Anda di halaman 1dari 18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti yaitu Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Kusumah dan Dwitagama (2010: 9) mengungkapkan bahwa

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di

kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan

tindakan secara kolaboratif dari partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya

sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Dari pendapat ahli

tersebut dapat kita ketahui bahwa di dalam PTK terdapat beberapa langkah yang

harus dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian yaitu, merencanakan,

merefleksikan. Tujuan dari PTK ialah untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut sanjaya (2009: 26) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu

proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam

upaya untuk memecahkan masalah dengan cara melakukan berbagai tindakan yang

terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan

tersebut. Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat kajian berbagai masalah yang

ada di dalam kelas tertentu. Untuk menyelesaikan masalah tersebut peneliti dapat

memberikan berbagai tindakan yang sudah peneliti rencanakan untuk menganalisis

berbagai pengaruh dan perlakuan di dalam kelas atau subjek penelitian.

1
Kemis dalam Sanjaya(2009: 24) mengutarakan pendapatnya bahwa

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk penelitian bentuk

penelitian reflektif dan korelatif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi social

untuk meningkatkan penalaran praktik social mereka. Penelitian Tindakan Kelas

menurut ahli tersebut merupakan suatu penelitian yang reflektif dan korelatif yang

dilakukan dalam situasi social tertentu untuk meningkatkan penalaran praktik social

peneliti. Hasley dalam Sanjaya (2009: 24) berpendapat bahwa Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) adalah intervensi dalam dunia nyata serta pemeriksaan terhadap

pengaruh yang ditimbulkan dari intervensi berikut.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitian

Tindakan Kelasa (PTK) merupakan penelitian yang berupa refleksi untuk

meningkatkan hasil belajar siswa di suatu kelas. Untuk meningkatkan hasil belajar

siswa akan dilakukan perlakuan-perlakuan yang sudah di rencanakan oleh peneliti.

Tujuan dari PTK adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar

siswa di kelas.

Peneliti dalam penelitian ini akan menggunakan model penelitian dari

Kemis dan Taggart (Kusumah & Dwitagama, 2010: 27). Model penelitian ini

berbentuk spiral dari siklus satu ke siklus lainnya. Setiap siklus meliputi rencana,

tindakan observasi dan refleksi.

2
Diagram dari proses pelaksanaan penelitian menurut Kemis dan Taggart

(Kusumah & Dwitagama, 2010: 27) adalah sebagai berikut :

Perencanaan
Refleksi
Tindakan

Pengamatan/ Pelaksanaan
observasi Tindakan

Perencanaan
Refleksi
Tindakan

Pengamatan/ Pelaksanaan
observasi Tindakan

Gambar.1. Diagram penelitian menurut Kemmis dan Mc. Taggart

Berikut ini merupakan tahapan penelitian menurut model penelitian Kemmis

dan Taggart dalam (Kusumah & Dwitagama, 2010: 27):

a. Perencanaan, merupakan rancangan kegiatan dalam melakukan suatu tindakan

yang akan dilakukan pada setiap siklus. Perencanaan yang matang perlu

3
dilakukan setelah mengetahui masalah yang ada di dalam kelas yang akan

menjadi subjek penelitian.

b. Tindakan, yaitu melakukan kegiatan yang telah direncanakan pada tahap

perencanaan. Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya tindakan dari

guru berupa solusi tindakan sebelumnya.

c. Observasi, yaitu merekam atau mengamati segala peristiwa dan kegiatan yang

terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung dengan atau tanpa alat bantu.

d. Refleksi, yaitu menerangkan apa yang telah terjadi, serta menjajaki

alternative-alternatif solusi yang perlu dikaji, dipilih dan dilaksanakan untuk

dapat mewujudkan apa yang dikehendaki dalam penelitian, sehingga dapat

menyimpulkan apa yang telah di dalam kelas yang menjadi subjek penelitian.

3.2. Setting Penelitian

3.2.1. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SD Karitas yang terletak di Ngaklik

Sleman, Kecamatan Ngaklik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini akan

dilakukan pada tahun ajaran 2015/2016.

3.2.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Karitas. Dengan jumlah siswa

22 anak yaitu 10 siswa laki-laki, dan 12 siswa perempuan.

4
3.2.3. Obyek Penelitian

Objek penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar siswa dengan

menggunakan media pembelajaran berbasis IT pada mata pelajaran IPA materi

susunan rangka manusia siswa kelas V SD Karitas tahun pelajaran 2015/2016.

3.2.4. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September. Hari dan jam disesuaikan

dengan mata pelajaran IPA. Penelitian ini akan dilakukan sebanyak dua kali.

Penelitian pertama yaitu pelaksanaan siklus I dan penelitian kedua pelaksanaan siklus

II.

Berikut ini rincian waktu pelaksanaan penelitian dan pengambilan data

disajikan dalam table sebagai berikut:

Hari, tanggal Pertemuan Kegiatan Alokasi Waktu

Rabu, I Pengamatan Kegiatan 2 x 35 menit

2 september Pembelajaran di Kelas

2015 sebelum melakukan

penelitian

Rabu, II Pelaksanaan siklus I 2 x 35 menit

9 september pertemuan pertama

2015

Rabu, III Pelaksanaan siklus I 2 x 35 menit

16 september pertemuan kedua.

5
2015

Rabu, IV Pelaksanaan siklus II 2 x 35 menit

23 september pertemuan pertama

2015

Rabu, V Pelaksanaan siklus II 2 x 35 menit

30 september pertemuan kedua

2015

Tabel 1. Tabel jadwal penelitian

Berdasarkan jadwal penelitian diatas, pertemuan pertama akan dilaksanakan

observasi/ pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pada pertemuan

kedua akan dilaksanakan penelitian tepatnya pelaksanaan siklus I pertemuan pertama.

Pada pertemuan ketiga akan dilaksanakan penelitian tepatnya siklus I pertemuan

kedua. Pertemuan keempat akan dilaksanakan penelitian tepatnya pelaksanaan siklus

II pertemuan pertama. Dan pada pertemuan kelima akan dilaksanakan penelitian

tepatnya pelaksanaan siklus II pertemuan kedua.

3.3. Rencana Tindakan

3.3.1. Persiapan

Dalam melaksanakan penelitian terlebih dahulu harus melalui berbagai

persiapan. Persiapan yang peneliti lakukan pertama kali ialah berkunjung kesekolah

dan menemui kepala sekolah untuk meminta izin bahwa peneliti akan melakukan

penelitian di SD Karitas. Setelah meminta izin kepala sekolah, peneliti mengurus

6
surat izin untuk melakukan penelitian di SD Karitas, dan menyerahkan surat izin ke

pihak sekolah.

Setelah mengurus syarat-syarat untuk melakukan penelitian di SD Karitas,

peneliti menemui guru kelas V untuk meminta izin. Izin tersebut berkaitan dengan

pelaksanaan penelitian di kelas guru tersebut mengajar. Permintaan izin itu berkaitan

dengan pemakaian kelas untuk penelitian beserta waktu yang akan dipakai untuk

peneliti melakukan penelitian.

Persiapan berikutnya ialah melakukan observasi kegiatan pembelajaran di

kelas. Observasi tersebut ialah untuk melihat permasalahan-permasalahan yang

terjadi di kelas V SD Karitas. Observasi dilakukan pada saat pembelajaran IPA

berlangsung. Sebelum melakukan observasi, peneliti harus menentukan kriteria apa

saja yang akan diamati selama observasi dilakukan.

Setelah dilaksanakan observasi tentunya akan didapatkan hasil

pengamatan. Kemudian penliti menganalisis berbagai masalah yang ditemukan saat

melakukan penelitian. Setelah menemukan berbagai masalah yang terjadi saat

berlangsungnya pembelajaran.

Persiapan selanjutnya peneliti juga meminta data nilai siswa dari beberapa

tahun sebelumnya. Setelah mendapatkan data hasil belajar siswa, peneliti mencoba

untuk mengalisis hasil belajar dari materi-materi yang terdapat pada mata pelajaran

IPA kelas V pada tahun-tahun sebelumnya. Setelah dianalis maka dapat diketahui

materi yang hasil belajarnya rendah.

7
Materi yang hasil belajarnya rendah akan dijadikan subjek penelitian ini.

Setelah mengetahui materi yang akan dijadikan objek pembelajaran, peneliti

selanjutnya membuat instrumen membuat instrumen penelitian untuk mengetahui

kondisi awal sebelum diberikan perlakuan. Instrumen yang dibuat selanjutnya di

validiasi oleh para ahli untuk menguji apakah instrumen tersebut layak untuk diujikan

kepada para siswa. Setelah didapatkan kelayakan instrumen, selanjutnya diujikan

pada siswa.

Setelah mendapatkan hasil kondisi awal, langkah selanjutnya yang peneliti

lakukan adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di dalam RPP

tersebut akan diberikan perlakuan yang berupa media pembelajaran berbasis

Information and Technology (IT). RPP yang sudah siap untuk dilaksanakan,

kemudian digunakan peneliti untuk mengajar dalam siklus yang akan di

3.4. Rencana Tindakan Tiap Siklus

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri

dari empat tahap. Tahap-tahap yang akan dilakukan pada masing-masing siklus

adalah (1) persiapan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Tahap-tahap

berikut akan di deskripsikan sebagai berikut

3.4.1. Persiapan

Sebelum melakukan tahap pelaksanaan, peneliti terlebih dahulu harus

menyiapkan berbagai hal yang akan digunakan dalam pelaksanaan siklus. Pada tahap

ini hal yang perlu disiapkan adalah, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP), lembar kerja siswa (LKS), bahan ajar, soal evaluasi dan tes prestasi.

8
3.4.2. Pelaksanaan

3.4.2.1. Siklus I

Siklus I akan dilakukan sebanyak 2 kali pembelajaran. Pada siklus ini peneliti

pertama kali akan menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa.

Kemudian peneliti menjelaskan materi yang menjadi subjek penelitian dengan

menggunakan media pembelajaran berbasis Information and Communication

Technology (IT). Selanjutnya, peneliti menyimpulkan materi pembelajaran yang

sudah diajarkan pada pertemuan ini. Kemudian siswa mengerjakan lembar kerja

siswa yang sudah dipersiapkan oleh peneliti, hasil dari pekerjaan siswa untuk

mengetahui apakah perlakuan yang diberikan pada objek penelitian.

3.4.2.2. Siklus II

Siklus ini akan dilakukan sebanyak 2 kali pembelajaran. Siklus ini dilakukan

untuk memperbaiki hal yang masih kurang sehingga hasil yang diperoleh dari

evaluasi pembeleajaran yang dikerjakan siswa masih kurang. Hal yang akan

dilakukan pada siklus ini masih sama yaitu pertama, peneliti menyampaikan tujuan

pembelajaran yang dicapai. Kedua, peneliti menyampaikan materi dengan

menggunakan media pembelajaran Information and Communication Technology (IT),

hanya saja media pada siklus dibuat lebih detail dan spesifik sehingga akan

mempermudah siswa untuk memahami materi. Ketiga, peneliti bersama siswa

menarik kesimpulan dari materi pembelajaran yang dibahas pada kegiatan

pembelajaran pada siklus ini. Terakhir, siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).

9
3.4.3. Observasi

Peniliti melakukan observasi untuk mengetahui hasil pembelajaran siswa

mengenai prestasi belajar pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Peneliti

melakukan pengamatan pada saat pelaksanaan masing-masing siklus. Peneliti

melakukan observasi untuk mengetahui prestasi belajar siswa meningkat atau tidak.

3.4.4. Refleksi

Pada tahap refleksi peneliti melihat ulang pelaksanaan masing-masing siklus.

Pada tahap refleksi peneliti melakukan evaluasi tindakan yang sudah diterapkan pada

masing-masing siklus. Tindakan dilihat dari awal sampai akhir pelaksanaan masing-

masing siklus yang sudah dijalankan oleh peneliti. Pada siklus I refleksi digunakan

untuk mengetahui kekurangan yang terdapat pada siklus I, kekurangan yang terdapat

pada siklus I kemudian diperbaiki pada saat pelaksanaan siklus II. Refleksi dari

keseluruhan siklus akan membantu peneliti untuk mengetahui apakah perlakuan yang

diterpkan berhasil atau tidak beserta perubahan prestasi belajar sebelum dan sesudah

diterapkan perlakuan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

3.5.1. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan lisan kepada subjek yang diteliti (Kusumah & Dwitagama, 2010: 77).

Wawancara dalam konteks ini merupakan teknik untuk mengumpulkan data dengan

menggunakan pertanyaan untuk memperoleh data. Pertanyaan dalam wawancara

10
disesuaikan dengan responden yang diteliti, supaya segala sesuatu yang dibutuh dapat

digali dan diungkap dengan baik.

Esterberg dalam sugiyono (2010: 317) mengungkapkan bahwa wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu. Wawancara

dalam konteks ini adalah hal yang dilakukan untuk menggali informasi tentang suatu

hal yang akan diteliti.

Sanjaya (2009: 96) berpendapat bahwa wawancara merupakan tenik

mengumpulkan data dengan menggunakan Bahasa lisan baik secara tatap muka

maupun melalui saluran media tertentu. Wawancara dalam hal ini berarti tenik

pengumpulan data dengan melakukan dialog untuk memperoleh data yang bisa

dilakukan secara bertatap muka maupun melalui alat komunikasi lain.

Dari pendapat para ahli diatas dapat diketahui bahwa, wawancara merupakan

teknik pengumpulkan data dengan cara bertanya dengan tujuan untuk memperoleh

informasi. Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keterangan

maupun data yang berkualitas. Wawancara dapat dilakukan secar langsung maupun

melalui teknologi komunikasi lain.

Peneliti menggunakan teknik wawancara untuk dapat mengetahui kondisi

awal objek penelitian sebelum diberikan perlakuan. Teknik wawancara ini melibatkan

guru kelas V SD Karitas secara langsung, karena pihak yang mengetahui keadaan

atau kondisi awal siswa adalah guru kelas itu sendiri.

11
3.5.2. Observasi

Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana seorang

peneliti melihat situasi penelitian. (Kusumah & Dwitagama, 2009: 66). Peneliti dalam

melakukan observasi akan melihat situasi proses pembelajaran, tingkah laku siswa,

dan interaksi antara guru dengan siswa. Data tentang situasi dari kelas kemudian

dicatat dan dijadikan bahan penelitian.

Hadi dalam sugiyono (2014: 203) berpendapat bahwa observasi merupakan

suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis

dan psikologis. Observasi dalam hal ini berkaitan dengan sikap dan tingkah laku

seseorang. Tingkah laku dalam hal ini merupakan tingkah laku siswa yang akan

dijadikan subjek penelitian.

Dari berbagai teori diatas maka dapat kita pahami, bahwa observasi

merupakan suatu bentuk pengamatan yang dilakukan untuk mendapatkan data. Hal

yang diamati dalam penelitian ini berkaitan dengan prestasi belajar dan motivasi

belajar siswa.

3.5.3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data-data yang berupa dokumen-

dokumen yang mendukung proses penelitian (Sugiyono, 2014: 310). Dokumen

merupakan suatu catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2014: 329).

Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, maupun karya monumental. Dokumen-

dokumen berikut dikumpulkan dan dijadikan bahan untuk diteliti.

12
Dokumen pada penelitian ini yaitu kumpulan nilai-nilai dari beberpa tahun

sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dijadikan bahan penelitian.

Dokumen-dokumen yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis, analisis berikut

ialah untuk mencari masalah yang terjadi dalam suatu pembelajaran sehingga

motivasi dan prestasi belajar siswa kurang makasimal.

3.6. Instrumen Penelitian


3.6.1. Tes

Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi,

atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites (Jihad, 2012: 67). Jihad

(2012: 67) mengemukakan bahwa tes digunakan untuk mengukur sejauh mana

seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek

pengetahuan dan ketrampilan. Dalam konteks ini tes merupakan hal yang harus

dikerjakan siswa dengan fungsi untuk mengukur pengetahuan dan ketrampilan siswa

terhadap suatu materi.

Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang

dengan magsud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor

angka (Kusumah & Dwitagama, 2010: 78-79). Tes dalam hal ini ialah seperangkat

untuk merangsang seseorang untuk dapat memperoleh jawaban untuk dijadikan

penetapan skor secara kuantitatif.

Dari pendapat ahli berikut dapat diketahui bahwa tes merupakan perangkat

untuk mengukur kemampuan seseorang tentang pengetahuan maupun ketrampilan

seseorang. Tes berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang

13
sudah diajarkan kepada seseorang. Hasil dari tes berupa skor atau nilai dalam bentuk

angka (Kuantitaif).

Peneliti menggunakan tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Tes di

berikan kepada siswa saat pelaksanaan siklus, selain itu tes juga digunakan untuk

mengetahui kondisi awal yaitu prestasi belajar siswa kelas V SD Karitas sebelum

diterapkan perlakuan. Pada pelaksanaan siklus tes diberikan diakhir kegiatan

pembelajaran masing-masing siklus.

3.6.2. Non Tes

Instrumen nontes merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui kualitas

kerja serta hal-hal yang berkenaan dengan domain afektif ( Arifin, 2009: 152).

Instrumen nontes digunakan untuk melihat sikap seseorang dalam menanggapi suatu

hal misalnya motivasi, minat, dan bakat. Setiap dimensi dan aspek diukur dengan alat

yang berbeda-beda.

Instrumen non tes yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data ialah

kuisioner. Kuisioner merupakan alat untuk mengumpulkan dan mencatat data (Arifin,

2009: 166). Kuisioner ini dibuat untuk mengukur motivasi siswa dalam mengikuti

pembelajaran IPA dikelas. Pembuatan kuisioner mengacu pada indicator motivasi

yang termuat dalam teori motivasi menurut ahli.

3.7. Teknik Pengujian Instrumen

3.7.1. Validitas

Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrument

dala melakukan fungsinya sebagai alat ukur (Azwar, 2012: 173). Validitas bertujuan

14
untuk menguji instrument yang akan digunakan untuk menentukan instrument layak

untuk diujikan atau tidak. Instrument yang sudah valid maka dapat diujikan kepada

obyek.

Peneliti dalam melakukan uji validitas akan menggunakan cara pengujian

validitas konstrak. Validitas konstrak dilakukan dengan menyajikan instrument

kepada guru dan kepala sekolah untuk mengetahui apakah instrument ini dapat

diujikan kepada obyek. Kepala sekolah dan guru menilai instrument yang akan

diujikan. Instrument dikatakan memenuhi validitas konstruk jika item-item mampu

mengukur setiap aspek berpikir yang berhubungan dengan kompetensi initi,

kompetensi dasar, dan indikator yang terdpat dalam kurikulum ( Supranata, 2009).

Untuk menguji validitas konstrak, dapatdigunakan pendapat para ahli.

Dalam uji validitas ini para ahli akan mengemukakan pendapatnya tentang instrumen

yang sudah dibuat, kemungkinan para ahli akan berpendapat bahwa instrumen laya

diujikan, instrumen perlu diperbaiki, atau instrumen perlu dirombak total. Ketentuan

jumlah ahli yang diminta pendapatnya minimal tiga ahli. ( Sugiyono, 2010: 177)

Sugiyono (2010: 177) mengatakan ,setelah menguji validitas konstrak dari

para ahli, instrumen tersebut diujikan pada sampel, minimal untuk 30 orang. Setelah

data diperoleh maka pengujian konstruksi dapat dilakukan dengan analisis factor,

yaitu dengan mengkorelasikan antar skor factor dengan skor total.

Penghitungan validitas instrumen yang sudah dibuat peneliti pertama

diujikan kepada tiga validator. Setelah memperoleh pendapat validator dan instrumen

sudah diperbaiki maka instrumen diujikan kepada sampel penelitian. Setelah

15
didapatkan data maka, peneliti mengkorelasikan antara skor factor dengan skor total.

Dari 6 aitem yang dibuat berdasarkan 6 indikator, kemudian data yang diperoleh diuji

validitasnyamelalui program aplikasi SPSS 20 for windows. Jika aitem menunjukan

skor 0,30> aitem dinyatakan tidak valid, apabila sudah mencapai >0,30 maka aitem

dinyatakan valid.

3.7.2. Reliabilitas.

Realibilitas berasal dari kata reliability, merupakan sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya (Azwar 2012: 180). Menurut Sangadji (2010) reliabilitas

menunjukan bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakansebagai

alat pengumpul data apabila instrument sudah baik sehingga dapat menentukan data

yang dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya jika setiap kali diujikan instrument

memperoleh hasil yang sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang

tidak berubah (Azwar, 2009: 4).

Reliabitas ini akan menggunakan teknik internal consistency. Pengujian

reliabilitas internal consistency, dilakukan dengan mencobakan instrumen sekali saja,

kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu, hasil yang diperoleh

dapat dinyatakan sebagai prediksi nilai realibilitas instrumen. Pengujian reliabiltas

dapat dilakukan dengan teknik Belah dua dari Spearman Brown, KR. 20, KR. 21 dan

Anova Hoyt. (Sugiyono, 2010: 185)

Peneliti dalam uji reliabilitas ini menggunakan teknik belah dua dari

Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 185) :

r 2 rb
i=
1+ rb
16
Gambar. 2. Rumus reliabilitas menurut Spearman Brown

3.8. Teknik Analisis Data

3.8.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermagsut membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010: 207-208). Dalam teknik statistic deskriptif

data yang disajikan adalah penyajian data melalui table, pictogram, diagram

lingkaran, perhitungan modus, mean, median, perhitungan desil, persentil,

perhitungan standar deviasi, sertaperhitungan persentase (Sugiyono, 2010: 208).

Teknik analisa data penelitian menggunakan salah satu program statistik yaitu

program SPSS 20 for windows yang menganalisa data menggunakan statisktik

deskriptif.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menyajikan data penelitian dalam bentuk

analisis statistic deskriptif. Peneliti akan menyajikan data kedalam bentuk table,

grafik, dan diagram. Peneliti dalam mengolah data akan menggunakan suatu aplikasi

dari windows yaitu SPSS 20 for windows.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Azwar, S. 2012. Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi

Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jihad Asep, Haris Abdul. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Pressindo.

Kusumah Wijaya, Dwitagama Dedi. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: PT Indeks.

Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

18

Anda mungkin juga menyukai