Anda di halaman 1dari 18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Sebelum pengertian

tentang penelitian tindakan kelas, ada baiknya disampaikan terlebih dahulu

pengertian penelitian tindakan. Menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam

Taniredja (2013:15) “Penelitian tindakan adalah penelitian tentang, untuk, dan

oleh masyarakat / kelompok sasaran, dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi,

dan kolaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran. Penelitian tindakan

merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan

nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan

masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat saling mendukung satu sama

lain, dilengkapi dengan fakta-fakta dan mengembangkan kemampuan analisis.

Dalam praktiknya penelitian tindakan menggabungkan tindakan bermakna dengan

prosedur penelitian. Ini adalah suatu upaya untuk memecahkan masalah sekaligus

mencari dukungan ilmiahnya. Pihak yang terlibat (guru, widyaiswara, instruktur,

kepala sekolah dan warga masyarakat) mencoba dengan sadar merumuskan suatu

tindakan atau intervensi yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau

memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya

untuk memahami tingkat keberhasilannya.” Guru yang berkolaborasi dengan

peneliti, memiliki seperangkat tujuan dan perencanaan yang sama, demikian juga

dalam kegiatan pengumpulan data, analisis, dan refleksi. Guru, peneliti dan

observer diharapkan memiliki tanggung jawab yang sama dalam mengidentifikasi,

26
27

mencari, dan memecahkan masalah dikelas. Dalam kolaborasi antara peneliti,

guru dan observer terjadi serangkaian kegiatan komunikasi yang terbuka. Hal ini

dimaksudkan untuk menghindari terjadinya perbedaan pandangan dan persepsi

yang diakibatkan oleh perbedaan posisi dilapangan.

Menurut Kemmis (dalam Jamal 2011:38) “Penelitian tindakan kelas

adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan untuk

meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam

melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang

dilakukan, serta memperbaiki bagian-bagian dimana praktik-praktik pembelajaran

dilaksanakan”. Hal ini dapat terjadi karena setelah peneliti melakukan kegiatan

sendiri di dalam kelas melibatkan siswa dengan melalui sebuah tindakan yang

direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi, maka guru akan memperoleh umpan

balik yang sistematik mengenai apa yang selama ini selalu mereka lakukan dalam

kegiatan belajar mengajar. Maka guru dapat membuktikan apakah teori belajar

mengajar yang diterapkan di kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Jember sesuai atau

tidak sesuai dengan kondisi kelasnya, untuk kepentingan pembelajaran yang

efektif, optimal dan fungsional.

Menurut Supardi (2016:195) “PTK adalah suatu pendekatan untuk

meningkatkan mutu proses belajar-mengajar dengan melakukan perubahan kea

rah perbaikan pendekatan, metode dan strategi pembelajaran sehingga dapat

memperbaiki proses dan hasil pendidikan pembelajaran.”


28

Dan Suhardjono (2016:124) “Mengartikan penelitian tindakan kelas

adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki

mutu praktik pembelajaran di kelasnya.”

Disisi lain Sukidin, Basrowi dan Suranto dalam Taniredja (2013:16) “Juga

berpendapat penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian

yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat

memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara

lebih professional.”

PTK memiliki karateristik khusus yang tidak ada pada penelitian lain.

Sukidin, Basrowi, dan Suranto dalam Taniredja (2013:19) “Menguraikan bahwa

karateristik PTK antara lain, (1) problema yang diangkat untuk dipecahkan

melalui PTK harus selalu berangkat dari persoalan praktik pembelajaran sehari-

hari yang dihadapi oleh guru, ada kalanya dapat dilakukan secara kolaboratif

dengan peneliti lain; (2) adanya tindakan-tindakan atau aksi tertentu untuk

memperbaiki untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.”

Berdasarkan pendapat - pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

penelitian tindakan kelas yang selanjutnya disebut PTK adalah penelitian yang

mengangkat masalah-masalah yang actual yang dilakukan oleh para guru yang

merupakan pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk

memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih

professional.

Dari beberapa definisi di atas bisa diambil kesimpulan bahwa penelitian

tindakan kelas bersifat reflektif dengan tujuan untuk mengadakan perbaikan pada
29

pembelajaran sehingga diharapkan kemampuan dan hasil belajar siswa

meningkat.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan desain penelitian tindakan

kelas menurut Arikunto. Pelaksanaannya mengikuti tahap-tahap penelitian

tindakan kelas yang pelaksanaan tindakannya menggunakan 2 siklus. Model

skema yang digunakan dalam penelitian ini terdapat empat tahapan penting dalam

penelitian, yaitu :

1. Perencanaan, yang merupakan penjelasan dari peneliti mengenai apa,

mengapa, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut

dilakukan.

2. Pelaksanaan, yang merupakan implementasi atau penerapan dari

perencanaan yang telah dilakukan.

3. Pengamatan, yang merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh

pengamat ketika pelaksanaan tindakan berlangsung dalam rangka

pengumpulan data.

4. Refleksi, yang merupakan tindakan peneliti untuk menganalisa

secara sistematis informasi atau data yang telah ditemukan pada saat

pelaksanaan tindakan dan kemudian menyimpulkannya.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas, rencana

penelitian menggunakan model siklus yang terdiri dari empat tahapan. Jika pada

siklus I telah mencapai standar yang di tetapkan peneliti yaitu terjadinya


30

peningkatan hasil belajar siswa dari rendah menjadi tinggi, maka pelaksanaan

siklus dihentikan, adapun standar keberhasilan yang ditetapkan sesuai KKM yakni

73 dan ketuntasan klasikal siswa 75%. Tetapi jika hasil yang dicapai belum

mencapai standar yang diharapkan dan sudah diketahui letak keberhasilan dan

hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus 1 tersebut, maka peneliti

menentukan rancangan untuk siklus 2.

Jika tujuan pada siklus 1 belum tercapai atau masih terdapat kekurangan

maka perlu diidentifikasi permasalahannya. Kegiatan pada siklus 2 yang

dilakukan peneliti berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya akan

tetapi kegiatan yang dilakukan pada siklus 2 ini memiliki berbagai tambahan

perbaikan dari tindakan sebelumnya yang tentu saja ditujukan untuk memperbaiki

berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus 1.

Berikut adalah alur penelitian tindakan kelas menurut Arikunto

(2016:42):

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Berhenti atau lanjut ke siklus


berikutnya
31

Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan kelas

3.3 Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas VII. Kelas VII

terdiri dari 3 kelas yaitu kelas VII A, VII B dan VII C. Adanya berbagai

pertimbangan dan saran yang diberikan oleh guru kepada peneliti maka dalam

penelitian ini menggunakan siswa kelas VII C SMP Muhammadiyah 1 Jember

yang berjumlah 35 anak.

3.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti mengadakan penelitian

yang gunanya untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian.

Peneliti memilih SMP Muhammadiyah 1 Jember yang berada di Jl. Belimbing 29

Jember sebagai lokasi penelitian. Dipilih sebagai lokasi penelitian dengan

pertimbangan :

1. Siswa kelas VII C SMP Muhammadiyah 1 Jember masih banyak yang

mengalami kesulitan dalam memahami mata pelajaran Al Islam sehingga

hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan.

2. Siswa kelas VII C masih pasif dalam pembelajaran karena strategi yang

digunakan dalam pembelajaran masih kurang tepat. Masih banyak siswa

yang tidak memperhatikan arahan guru dan sibuk mengobrol dengan

teman lainnya saat pembelajaran berlangsung.

3. Lokasi SMP Muhammadiyah 1 Jember yang strategis dan mudah di

jangkau.
32

4. Kepala sekolah dan guru Al Islam di SMP Muhammadiyah 1 Jember

sangat terbuka untuk menerima pembaharuan dalam bidang pendidikan,

khususnya dalam proses pembelajaran di kelas.

3.5 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VII C SMP Muhammadiyah 1

Jember. Prosedur penelitiannya meliputi (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan,

(3) pelaksanaan/implementasi (4) pengamatan dan (5) refleksi

3.5.1 Studi Pendahuluan

Yang dimaksudkan dengan studi pendahuluan adalah kegiatan awal yang

dilakukan oleh peneliti sebelum peneliti melaksanakan penelitian yang

sebenarnya. Menurut Jamal (2011:118) “Studi pendahuluan juga dimaksudkan

untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar masalahnya menjadi

lebih jelas kedudukannya”. Peneliti melakukan kegiatan ini untuk mengetahui

hasil belajar siswa kelas VII C sebelum diberi pembelajaran oleh peneliti yang

menggunakan model Think Pair Share (TPS).

Sebagai upaya efektifitas penetapan rancangan penelitian, peneliti

mengadakan studi pendahuluan di lokasi yaitu SMP Muhammadiyah 1 Jember.

Kegiatan ini dilakukan dengan cara antara lain:

a. Meminta ijin penelitian kepada kepala sekolah dan guru bidang studi Al Islam

VII C SMP Muhammadiyah 1 Jember.


33

b. Mengadakan wawancara dengan guru bidang studi Al Islam mengenai

pengalamannya dalam pembelajaran di kelas tersebut selama ini, bagaimana

hasil belajar siswa setelah proses belajar mengajar.

c. Melakukan wawancara dengan salah satu siswa mengenai kegiatan siswa,

model pembelajaran guru saat proses belajar mengajar berlangsung dan model

pembelajaran seperti apa yang mereka inginkan.

d. Menentukan jadwal observasi kelas dan penelitian prasiklus.

3.5.2 Perencanaan

Tahap selanjutnya yang dilakukan dalam penelitian setelah studi

pendahuluan adalah perencanaan tindakan. Perencanaan dilaksanakan untuk

menyusun rencana tindakan setelah mengetahui permasalahan yang terjadi pada

siswa.

Tahap perencanaan ini merupakan tahap merencanakan segala sesuatu

yang akan dilakukan dalam penelitian. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap

perencanaan ini adalah sebagai berikut:

1. Membuat kesepakatan bersama guru Al Islam untuk menetapkan materi yang

diajarkan.

2. Mempersiapkan perangkat mengajar yang terdiri dari silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran.

3. Mempersiapkan media pembelajaran.


34

4. Mempersiapkan beberapa topik permasalahan yang relevan dengan materi

berupa beberapa pertanyaan / membuat LKS, untuk dipecahkan oleh siswa

dalam bentuk diskusi.

5. Membuat soal tes / LKS individu untuk siswa.

6. Menyusun daftar kelompok menurut daftar siswa yang memiliki kemampuan

rendah, sedang dan tinggi berdasarkan pengetahuan anak tentang mata

pelajaran Al Islam materi fiqih sub pokok bahasan shalat jum’at.

7. Waktu yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar pada tiap-tiap

pertemuan adalah 2 x 40 menit.

8. Membuat lembar observasi dan lembar penilaian siswa yang digunakan peneliti

untuk mengamati hasil belajar siswa.

3.5.3 Pelaksanaan Tindakan

Yang dilakukan peneliti pada pelaksanaan tindakan ini adalah peneliti

berperan sebagai guru yang mengawali kegiatan belajar mengajar dengan

mempersiapkan kondisi belajar sehingga siswa benar-benar siap untuk menerima

materi pelajaran.Sebagai langkah awal dalam proses belajar mengajar terlebih

dahulu guru memberikan pertanyaan–pertanyaan kepada anak didik tentang

materi sebelumnya dan menjelaskan garis besar materi yang akan dipelajari secara

singkat. Setelah itu dilanjutkan dengan inti pembelajaran dengan menggunakan

model Think Pair Share.


35

Pada tahap ini, melaksanakan pembelajaran dengan model Think Pair

Share pada materi fiqih sub pokok bahasan shalat jum’at. Berikut ini langkah-

langkah model Think Pair Share :

a. Langkah 1 : Berpikir (thinking)

Pembelajaran kooperatif tipe think pair share dimulai dengan guru

membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Kemudian guru

memberikan pertanyaan kepada anak didik tentang materi sebelumnya

untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari. Selanjutnya guru

menjelaskan tentang tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk

belajar. Kemudian guru mengajukan pertanyaan atau isu yang

berhubungan dengan pelajaran dan meminta siswa menggunakan waktu

beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah secara

individu.

b. Langkah 2 : Berpasangan (pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan apa yang

telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat

menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau

menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi.

Secara normal guru memberi waktu tidak lebih 4 atau 5 menit untuk

berpasangan. Dan guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain

dan membantu jika ada kesulitan yang dihadapi ketika diskusi serta

mengkondisikan agar diskusi dalam kelompok berjalan sesuai harapan.


36

Jawaban hasil kerja masing-masing siswa, dicocokkan dengan teman

sekelompok, jika ada kesalahan dibenarkan pada saat tersebut.

c. Langkah 3 : Berbagi (sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pada setiap kelompok diskusi untuk

berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan.

Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan

melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan

untuk melaporkan. Kelompok lain dipersilahkan untuk memberikan

pertanyaan, sanggahan, atau komentar terhadap kelompok yang tampil.

Setelah siswa berhasil menyimpulkan hasil diskusi, guru memberi reward

kepada semua kelompok diskusi. Kemudian guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Guru

menilai hasil diskusi dengan memberikan tes tulis kepada siswa.

Kemudian guru dan siswa bersama-sama menilai manfaat dari materi. Dan

guru memberikan motivasi untuk selalu giat belajar dan sedikit informasi

untuk pertemuan selanjutnya. Dan pembelajaran diakhiri dengan menutup

pelajaran.

Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, peneliti dibantu oleh satu

orang teman dan guru kelas VII C, kemudian melakukan observasi terhadap hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Al Islam materi fiqih sub pokok bahasan shalat

jum’at.
37

3.5.4 Pengamatan/Observasi

Salah satu karakteristik dalam suatu penelitian adalah adanya tindakan

observasi. Pengamatan/observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan berlangsung yang dibantu oleh guru agama dan dua orang teman peneliti,

adapun maksud diadakan observasi adalah untuk mengetahui perubahan tingkah

laku yang terjadi berkaitan dengan hasil evaluasi belajar siswa dalam

pembelajaran materi fiqih. Kegiatan yang dilakukan oleh guru kelas VII C

mengamati kegiatan peneliti, apakah peneliti benar-benar melakukan upaya untuk

memperbaiki pembelajaran sehingga dapat mendorong meningkatnya hasil belajar

peserta didik dalam materi fiqih sub pokok bahasan shalat jum’at.

3.5.5 Refleksi

Menurut Supardi (2016:229) “Reflecting adalah kegiatan mengulas secara

kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi secara kritis (a) pada siswa, (b)

suasana kelas, dan (c) guru.

Menurut Suhardjono (2016:144) “Hasil refleksi digunakan untuk

melakukan perbaikan pada perencanaan di tahapan (siklus) berikutnya.

Jadi refleksi dilakukan dengan melakukan diskusi dengan observer dan

dari hasil refleksi dapat mencatat berbagai kekurangan yang perlu di perbaiki,

sehingga dapat dijadikan dasar penyusunan rencana ulang atau siklus

selanjutnya.

Proses refleksi memegang peran yang sangat penting dalam menentukan

suatu keberhasilan penelitian tindakan kelas. Dengan adanya refleksi yang


38

terpercaya bisa memberikan masukan yang baik bagi penentuan langkah tindakan

selanjutnya. Refleksi dilakukan berdasarkan hasil pengamatan dan tindakan

selama proses pembelajaran berlangsung. Refleksi dilakukan untuk memahami

hasil belajar yang dicapai serta untuk mengetahui kelemahan dan kendala yang

dihadapi siswa. Selanjutnya dilakukan analisis hasil belajar siswa dengan

penilaian kinerja mereka seperti aktivitas siswa dan hasil tes akhir untuk

mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa. Hasil refleksi ini digunakan untuk

merencanakan dan mengadakan perbaikan pada pelaksanaan tindakan

berikutnya.

Untuk tolak ukur berhasil tidaknya penelitian tindakan kelas tersebut,

peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:

n
E= ×100 %
N

Keterangan: E = persentase ketuntasan hasil belajar

n = jumlah siswa yang tuntas belajar

N = jumlah seluruh siswa

Depdiknas (dalam skripsi Novita )

Tabel 3.2 Klasifikasi hasil evaluasi belajar siswa

Nilai yang diperoleh Keterangan

85 –100 Sangat Baik

75 – 84 Baik

65 – 74 Cukup
39

55 – 64 Kurang

45 – 54 Sangat Kurang

0 – 44 Lemah

Siswa dikatakan tuntas dalam hasil evaluasi belajar apabila telah mencapai

skor ≥73 dari skor maksimal 100 dan mendapat skor yang baik. Suatu kelas

dikatakan tuntas apabila hasil belajar siswa telah mencapai ketuntasan klasikal

yaitu ≥75% siswa telah tuntas belajar.

3.6 Kriteria Kesuksesan

Kriteria ketuntasan hasil belajar siswa dapat dinyatakan dengan daya serap

klasikal (ketuntasan klasikal), suatu kelas dinyatakan tuntas apabila terdapat

minimal 75% siswa telah mencapai KKM yakni 73.

Kriteria kesuksesan pada penelitian ini apabila pada siklus 1 telah

mencapai standart yang ditetapkan yaitu terjadinya peningkatan hasil belajar siswa

dari rendah menjadi tinggi maka pelaksanaan siklus dihentikan. Tetapi jika hasil

yang dicapai belum memenuhi standart yang diharapkan maka akan dilanjutkan

pada siklus 2. Apabila hasilnya masih belum mencapai standart yang ingin dicapai

atau diharapkan maka peneliti tidak akan dilanjutkan karena adanya keterbatasan

waktu dan biaya, tetapi hasilnya akan dilaporkan sesuai dengan yang telah

diperoleh.
40

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

evaluasi atau tes.

3.7.1 Evaluasi/Test

Dalam pendapat Majid (2014:37) ”Tes (test) merupakan suatu alat

penilaian dalam bentuk tulisan untuk mencatat atau mengamati prestasi siswa

yang sejalan dengan target penilaian. Dan Jawaban yang diharapkan dalam tes

menurut Sudjana dan Ibrahim dalam Majid (2014:37) dapat secara tertulis, lisan,

atau perbuatan.

Sedangkan menurut Arikunto (2013:67) “Tes adalah merupakan alat atau

prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam

suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”.

Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar

siswa, terutama hasil belajar kognitif, berkenaan dengan pemahaman bahan

pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

Evaluasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah tes tulis.

Terdapat 2 tes yang dilakukan peneliti yaitu pre tes dan post tes :

1. Pre tes
41

Pre tes digunakan untuk mengukur kemampuan awal peserta didik

sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair

Share. Hasil pre tes akan di gunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik

yang nantinya dijadikan sebagai acuan dalam pengelompokan.

2. Post tes

Post tes digunakan untuk mengukur kemajuan dan membandingkan

peningkatan pemahaman pada kelompok penelitian sesudah pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share. Soal pre tes dan

post tes kompetensi inti / kompetensi dasarnya sama namun soalnya berbeda.
42

Table 3.3 Kisi-kisi soal tes tulis

Mata pelajaran : Al Islam

Jumlah Soal : 5 Pilihan Ganda dan 5 Uraian

Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

No. No. Soal


Tujuan Soal Uraian
No SK KI/KD
Pembelajaran Pilihan
Ganda
1 Memahami 1. Menjelaskan  Mampu 1,2 1,2
ketentuan ketentuan menjelaskan
shalat jum’at shalat jum’at pengertian
shalat jum’at
dan dasar
hukumnya

2. Melaksanakan  Mampu
shalat jum’at menjelaskan 3,4 3
syarat wajib
shalat jum’at
 Mampu
5 4,5
menjelaskan
syarat sah
shalat jum’at

Kriteria penilaian
Soal Pilihan Ganda (No. Soal 1-5)
Nilai 5 = Apabila jawaban benar
Nilai 0 = Apabila jawaban salah
Jika benar semua soal pilihan ganda maka mendapat nilai 25
43

Soal Uraian (No. Soal 1-5)

Nomor Soal Bobot Soal

1 15

2 15

3 15

4 15

5 15

Jika benar semua soal uraian maka mendapat nilai 75. Jadi, jika semua soal

pilihan ganda dan soal uraian dijawab dengan benar maka mendapat nilai 100.

Anda mungkin juga menyukai