Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI


PEMBAGIAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AJAR KELERENG KELAS 2
SD FOCUS INDEPENDENT SCHOOL SURAKARTA SEMESTER 2 TAHUN
AJARAN 2021-2022

Abet Nego Eko Susanto


857836546

PROGRAM STUDI S.1 BI PGSD


POKJAR SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)


UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ)
POKJAR SURAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini menjadikan
penguasaan pengetahuan matematika sangat perlu untuk dipahami dan dikuasai oleh siswa.
Matematika berperan penting dalam penataan cara berpikir, terutama dalam pembentukan
kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan memecahkan masalah. Matematika berkaitan
erat dengan aktivitas manusia sehari-hari, mulai dari hal-hal yang sederhana hingga hal-hal
yang membutuhkan pemikiran. Selain itu, di era modern seperti sekarang ini, orang terbiasa
berpikir cepat, logis dan menggunakan teknologi yang lebih cepat dan nyaman untuk
mempermudah pekerjaan. Berpikir cepat dan logis terdapat pada matematika.
Matematika mengandung konsep-konsep yang abstrak. Konsep abstrak cenderung
membingungkan dan menyebabkan siswa tidak suka pada pelajaran matematika. Dalam hal
ini perlu diciptakan kondisi belajar yang nyaman, sehingga proses pembelajaran matematika
menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi siswa. Salah satu untuk meningkatkan hasil
belajar Salah upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa
adalah mengubah metode pembelajaran konvensional (ceramah, tanya jawab, dan tugas)
dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih inovatif serta mendukung materi
pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, salah satunya yaitu dengan menggunakan alat
bantu kelereng untuk mengajarkan Matematika terutama pada materi pembagian. Dengan
metode ini, siswa dapat belajar Matematika dengan media yang menarik sehingga siswa tidak
merasa bosan ketika mengikuti pelajaran.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan peran aktif siswa
dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran yang lebih baik dapat tercapainya. Kegunaan
media dalam proses pembelajaran sangat menguntungkan dalam penyampaian materi kepada
siswa. Penggunaan media dalam proses pembelajaran di sekolah berhubungan dengan tingkat
perkembangan psikologis serta taraf kemampuan siswa yang mengikuti proses pembelajaran
dengan minat serta bakat siswa yang dapat membangkitkan motivasi siswa terhadap belajar.
Model pembelajaran ini diharapkan untuk dapat meningkatkan keterlibatan aktif dari setiap
siswa sehingga mampu menarik minat siswa untuk belajar materi pembagian. Dengan minat
siswa yang tinggi, diharapkan mampu memahami materi pembagian dengan baik.
Siswa Sekolah Dasar Focus Independent School Kelas 2 secara umum beranggapan
bahwa mata pelajaran Matematika adalah mata pelajaran yang sulit dipahami. Hal tersebut
dirasakan karena selama mata pelajaran Matematika berlangsung, mereka tidak bisa
memahami penjelasan guru dengan baik. Ditambah lagi, situasi kelas yang tidak kondusif
ketika dilakukan proses belajar mengajar karena banyak siswa yang tidak fokus
memperhatikan penjelasan guru.
Dari uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Masalah dari siswa.


a. Siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas sehingga
interaksi belajar mengajar belum optimal.
2. Sebanyak 18 dari 51 siswa kelas 2 kurang dapat memahami konsep pembagian
sehingga nilai topik tes siswa masih berada di bawah KKM, 70. Masalah dari guru.
a. Guru menggunakan metode ceramah saat memberikan materi dan cenderung
mendominasi kegiatan pembelajaran.
b. Guru tidak menggunakan media selama proses pembelajaran sehingga metode
pembelajaran kurang variatif.

Melihat latar belakang di atas maka peneliti perlu menggunakan media ajar kelereng di kelas
2 SD Focus Independent School Surakarta semester 2 tahun ajaran 2021-2022 agar hasil
belajar Matematika pada materi pembagian meningkat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti dapat mengemukakan rumusan
masalah sebagai berikut:
Apakah penerapan pembelajaran dengan menggunakan media ajar kelereng dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika materi pembagian di SD Focus Independent School
Surakarta di Semester 2 tahun ajaran 2021-2022?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran dengan menggunakan media ajar
kelereng dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi pembagian di SD Focus
Independent School Surakarta di Semester 2.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi guru.
a. Mendorong dan memotovasi guru untuk senantiasa menggunakan media yang sesuai
materi yang akan disampaikan saat melaksanakn proses pembelajaran.
b. Guru juga akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang sangat bermanfaat bagi
perbaikan proses KBM.
2. Bagi siswa.
Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa yang memiliki masalah akademis di
dalam kelas sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya secara umum dan hasil belajar
Matematikanya secara khusus.
3. Bagi sekolah.
a. Dapat digunakan sebagai referensi dalam mengembangkan media pembelajaran
yang ada.
b. Dapat memberikan informasi alternatif media-media pembelajaran yang dapat
dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
a. Hasil Belajar Siswa
1. Pengertian Hasil Belajar Siswa
Menurut Hamalik (2007 :30) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu
menjadi tahu. Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah dicapai
oleh seseorang siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari
materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat
berupa perubahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan lain sebagainya yang
menuju pada perubahan positif. Sehubungan dengan hasil belajar, Nana S. Sukmadinata
(1997 : 124) mengemukakan sebagai berikut :

“Hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki siswa sebagai akibat dari proses
belajar yang telah ditempuhnya, meliputi semua akibat dari proses belajar yang
berlangsung di sekolah atau di luar sekolah, yang bersifat kognitif, afektif maupun
psikomotor yang disengaja maupun tidak disengaja”.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan hasil belajar siswa
adalah tingkat atau hasil yang dicapai siswa dalam memahami materi pelajaran tertentu
yang terlihat dalam bentuk nilai sebagai pengetahuan, maupun sikap atau keterampilan
tertentu yang dimiliki setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran di sekolah.

2. Indikator Hasil Belajar


Proses pembelajaran dikatakan berhasil atau tidak ada beberapa indikator yang
membantu untuk mengukurnya. Menurut Nana Sudjana (2009 : 215) mengemukakan
bahwa hasil belajar siswa terbagi menjadi tiga macam, yaitu : 1) keterampilan dan
kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, serta 3) sikap dan cita-cita. Ketiga hal tersebut
saling berkaitan dan merupakan cerminan dari hasil belajar yang sudah dilakukan di
sekolah.

Sementara secara lebih khusus, Suharsimi Arikunto (2013 : 105)


mengidentifikasikan “Indikator hasil belajar siswa terdiri dari nilai harian, nilai ulangan
umum, nilai tugas-tugas, cara menjawab pertanyaan di kelas, nilai ketelitian catatan,
pembuatan laporan, ketekunan, keuletan dan usaha”.
Dari definisi tersebut bisa dikatakan bahwa hasil belajar bisa berupa nilai-nilai
sebagai bentuk pemahaman siswa terhadap pengetahuan yang sudah mereka terima,
usaha dalam mencapai keberhasilan serta hal-hal lain yang mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran.
Benjamin Bloom, sebagaimana dikutip Abin Syamsudin Makmun (2003 : 14) yang
membagi perilaku hasil belajar pada tiga ranah, yaitu:

1) Ranah Kognitif

Adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang
menyangkup aktivitas otak adalah termasuk ranah kognitif. Menurut Bloom, ranah
kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir yaitu:
knowledge(pengetahuan/hafalan/ingatan), compherehension (pemahaman), application
(penerapan), analysis (analisis), synthesis (sintetis), evaluation (penilaian).

2) Ranah afektif

Taksonomi untuk daerah afektif dikeluarkan mula-mula oleh David R.Krathwohl


dan kawan-kawan dalam buku yang diberi judul taxsonomy of educational objective:
affective domain. Ranah afektif adalah ranah yang berkenaan dengan sikap seseorang
dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif
tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif akan Nampak pada murid dalam berbagai
tingkahlaku Untuk kawasan kognitif, memiliki enam jenjang, sebagai berikut :

1) Knowledge (pengetahuan), yaitu mengingat kembali sesuatu yang sebelumnya sudah


dikenal.
2) Comprehension (pemahaman), yaitu memahami bahan yang akan dikomunikasikan
dengan tidak dikaitkan dengan bahan lain.
3) Application (aplikasi), yaitu menggunakan suatu abstraksi dengan situasi nyata atau
khusus, dalam arti bahwa dapat memberikan contoh atau menggunakan dengan tepat atau
memecahkan masalah.
4) Analysis (analisis), yaitu menghubungkan elemen-elemen menjadi kesatuan yang
membentuk keseluruhan.
5) Synthesis (sintesa), dalam bentuk komunikasi, rencana dan kesimpulan tentang berbagai
hubungan yang abstrak.
6) Evaluation (evaluasi), yaitu memberikan penilaian pada program atau yang telah
diberikan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam hasil belajar harus
dapat mengembangkan tiga ranah yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

b. Pembelajaran Matematika di SD
1. Pengertian Matematika
Nasoetion (Sri Subarinah, 2006: 1) mengemukakan bahwa istilah “Matematika”
berasal dari kata Yunani mathein atau manthenin yang artinya “mempelajari”. Mungkin
juga kata itu erat hubungannya dengan kata sansekerta medha atau widya yang artinya
ialah “kepandaian”, ”ketahuan” atau “intelegensi”. Dengan menguasai matematika,
orang akan belajar mengatur jalan pemikirannya dan sekaligus belajar menambah
kepandaiannya.

Johnson dan Rising (Sri Subarinah, 2006: 1) mengemukakan bahwa matematika


merupakan pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian logis, pengetahuan
struktur yang terorganisasi memuat sifat-sifat, teori-teori, dibuat secara deduktif
berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah
dibuktikan kebenarannya. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya (Sri Subarinah, 2006: 1).

Prihandoko (2006: 6) mengemukakan bahwa matematika merupakan bagian dari


ilmu pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak, yang
membutuhkan kecermatan dalam mempelajarinya sebagai sarana berpikir logis yang
sistematis, logis, dan kritis dengan menggunakan bahasa matematika. Dengan
matematika ilmu pengetahuan lainnya dapat berkembang secara cepat karena matematika
dapat memasuki wilayah cabang ilmu lainnya dan seluruh segi kehidupan manusia.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika


Prihandoko (2006: 5) mengemukakan tujuan pembelajaran matematika di sekolah
dasar adalah memberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk menghadapi materi-materi
matematika pada tingkat pendidikan lanjutan. Depdiknas (Prihandoko, 2006: 21)
menguraikan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan
cara berfikir sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten, serta mengembangkan sikap
gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah. Wakiman (2001: 4)
mengemukakan bahwa tujuan pengajaran matematika di Sekolah Dasar dibagi menjadi
dua tujuan sebagai berikut.

a. Tujuan umum, dalam tujuan umum matematika SD bertujuan agar siswa


sanggup menghadapi perubahan keadaan, dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika.

b. Tujuan khusus, dalam tujuan khusus matematika SD bertujuan menumbuhkan


dan mengembangkan, keterampilan berhitung, menumbuhkan kemampuan siswa yang
dapat dialihgunakan, mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal
belajar di SMP, dan membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat serta disiplin. Selain
itu, matematika mempunyai manfaat yaitu dapat membentuk pola pikir orang yang
mempelajarinya menjadi pola pikir sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan (Sri
Subarinah, 2006: 1).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran matematika di SD


betujuan untuk bekal pembelajaran matematika di tingkat selanjutnya. Selain itu, ada
tujuan khusus tujuan matematika yaitu supaya siswa mampu menghadapi perubahan
dengan menggunakan pola piker matematika. Tujuan khusus dari pembelajaran
matematika adalah membentuk sikap logis, kritis dan kreatif.

c. Materi Pembagian
1. Pengertian Pembagian
Pembagian merupakan kebalikan dari operasi perkalian. Pembagian sebagai invers
dari perkalian. Hasil bagi dari dua bilangan cacah a dan b (a : b = ...., b ≠ 0) adalah
bilangan cacah lain yang bersifat c x b = a. Pengajaran pembagian dimulai dari
penanaman konsep, penguasaan fakta dasar, algoritma pembagian, sifat dan pola
pembagian. Supaya terampil dalam melakukan operasi hitung, harus mengenal konsep
dasar operasi hitung. Van de Walle (2008:250) menuliskan ada dua konsep pembagian
yaitu “Pertama ada konsep pembagian adil”. seperti contoh berikut, Ibu Guru
mempunyai 100 buah permen dan akan dibagikan kepada 20 siswanya dengan sama rata,
berapa banyak permen yang diterima oleh setiap siswa? Dan ada juga konsep
pengurangan berulang seperti contoh berikut, Ibu Guru mempunyai 100 buah permen,
untuk mengerjakan tugas dibentuk kelompok. Jika setiap kelompok membutuhkan 20
buah permen. Berapa kelompok yang dibentuk guru?” Konsep pembagian adil
langkahnya adalah membagikan satu-satu secara berulang. Misalkan menjawab pada
contoh soal pembagian adil, langkah mengerjakan dengan membagikan satu-satu permen
terlebih dahulu kepada 20 siswanya, kemudian diulang membagi satu-satu lagi, hingga
permennya habis, sehingga masing-masing siswa mendapatkan hasil yang sama. Berbeda
permen yang dimiliki guru sejumlah 44 dibagikan ke 20 siswanya, berapa permen yang
diterima siswa sehingga pembagiannya adil? Jika langkah yang digunakan adalah
membagi satu-satu hingga habis permen yang dimiliki guru maka akan ada siswa yang
mendapatkan permen lebih banyak dari yang lainnya sehingga dikatakan tidak adil. Oleh
karena itu, cara yang digunakan juga menggunakan pengurangan berulang. Pembagian
pertama dari 44 permen diambil 20 permen (berarti dikurangi), kemudian dibagikan satu-
satu. Masih sisa 24 permen, diambil lagi 20 dan dibagikan satu-satu, masih sisa 4.
Apakah 4 permen akan dibagikan ke 20 siswanya? Jika dibagikan, apakah ke 20 siswa
akan menerima semua? Pastinya tidak. Jika ingin membaginya secara adil maka permen
harus dipecah-pecah dengan ukuran yang terlebih dahulu, atau jika tidak, tidak usah
dibagikan sehingga menjadi sisa 4. Operasi pembagian yang menghasilkan sisa 0,
disebut pembagian tanpa sisa. Sedangkan bila menghasilkan sisa bukan 0 maka
dikatakan pembagian dengan sisa. Tetapi sisa tidak lebih besar dari bilangan pembagi.

d. Media Pembelajaran
1. Pengertian media pembelajaran
Pengertian Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa Latin yang merupakan
bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah, artinya adalah “perantara” atau
“pengantar”. Oleh karenanya, media dipahami sebagai perantara atau pengantar sumber
pesan dengan penerima pesan. Media pembelajaran bisa dikatakan sebagai
alat yang bisa merangsang siswa sehingga terjadi proses belajar (Haryono, 2014:47).
Menurut Musfiqon (2012:28) media pembelajaran didefinisikan sebagai alat bantu
berupa fisik maupun nonfisik yang sengaja digunakan sebagai perantara anatara guru dan
siswa dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan efesien. Sehingga
materi pembelajaran agar lebih cepat diterima siswa dengan utuh serta menarik minat
siswa untuk belajar lebih lanjut.
Beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
merupakan sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang
pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terciptanya proses
belajar untuk menambah informasi baru pada diri siswa. Media memberikan rangsangan
bagi siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran.

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran


1) Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran telah menjadi bagian integral dalam pembelajaran. Bahkan
keberadaannya tidak bisa dipisahkan dalam proses pembelajaran di sekolah (Musfiqon,
2012:32). Pada mulanya media hanya berfungsi sebagai alat bantu visual dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada
siswa antara lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah
konsep yang kompleks dan abstrak menjadi sederhana, konket, serta mudah dipahami.
Demikian media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap atau referensi belajar
siswa terhadap materi pembelajaran. Secara umum, media memiliki beberapa fungsi
diantaranya sebagai berikut (Haryono, 2014:49): 1) mengatasi keterbatasan pengalaman
yang dimiliki oleh siswa. 2) memperoleh gambaran jelas tentang benda yang sulit
diamati secara langsung. 3) memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa
dengan lingkungannya. 4) menghasilkan keseragaman pengamatan. 5) menanamkan
konsep dasar yang benar, konkret dan realistis. Beberapa uraian tentang fungsi media di
atas, tujuan akhirnya adalah meningkatkan kualitas pembelajaran. kualitas pembelajaran
ini dibangun melalui komunikasi yang efektif. Sedangkan komunikasi efektif hanya
terjadi jika menggunakan alat bantu sebagai perantara interaksi antara guru dengan
siswa. Oleh karena itu, fungsi media adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dengan indikator semua materi tuntas disampaikan dan siswa memahami secara lebih
mudah dan tuntas.

2) Manfaat Media Pembelajaran


Selain fungsi media pembelajaran yang sudah dipaparkan di atas, maka media
pembelajaran juga mempunyai manfaat yang sangat penting. Secara umum media
mempunyai kegunaan (Susilana, 2009:9-10) 1) memperjelas pesan agar tidak terlalu
verbbalitas, 2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera, 3)
menimbulkan gairah belajar, interaksi leih langsung antara murid dengan sumber belajar,
4) memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual,
auditori dan kinestetiknya, dan 5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan
pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. Menurut Arsyad (2010:26-27)
menyimpulkan bahwa manfaat dari penggunaan media pembelajaran sebagai berikut:
Pertama, dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga memperlancar dan
meningkatkan proses dan hasil belajar. Kedua, dapat meningkatkan dan mengarahkan
perhatian anak sehinga dapat memunculkan motivasi belajar, interaksi intens yang lebih
antara siswa dan lingkungannya, dan memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai
dengan kemampuan dan minatnya. Ketiga, dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang
dan waktu. Keempat, memberikan pengalaman yang sama kepada tiap siswa.
Pemanfaatan media dalam pembelajaran juga sangat berpengaruh pada motivasi dan
semangat belajar siswa sehingga diharapkan nantinya dapat menunjang keberhasilan
pembelajaran.
Beberapa uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa manfaat media dalam
proses pembelajaran yaitu untuk memperjelas pembelajaran agar lebih dipahami siswa
secara konkret bila menggunakan media. Adanya media pembelajaran ini, siswa menjadi
aktif dalam proses pembelajaran dan lebih semangat dalam belajar matematika karena
menggunakan media yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Media
pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

3. Jenis-jenis media pembelajaran


Menurut Asyhar (2012:44-45) pada dasarnya media dapat dikelompokkan
menjadi empat jenis, yaitu media visual, media audio, media audio visual dan
multimedia. Berikut ini penjelasan keempat jenis media pembelajaran tersebut.
a) Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera
penglihatan semata-mata dari peserta didik. Dengan media ini pengalaman belajar yang
dialami peserta didik sangat tergantung pada kemampuan penglihatannya.
b) Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan
hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Pengalaman belajar yang didapatkan
adalah dengan mengandalkan indera kemampuan pendengaran.
c) Media audio visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau
kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disampaikan melalui media ini berupa pesan
verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran.
d) Multimedia yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara
terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran. Pembelajaran multimedia
melibatkan indera penglihatan dan pendengaran melalui media teks, visual diam, visual
gerak, dan audio serta media interaktif berbasis komputer dan
teknologi komunikasi dan informasi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa jenis-jenis media dapat dibagi dan ditentukan penggunaannya
yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sehingga guru dapat mempergunakan
media tersebut sesuai kebutuhannya.

e. Media Pembelajaran Konkret


1. Pengertian Media Pembelajaran Konkret
Benda Konkret yaitu benda yang sebenarnya dapat diamati secara langsung oleh
panca indera dengan cara melihat, mengamati dan memegangnya secara langsung tanpa
melalui alat bantu. Konkret mempunyai arti nyata untuk disentuh, dilihat dan
diungkapkan melalui kemampuan verbal. Konkret adalah sesuatu yang dapat di lihat
secara sadar oleh panca indra semua orang, sehingga akan mempunyai hasil sama.
Media benda konkret termasuk dalam media tiga dimensi. Media tiga dimensi ialah
sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional.
Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan
dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. ( Russefendi, 1992:141).
Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawa langsung
ke dalam kelas, atau siswa sekelas dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya di mana
benda asli itu berada.
Moedjiono (1992:35) mengatakan bahwa media sederhana tiga dimensi memiliki
kelebihan-kelebihan diantaranya adalah memberikan pengalaman secara langsung,
penyajian secara kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukkan obyek secara
utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi
secara jelas,dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas. Sedangkan kelemahan
media benda konkrit diantaranya tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang
besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya rumit
(Moedjiono,1992 : 36).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan media benda konkret adalah
media benda nyata tiga dimensi yang dapat dilihat diraba maupun dipegang.

2. Jenis-jenis Media Pembelajaran Konkrit


Menurut Ruseffendi ( 1992 : 142) Beberapa contoh media konkret yang biasa
digunakan dalam pembelajaran matematika diantaranya adalah (1) timbangan bilangan
(2) dekak dekak (3) papan flannel (4) garis bilangan (5) kelereng
Media benda konkret yang dipakai dalam pembelajaran Matematika pokok bahasan
pembagian pada penelitian ini adalah kelereng. Kelereng merupakan benda yang tidak
asing lagi bagi anak anak, selain bentuknya yang menarik anak anak sering
menggunakan benda ini untuk mereka bermain. Hal demikian akan menunjang ketika
digunakan dalam pembelajaran yaitu siswa menjadi tertarik untuk menggunakannya.
Kelereng termasuk kedalam media benda konkrit, menurut Russeffendi (1992: 107)
penggunaan media konkret sangat tepat digunakan dalam pembelajaran terutama pada
kelas II karena sesuai teori belajar Piaget anak usia 7 11 berada tahap Operasional
konkrit yaitu anak mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda konkrit
untuk menyelidiki hubungan dan model- model hubungan abstrak benda konkrit
berdasarkan warna, bentuk atau ukurannya.

f. Karakteristik Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar (SD)


Menurut piaget dalam Djaali (2012 : 70) tingkat perkembangan anak itu terbagi menjadi
4 tahap :
a. Tahap sensori-motorik, anak berada pada usia 0-2 tahun.
b. Tahap berfikir operasional, anak berada pada usia 2-7 tahun.
c. Berfikir operasional konkret, anak berada pada usia 7-11 tahun.
d. Berfikir operasional formal, anak berada pada usia 11-15 tahun.
Berdasarkan teori di atas bahwa siswa kelas 2 Sekolah Dasar (SD) berada pada usia
antara 7-11 tahun. Pada usia 7-11 tahun anak berada pada tahap berpikir operasinal
konkret. Pada tahap ini anak dapat menyelesaikan masalah yang bersifat konkret. Tahap
operasional konkret merupakan tahap transisi antara tahap praoperasional dengan tahap
berfikir formal. Pada tahap ini cara berfikir anak berhubungan dengan sesuatu yang
konkret dan masalah yang abstrak belum dapat terselesaikan.

B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir menerangkan tentang konseptual secara teoritis tentang variabel yang
diteliti. Kerangka pemikiran dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) perlu dikemukakan
untuk membantu peneliti untuk memahami fenomena tentang asumsi-asumsi tentang
bagaimana ilmu menyusun atau mengorganisir masalah, penyelesaian masalah, dan kriteria
pembuktian. Kerangka berpikir dalam penelitian yaitu, dengan mendeskripsikan masalah
yang selama ini dialami pada pembelajaran Matematika kelas 2 SD Focus Independent
School Surakarta Semester 2 adalah belum menggunakan media pembelajaran kelereng pada
materi pembagian. Dikarenakan pendidik belum memiliki referensi yang cukup banyak
tentang media pembelajaran yang dapat menumbuhkan pemahaman pembagian sehingga
hasil belajar peserta didik belum sesuai dengan target belajar yang sudah ditentukan.

Solusi yang dapat digunakan yakni dengan cara mengembangkan media pembelajaran
yang dapat menumbuhkan kemampuan memahami pembagian pada pelajaran Matematika.
Melalui rangkaian-rangkaian kegiatan yang tersaji dalam media pembelajaran tersebut
diharapkan peserta didik dapat terlatih dan dapat memahami materi pembagian dengan
mudah. Banyak media pembelajaran yang digunakan dalam mengajar materi pembagian.
Media pembelajaran tersebut diantaranya, yaitu media kerelereng. Dengan menggunakan
media ajar diharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi pembagian. Adapun bagan
pelaksanaan penelitian dapat dilihat di gambar berikut ini:

Kondisi kelas awal: Guru tidak menggunakan Tindakan perbaikan


Siswa kurang media ajar sehingga peserta yang dilakukan
menguasai materi didik kurang tertarik pada dengan menggunakan
pembagian materi yang diajarkan guru media ajar kelereng.

Meningkatnya pemahaman
Siklus 1 dan siswa terhadap materi
Siklus 2 pembagian

C. Hipotesis tindakan
Dalam penelitian formal hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara dari
masalah penelitian. Hipotesis adalah statemen keterkaitan antara dua atau lebih variabel.
PTK sebagai penelitian yang bertumpu pada perbaikan kinerja guru, maka dalam
hipotesis dirumuskan dugaan apa yang akan terjadi manakala dilakukan suatu perlakuan
tertentu.
Dari uraian ini, maka hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah ada
peningkatan pemahaman materi pembagian dengan menggunakan media ajar kelereng
oleh peserta didik kelas 2 di SD Focus Independent School Surakarta.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar (SD) Focus Independent School Surakarta
yang beralamat di Jalan K.S. Tubun No. 27 Manahan, Banjarsari, Surakarta khususnya di
kelas 2. Lokasi tertera pada peta.

2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama bulan Maret – Mei 2022.
Jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel berikut.

Maret – Mei 2022

No Kegiatan Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pra Siklus

2 Siuklus 1
3 Siklus 2
4 Pasca Siklus
5 Aanalisis
Data
6 Pelaporan
B. SUBJEK PENELITIAN
Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah seluruh siswa kelas 2 SD Focus
Independent School Surakarta sebanyak 51 siswa yang terdiri dari 27 anak perempuan
dan 24 anak laki-laki.

C. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, angket, pretes, dan postes pada tiap
siklus dan dilengkapi jurnal harian (catatan harian).
1) Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, dari observasi tersebut dapat dilihat peningkatan aktivitas belajar yang
meliputi frekuensi aktivitas dan peningkatan kerjasama antar siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran.
2) Angket
Angket digunakan untuk melihat motivasi siswa dari pembelajaran yang telah dilakukan,
dimana angket adalah merupakan tanggapan dari seluruh siswa terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan, bermanfaat atau dapat dirasakan oleh siswa dalam
rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar.

3) Jurnal Harian (Catatan Harian)


Seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran tidak semuanya tercantum dalam lembar
observasi. Oleh karena itu di lengkapi lagi dengan jurnal harian/catatan harian yang
merupakan alat bantu perekam yang paling sederhana yang memuat perilaku khusus
siswa maupun permasalahan yang dapat di jadikan pertimbangan bagi pelaksanaan
langkah-langkah berikutnya.
4) Foto
Untuk merekam peristiwa penting seperti aspek kegiatan kelas, aktivitas kelas atau untuk
memperjelas data dan hasil observasi dari penelitian ini, di gunakan foto. Foto ini juga
dapat membantu dalam evaluasi tentang data-data lainnya.
5) Data Tes Hasil Belajar
Data tes hasil belajar berupa data kuantitatif yang di peroleh melalui pretes sebelum
diadakan tindakan pada masing-masing siklus dan postes setelah berakhirnya setiap
siklus. Hal ini dimaksudkan agar setiap berakhirnya disetiap siklus dapat diketahui
kemajuan dan perkembangan yang didapat oleh siswa melalui pembelajaran pemahaman
materi pembelajaran melalui pembelajaran berbasis lingkungan. Data hasil tes tersebut
bisa di jadikan acuan, pertimbangan, bahan refleksi, untuk merencanakan pelaksanaan
pada siklus berikutnya.

D. ANALISIS DATA
Pengelolaan data pada penelitian ini dilakukan setelah terkumpulnya data, selanjutnya
dianalisis secara kuantitatif. Untuk analisis secara kuantitatif digunakan analisis deskriptif
kuantitatif yaitu skor rata-rata yang diperoleh dari hasil tes tiap siklus yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat penguasaan materi dengan menggunakan media ajar kelereng
yang terdiri dari nilai rata-rata (mean), nilai tertinggi (maksimal), nan nilai terendah
(minimal).
Tabel 1.
Interval Nilai Kualifikasi
85 – 100 Sangat tinggi
75 – 84 Tinggi
60 – 74 Sedang
40 – 59 Rendah
0 – 39 Sangat rendah

Dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik sederhana dengan mencari


persentase. Untuk mengambil nilai rata-rata persentasenya menggunakan rumus :

Keterangan:
P = Persentase
F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Cases (jumlah sampel)
Sedangkan analisis kualitatif dilakukan dengan melihat hasil observasi selama proses
belajar mengajar dari tiap siklus. Dari aktifitas peserta didik dalam kelompok dan sikap
peserta didik. Dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh observer.

E. INDIKATOR KINERJA
Indikator kinerja pada penelitian ini adalah apabila kemampuan siswa kelas 2 SD
Focus Independent School untuk memahami materi pembagian dengan menggunakan
media ajar kelereng dapat membantu mereka untuk mencapai hasil KKM tes. Yaitu paling
tidak sebanyak 80% dari keseluruhan siswa atau 51 siswa mampu mencapai KKM yang
telah ditentukan sesudah dilakukan tindakan di kelas.

F. PROSEDUR PENELITIAN
a. Penetapan Fokus Masalah
Langkah-langkahnya adalah:
1) Merasakan adanya masalah
2) Mengidentifikasi masalah
3) Menganalisis masalah
4) Merumuskan masalah
Dalam penelitian dapat diketahui bahwa ada masalah dari hasil belajar siswa yang
rendah, kemungkinan disebabkan oleh metode pembelajaran konvensional (ceramah, tanya
jawab, dan tugas) sehingga membuat kegiatan pembelajaran monoton dan tidak adanya
motivasi belajar siswa. Penggunaan metode pembelajaran yang inovatif serta efisien bisa
meningkatkan hasil belajar siswa yaitu salah satunya dengan menggunakan media ajar
kelereng.
b. Perencanaan Tindakan
Hal terpenting yang harus disiapkan saat perencanaan tindakan antara lain:
1) Menyusun skenario pembelajaran
2) Menyiapkan sarana prasarana penunjang terlaksananya tindakan .
3) Menyusun instrument, baik proses maupun instrument hasil.
4) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan.
c. Pelaksanaan Tindakan, Observasi, dan Interprestasi
Pelaksanaan tindakan, observasi, dan interprestasi merupakan tahapan
pengaplikasian semua perencanaan tindakan yang telah disusun. Skenario tindakan
dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang sesungguhnya. Pada konteks ini, observasi dan
interprestasi juga dilakukan secara bersamaan.

d. Analisis dan Refleksi


Analisis dan refleksi dilakukan untuk memaknai hasil temuan pada pelaksanaan
tindakan dan menentukan tingkatan keberhasilan tindakan dalam menyelesaikan masalah
penelitian.
Dalam hal ini, dilakukan analisis data berupa:
1) Reduksi data (penyederhanaan, pengelompokan, atau pengorganisasian data mentah
menjadi informasi bermakna)
2) Paparan data menampilkan (data secara jelas dan mudah dipahami)
3) Penyimpulan (pengambilan intisari dari sajian data)
4) Dilakukan refleksi dengan mengkaji apa yang telah dan belum terjadi dan apa yang
harus dilakukan selanjutnya.
e. Siklus 1
Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mengadakan observasi awal yang dilakukan
pada hari Senin tanggal 7 Maret 2022. Tujuannya untuk mengetahui lebih mendalam tentang
kondisi siswa pada saat itu ajaran dan kegiatan belajar mengajar dikelas serta sarana dan
prasarana pendidikan yang terdapat di kelas maupun di sekolah. Pada observasi awal, kegiatan
pembelajaran terdiri dari 3 tahapan, 1) Kegiatan awal, 2) Kegiatan Inti, dan 3) Penutup. Pada
kegiatan awal yang berupa apersepsi, siswa diajak tanya jawab tentang materi yang akan
dibahas, yang akhirnya mengaitkan dengan materi inti; Sedangkan pada kegiatan inti dalam
pembelajaran banyak menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media hanya buku
pelajaran saja yang digunakan sebagai sumber belajar. Guru lebih banyak menerangkan
dengan menggunakan metode ceramah dalam menyajikan materi pembagian. Selain itu,
keterlibatan siswa masih tampak kurang optimal, ini terlihat dari kepasifan siswa dalam
mengikuti pelajaran yang disampaikan guru. Adapun kegiatan penutup siswa diberi tugas
mengerjakan soal atau evaluasi.
f. Siklus 2
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini guru mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan media ajar berupa kelereng dan gelas plastic sebagai wadah
kelereng.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 7
Maret 2022 dengan jumlah 51 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar. Pada saat proses belajar mengajar, guru mengamati siswa dengan
tujuan untuk mengetahui pemahaman tentang kosakata yang diajarkan. Pada penelitian ini
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang digunakan adalah pendeskripsian yang muncul.
Indikatornya adalah kemampuan siswa untuk melafalkan dan mengetahui artinya.
c. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana kinerja guru dan keterlibatan siswa selama pembelajaran serta
untuk mengumpulkan atau merekam data-data mengenai hal-hal yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung hasil observasi ini dijadikan dasar refleksi dari tindakan yang telah
dilaksanakan.
d. Tahap Refleksi
Pada kegiatan refleksi ini, data yang diperoleh dari hasil observasi dikumpulkan dan
dianalisis untuk dijadikan penyusunan program selanjutnya. Dari hasil refleksi ini maka akan
ditentukan perencanaan untuk siklus selanjutnya yang bertujuan untuk memperbaiki
kekurangan pada siklus sebelumnya.
Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk sebuah siklus
yang akan berlangsung dua kali. Setiap siklus terdiri dari satu kali pertemuan atau lebih.
Pelaksanaan masing-masing siklus terdiri dari beberapa kali tindakan, disesuaikan dengan
perubahan yang ingin dicapai, sebagaimana telah dipersiapkan dalam penelitian tindakan.
DAFTAR PUSTAKA

Wardhani, IGAK dan Kuswaya Wihardit. (2011). Penelitian Tindakan Kelas.


Tangerang: Universitas Terbuka.

Sudjana, N. 2000. Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

https://eprints.umm.ac.id/30830/

https://repository.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai