A. Latar belakang
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini menjadikan
penguasaan pengetahuan matematika sangat perlu untuk dipahami dan dikuasai oleh siswa.
Matematika berperan penting dalam penataan cara berpikir, terutama dalam pembentukan
kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan memecahkan masalah. Matematika berkaitan
erat dengan aktivitas manusia sehari-hari, mulai dari hal-hal yang sederhana hingga hal-hal
yang membutuhkan pemikiran. Selain itu, di era modern seperti sekarang ini, orang terbiasa
berpikir cepat, logis dan menggunakan teknologi yang lebih cepat dan nyaman untuk
mempermudah pekerjaan. Berpikir cepat dan logis terdapat pada matematika.
Matematika mengandung konsep-konsep yang abstrak. Konsep abstrak cenderung
membingungkan dan menyebabkan siswa tidak suka pada pelajaran matematika. Dalam hal
ini perlu diciptakan kondisi belajar yang nyaman, sehingga proses pembelajaran matematika
menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi siswa. Salah satu untuk meningkatkan hasil
belajar Salah upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa
adalah mengubah metode pembelajaran konvensional (ceramah, tanya jawab, dan tugas)
dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih inovatif serta mendukung materi
pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, salah satunya yaitu dengan menggunakan alat
bantu kelereng untuk mengajarkan Matematika terutama pada materi pembagian. Dengan
metode ini, siswa dapat belajar Matematika dengan media yang menarik sehingga siswa tidak
merasa bosan ketika mengikuti pelajaran.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan peran aktif siswa
dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran yang lebih baik dapat tercapainya. Kegunaan
media dalam proses pembelajaran sangat menguntungkan dalam penyampaian materi kepada
siswa. Penggunaan media dalam proses pembelajaran di sekolah berhubungan dengan tingkat
perkembangan psikologis serta taraf kemampuan siswa yang mengikuti proses pembelajaran
dengan minat serta bakat siswa yang dapat membangkitkan motivasi siswa terhadap belajar.
Model pembelajaran ini diharapkan untuk dapat meningkatkan keterlibatan aktif dari setiap
siswa sehingga mampu menarik minat siswa untuk belajar materi pembagian. Dengan minat
siswa yang tinggi, diharapkan mampu memahami materi pembagian dengan baik.
Siswa Sekolah Dasar Focus Independent School Kelas 2 secara umum beranggapan
bahwa mata pelajaran Matematika adalah mata pelajaran yang sulit dipahami. Hal tersebut
dirasakan karena selama mata pelajaran Matematika berlangsung, mereka tidak bisa
memahami penjelasan guru dengan baik. Ditambah lagi, situasi kelas yang tidak kondusif
ketika dilakukan proses belajar mengajar karena banyak siswa yang tidak fokus
memperhatikan penjelasan guru.
Dari uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
Melihat latar belakang di atas maka peneliti perlu menggunakan media ajar kelereng di kelas
2 SD Focus Independent School Surakarta semester 2 tahun ajaran 2021-2022 agar hasil
belajar Matematika pada materi pembagian meningkat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti dapat mengemukakan rumusan
masalah sebagai berikut:
Apakah penerapan pembelajaran dengan menggunakan media ajar kelereng dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika materi pembagian di SD Focus Independent School
Surakarta di Semester 2 tahun ajaran 2021-2022?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran dengan menggunakan media ajar
kelereng dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi pembagian di SD Focus
Independent School Surakarta di Semester 2.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi guru.
a. Mendorong dan memotovasi guru untuk senantiasa menggunakan media yang sesuai
materi yang akan disampaikan saat melaksanakn proses pembelajaran.
b. Guru juga akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang sangat bermanfaat bagi
perbaikan proses KBM.
2. Bagi siswa.
Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa yang memiliki masalah akademis di
dalam kelas sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya secara umum dan hasil belajar
Matematikanya secara khusus.
3. Bagi sekolah.
a. Dapat digunakan sebagai referensi dalam mengembangkan media pembelajaran
yang ada.
b. Dapat memberikan informasi alternatif media-media pembelajaran yang dapat
dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
a. Hasil Belajar Siswa
1. Pengertian Hasil Belajar Siswa
Menurut Hamalik (2007 :30) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu
menjadi tahu. Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah dicapai
oleh seseorang siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari
materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat
berupa perubahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan lain sebagainya yang
menuju pada perubahan positif. Sehubungan dengan hasil belajar, Nana S. Sukmadinata
(1997 : 124) mengemukakan sebagai berikut :
“Hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki siswa sebagai akibat dari proses
belajar yang telah ditempuhnya, meliputi semua akibat dari proses belajar yang
berlangsung di sekolah atau di luar sekolah, yang bersifat kognitif, afektif maupun
psikomotor yang disengaja maupun tidak disengaja”.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan hasil belajar siswa
adalah tingkat atau hasil yang dicapai siswa dalam memahami materi pelajaran tertentu
yang terlihat dalam bentuk nilai sebagai pengetahuan, maupun sikap atau keterampilan
tertentu yang dimiliki setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran di sekolah.
1) Ranah Kognitif
Adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang
menyangkup aktivitas otak adalah termasuk ranah kognitif. Menurut Bloom, ranah
kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir yaitu:
knowledge(pengetahuan/hafalan/ingatan), compherehension (pemahaman), application
(penerapan), analysis (analisis), synthesis (sintetis), evaluation (penilaian).
2) Ranah afektif
b. Pembelajaran Matematika di SD
1. Pengertian Matematika
Nasoetion (Sri Subarinah, 2006: 1) mengemukakan bahwa istilah “Matematika”
berasal dari kata Yunani mathein atau manthenin yang artinya “mempelajari”. Mungkin
juga kata itu erat hubungannya dengan kata sansekerta medha atau widya yang artinya
ialah “kepandaian”, ”ketahuan” atau “intelegensi”. Dengan menguasai matematika,
orang akan belajar mengatur jalan pemikirannya dan sekaligus belajar menambah
kepandaiannya.
c. Materi Pembagian
1. Pengertian Pembagian
Pembagian merupakan kebalikan dari operasi perkalian. Pembagian sebagai invers
dari perkalian. Hasil bagi dari dua bilangan cacah a dan b (a : b = ...., b ≠ 0) adalah
bilangan cacah lain yang bersifat c x b = a. Pengajaran pembagian dimulai dari
penanaman konsep, penguasaan fakta dasar, algoritma pembagian, sifat dan pola
pembagian. Supaya terampil dalam melakukan operasi hitung, harus mengenal konsep
dasar operasi hitung. Van de Walle (2008:250) menuliskan ada dua konsep pembagian
yaitu “Pertama ada konsep pembagian adil”. seperti contoh berikut, Ibu Guru
mempunyai 100 buah permen dan akan dibagikan kepada 20 siswanya dengan sama rata,
berapa banyak permen yang diterima oleh setiap siswa? Dan ada juga konsep
pengurangan berulang seperti contoh berikut, Ibu Guru mempunyai 100 buah permen,
untuk mengerjakan tugas dibentuk kelompok. Jika setiap kelompok membutuhkan 20
buah permen. Berapa kelompok yang dibentuk guru?” Konsep pembagian adil
langkahnya adalah membagikan satu-satu secara berulang. Misalkan menjawab pada
contoh soal pembagian adil, langkah mengerjakan dengan membagikan satu-satu permen
terlebih dahulu kepada 20 siswanya, kemudian diulang membagi satu-satu lagi, hingga
permennya habis, sehingga masing-masing siswa mendapatkan hasil yang sama. Berbeda
permen yang dimiliki guru sejumlah 44 dibagikan ke 20 siswanya, berapa permen yang
diterima siswa sehingga pembagiannya adil? Jika langkah yang digunakan adalah
membagi satu-satu hingga habis permen yang dimiliki guru maka akan ada siswa yang
mendapatkan permen lebih banyak dari yang lainnya sehingga dikatakan tidak adil. Oleh
karena itu, cara yang digunakan juga menggunakan pengurangan berulang. Pembagian
pertama dari 44 permen diambil 20 permen (berarti dikurangi), kemudian dibagikan satu-
satu. Masih sisa 24 permen, diambil lagi 20 dan dibagikan satu-satu, masih sisa 4.
Apakah 4 permen akan dibagikan ke 20 siswanya? Jika dibagikan, apakah ke 20 siswa
akan menerima semua? Pastinya tidak. Jika ingin membaginya secara adil maka permen
harus dipecah-pecah dengan ukuran yang terlebih dahulu, atau jika tidak, tidak usah
dibagikan sehingga menjadi sisa 4. Operasi pembagian yang menghasilkan sisa 0,
disebut pembagian tanpa sisa. Sedangkan bila menghasilkan sisa bukan 0 maka
dikatakan pembagian dengan sisa. Tetapi sisa tidak lebih besar dari bilangan pembagi.
d. Media Pembelajaran
1. Pengertian media pembelajaran
Pengertian Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa Latin yang merupakan
bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah, artinya adalah “perantara” atau
“pengantar”. Oleh karenanya, media dipahami sebagai perantara atau pengantar sumber
pesan dengan penerima pesan. Media pembelajaran bisa dikatakan sebagai
alat yang bisa merangsang siswa sehingga terjadi proses belajar (Haryono, 2014:47).
Menurut Musfiqon (2012:28) media pembelajaran didefinisikan sebagai alat bantu
berupa fisik maupun nonfisik yang sengaja digunakan sebagai perantara anatara guru dan
siswa dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan efesien. Sehingga
materi pembelajaran agar lebih cepat diterima siswa dengan utuh serta menarik minat
siswa untuk belajar lebih lanjut.
Beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
merupakan sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang
pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses
belajar untuk menambah informasi baru pada diri siswa. Media memberikan rangsangan
bagi siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir menerangkan tentang konseptual secara teoritis tentang variabel yang
diteliti. Kerangka pemikiran dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) perlu dikemukakan
untuk membantu peneliti untuk memahami fenomena tentang asumsi-asumsi tentang
bagaimana ilmu menyusun atau mengorganisir masalah, penyelesaian masalah, dan kriteria
pembuktian. Kerangka berpikir dalam penelitian yaitu, dengan mendeskripsikan masalah
yang selama ini dialami pada pembelajaran Matematika kelas 2 SD Focus Independent
School Surakarta Semester 2 adalah belum menggunakan media pembelajaran kelereng pada
materi pembagian. Dikarenakan pendidik belum memiliki referensi yang cukup banyak
tentang media pembelajaran yang dapat menumbuhkan pemahaman pembagian sehingga
hasil belajar peserta didik belum sesuai dengan target belajar yang sudah ditentukan.
Solusi yang dapat digunakan yakni dengan cara mengembangkan media pembelajaran
yang dapat menumbuhkan kemampuan memahami pembagian pada pelajaran Matematika.
Melalui rangkaian-rangkaian kegiatan yang tersaji dalam media pembelajaran tersebut
diharapkan peserta didik dapat terlatih dan dapat memahami materi pembagian dengan
mudah. Banyak media pembelajaran yang digunakan dalam mengajar materi pembagian.
Media pembelajaran tersebut diantaranya, yaitu media kerelereng. Dengan menggunakan
media ajar diharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi pembagian. Adapun bagan
pelaksanaan penelitian dapat dilihat di gambar berikut ini:
Meningkatnya pemahaman
Siklus 1 dan siswa terhadap materi
Siklus 2 pembagian
C. Hipotesis tindakan
Dalam penelitian formal hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara dari
masalah penelitian. Hipotesis adalah statemen keterkaitan antara dua atau lebih variabel.
PTK sebagai penelitian yang bertumpu pada perbaikan kinerja guru, maka dalam
hipotesis dirumuskan dugaan apa yang akan terjadi manakala dilakukan suatu perlakuan
tertentu.
Dari uraian ini, maka hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah ada
peningkatan pemahaman materi pembagian dengan menggunakan media ajar kelereng
oleh peserta didik kelas 2 di SD Focus Independent School Surakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama bulan Maret – Mei 2022.
Jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel berikut.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pra Siklus
2 Siuklus 1
3 Siklus 2
4 Pasca Siklus
5 Aanalisis
Data
6 Pelaporan
B. SUBJEK PENELITIAN
Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah seluruh siswa kelas 2 SD Focus
Independent School Surakarta sebanyak 51 siswa yang terdiri dari 27 anak perempuan
dan 24 anak laki-laki.
C. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, angket, pretes, dan postes pada tiap
siklus dan dilengkapi jurnal harian (catatan harian).
1) Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, dari observasi tersebut dapat dilihat peningkatan aktivitas belajar yang
meliputi frekuensi aktivitas dan peningkatan kerjasama antar siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran.
2) Angket
Angket digunakan untuk melihat motivasi siswa dari pembelajaran yang telah dilakukan,
dimana angket adalah merupakan tanggapan dari seluruh siswa terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan, bermanfaat atau dapat dirasakan oleh siswa dalam
rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.
D. ANALISIS DATA
Pengelolaan data pada penelitian ini dilakukan setelah terkumpulnya data, selanjutnya
dianalisis secara kuantitatif. Untuk analisis secara kuantitatif digunakan analisis deskriptif
kuantitatif yaitu skor rata-rata yang diperoleh dari hasil tes tiap siklus yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat penguasaan materi dengan menggunakan media ajar kelereng
yang terdiri dari nilai rata-rata (mean), nilai tertinggi (maksimal), nan nilai terendah
(minimal).
Tabel 1.
Interval Nilai Kualifikasi
85 – 100 Sangat tinggi
75 – 84 Tinggi
60 – 74 Sedang
40 – 59 Rendah
0 – 39 Sangat rendah
Keterangan:
P = Persentase
F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Cases (jumlah sampel)
Sedangkan analisis kualitatif dilakukan dengan melihat hasil observasi selama proses
belajar mengajar dari tiap siklus. Dari aktifitas peserta didik dalam kelompok dan sikap
peserta didik. Dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh observer.
E. INDIKATOR KINERJA
Indikator kinerja pada penelitian ini adalah apabila kemampuan siswa kelas 2 SD
Focus Independent School untuk memahami materi pembagian dengan menggunakan
media ajar kelereng dapat membantu mereka untuk mencapai hasil KKM tes. Yaitu paling
tidak sebanyak 80% dari keseluruhan siswa atau 51 siswa mampu mencapai KKM yang
telah ditentukan sesudah dilakukan tindakan di kelas.
F. PROSEDUR PENELITIAN
a. Penetapan Fokus Masalah
Langkah-langkahnya adalah:
1) Merasakan adanya masalah
2) Mengidentifikasi masalah
3) Menganalisis masalah
4) Merumuskan masalah
Dalam penelitian dapat diketahui bahwa ada masalah dari hasil belajar siswa yang
rendah, kemungkinan disebabkan oleh metode pembelajaran konvensional (ceramah, tanya
jawab, dan tugas) sehingga membuat kegiatan pembelajaran monoton dan tidak adanya
motivasi belajar siswa. Penggunaan metode pembelajaran yang inovatif serta efisien bisa
meningkatkan hasil belajar siswa yaitu salah satunya dengan menggunakan media ajar
kelereng.
b. Perencanaan Tindakan
Hal terpenting yang harus disiapkan saat perencanaan tindakan antara lain:
1) Menyusun skenario pembelajaran
2) Menyiapkan sarana prasarana penunjang terlaksananya tindakan .
3) Menyusun instrument, baik proses maupun instrument hasil.
4) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan.
c. Pelaksanaan Tindakan, Observasi, dan Interprestasi
Pelaksanaan tindakan, observasi, dan interprestasi merupakan tahapan
pengaplikasian semua perencanaan tindakan yang telah disusun. Skenario tindakan
dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang sesungguhnya. Pada konteks ini, observasi dan
interprestasi juga dilakukan secara bersamaan.
Sudjana, N. 2000. Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
https://eprints.umm.ac.id/30830/
https://repository.upi.edu