diatasi dengan penambahan soal-soal latihan yang dapat menuntun
siswa lebih mengetahui proses berpikir kritis, soal tersebut ditambah dalam LKPD
3 dan 4.
Peningkatan indikator kemampuan berpikir kritis matematis yaitu
merumuskan pokok-pokok permasalahan dari siklus I ke sikulus II mengalami
peningkatan dari siklus I siswa yang tuntas dalam merumuskan pokok-pokok
permasalahan ada 18 siswa (56,25%) di siklus II meningkat menjadi 28 siswa
(87,50%). kemampuan memberikan alasan juga mengalami peningkatan dari 15
siswa (46,87%) meningkat menjadi 25 siswa (78,12%), kemampuan
menyelesaikan masalah dengan beragam alternatif mengalami peningkatan dari 14
siswa (43,75%) meningkat menjadi 23 siswa (71,87%), dan kemampuan menarik
kesimpulan dengan jelas dan logis meningkat dari 15 siswa (46,87%) menjadi 26
siswa (81,25%).
Dari 4 indikator berpikir kritis matematis yang memiliki nilai rata-rata
paling rendah adalah indikator kemampuan menyelesaikan masalah dengan
beragam alternatif. Karena dalam menyelesaikan soal siswa hanya terfokus sama
satu cara penyelesaian, sangat jarang siswa berpikir untuk menyelesaikan soal
dengan cara yang berbeda dari yang lainnya. Maka dari itu guru sebaiknya
mengajarkan kepada siswa berbagai contoh cara penyelesaian soal.
Indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian ini juga terjadi
peningkatan perkembangan kognitif anak. Hasil pada penelitian ini menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir anak dapat meningkat melalui model discovery
learning dalam pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan 2 siklus.
Discovery learning secara keseluruhan terbukti efektif dalam meningkatkan
prestasi perkembangan kognitif anak. Ini dapat dilihat dari tindakan pada siklus I
dan siklus II terjadi peningkatan perkembangan kognitif anak yang baik. Adapun
teori yang mendukung model discovery learning yaitu teori kontruktivisme, teori
piaget dan teori bruner. Dalam teori kontruktivisme, siswa harus menemukan dan
mengubah informasi kompleks sendiri, serta membangun pengetahuan sendiri dari
apa yang ditemukannya, dalam teori piaget perkembangan kognitif sangat penting
dalam proses belajar dan dalam teori bruner siswa harus belajar aktif dengan
konsep dan prinsip untuk mendapatkan pengalaman mereka sendiri. Inilah yang
dimaksud dengan memperoleh pengetahuan dengan belajar penemuan. Bentuk
penemuan yang dimaksud adalah sesuatu yang sederhana, namun memiliki makna
dengan kehidupan para siswa itu sendiri. Pembelajaran dengan model discovery
learning lebih menekankan pada penemuan jawaban atas masalah yang direkayasa
oleh guru.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas menunjukkan
bahwa penerapan model discovery learning dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa. Model discovery learning adalah suatu model
pembelajaran yang memberikan peluang kepada siswa untuk berdiskusi dan
bertukar pikiran dengan teman sekelompoknya untuk menemukan penyelesaian
dari masalah yang diberikan dengan bimbingan yang diterima dari guru. Model
discovery learning merupakan model dimana siswa menentukan sendiri apa
informasi yang dapat mereka terima dari suatu permasalahan. Berpikir kritis
diperlukan untuk mengevaluasi kebenaran (menyelesaikan) dari soal yang
diberikan.
Untuk memperkuat hasil penelitian, peneliti membandingkan dengan
penelitian terdahulu yang relevan yang dilakukan oleh :
Syarifah Suhayya (2016) dalam Skripsi yang berjudul “Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa melalui Penerapan Model Discovery Learning pada Materi
Bangun Ruang di Kelas VIII SMPN 15 Banda Aceh” menarik kesimpulan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa melalui model discovery learning pada materi
kubus dan balok dapat dikatakan siswa sangat menguasai (SM) dalam
mengevaluasi dengan persentase 89,0625%, menguasai (M) dalam
mengidentifikasi dengan persentase 74,6875%, sangat menguasai (SM) dalam
menganalisis dengan persentase 87,5% dan menguasai (M) dalam memecahkan
masalah dengan persentase 75,3125% serta melalui model discovery learning
pada materi kubus dan balok siswa dapat mencapai taraf berhasil dengan rata-rata
79,5. Dengan demikian, bahwa penerapan model discovery learning terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa dapat mencapai taraf berhasil. Dan ada 9
penelitian terdahulu lainnya yang terletak pada Bab II. Persamaan penelitian
terdahulu dengan yang saya teliti adalah terletak pada model yang diterapkan
sama. Dan yang diukur kemampuan yang sama. Jadi penelitian-penelitian ini
relevan dengan penelitian saya. Dan dikatakan relevan karena penelitian-
penelitian itu bermanfaat sebagai referensi peneliti.
Berdasarkan analisis data, pembelajaran matematika pada materi
aritmatika sosial dengan menggunakan model discovery learning pada siklus I
dapat dikatakan tidak efektif karena tidak memenuhi salah satu indikator
efektivitas pembelajaran yaitu ketuntasan klasikal tes kemampuan berpikir kritis
siswa tidak mencapai 80% yaitu 43,75%. Sedangkan pada siklus II pembelajaran
dikatakan efektif karena :
1. Ketuntasan klasikal tes kemampuan berpikir kritis matematis II siswa
mencapai 81,25%.
2. Proses pelaksanaan pembelajaran sudah pada kategori baik.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model
discovery learning merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa terutama materi aritmatika sosial
di MTs/SMP.

Anda mungkin juga menyukai