PENDAHULUAN
melaksanakan tugasnya.
Tugas utama guru adalah bertanggung jawab membantu anak didik dalam
professional yang tinggi. Dalam hubungan ini maka untuk mengenal siswa-
diagnosis serta mengenal dengan baik cara-cara yang paling efektif untuk
(Wetherington, 1986: 131-136), dan mengajar tidak hanya dapat dinilai dengan
yang konstruktif.
mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evalusi dengan berbagai factor
yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat
keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari daya serap anak didik dan
Jika hanya tujuh puluh lima persen atau lebih dari jumlah anak didik yang
mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah
kembali.
rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam
persiapan itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan
diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi
yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan
mengajar, secara khusus memilih dan menentukan metode mengajar sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan
alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang
alat-alat evaluasi.
bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan, sarana
dan prasarana pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji lebih lanjut,
setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non
perkembangan anak sebagai calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial,
Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar, guru
dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan baik, maka proses
menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru memaparkan isi dan
Dengan Pemberian Tugas Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas
B. Perumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa
……………………………………
C. Tujuan Penelitian
………………………………..
2. Untuk mengungkap pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas
……………………………..
D. Hipotesis Tindakan
pembelajaran, maka dimungkinkan minat belajar dan hasil belajar siswa kelas
Pengetahuan Sosial.
3. Memberikan tanggung jawab dan rasa keadilan bagi guru dalam hal proses
materi yang sesuai dengan tujuan, dan pemberian tugas berupa soal-soal yang
dikerjakan dirumah.
jawaban siswa, setelah guru meneliti jawaban, yang dapat digunakan oleh
setelah mengerjakan soal atau tes dari guru setelah proses mengajar
G. Batasan Masalah
meliputi:
………………………………..
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun ajaran
...........
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Pembelajaran
berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI,
1996: 14).
belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang
bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan
dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-
belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi
tertentu.
Otak kita tidak bekerja seperti piranti audio atau video tape recorder.
Informasi yang masuk akan secara kontinyu dipertanyakan. Otak kita mengajukan
Di bagian manakah informasi itu cocok? Apa yang bisa saya lakukan
terhadapnya?
Dapatkah saya asumsikan bahwa ini merupakan gagasan yang sama yang saya
melakukan perenungan semacam itu secara eksternal juga internal. Otak kita akan
melakukan tugas proses belajar yang lebih baik jika kita membahas informasi
dengan orang lain dan jika kita diminta mengajukan pertanyaan tentang itu.
Sebagai contoh, Ruhl, Hughes, dan Schloss (1987) meminta siswa untuk
berdiskusi dengan teman sebangkunya tentang apa yang dijelaskan oleh guru
diskusi, siswa-siswi ini mendapatkan nilai dengan selisih dua angka lebih tinggi.
Akan lebih baik lagi jika kita dapat melakukan sesuatu terhadap informasi
itu, dan dengan demikian kita bisa mendapat umpan balik tentang seberapa bagus
pemahaman kita. Menurut John Holt (1967), proses belajar akan meningkat jika
2. Memberikan contohnya.
Dalam banyak hal, otak tidak begitu berbeda dengan sebuah computer,
dan kita adalah pemakainya. Sebuah computer terntunya perlu di-“on“-kan untuk
bisa digunakan. Otak kita juga demikian. Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif,
otak kita tidak “on”. Sebuah computer membutuhkan software yang tepat untuk
apa yang dimasukkan. Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan
kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan cara kita berpikir.
Ketika proses belajar sifatnya pasif, otak tidak melakukan pengkaitan ini dengan
informasi yang dia olah bila tidak terlebih dahulu “disimpan”. Otak kita perlu
untuk dapat menyimpannya dalam bank ingatannya. Ketika proses belajar bersifat
Apa yang terjadi ketika guru menjejali siswa dengan pemikiran mereka
sendiri (betapapun meyakinkan dan tertatanya pemikitan mereka) atau ketika guru
disertai ungkapan, “begini lho caranya”? Menuangkan fakta dan konsep ke dalam
benak siswa dan menunjukan keterampilan dan prosedur dengan cara yang
kelewat menguasai justru akan mengganggu proses belajar. Cara menyajikan
fotografis, siswa tidak akan mendapatkan banyak hal baik dalam waktu lama
maupun sebentar.
menghafal. Banyak hal yang kita ingat akan hilang dalam beberapa jam.
dapat dengan serta merta menuangkan sesuatu ke dalam benak para siswanya,
mereka dengar dan lihat menjadi satu kesatuan yang bermana. Tanpa peluang
atau hafalan. Sebagi contoh, pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bisa diajarkan
menyajikan konsep akan menentukan pemahaman siswa. Yang lebih penting lagi
adalah bagaimana kedekatan itu berlangsung. Jika ini terjadi pada peserta didik,
dia akan merasakan sedikit keterlibatan mental. Ketika kegiatan belajar sifatnya
pertanyaan, dan tanpa minat terhadap hasilnya (kecuali, barangkali, nilai yang
akan dia peroleh). Ketika kegiatan belajar sifat aktif, siswa akan mengupayakan
tugas.
C. Gaya Belajar
bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya
penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang
dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu
oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda dengan peserta didik auditori,
mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan
cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran, mereka
mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu.
Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tida karuan.
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara
belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa
lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran bila
tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai dengan cara yang
siswa. Selama lima belas tahun terakhir, Schroeder dan koleganya (1993) telah
merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam dunia
pendidikan dan untuk memahami fungsi perbedaan individu dalam proses belajar.
menunjukkan bahwa siswa sekolah menengah lebih suka kegiatan belajar yang
benar-benar aktif dari pada kegiatan yang reflektif abstrak, dengan rasio lima
banding satu. Dari semua ini, dia menyimpulkan bahwa cara belajar dan mengajar
aktif sangat sesuai dengan siswa masa kini. Agar bisa efektif, guru harus
menggunakan yang berikut ini: diskusi dan proyek kelompok kecil, presentasi
simulasi, dan studi kasus. Secara khusus Schroeder menekankan bahwa siswa
masa kini “bisa beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan kelompok dan belajar
bersama.”
dibesarkan dalam dunia yang segala sesuatunya berjalan dengan cepat dan banyak
warna-warna terlihat begitu semarak dan menarik. Obyek, baik yang nyata
maupun yang maya, bergerak cepat. Peluang untuk mengubah segala sesuatu dari
bahwa manusia memiliki dua kumpulan kekuatan atau kebutuhan yang satu
berupaya untuk tumbuh dan yang lain condong kepada keamanan. Orang yang
Maslow, dan “tiap langkah maju hanya dimungkin akan bila ada rasa aman, yang
mana ini merupakan langkah ke depan dari suasana rumah yang aman menuju
Salah satu cara utama untuk mendapatkan rasa aman adalah menjalin
hubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari kelompok. Perasaan saling
Jerome Bruner membahas sisi sosial proses belajar dama buku klasiknya,
manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerjasama dengan mereka guna
mencapai tujuan,” yang mana hal ini dia sebut resiprositas (hubungan timbal
bisa dimanfaatkan oleh guru sebagai berikut, “Di mana dibutuhkan tindakan
belajar kolaboratif yng sedemikian popular dalam lingkup pendidikan masa kini.
Menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi mereka tugas yang menuntut
untuk bergantung satu sama lain dalam mengerjakannya merupakan cara yang
membicarakan apa yang mereka alami bersama teman, yang mengarah kepada
belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif dengan
cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang
persyaratan ini. Pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong
mereka untuk tidak hanya belajar bersama, namun juga mengajarkan satu sama
lain.
E. Pembelajaran Terstruktur
1. Pengertian
yang ingin dicapai dalam prose situ. Dapat juga pembelajaran terstruktur ini
disebutkan sebagai pembelajaran yang berorientasi pada tujuan yang ingin
dicapai.
2. Tugas Terstruktur
sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap proses kegiatan pasti ada
arah tujuan yang hendak dicapai, demikian halnya belajar mengajar yang
efisien.
b. Tugas diperkirakan dapat diselesaikan dalam waktu separoh dari jam tatap
4. Azas Pelaksanaan
sebagai berikut:
tersebut dapat berakibat pada beban fisik maupun psikologis pada siswa, oleh
6. Langkah-langkah Pelaksanaan
dilakukan oleh siswa, yaitu siswa mulai mengerjakan tugas tersebut secara
tugas tersebut dapat dalam satu kali tatap muka (1 minggu) atau dalam
Di dalam istilah hasil belajar, terdapat dua unsur di dalamnya, yaitu unsur
hasil dan unsur belajar. Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai pebelajar
(1995: 787). Dari pengertian ini, maka hasil belajar adalah penguasaan
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai
sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang hasil belajar, maka
Istilah hasil belajar mempunyai hubungan yang erat kaitannya dengan prestasi
dengan hasil belajar. Ada yang berpendapat bahwa pengertian hasil belajar
dianggap sama dengan pengertian prestasi belajar. Akan tetapi lebih dahulu
sebaiknya kita simak pendapat yang mengatakan bahwa hasil belajar berbeda
jangka waktu yang lebih panjang, misalnya satu cawu, satu semester dan
misalnya satu pokok bahasan, satu kali ulangan harian dan sebagainya.
Nawawi (1981: 100) mengemukakan pengertian hasil adalah sebagai
dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah
pelajaran tertentu.
penjelasan tentang hasil belajar sebagai berikut, “Hasil yang dicapai oleh tenaga
atau daya kerja seseorang dalam waktu tertentu”, sedangkan Marimba (1978:
143) mengatakan bahwa “hasil adalah kemampuan seseorang atau kelompok yang
Pada saat ini sedikit perhatian yang ditujukan pada pembelajaran Ilmu
Pembelajaran dengan ceramah dan tanya jawab merupakan strategi yang paling
sumber belajar yang primer. Dengan cara yang seperti ini tidak mengherankan
kalau siswa cenderung secara umum apatis terhadap gejala sosial. Karena yang
bukan ide-ide (Armento: 1986) sebagai mana dikutip Karwono (1993: 61).
Sosial dan kurangnya konsensus pada definisi yang jelas dari tujuan Ilmu
METODOLOGI PENELITIAN
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti,
(b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan terintegratif, dan (d) administrasi
sosial ekperimental.
berkolaborasi dengan siapapun. Hal ini peneliti lakukan agar dalam penelitian ini
siswa tidak tahu kalau sedang diteliti. Kehadiran peneliti sebagai guru dalam kelas
1. Tempat Penelitian
…………………………………………….
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
3. Subyek Penelitian
B. Rancangan Penelitian
Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
3).
yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
Putar
an 1
Refleksi Rencana
awal/rancangan
Putar
an 2
Tindakan/
Observasi
Rencana yang
Refleksi direvisi
Putar
an 3
Tindakan/
Observasi
Rencana yang
Refleksi direvisi
Tindakan/
Observasi
Gambar 3.1 Alur PTK
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki
C. Instrumen Penelitian
1. Silabus
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
4. Tes formatif
bahasan kerajaan Hindu, Budha dan Islam di Indonesia. Tes formatif ini
diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan guru
dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang
a. Validitas Tes
ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini
(Suharsimi Arikunto,
2001: 72)
b. Reliabilitas
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar
dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.
c. Taraf Kesukaran
kesukaran adalah:
d. Daya Pembeda
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
pembelajaran.
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
Σ N = Jumlah siswa
1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah
mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas
tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama
BAB IV
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data
betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan
dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes
1. Validitas
perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari
Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
2. Reliabilitas
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 732. Harga
ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 34)
dengan r (95%) = 0,339. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah
- 21 soal mudah
- 15 soal sedang
- 10 soal sukar
4. Daya Pembeda
berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek
sebanyak 15 soal, berkriteria cukup 22 soal, berkriteria baik 8 soal, dan yang
berkriteria tidak baik 1 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan
pembeda.
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data
Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 70 √ 18 80 √
2 70 √ 19 80 √
3 60 √ 20 60 √
4 70 √ 21 80 √
5 60 √ 22 60 √
6 80 √ 23 80 √
7 70 √ 24 70 √
8 60 √ 25 70 √
9 80 √ 26 60 √
10 80 √ 27 80 √
11 80 √ 28 70 √
12 60 √ 29 60 √
13 70 √ 30 80 √
14 70 √ 31 80 √
15 60 √ 32 60 √
16 70 √ 33 80 √
17 80 √ 34 60 √
Jumlah 1190 12 5 Jumlah 1210 11 6
Jumlah Skor 2400
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400
% Skor Tercapai 70,58
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
67,65% atau ada 23 siswa dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa
yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih metode belajar
yang diterapkan masih baru dan sebagian anak masih belum bisa
c. Refleksi
tujuan pembelajaran
d. Refisi
siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat
jumlah siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
pada siklus I tidak terulanga lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
adalah 74,11 dan ketuntasan belajar mencapai 79,41% atau ada 27 siswa
dari 34 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
belajar siswa ini karena siswa sudah mulai beradaptasi dan mulai
yang lebih pandai juga mulai mengajari temanya yang kurang mampu
c. Refleksi
1) Memotivasi siswa
3) Pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan
kesimpulan/menemukan konsep.
belajar mengajar.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat
dengan jumlah siswa 34 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai
kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut
Keterangan Keterangan
No. Urut Nilai No. Urut Nilai
T TT T TT
1 60 √ 18 80 √
2 80 √ 19 90 √
3 80 √ 20 80 √
4 70 √ 21 70 √
5 70 √ 22 80 √
6 90 √ 23 60 √
7 80 √ 24 80 √
8 60 √ 25 90 √
9 80 √ 26 80 √
10 90 √ 27 70 √
11 70 √ 28 80 √
12 80 √ 29 70 √
13 60 √ 30 80 √
14 80 √ 31 90 √
15 80 √ 32 80 √
16 70 √ 33 70 √
17 70 √ 34 80 √
Jumlah 1270 14 3 Jumlah 1330 16 1
Jumlah Skor 2600
Jumlah Skor Maksimal Ideal 3400
% Skor Tercapai 76,47
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Klasikal : Tuntas
sebesar 76,47 dan dari 34 siswa yang telah tuntas sebanyak 30 siswa dan
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi
pelajaran yang telah diterapkan selama ini. Hal ini dipengaruhi oleh
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan belajar aktif. Dari data-data yang telah diperoleh dapat
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan belajar aktif dengan baik
dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan
yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar
C. Pembahasan
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin
disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II,
dan III) yaitu masing-masing 67,65%, 79,41%, dan 88,23%. Pada siklus III
kembali materi pelajaran yang telah diterima selama ini, yaitu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang
dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa
melaksanakan langkah-langkah belajar aktif dengan baik. Hal ini terlihat dari
aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan
besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (67,65%), siklus II
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar IPS lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di ……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon,
Inc. Boston.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Fakultas Tarbiyah IAIN Antasasi. Banjarmasin.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka.
Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan
Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.
MODEL PEMBELAJARAN TERSTRUKTUR DENGAN
……………………………………………………………..
TAHUN ..........
KARYA ILMIAH
OLEH
……………………………………………
NIP: …………………………………..
Setelah membaca dan mencermati karya ilmiah yang merupakan ulasan hasil
Nama : ……………………………
NIP : …………………………
Unit Kerja : ….…………………………………………………..
Judul : Model Pembelajaran Terstruktur Dengan Pemberian Tugas
…………………………………….Tahun ..........
Mengetahui
Ketua PD PGRI II Kepala …………………..
……………………………. …………………………………..
……………………………… ………………………
NPA: NIP: ……………………..
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi penetapan angka kredit
kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional guru. Karya ilmiah ini tidak
dipublikasikan tetapi telah disetujui dan disahkan untuk didokumentasikan di
perpustakaan …………………………………………………
Tanggal : ……………………
Pustakawan Kepala
…………………. ……………
………………………………………. ………………….
……………………. ………………….
NIP: ……………..
KATA PENGANTAR
Tugas Terhadap Hasil Belajar Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Siswa
Kelas …………………. Tahun Pelajaran ..........”, penulisan karya ilmiah ini kami
susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat dipakai sebagai
perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga anak didik
pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada:
4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan.
Penulis
ABSTRAK
Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka
melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam persiapan
itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan diajarkan, metode
mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Karena
itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan mengajar, secara khusus
memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes
dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi.
Penelitian berdasarkan permasalahan, (a) Apakah pembelajaran terstruktur
dengan pemberian tugas berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial?
b) Bagaimanakah pengaruh pembelajaran terstrutur dengan pemberian tugas terhadap
motivasi belajar siswa?
Tujuan penelitian tindakan ini adalah: (a) Untuk mengungkap pengaruh
pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas terhadap hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial. (b) Untuk mengungkap pembelajaran terstruktur dengan
pemberian tugas terhadap motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas …….
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak
tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas
………………………………. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar
observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (67,65%), siklus II (79,41%),
siklus III (88,23%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran terstruktrur
dengan pemberian tugas dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa
……………………………., serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif pembelajaran ilmu pengetahuan sosial.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .............................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iv
Abstrak ............................................................................................................. v
Daftar Isi .......................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................
C. Gaya Belajar............................................................................
E. Pembelajaran Terstruktur….……..………………………………
C. Pembahasan .......................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................
B. Saran ..................................................................................