Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika adalah ilmu pasti. Materi dalam pelajaran ini sebagian besar
menggunakan rumus. Salah satu materinya adalah geometri. Contoh bangun ruang
seperti kubus, balok, tabung dan lain-lain. Penulis sebagai salah satu guru Matematika
di kelas VI SD Swasta Santa Lusia Virgini Sei Rotan menemui kesulitan dalam
mengajarkan materi volume bangun ruang khususnya volume tabung atau silinder. Hal
ini dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar dalam pelajaran Matematika.

Hasil belajar Matematika dapat optimal jika seluruh komponen pembelajaran


tersedia dan berfungsi secara optimal juga. Salah satu komponen keberhasilan
pembelajaran yang memiliki kontribusi tinggi adalah desain pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Desain pembelajaran dan peran aktif siswa secara intelektual dan
emosional kurang, berdampak pada hasil belajar Matematika yang tidak optimal.
Kondisi tersebut terjadi kelas VI dimana dua kali ulangan harian Matematika hasilnya
belum baik.

Hasil belajar Matematika tersebut di atas diperoleh siswa ketika guru mendesain
pembelajarannya belum mengoptimalkan peran aktif siswa dalam pembelajaran.
Padahal sesuai dengan pembelajaran paradigma baru, siswa bukan lagi sebagai obyek
namun siswa harus menjadi subjek dalam pembelajaran. Oleh karena itu desain
pembelajaran yang dilakukan guru harus mengacu pada pembelajaran yang inovatif.

Penulis ingin meningkatkan hasil belajar matematika khususnya pada materi


volume tabung. Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk menggunakan media
pembelajaran bangun tabung dan pendekatan pembelajaran kooperatif Student Teams
Achievement Division (STAD). Hal in

1
2

i dilakukan agar siswa lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti pelajaran ini.
Dengan pendekatan ini diharapkan siswa lebih mudah dalam menelaah dan mengerti
tentang materi bangun tabung yang diajarkan. Hal ini dapat memungkinkan adanya
peningkatan hasil belajar siswa.

1.2 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang ternyata terjadi kesenjangan antara kenyataan


dan harapan pada saat melakukan observasi di lapangan. Pada kenyataan hasil belajar
Matematika Kelas VI SD Swasta Santa Lusia Virgini Sei Rotan masih rendah terutama
pada materi geometri, khususnya geometri bangun ruang. Harapan yang ingin dicapai
adanya peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
Student Teams Achievements Divisions (STAD) yang dapat mengaktifkan siswa dalam
belajar baik secara mental, fisik, maupun sosial.

1.3 Cara Pemecahan Masalah

Sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar Matematika, penulis


menggunakan pendekatan pembelajaran Student Teams Achievements Divisions
(STAD) yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Siswa mudah menelaah dan
mengerti tentang volume bangun ruang, serta dapat menambah rasa kebersamaan pada
siswa sehingga hasil belajar dapat meningkat.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam tindakan ini adalah: Apakah melalui penerapan


pendekatan pembelajaran Student Teams Achievements Divisions (STAD) dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika bagi siswa kelas VI SD Swasta Santa Lusia
Virgini Sei Rotan ?

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.5.1. Tujuan Penelitian

Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas VI SD Swasta


3

Santa Lusia Virgini Sei Rotan melalui penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif
STAD.
1.5.2. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
- Dapat memacu dan memotivasi minat siswa.
- Dapat meningkatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran.
- Dapat menerima pengalaman baru melalui tutor sebaya.
- Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi guru
- Mempermudah guru dalam mengajarkan materi bangun ruang.
- Guru dapat mengetahui teori atau metode baru yang dapat meningkatkan
prestasi siswa.
3. Bagi sekolah
- Menambah referensi PTK di sekolah
- Menambah karya guru tentang PTK di sekolah
4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1. Hasil Belajar

Banyak pengertian tentang hasil belajar menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut:
1. Menurut Darmansyah (2006: 13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian
terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap
kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran.
2. Menurut Cece Rahmad dalam Zaenal Abidin (2004: 1) mengatakan bahwa hasil belajar
adalah penggunaan alat pada hasil tes atau prosedur penelitian sesuai dengan aturan
tertentu atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap menguasai materi pelajaran
yang telah diberikan.
3. Hasil belajar menurut Nasrul Harahap (Zaenal Abidin: 2):
- Hasil belajar berperan memberikan informasi tentang kemajuan hasil belajar
siswa setelah mengikuti PBM dalam jangka waktu tertentu.
- Untuk mengetahui keberhasilan komponen-komponen pengajaran dalam rangka
mencapai tujuan.
- Hasil belajar memberikan pertimbangan apakah siswa diberikan program perbaikan,
pengayaan atau melanjutkan program pengajaran selanjutnya.
- Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan
dalam suatu program pengajaran.
- Untuk keperluan supervisor Kepala Sekolah dan Penilik agar guru lebih
berkompeten.
- Sebagai bahan dalam memberikan informasi kepada orang tua siswa dan sebagai bahan
dalam mengambil keputusan dalam pengajaran.
4. Menurut Slameto (2003: 2)

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
5. Menurut Nana Sudjana (1989: 25):

Hasil belajar adalah perubahan pada diri seseorang dalam berbagai bentuk seperti perubahan
5

pengetahuan, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan
asek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Berdasarkan pendapat yang disampaikan dapat dibuat definisi bahwa hasil belajar
adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa dalam bentuk angka maupun perubahan
setelah menjalani proses pembelajaran yang berguna untuk memberikan informasi hasil
belajar siswa kepada orang tua atau siswa maupun kepada komponen-komponen
pengajaran untuk melanjutkan program pengajaran selanjutnya.
2.1.2. Hasil Belajar Matematika

Secara garis besar pembelajaran Matematika harus mengacu pada standar kompetensi
maupun kompetensi dasar Matematika. Standar kompetensi Matematika merupakan
kompetensi Matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan siswa pada hasil belajarnya
dalam pelajaran Matematika. (Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika Buku 3, 2005: 7)

Dengan demikian hasil belajar Matematika adalah suatu perubahan yang dicapai oleh
proses usaha yang dilakukan seseorang siswa dalam interaksinya antara pengalaman dengan
lingkungannya berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar Matematika yang telah
ditetapkan tentang model Matematika dari masalah yang berkaitan dengan volume tabung.
2.1.3. Bangun Tabung

Bagun tabung termasuk bangun prisma yang memiliki alas berbentuk lingkaran.
Menurut Sartono Wirodikromo (2003: 2) mendefinisikan bangun tabung adalah sebuah benda
yang dibatasi oleh 2 sisi datar yang berbentuk lingkaran dan 1 sisi lengkung yang berbentuk
persegi panjang.

Volume prisma = luas alas x tinggi

Volume tabung = luas alas x tinggi

= luas lingkaran x tinggi


2.1.4. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran dengan siswa dikelompok-


kelompokkan ke dalam tim-tim kecil untuk menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah
secara bersama. Untuk mencapai tujuan kelompok yang saling menguntungkan. Setiap
kelompok terdiri atas empat sampai enam orang dengan tingkat kemampuan yang beragam
dan tiap anggota bertanggung jawab atas keberhasilan belajarnya secara individu maupun
kelompok.
6

Menurut Susento dan M. Andy Rudhito (FKIP Universitas Sanata Dharma


Yogyakarta: 2011) mendefinisikan pendekatan pembelajaran kooperatif adalah konsep
pembelajaran yang membantu guru memanfaatkan kelompok-kelompok kecil siswa yang
bekerja sama untuk mencapai sasaran belajar dan memungkinkan siswa memaksimalkan
proses belajar satu sama lain.
2.1.5. Pendekatan Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah
anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan
kelompok.

Slavin (dalam Nur, 2000: 26) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan
dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa diberikan
tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif STAD ini juga


membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.

Persiapan-persiapan tersebut antara lain:


a. Perangkat pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perangkat


pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa,
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.
b. Membentuk kelompok kooperatif

Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam


kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok
lainnya relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu
memperhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas
terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat
didasarkan pada prestasi akademik, yaitu:
1. Siswa dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian dalam mata pelajaran
Matematika. Tujuannya adalah untuk mengurutkan siswa sesuai kemampuan
Matematikanya dan digunakan untuk mengelompokkan siswa ke dalam kelompok.
7

2. Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas, kelompok menengah,
dan kelompok bawah. Kelompok atas 25% dari seluruh siswa yang diambil dari
siswa ranking satu, kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari
urutan setelah diambil kelompok atas, dan kelompok bawah 25% dari seluruh siswa
yaitu terdiri dari siswa setelah diambil kelompok atas dan kelompok menengah.
c. Menentukan skor awal

Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan
sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada pembelajaran
lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masing- masing individu dapat
dijadikan skor awal.
d. Pengaturan tempat duduk

Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik,
hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif, apabila
tidak ada pengaturan tempat duduk, dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan
kegagalan pembelajaran pada kelas kooperatif.
e. Kerja kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD,


terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh
mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.

Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan


melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Menghitung skor individu

Menurut Slavin(2010:159)untuk memberikan skor perkembangan individu


dihitung seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Nilai Perkembangan Skor Individu

No Skor Siswa Nilai Perkembangan


.
1. Lebih dari 10 point di bawah skor dasar 5
2. 10 point hingga 1 point di bawah skor dasar 10
3. Skor dasar sampai 10 point diatasnya 20
4. Lebih dari 10 point diatas skor dasar 30
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30
Sumber: Slavin (2010: 159)
8

b. Menghitung skor kelompok

Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota
kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota
kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor
perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok tercantum pada table berikut:
Tabel 2
Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-Rata Kelompok Peghargaan


0≤N≤5 -
5 < N ≤ 15 Tim baik
15 < N ≤ 25 Tim hebat
25 ≤ N ≤ 30 Tim Super
(Sumber: Slavin dalam Trianto, Model-model Pembelajaran 2010:53)

c. Memberikan hadiah atau pengakuan skor kelompok setelah masing-masing kelompok


memperoleh predikat, guru memberikan hadiah/penghargaan kepada masing-masing
kelompok sesuai dengan predikatnya.

Berdasarkan tujuan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menunjukkan


bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang
cukup sederhana. Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan
masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat pada fase
2 dari fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu adanya penyajian informasi
atau materi pelajaran. Perbedaan model ini dengan model konvensional terletak pada
adanya pemberian penghargaan pada kelompok.
2.1.6. Penerapan STAD terhadap Pembelajaran Matematika

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada langkah-


langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase. Penerapan model STAD dalam
pembelajaran Matematika membawa siswa pada suasana kerjasama yang diharapkan.
Langkah-langkah pembelajaran tersebut adalah:
9

Tabel 3
Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

FASE TINGKAH LAKU GURU


Fase-1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
Menyampaikan tujuan dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2 Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
Menyajikan Informasi
demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
Mengorganisasikan siswa membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
ke dalam kelompok kelompokagar melakukan transisi secara efisien.
kooperatif
Fase-4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
Membimbing kelompok padasaat mereka mengerjakan tugas mereka.
bekerja dan belajar
Fase-5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
Evaluasi telah dipelajari atau masing-masingkelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
Memberikan penghargaan maupun hasil belajar individudan kelompok.

Penjelasan lebih lanjut tentang enam fase atau langkah model pembelajaran
Kooperatif adalah sebagai berikut:
 Fase-1:
Guru mengklarifikasi maksud pembelajaran Kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan
karena siswa harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran.
 Fase-2:
Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik.
 Fase-3:
Kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari dan ke
kelompok-kelompok belajar harus diorkestrasi dengan cermat. Sejumlah elemen perlu
dipertimbangkan dalam menstrukturisasikan tugasnya. Guru harus menjelaskan bahwa siswa
harus saling bekerja sama di dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus
merupakan tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk
mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ini yang terpenting jangan sampai ada
anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya.
10

 Fase-4:
Guru perlu mendampingi Tim – tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang
dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang diberikan guru
dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah
ditunjukkannya.
 Fase-5:
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan
tujuan pembelajaran.

 Fase-6:

Guru mempersiapkanstrukturreward yang akandiberikankepadasiswa. Variasistrukturreward


bersifatindividualistis, kompetitif, danKooperatif. Struktur reward
individualististerjadiapabilasebuahreward dapatdicapaitanpatergantungpadaapa yang
dilakukan orang lain. Strukturreward
kompetitifadalahjikasiswadiakuiusahaindividualnyaberdasarkanperbandingandengan orang
lain. Strukturreward Kooperatifdiberikankepadatimmeskipunanggotatim-
timnyasalingbersaing.

2.2 Kerangka Pikir

Tinggi rendahnya pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika akan
mencerminkan tingkat keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar
mengajar, seorang guru dapat memilih metode pengajaran yang sesuai dengan materi yang
akan diberikan pada siswa. Pada kondisi awal, seorang guru belum menggunakan
pendekatan pembelajaran kooperatif STAD, maka hasil belajar siswa masih rendah. Guru
mengadakan tindakan dalam pembelajaran menggunakan cara belajar kooperatif dengan tipe
STAD dengan mengelompokkan siswa empat sampai enam orang pada tiap kelompok,
sebagai siklus 1 dengan kompetensi dasar menghitung volume prisma, hasil belajar
meningkat dibandingkan dengan hasil belajar pada kondisi awal.

Pada siklus II dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kooperatif tipe


STAD dengan kompetensi dasar menghitung volume tabung. Hingga pada kondisi akhir
diduga melalui pendekatan kooperatif STAD hasil belajar meningkat sehingga dapat
digambarkan dalam kerangka pikir seperti pada gambar:
11

Guru:
Siswa:
Keadaan awal Belum menggunakan
Hasil belajar Matematika
penerapan pembelajaran
rendah
kooperatif tipe STAD

Siklus I
Dalamcara
Dalam pembelajaran, guru menggunakan pembelajaran, guru menggunakan
belajar kooperatif tipe STAD pembela
Tindakan

Guru juga melakukan kembai melaluiSiklus


pendekatan
II pembelajaran kooperatif ipe STAD, h
Dalam pembelajaran, guru menggunakan pembela
Kondisi Akhir

Gambar 1: Skema kerangka pikir

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka dan kerangka berfikir dapat dirumuskan
hipotesis tindakan: melalui penerapan pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar
Matematika tentang volume bangun ruang bagi siswa kelas VI SD Swasta Santa Lusia
Virgini Sei Rotan.
12

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

Pelaksaanaan penelitian ini dilakukan di SD Swasta Santa Lusia Virgini Sei Rotan
pada siswa kelas VI dimana saya sebagai guru mata pelajaran matematika. Waktu penelitian
pada bulan Februari hingga Maret, semester II Tahun Pelajaran 2021/2022.

3.2. Variabel yang Akan Diteliti

Penelitian ini mengandung dua variabel yaitu:


3.2.1. Hasil belajar Matematika sebagai variabel terikat (y)
Secara garis besar pembelajaran Matematika harus mengacu pada standar kompetensi
maupun kompetensi dasar Matematika. Standar kompetensi Matematika merupakan
kompetensi Matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan siswa pada hasil belajarnya
dalam pelajaran Matematika. (Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika Buku 3, 2005:
7).Dengan demikian hasil belajar Matematika adalah suatu perubahan yang dicapai oleh
proses usaha yang dilakukan seseorang siswa dalam interaksinya antara pengalaman dengan
lingkungannya berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar Matematika yang telah
ditetapkan tentang model Matematika dari masalah yang berkaitan dengan volume tabung
yang berupa nilai kognitif yang berupa angka.
3.2.2. Student Teams Achievement Division (STAD) sebagaivariabelbebas (x)

Variabel STAD sebagai variabel proses karena terkait dengan yang dilakukan guru
dalam proses pembelajaran. Hasil belajar Matematika merupakan variabel out put sebagai
hasil pembelajaran. Sebagai variabel input adalah siswa kelas VI dan guru dengan
karakteristik siswa cara berfikir kongkrit dan karakteristik guru kurang optimis dalam
mengajar. Untuk memudahkan pengukuran dari variabel bebas (x) dan variabel terikat (y)
maka peneliti membuat definisi operasional dari variabel-variabel tersebut.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah
anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan
kelompok.
13

3.3. Rencana Tindakan

Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri
dari dua siklus. Langkah-langkah dalam tiap siklus terdiri dari:

(1) Perencanaan (Planning),

(2) Tindakan dan observasi,

(3) Refleksi (Reflecting),

3.3.1. Siklus I
1) Perencanaan (Planning)

Yang meliputi:

(i) menyusun promes dan silabus,

(ii) menyusun kisi-kisi soal,

(iii) menyusun skenario pembelajaran kooperatif (RPP),

(iv) membuat LKS pembelajaran kooperatif tipe STAD,

(v) menyiapkan media pembelajaran,

(vi) menyusun soal ulangan harian,

(vii) menyiapkan instrumen observasi.


2) Pelaksanaan dan Observasi

Yang meliputi langkah-langkah:

(i) membuat kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 siswa,

(ii) melaksanakan KBM dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,

(iii) mengerjakan ulangan harian.

Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara kolaborasi dengan teman


sejawat dengan menggunakan alat-alat monitoring berupa instrumen yang telah
direncanakan. Pada akhir siklus I guru mengadakan wawancara dengan siswa. Validasi
hasil dilakukan dengan triangulasi dari siswa, guru dan teman sejawat.
14

3) Refleksi (Reflecting)

Yang meliputi menganalisa data kuantitatif dan kualitatif dari hasil observasi dengan
instrumen yang telah ada. Hasil analisa digunakan untuk melihat hasil tindakan baik
positif maupun negatif dan untuk menentukan tindak lanjut siklus berikutnya.
Refleksi dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu
membandingkan hasil observasi kondisi awal dengan hasil observasi pada siklus I.

3.3.2. Siklus II
1) Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini meliputi:

(i) identifikasi permasalahan siklus I dan rencana perbaikan,

(ii) menyusun RPP LKS Pembelajaran Kooperatif tipe STAD,

(iii) identifikasi masalah untuk diskusi dilaksanakan sama dengan siklus I.


Namun perlu upaya untuk lebih meningkatkan aktivitas siswa dan menggali
masalah dengan diri siswa maupun dari guru,
(iv) menyusun ulangan.
2) Pelaksanaan (Acting) dan Pengumpulan Data (Obsevasi)

Proses pembelajaran siklus ini sama dengan siklus I dan merupakan perbaikan dari
siklus I dan semua kelemahan-kelemahan yang muncul selama pelaksanaan siklus I
diperbaiki pada siklus II ini. Peraikan ini ditujukan untuk menumuhkan aktivitas siswa
dalam belajar, pada awal siklus II siswa masih perlu dijelaskan tentang pembelajaran
kooperatif dengan tipe STAD.
Pengumpulan Data (Observasi)

Pada tahap ini sama dengan siklus I data yang dipandang penting seperti data
kemajuan hasil belajar dan data aktivitas belajar yang dipantau lewat lembar observasi
kelas, hasil pengamatan siswa dan hasil pekerjaan siswa.

3) Refleksi (Reflecting)

Refleksi pada siklus II ini difokuskan pada pengalaman yang diperoleh dari siklus
I, menilai kembali sasaran perbaikan yang ditetapkan. Refleksi dilakukan dengan
menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan hasil observasi
siklus I dengan hasil oservasi pada siklus II.
15

3.4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik mengumpulkan data yaitu teknik tes dan
teknik non tes. Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data primer berupa hasil belajar
Matematika. Soal tes yang digunakan berbentuk essai. Soal tes berbentuk essai dipilih
karena dapat mencakup semua indikator ketercapaian kompetensi siswa. Selain itu soal
essai dapat diketahui dengan cepat dan hasilnya tidak dipengaruhi oleh korektor. Teknik
yang kedua dapat diperoleh dari observasi pembelajaran.

Alat pengumpulan data yang digunakan adalah butir soal tes dan lembar observasi
atau pengamatan. Penyusunan butir soal tes dilakukan oleh peneliti sendiri yang
dilengkapi dengan kisi-kisi soal.
3.5. Indikator Kinerja

Penelitian ini dikatakan berhasil jika semua prosedur pembelajaran dengan STAD
dapat dilakukan seluruhnya dengan baik dan 80% siswa memiliki nilai ≥ 70,dimana
dengan rata-rata nilai untuk matematika 70 .

3.6. Analisis Data

Analisis data terdiri atas dua data. Data tes yang dianalisa yaitu hasil belajar
Matematika tentang volume tabung dan masalah yang berkaitan dengan volume tabung.
Data tes kuantitatif tersebut dianalisa dengan metode analisis deskriptif komparatif.

Analisis deskriptif komparatif adalah membandingkan data nilai awal tes dengan
data siklus I dan siklus II. Data hasil observasi merupakan data kualitatif. Analisis data
kualitatif dilakukan dengan membandingkan data hasil observasi antar siklus yang didapat
dari observasi teman sejawat.Teknikpengumpulan data yang
dilakukandalampenelitianiniadalahKuisioner/Angket.Sedangkananalisisdilakukanmenggu
nakanpendekatanstatistikberikut: 1) Melakukanujivaliditas 2)
MelakukanUjireliabilitasIntrumen yang sudahdinyatakan valid danreliabel,
selanjutnyadisebarkankepadaseluruhresponden (sampelpenelitian)
untukdiisisesuaidenganpendapatnyamasing-masing. Setelah data
terkumpulkemudiandilakukanpengolahansecarastatistikdenganrumussebagaiberikut:
Jumlah rata−rata skor yang dicapai
x=
Jumlah pertanyaan
16

Hasil perhitungan rata-rata kemudian ditafsirkan dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 4.

Kriteria Penafsiran Penerapan Kooperatif tipe STAD dan Efektivitas Proses Belajar
Mengajar

No. Rata-rata skor Penafsiran


1. 0,00 – 0,82 Sangat buruk
2. 0,83 – 1,66 Buruk
3. 1,67 – 2,49 Kurang baik
4. 2,50 – 3,32 Cukup baik
5. 3,33 – 4,16 Baik
6. 4,17 – 5,00 Sangat baik/idel
Sumber : Jurnal ilmiah Kependidikan FKIP UNPAS
17

DAFTAR PUSTAKA

Ali Imron, S.Pd. 2011. KTSP. SDN Wedarijaksa 03


BNSP. 2008. Model Silabus Kelas VI. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah

Sumarno, Joko. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika tentang Model


Matematika.

Salatiga: UKSW
Kurniawan, Nursidik. 2007. Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 6 Nopember
2011 http://nhowitzer.multiply.com

Suparjo. 2005. Matematika 6. Tiga Serangkan. Solo: Pustaka Mandiri Sulastri, S.Pd,
M.Pd. 2011. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif. Pati: UT

Tri Kusumaningrum, Pipit. 2009. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika


tentang Bangun Ruang. Kudus: PTK FKIP

UKSW, 2011. Model Pembelajaran. Salatiga: UKSW

. 2005. Buku 3 Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika. Jakarta:


Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama

________

https://journal.uny.ac.id › cope › article

________

http://repo.iain-tulungagung.ac.id 

________

http://research.unissula.ac.id

Anda mungkin juga menyukai