Anda di halaman 1dari 30

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III membahas tentang jenis penelitian, setting penelitian,

persiapan penelitian, rencana tindakan, teknik pengumpulan data, instrumen

penelitian, teknik pengujian instrumen, dan analisis data beserta indikator

keberhasilan. Peneliti membahas kesembilan topik tersebut secara berurutan.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Suyadi

(2012: 3) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah

pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap suatu kegiatan belajar yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara bersamaan. Penelitian

tindakan kelas merupakan suatu kajian sistematik dari upaya untuk

memperbaiki pelaksanaan praktek pendidikan yang dilakukan guru kelas

dengan melakukan suatu tindakan-tindakan dalam pembelajaran

(Wiriaatmadja, 2007: 12). Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Arikunto

(dalam Taniredja, 2010: 16) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai

suatu kegiatan pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran yang berupa

tindakan yang dimunculkan dan terjadi di dalam kelas. Suyanto (dalam

Muslicah, 2009: 9) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan

suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan suatu

tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik

pembelajaran di kelas. Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru

di kelas dengan tujuan untuk meningkatkan praktik dan proses pembelajaran.

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, peneliti menggunakan teori

dari model yang diadopsi dari Kemmis dan Mc Tagart (dalam Arikunto,
2010:17). Model Kemmis dan Mc Tagart dapat terlihat bahwa siklus PTK

model Kemmis dan Mc Tagart dimulai dari perencanaan tindakan

(planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi

(reflecting) yang berulang pada siklus berikutnya.

1. Perencanaan Tindakan (Planning).

Perencanaan tindakan (planning) merupakan tahap awal dalam

pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Perencanaan tindakan (planning)

terdiri dari identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan

pengembangan bentuk tindakan (aksi) sebagai pemecahan masalah. Pada

tahap ini, peneliti memfokuskan permasalahan yang diteliti. Kemudian

peneliti merumuskan permasalahan secara jelas. Tahap selanjutnya adalah

menentukan cara yang digunakan untuk mengatasi masalah.

2. Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap pelaksanaan (acting) merupakan implementasi dari tahap

perencanaan tindakan (planning) yang telah dirancang sebelumnya. Dalam

tahap pelaksanaan (acting), peneliti tidak membatasi siklus yang

dilakukan, tetapi peneliti melakukan penelitian dalam 2 siklus dimana

setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Penelitian ini berpedoman pada

peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.

3. Pengamatan (Observing)

Pada tahap pengamatan (observing) dilakukan bersamaan dengan

tahap pelaksanaan (acting) berlangsung. Dalam tahap pengamatan

(observing), peneliti melakukan pengamatan dan mencatat segala hal yang

diperlukan sesuai dengan pedoman pengamatan yang telah disusun. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara

objektif tentang perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari

tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas yang sebenarnya.


4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi (reflecting) adalah kegiatan evaluasi untuk melihat rencana dari

awal hingga akhir, kendala, dan hal-hal yang perlu ada perubahan rencana

atau tidak. Refleksi (reflecting) ini bertujuan untuk mengetahui apakah

tindakan yang telah dilakukan menunjukkan keberhasilan atau tidak.

Dalam tahap refleksi ini, peneliti memulai dengan menentukan apakah

tindakan yang dilakukan untuk pemecahan suatu masalah sudah mencapai

tujuan atau belum. Setelah itu, peneliti menentukan atau mengambil

keputusan untuk melakukan siklus lanjutan atau berhenti karena

permasalahan telah terpecahkan. Selain itu, peneliti juga mencari tahu

sejauh mana tindakan yang dilakukan mampu memperbaiki dan

meningkatkan permasalahan yang diteliti.

B. Setting Penelitian

Setting dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini meliputi tempat,

subjek, objek, dan waktu penelitian.

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Banjar Negeri.

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD

Negeri Banjar Negeri 30 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki- laki dan 10

siswa perempuan.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar dan

kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran matematika.

Peningkatan hasil belajar matematika yang diteliti, yaitu satuan

pengukuran dan contohnya, sedangkan berpikir kritis yang diteliti

adalah kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri


3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran

2021/2022 yang dimulai dari tanggal 12 Oktober 2021 sampai tanggal 30

Oktober 2021. Pengambilan data dilakukan pada akhirbulan Juli melalui

wawancara dengan guru kelas III SD Banjar negeri.

C. Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan berbagai hal yang

diperlukan, diantaranya (1) meminta ijin kepada kepala sekolah SD Banjar

negeri untuk melakukan kegiatan penelitian di SD Banjar negeri, (2)

melakukan observasi di kelas III SD Banjar negeri selama proses

pembelajaran matematika untuk memperoleh gambaran mengenai hasil

belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa, (3) peneliti melakukan

wawancara kepada guru kelas III untuk mengetahui hasil belajar siswa dan

kemampuan berpikir kritis siswa, terutama pada mata pelajaran matematika,

(4) peneliti mengidentifikasi permasalahan yang muncul selama proses

pembelajaran, yaitu mengenai hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis

siswa, (5) peneliti menyusun rencana penelitian dalam setiap siklus, (6)

peneliti membuat gambaran awal mengenai peningkatan hasil belajar dan

kemampuan berpikir kritis siswa kelas III pada mata pelajaran matematika,

(7) peneliti mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,

tujuan pembelajaran, serta materi ajar yang akan digunakan, (8) peneliti

menyusun instrumen pembelajaran (silabus, RPP, LKS, dan instrumen

penelitian), (10) peneliti mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung

yang diperlukan kelas dalam kegiatan belajar, dan

(11) peneliti melaksanakan penelitian.

D. Rencana Tindakan Setiap Siklus

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang mengangkat


permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran di kelas. Penelitian ini

dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilakukan 2 kali pertemuan

dengan alokasi waktu 4 x 35 menit. Alokasi waktu tersebut disesuaikan

dengan kebijakan jam pelajaran di sekolah tersebut. Dalam rencana setiap

siklusnya, peneliti melaksanakan sesuai dengan model Kemmis dan Mc

Tagart. Model Kemmis dan Mc Tagart terdiri dari perencanaan tindakan

(planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan

refleksi (reflecting) secara berulang pada siklus berikutnya. Langkah

pertama yang dilakukan peneliti setelah diperoleh gambaran keadaan kelas

adalah melaksanakan tindakan kelas siklus I.

Siklus I

1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang

terjadi di kelas melalui observasi dan wawancara dengan guru kelas.

Pada siklus I peneliti melaksanakan selama dua kali pertemuan yang

masing-masing pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Materi

yang diajarkan pada siklus I adalah satuan pengukuran. Sebelum

melaksanakan siklus I, peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran,

menyusun silabus, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

siklus I pertemuan pertama dan kedua, bahan ajar, mempersiapkan

lembar kerja siswa (LKS), menyiapkan media pembelajaran, dan lembar

observasi. Soal evaluasi pada siklus I berjumlah 5 butir soal essay. Selain

menyusun perangkat pembelajaran, peneliti juga menyusun instrumen

penelitian kuesioner berpikir kritis matematika. Peneliti juga

mempersiapkan penilaian untuk validasi instrumen pembelajaran dan

kuesioner. Kemudian, peneliti melakukan validasi perangkat

pembelajaran dengan para ahli, yaitu dosen, dan guru.


2. Pelaksanaan Tindakan

a) Pertemuan 1

1) Kegiatan Awal

Relating

Guru melakukan apersepsi dengan cara bertanya tentang

kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan satuan pengukuran

untuk menggali pemahaman siswa (Contructivism).

2) Kegiatan Inti

Experiencing

Guru memberikan penjelasan awal mengenai materi satuan

pengukuran dan contohnya dengan melalui kegiatan tanya jawab

(Questioning). Kemudian guru memberikan contoh soal satuan

pengukuran dan contohnya beserta cara penyelesaiannya

menggunakan media konkrit, yaitu kelereng (Modelling). Siswa

mendapat kesempatan untuk melakukan percobaan dengan

menggunakan media konkrit, yaitu kelereng dalam menyelesaikan

soal satuan pengukuran.

Cooperating

Siswa membentuk 6 kelompok sesuai dengan pentunjuk

guru, yaitu berhitung 1 sampai 6 (Learning Community).

Selanjutnya guru melakukan demonstrasi satuan pengukuran dan

contohnya sampai bilangan dua angka dengan menggunakan media

blok dienes kepada siswa, guru memberikan contoh cara

penggunaan media blok dienes dalam satuan pengukuran dan

contohnya (Modelling). Setiap kelompok berdiskusi untuk

menjawab soal yang di LKS dengan menggunakan blok dienes

(Learning Community).
Applying

Perwakilan dari setiap kelompok mempresentasikan hasil

kerja atau jawabannya (Modelling). Selanjutnya guru

mempresentasikan kembali materi tentang satuan pengukuran dan

contohnya. Siswa mengerjakan soal yang ada di LKS dengan cara

kerja kelompok (Learning Community)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah tes dan non-tes. Teknik pengumpulan data

dengan tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes yang

digunakan peneliti berupa soal essay yang diberikan siswa setiap akhir

pembelajaran. Teknik pengumpulan data non-tes yang digunakan peneliti

adalah wawancara, observasi, dan kuesioner. Teknik pengumpulan data non

tes yang dilakukan peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai

berikut:

1. Non Tes

a) Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara berhadapan langsung dengan yang

diwawancarai atau narasumber. Narasumber bisa juga diberikan daftar

pertanyaan terlebih dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain

(Noor, 2011: 138). Menurut Putra (2013: 145), wawancara adalah cara

pengambilan berbagai bahan keterangan yang dilaksanakan dengan

melakukan tanya jawab secara lisan dan berhadapan langsung dengan

yang diwawancarai sesuai tujuan yang telah ditentukan. Putra (2013:

145) juga mengungkapkan bahwa wawancara dapat dilakukan dengan


dua cara, yaitu interview bebas (tidak tersetruktur atau tidak

terpimpin) dan interview terpimpin (terstruktur). Pada penelitian ini,

wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara terstruktur

dengan guru kelas III SD Banjar negeri. Wawancara ini dilakukan

untuk mengetahui kondisi kelas dan permasalahan yang terjadi selama

proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika dan

kemampuan berpikir kritis siswa.

Putra (2013: 146) mengungkapkan bahwa ada lima langkah

dalam menyusun pedoman wawancara, diantaranya:

a) Menentukan tujuan wawancara.

b) Menentukan aspek-aspek yang akan diungkap dalam wawancara.

c) Menentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, terstruktur

atau terbuka.

d) Membuat pertanyaan berstruktur atau bebas.

e) Membuat pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancara.

b) Observasi

Observasi merupakan suatu proses melihat, mengamati, dan

mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk mencapai

suatu tujuan tertentu (Herdiansyah, 2013: 131). Menurut Putra (2013:

138), observasi adalah cara mengumpulkan berbagai bahan keterangan

yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap fenomena. Sutoyo (2012: 84) mengatakan bahwa pengertian

observasi dibedakan menjadi dua, yaitu dalam arti sempit dan luas.

Dalam arti sempit observasi diartikan sebagai pengamatan langsung

terhadap gejala yang diteliti, sedangkan dalam arti luas observasi

merupakan pengamatan yang dilakukan langsung atau tidak langsung


terhadap suatu objek yang sedang diteliti. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan jenis observasi langsung untuk mengamati proses kegiatan

pembelajaran di kelas dan dibantu oleh kelompok studi dalam mencatat

hasil observasi. Peneliti ikut serta dalam kegiatan pembelajaran dan

bertindak sebagai guru. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar satuan pengukuran dan contohnya selama

proses pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis siswa.

c) Kuesioner

Sutoyo (2012: 189) mendefinisikan kuesioner sebagai sejumlah

pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data faktual atau opini yang

berhubungan dengan diri responden. Kuesioner adalah sebuah daftar

pertanyaan yang harus diisi oleh responden atau orang yang akan

diukur(Putra, 2013:149). Tujuan penggunaan kuesioner dalam proses

pembelajaran adalah memperoleh data mengenai latar belakang siswa

sebagai bahan untuk menganalisis perilaku selama proses pembelajaran.

Kuesioner dalam penelitian ini adalah adalah kuesioner tentang berpikir

kritis. Tahap-tahap yang dilakukan peneliti dalam menyusun kuesioner

adalah merumuskan tujuan, merumuskan kegiatan, menyusun langkah-

langkah, menyusun kisi-kisi, menyusun panduan kuesioner, dan

menyusun alat penilaian.

2. Tes

Mardapi (2008: 67) berpendapat bahwa tes merupakan sejumlah

pertanyaan yang harus diberikan tanggapan, bertujuan untuk mengukur

tingkat kemampuan seseorang. Putra (2013: 110) mengatakan bahwates

adalah salah satu jenis instrumen atau alat yang digunakan untuk menilai,
mengukur, dan mengetahui tentang kemampuan siswa dalam memahami

suatu pelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes yang

berbentuk tes uraian atau (essay test). Menurut Putra (2013: 119), tes

uraian adalah butiran soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang

jawabannya harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran siswa


secara naratif. Tes dalam penelitian ini dilakukan setiap akhir siklus (post-

test). Tes akhir atau post-test dilaksanakan untuk mengetahui sejauh

mana materi yang diberikan guru dapat dikuasai dengan baik oleh siswa

atau belum. Peneliti mengguakan soal tes bentuk essay atau soal uraian

yang berjumlah 5 soal. Tes dalam penelitian ini diberikan di setiap akhir

siklus I, akhir siklus II dan evaluasi akhir siklus.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

panduan wawancara, lembar pedoman observasi, kuesioner dan soal

evaluasi yang berupa essay.

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara disusun oleh peneliti sebelum melakukan wawancara dengan guru kelas III SD

Banjar negeri. Pedoman wawancara disusun untuk membantu dan mempermudah peneliti dalam

mendapatkan data awal. Pedoman wawancara kemampuan berpikir kritis yang dibuat oleh peneliti

tersebut menggunkan 6 indikator berpikir kritis sebagai fokus dalam pedoman wawancara. Enam

indikator kemampuan berpikir kritis tersebut diambil 3 ahli. Pemilihan 6 indikator tersebut

disesuaikan dengan karateristik pendekatan pembelajaran kontekstual.


1) Kegiatan Penutup

Transfering

Siswa mendapatkan kesempatan untuk menanyakan materi

yang belum dipahami pada pembelajaran hari ini dengan cara tanya

jawab kemudian siswa dengan bimbingan guru membuat

kesimpulan tentang pembelajaran yang sudah dilakukan

(Reflection.). Siswa mengerjakan soal evaluasi akhir pembelajaran

yang dikerjakan secara individu (Authentic Assessment).

2. Pedoman Observasi

Lembar observasi disusun untuk memperoleh gambaran

langsung tentang kemampuan berpikir kritis siswa selama proses

pembelajaran dikelas. Pedoman observasi kemampuan berpikir

kritis yang dibuat oleh peneliti tersebut menggunkan 6 indikator

berpikir kritis sebagai fokus dalam penelitian. Enam indikator

kemampuan berpikir kritis tersebut diambil 3 ahli. Pemilihan 6

indikator tersebut disesuaikan dengan karateristik pendekatan

pembelajaran kontekstual.

3. Tes Evaluasi

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

tertulis berupa soal essay. Soal essay terdiri dari 5 soal yang

disusun berdasarkan indikator yang disesuaikan dengan kurikulum

KTSP.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif. Kedua teknik analisis data kualitatif dan data kuantitatif

digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar dan kemampuan

berpikir kritis siswa kelas III SD Banjar negeri pada mata pelajaran

matematika materi operasi hitung satuan pengukuran dan contohnya.

Analisis data dilakukan untuk membandingkan data kondisi awal sebelum

dilakukan penelitian dengan setelah dilakukan tindakan untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.

1) Analisis Data Hasil belajar

Hasil belajar siswa dapat diperoleh dari hasil tes evaluasi pada

setiapevaluasi akhir siklus I, evaluasi akhir siklus II dan evaluasi akhir

gabungan siklus I dan siklus II. Soal tes evaluasi berupa soal essay yang

berjumlah 5 butir soal. Perhitungan soal evaluasi setiap siklus dapat

dihitung menggunakan rumus:

a. Menghitung nilai akhir setiap siklus

 Nilai evaluasiSiklus I

𝑁i𝑙𝑎i 𝑒𝑣𝑎𝑙𝑢𝑎𝑠i 𝑠i𝑘𝑙𝑢𝑠 𝐼 = Jumlah skor yang diperoleh × 4

 Nilai evaluasi Siklus II

𝑁i𝑙𝑎i 𝑒𝑣𝑎𝑙𝑢𝑎𝑠i 𝑠i𝑘𝑙𝑢𝑠 𝐼 = Jumlah skor yang diperoleh × 4

 Nilai evaluasi akhir siklus I dan siklus II atau Evaluasi Akhir

𝑁i𝑙𝑎i 𝑒𝑣𝑎𝑙𝑢𝑎𝑠i 𝑎𝑘ℎi𝑟 𝑠i𝑘𝑙𝑢𝑠 = Jumlah skor yang diperoleh × 4


b. Menghitung nilai rata-rata kelas

Jumlah nilai yang diperoleh seluruh


𝑀𝑒𝑎𝑛 =
siswa Jumlah siswa

c. Perhitungan presentase ketuntasan siswa

Jumlah siswa yang tuntas


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 × 100%
𝑘𝑒𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 = Jumlah seluruh siswa

Setelah diperoleh data tentang nilai evaluasi siklus I dan siklus II,

tahap selanjutnya adalah membandingkan hasil belajar siswa dari kondisi

awal sebelum dilakukan penelitian dengan hasil belajar siswa pada siklus

I dengan hasil belajar pada siklus II. Perbandingan ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa

dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.

2) Analisis Data Kemampuan Berpikir Kritis (Kuesioner)

Analisis data dalam kemampuan berpikir kritis, meliputi 6

indikator sebagai fokus penelitian, yaitu: (1) menganalisis argumen, (2)

mampu bertanya, (3) mampu menjawab pertanyaan, (4) memecahkan

masalah, (5) membuat kesimpulan, dan (6) keterampilan mengevaluasi

dan menilai hasil dari pengamatan. Pemilihan 6 indikator tersebut

disesuaikan dengan karateristik pendekatan pembelajaran konteksuual.

Enam indikator kemampuan berpikir kritis tersebut diambil berdasarkan

dari pendapat 3 ahli. Dari 6 indikator kemampuan berpikir kritis tersebut,

kemudian dibuat kuesioner berjumlah 20 butir pernyataan yang terdiri

dari pernyataan favorable atau pernyataan positif dan unfavorable atau

pernyataan negatif. Analisis data kemampuan berpikir kritis dapat

dihitung dengan menggunakan langkah-langkah berikut:


a. Menghitung kuesioner kemampuan berpikir kritis yang dibagikan

kepada siswa pada awal sebelum penelitian dan akhir setelah

penelitian menggunakan pedoman penskoran yang sudah dibuat.

Kemudian memasukkan data hasil kuesioner tersebut di microsoft

excel, dan selanjutnya mengelompokkannya berdasarkan indikator.

b. Menghitung jumlah skor berpikir kritis kelas.


Jumlah skor kelas = Menjumlahkan skor siswa dalam satu kelas

c. Menghitung rata-rata skor kelas.

Jumlah skor
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑘𝑜𝑟
kelas Jumlah
𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 =
siswa

d. Menghitung nilai rata-rata kelas.

Jumlah skor yang diperoleh


𝑁i𝑙𝑎i = ×
Jumlah skor maksimal
100

e. Menentukan rentang skor kriteria berpikir kritis berdasarkan PAP tipe

I menurut Masidjo.

Rentang skor kriteria = Persentase setiap kriteria × skor maksimal

Tabel 3.17 Penilaian Acuan Patokan I (PAP) I

Tingkat Penguasaan Rentang Skor Keterangan


Kompetensi
90% - 100% Sangat Kritis
80% - 89% Kritis
65% - 79% Cukup Kritis
55% - 79% Tidak Kritis
Dibawah 55% Sangat Tidak
Kritis
Dari tabel 3.17 diketahui bahwa siswa memiliki kemampuan berpikir
kritis jika berada pada rentang tingkat penguasaan kompetensi 65% -

79% pada kriteria cukup kritis. Siswa dapat dikatakan memiliki

kemampuan berpikir kritis jika berada pada rentang skor tersebut.

f. Menghitung jumlah siswa yang minimal cukup kritis.

g. Menghitung persentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis

Jumlah siswa yang


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100%
minimal CK Jumlah
seluruh siswa

Menentukan kriteria kemampuan berpikir kritis setiap indikator:

1. Indikator 1 (Menganalisis Argumen)

Dalam indikator 1 (menganalisis argumen) terdapat 4 soal

yang mewakili indikator 1 tersebut. Untuk mengetahui skor

maksimal dari indikator 1 dapat dihitung dengan cara berikut:

Skor maksimal = 4 soal × 5 (sangat baik)

= 20

Dari data perhitungan skor maksimal yang telah dihitung tersebut,

diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 1 adalah 20. Setelah

dikatahui skor maksimal pada indikator 1 selanjutnya peneliti

membuat rentang skor untuk menentukan kriteria berpikir kritis

berdasarkan PAP tipe I (Penilaian Acuan Patokan). Rentang skor

tersebut dapat dilihat pada tabel 3.18.

Tabel 3.18 Rentang Skor Indikator 1

Tingkat Rentang Keterangan


Penguasaan Skor
Kompetensi
90% - 18 – 20 Sangat Kritis
100%
80% - 89% 16 – 17,9 Kritis
65 % - 79% 13 – 15,9 Cukup Kritis
55% - 64% 11 – 12,9 Tidak Kritis
Dibawah Dibawah Sangat Tidak
55% 11 Kritis
Dari tabel 3.18 diketahui bahwa pada indikator 1 dapat dikatakan

memiliki kemampuan berpikir kritis jika skor rata-rata siswa dapat

memperoleh minimal 13 (cukup kritis).

2. Indikator 2 (Mampu Bertanya)

Dalam indikator 2 (mampu bertanya) terdapat 2 soal yang

mewakili indikator 2 tersebut. Untuk mengetahui skor maksimal

dari indikator 2 dapat dihitung dengan cara berikut:


Skor maksimal = 2 soal × 5 (sangat baik)

= 10

Dari data perhitungan skor maksimal yang telah dihitung tersebut,

diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 2 adalah 10. Setelah

dikatahui skor maksimal pada indikator 2 selanjutnya peneliti

membuat rentang skor untuk menentukan kriteria berpikir kritis

berdasarkan PAP tipe I. Rentang skor tersebut dapat dilihat pada

tabel 3.19.

Tabel 3.19 Rentang Skor Indikator 2

Tingkat Rentang Keterangan


Penguasaan Skor
Kompetensi
90% - 100% 9 – 10 Sangat Kritis
80% - 89% 8 – 8,9 Kritis
65 % - 79% 6,5 – 7,9 Cukup Kritis
55% - 64% 5,5 – 6,4 Tidak Kritis
Dibawah 55% Dibawah Sangat Tidak
5,5 Kritis

Dari tabel 3.19 diketahui bahwa pada indikator 2 dapat dikatakan

memiliki kemampuan berpikir kritis jika skor rata-rata siswa dapat

memperoleh skor minimal 6,5 (cukup kritis).


3. Indikator 3 (Memecahkan Masalah)

Dalam indikator 3 (memecahkan masalah) terdapat 2 soal

yang mewakili indikator 3 tersebut. Untuk mengetahui skor

maksimal dari indikator 2 dapat dihitung dengan cara berikut


Skor maksimal = 2 soal × 5 (sangat baik)

= 10

Dari data perhitungan skor maksimal yang telah dihitung tersebut,

diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 2 adalah 10. Setelah

dikatahui skor maksimal pada indikator 3 selanjutnya peneliti

membuat rentang skor untuk menentukan kriteria berpikir kritis

berdasarkan PAP tipe I. Rentang skor tersebut dapat dilihat pada

tabel 3.20.

Tabel 3.20 Rentang Skor Indikator 3

Tingkat Rentang Keterangan


Penguasaan Skor
Kompetensi
90% - 100% 9 – 10 Sangat Kritis
80% - 89% 8 – 8,9 Kritis
65 % - 79% 6,5 – 7,9 Cukup Kritis
55% - 64% 5,5 – 6,4 Tidak Kritis
Dibawah 55% Dibawah Sangat Tidak
5,5 Kritis

Dari tabel 3.20 diketahui bahwa pada indikator 3 dapat dikatakan

memiliki kemampuan berpikir kritis jika skor rata-rata siswa dapat

memperoleh skor minimal 6,5 (cukup kritis).


4. Indikator 4 (Memecahkan Masalah)

Dalam indikator 4 (memecahkan masalah) terdapat 6 soal

yang mewakili indikator 4 tersebut. Untuk mengetahui skor

maksimal dari indikator 4 dapat dihitung dengan cara berikut:

Skor maksimal = 6 soal × 5 (sangat baik)

= 30

Dari data perhitungan skor maksimal yang telah dihitung tersebut,

diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 4 adalah 30. Setelah

dikatahui skor maksimal pada indikator 4 selanjutnya peneliti

membuat rentang skor untuk menentukan kriteria berpikir kritis

berdasarkan PAP tipe I. Rentang skor tersebut dapat dilihat pada

tabel 3.21.

Tabel 3.21 Rentang Skor Indikator 4

Tingkat Rentang Keterangan


Penguasaan Skor
Kompetensi
90% - 100% 27 – 30 Sangat Kritis
80% - 89% 24 – 26,9 Kritis
65 % - 79% 19,5 – 23,9 Cukup Kritis
55% - 64% 16,5 – 19,9 Tidak Kritis
Dibawah 55% Dibawah Sangat Tidak
16,5 Kritis

Dari tabel 3.21 diketahui bahwa pada indikator 4 dapat dikatakan

memiliki kemampuan berpikir kritis jika skor rata-rata siswa dapat

memperoleh skor minimal 19,5 (cukup kritis).


5. Indikator 5 (Membuat Kesimpulan)

Dalam indikator 5 (membuat kesimpulan) terdapat 2 soal

yang mewakili indikator 5 tersebut. Untuk mengetahui skor

maksimal dari indikator 5 dapat dihitung dengan cara berikut:

Skor maksimal = 2 soal × 5 (sangat baik)

= 10

Dari data perhitungan skor maksimal yang telah dihitung tersebut,

diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 5 adalah 10. Setelah

dikatahui skor maksimal pada indikator 5 selanjutnya peneliti

membuat rentang skor untuk menentukan kriteria berpikir kritis

berdasarkan PAP tipe I. Rentang skor tersebut dapat dilihat pada

tabel 3.22.

Tabel 3.22 Rentang Skor Indikator 5

Tingkat Rentang Keterangan


Penguasaan Skor
Kompetensi
90% - 9 – 10 Sangat Kritis
100%
80% - 89% 8 – 8,9 Kritis
65 % - 79% 6,5 – 7,9 Cukup Kritis
55% - 64% 5,5 – 6,4 Tidak Kritis
Dibawah Dibawah Sangat Tidak
55% 5,5 Kritis

Dari tabel 3.22 diketahui bahwa pada indikator 5 dapat dikatakan

memiliki kemampuan berpikir kritis jika skor rata-rata siswa dapat

memperoleh skor minimal 6,5 (cukup kritis).


6. Indikator 6 (Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari

pengamatan).

Dalam indikator 6 (Keterampilan mengevaluasi dan menilai

hasil dari pengamatan) terdapat 4 soal yang mewakili indikator 6

tersebut. Untuk mengetahui skor maksimal dari indikator 6 dapat

dihitung dengan cara berikut:


Skor maksimal = 4 soal × 5 (sangat baik)

= 20

Dari data perhitungan skor maksimal yang telah dihitung tersebut,

diketahui bahwa skor maksimal pada indikator 6 adalah 20. Setelah

dikatahui skor maksimal pada indikator 6 selanjutnya peneliti

membuat rentang skor untuk menentukan kriteria berpikir kritis

berdasarkan PAP tipe I (Penilaian Acuan Patokan). Rentang skor

tersebut dapat dilihat pada tabel 3.23.

Tabel 3.23 Rentang Skor Indikator 6

Tingkat Rentang Keterangan


Penguasaan Skor
Kompetensi
90% - 100% 18 – 20 Sangat Kritis
80% - 89% 16 – 17,9 Kritis
65 % - 79% 13 – 15,9 Cukup Kritis
55% - 64% 11 – 12,9 Tidak Kritis
Dibawah 55% Dibawah 11 Sangat Tidak
Kritis

Dari tabel 3.23 diketahui bahwa pada indikator 6 dapat dikatakan

memiliki kemampuan berpikir kritis jika skor rata-rata siswa dapat

memperoleh skor minimal 13 (cukup kritis).


h. Langkah terakhir dalam analisis data kuesioner adalah menghitung

keseluruhan indikator menggunakan kriteria PAP tipe I.

Tabel 3.24 Rentang Skor Seluruh Indikator

Tingkat Rentang Skor Keterangan


Penguasaan
Kompetensi
90% - 100% 90 – 100 Sangat Kritis
80% - 89% 80 – 89 Kritis
65 % - 79% 65 – 79 Cukup Kritis
55% - 64% 55 – 64 Tidak Kritis
Dibawah 55% Dibawah 55 Sangat Tidak
Kritis

Setelah diketahui rentang skor seluruh indikator, langkah selanjutnya

untuk menghitung nilai kemampuan berpikir kritis menggunakan

rumus sebagai berikut:

𝑁i𝑙𝑎i = Rata − rata skor


kelas × 100

Jumlah skor
maksimal

Setelah diketahui nilai kemampuan berpikir kritis atau skor

rata-rata kemampuan berpikir kritis, langkah selanjutnya

membandingkan nilai kemampuan berpikir kritis setiap indikator

pada data awal sebelum dilakukan penelitian dengan nilai

kemampuan berpikir kritis setiap indikator data akhir setelah

dilakukan penelitian. Perbandingan ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan berpikir

kritis siswa setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran kontekstual.


3) Analisis Data Kemampuan Berpikir Kritis (Observasi).

Analisis kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini

menggunakan lembar observasi, yang teerdiri dari 6 indikator sebagai

fokus penelitian, yaitu: (1) Menganalisis argumen, (2) Mampu bertanya,

(3) Mampu menjawab pertanyaan (4) Memecahkan masalah, (5) Membuat

kesimpulan, dan (6) Keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil dari

pengamatan. Dari 6 indikator kemampuan berpikir kritis tersebut

kemudian dibuat lembar observasi. Observasi dimulai dari sebelum

dilakukan tindakan yaitu pada kondisi awal dan selama proses

pembelajaran siklus I dan siklus II. Berikut ini merupakan langkah-

langkah dalam analisis data observasi:

a. Mendata hasil pengamatan awal sebelum dilakukan penelitian dan

pengamatan selama proses pembelajaran siklus I dan siklus II.

Memasukkan data hasil kuesioner tersebut di microsoft excel. Kemudian

menjumlahkan skor pengamatan secara keseluruhan setiap indikator.

b. Menentukan kriteria kemampuan berpikir kritis

Untuk menentukan kriteria kemampuan berpikir kritis, pertama

harus mengetahui skor maksimal. Skor maksimal dapat dihitung dengan

cara berikut:

Skor maksimal = 3 × n (jumlah siswa)

= 90
Setelah dikatahui skor maksimal, selanjutnya peneliti membuat rentang

nilai untuk menentukan kriteria berpikir kritis berdasarkan PAP tipe I

(Penilaian Acuan Patokan). Rentang skor tersebut dapat dilihat pada

tabel 3.25.

Tabel 3.25 Rentang Skor Observasi

Tingkat Penguasaan Rentang Skor Keterangan


Kompetensi
90% - 100% 81 – 90 Sangat Kritis
80% - 89% 72 – 80 Kritis
65 % - 79% 59 – 71 Cukup Kritis
55% - 64% 50 – 58 Tidak Kritis
Dibawah 55% Dibawah 50 Sangat Tidak
Kritis

Dari tabel 3.25 diketahui bahwa siswa dapat dikatakan memiliki

kemampuan berpikir kritis jika skor rata-rata yang didapatkan siswa

dapat memperoleh skor minimal 59 (cukup kritis).

c. Menghitung skor rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa setiap

indikator.

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = Skor pertemuan 1 + Skor


pertemuan 2
2

d. Setelah diketahui skor rata-rata setiap indikator, langkah selanjutnya

adalah membandingkan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa pada

siklus I dengan siklus II. Apakah terjadi peningkatan kemampuan

berpikir kritis atau tidak terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.


H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil

belajar dan kemampuan berpikir kritis. Kriteria keberhasilan yang peneliti

buat dapat dilihat pada tabel 3.26.

Tabel 3.26 Target Kriteria Keberhasilan

Variabe Indikator Kondi Target Akhir Deskriptor


l si Siklus Siklus
Awal 1 2
Hasil Rata-rata 60 70 75 Jumlah nilai seluruh
kelas kelas ÷
Belaj
jumlah seluruh siswa
ar 44.44 % 70% 75%
Presentase Jumlah seluruh
jumlah siswa mencapai
siswa yang KKM ÷ jumlah
mencapai seluruh siswa ×
KKM 100%
Variabe Indikator Kondisi Target Deskriptor
l Awal Kondisi
Akhir
Kema Nilai 58,17 75 (cukup Jumlah skor rata-rata
(Tida kritis)
m- kemampu kelas ÷ skor maksimal
k
puan an × 100
Kritis
Berpik berpikir
kritis )
ir 75%
Presentas Jumlah siswa yang
Kritis 33,33
e minimal cukup kritis ÷
kemampu % jumlah
an seluruh siswa × 100%
berpikir
kritis

I. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran

2015/2016. Berikut ini merupakan jadwal penelitian:

Tabel 3.27 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Tahun
2015/2016
Jul Ags Sep Okt No Des Jan Feb Mar Apr
201 t t 201 v 201 201 201 t 201
5 201 201 5 201 5 6 6 201 6
5 5 5 6
1 Perijinan
dan
melakukan
wawancara
di
SD
2 Observasi
dan
wawanca
ra
sebelum
penelitia
n
3 Penyusun
an dan
pengaju
an
proposal
4 Persiapan
perangkat
pembelajar
an
dan validasi
5 Pelaksana
an
tindakan
6 Pengolahan
data
hasil
peneliti
an
7 Penyeselai
an
kelengkapa
n penelitian
dan
revisi
8 Ujian skripsi
9 Revisi akhir

Anda mungkin juga menyukai