PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat penulis rumuskan
masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi kelas ketika penerapan model pembelajaran inkuiri
berlangsung.
2. Bagaimanalangkah-langkah implementasi metode pembelajaran Inkuiri pada
mata pelajaran matematika
3. Bagaimana Hasil Belajar siawa mata pelajaran matematika pada materi Keliling
dan Luas Segitiga dengan menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri.
2. Manfaat Penelitiaan
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut :
a. Untuk Guru yaitu sebagai bahan perbaikan diri dalam menjalankan proses
pelaksanaan pembelajaran (PBM).
b. Untuk siswa yatiu untuk membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar
khususnya pada mata matematika
c. Untuk sekolah yaitu untuk meningkatkan mutu sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORITIK /PUSTAKA
A. Metode Inkuiri
1. Definisi Metode Inkuiri
Metode Inquiri berasal dari bahasa inggris ”inquiry”, yang secara
harafiah berarti penyelidikan. Piaget, dalam (E. Mulyasa, 2007 : 108)
mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang
mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen
sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta
menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta
didik lain. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang
bernama Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan
individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Oleh karena itu,
prosedur ilmiah dapat diajarkan secara langsung kepada mereka.
(www.eduarticle.com)
Metode inkuri adalah sebuah metode pembelajaran yang termasuk
dalam model pembelajaran pemrosesan informasi. Menurut B. Joyce and M.
Weil (1996 : 187), metode inkuiri adalah sebuah model yang intinya
melibatkan siswa ke dalam masalah asli dan menghadapkan mereka dengan
sebuah penyeledikan, membantu mereka mengidentifikasi konseptual atau
metode pemecahan masalah yang terdapat dalam penyelidikan, dan
mengarahkan siswa untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut.
Wina Sanjaya (2008 :196) mendefinisikan bahwa metode inkuiri adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir
secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya
dilakukan melalui tanya jawab anatara guru dan siswa.
Jadi, Metode inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang mampu
menciptakan peserta didik yang cerdas dan berwawasan. Dengan metode ini
peserta didik dilatih untuk selalu berpikir kritis karena membiasakan peserta
didik memecahkan suatu masalah sendiri. Model ini bertujuan untuk melatih
kemampuan peserta didik dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan
memecahkan masalah secara ilmiah. Dalam proses inkuiri guru dalam hal ini
hanya bertindak sebagai fasilitator, nara sumber dan penyuluh kelompok.
Para peserta didik didorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali
dengan pengetahuan.
b. Perhatian
Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya
dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya (Slameto, 1995:105).
Maka untuk mendapatkan hasil hasil kognitif yang baik, siswa harus mempunyai
perhatian terhadap materi yang dipelajari.
c. Minat
Higlard (Slameto, 2003:57) mengemukakan bahwa minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan
rasa senang maka bahan pelajaran yang sesuai dengan minat akan menunjukkan
keaktifan siswa dalam belajar.
d. Bakat
Bakat adalah potensi satu kemampuan siswa kalau diberi kesempatan untuk
berkembang melalui belajar, akan menjadi kecakapan nyata (Kartini Sukanto,
1995:2). Setiap siswa mempunyai bakat yang berbeda, jika bahan pelajaran itu
sesuai dengan bakat siswa maka semangat dalam belajar akan lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang lainnya, sehingga hasil yang dicapai akan
berbeda.
e. Motif
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu (M. Ujer Usman, 1995:28). Daya ini sebagai penggerak dari
dalam diri seseorang yang melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang
akan dicapai. Untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedang yang menjadi
penyebab berbuat adalah motif.
f. Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di
mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-
menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran-pelajaran. Belajar anak
akan berhasil jika anak sudah siap. Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan
itu tergantung dari kematangan dan belajar.
g. Kesiapan
Kesiapan menurut James Drever (Slameto, 2003:59) adalah kesediaan untuk
memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari diri seseorang dan juga
berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar,
karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya
akan lebih baik.
3) Faktor Kelelahan
Pada dasarnya kelelahan itu dapat digolongkan ke dalam dua jenis kelelahan,
yaitu kelelahan yang bersifat fisik, dan kelelahan yang bersifat psikis. (rohani).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Kelelahan ini dapat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit
untuk berkonsentrasi, seolah olah otak kehabisan daya untuk bekerja (Slameto,
2003:59).
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Keluarga
Keluarga mempunyai pengaruh baik terhadap keberhasilan belajar siswa,
apabila keluarga khususnya orang tua yang memberikan motivasi, merangsang,
membimbing, dan mengarahkan anaknya untuk belajar. Ukuran kebaikan keluarga
dalam kaitannya dengan hasil belajar siswa yang meliputi: cara orang tua mendidik,
relasi antara anggota keluarga, suasana keluarga, keadaan ekonomi, pengertian
orang tua, dan latar belakang kebudayaan (Slameto, 2003:60). Dengan demikian
jika keluarga memungkinkan anaknya untuk belajar makahasil yang dicapai anak
tersebut akan sangat tinggi dan begitu juga sebaliknya.
2) Faktor Sekolah
Hubungan guru dan murid yang kurang baik karena suatu pengalaman,
hubungan murid dan murid yang tidak menyenangkan, penggunaan metode yang
kurang tepat, kurikulum yang tidak sesuai, waktu sekolah dan tujuan yang kurang
tepat dan lainnya. Semua itu dapat mempengaruhi belajar dan hasil belajar.
Masalah di atas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Slameto (2003:64),
menurutnya factor sekolah itu meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
3) Faktor Masyarakat
Cukup banyak pengaruh dari masyarakat yang dapat menimbulkan
kesukaran belajar anak, terutama anak-anak sebayanya (Kartini Kartono, 1995:5).
Apabila anak-anak disekitarnya merupakan anak anak yang giat belajar dan
memiliki hasil yang baik, maka ia akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka,
dan sebaliknya.
Masalah di atas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Slameto (2003:70)
bahwa factor masyarakat yang dapat mempengaruhi siswa diantaranya kegiatan
siswa yang dilakukan di masyarakat, media masa, teman bergaul, dan bentuk
kehidupan masyarakat. oleh karena itu perlu adanya mengusahakan lingkungan
masyarakat yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap siswa
sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
E. Kerangka Pemikiran
Dalam kegiatan pembelajaran banyak masalah yang ditemukan diantaranya
adalah rendahnya penguasaan siswa dalam materi pelajaran yang dibuktikan
dengan hasil tes yang rendah. Hal ini dapat didefinisikan dari tidak relevanya model
pembelajaran yang digunakan, rendahnya minat belajar, partisifasi siswa kurang
aktif, guru tidak mengembangkan materi pembelajaran, guru kurang tepat dalam
menerapkan model pembelajaran, guru jarang memberikan motivasi dan penguatan
pada siswa sehingga siswa sama selaki tidak pernah bertanya apabila mendapat
kesulitan dalam pembelajaran.
Model-model mengajar(teaching model) adalah blue print mengajar yang
direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran.
Cetak biru ( blue print) ini lajimnya dijadikan pedoman perencanaan dan
pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar (Muhibbin Syah, 1995 : 189).
Sejalan dengan tuntutan tersebut maka muncullah banyak teori yang
berhubungan dengan belajar, kemudian diuji kecocokannya dengan pembelajaran
yang ada di suatu sekolah. Sebuah model pembelajaran yang relepan dengan
kondisi pendidikan di Indonesia untuk saat ini, yaitu model pembelajaran inkuiri.
Metode Inquiri berasal dari bahasa inggris ”inquiry”, yang secara harafiah berarti
penyelidikan. Piaget, dalam (E. Mulyasa, 2007 : 108) mengemukakan bahwa
metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi
untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi,
ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari
jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan
yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta
didik lain. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama
Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang penuh
rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Oleh karena itu, prosedur ilmiah dapat
diajarkan secara langsung kepada mereka.(www.eduarticle.com)
Metode inkuri adalah sebuah metode pembelajaran yang termasuk dalam
model pembelajaran pemrosesan informasi. Menurut B. Joyce and M. Weil (1996 :
187), metode inkuiri adalah sebuah model yang intinya melibatkan siswa ke dalam
masalah asli dan menghadapkan mereka dengan sebuah penyeledikan, membantu
mereka mengidentifikasi konseptual atau metode pemecahan masalah yang
terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa untuk mencari jalan keluar
dari masalah tersebut.
Berdsarkan pemikiaran di atas menurut maka penulis berusaha menerapkan
salah satu tindakan dengan menerapkan salah satu model pembelajaran guna
meningkatkan penguasaan terhadap pelajaran matematika . Adapaun model
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
inkuiri
F. Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:64) hipotesis adalah jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahn tertentu, sampai terbukti melalui data.
Dari uraian sebelumnya dapat dipahami bahwa penelitian ini menyoroti dua
variable, yaitu variable penerapan model pembelajaran inkuri (X) dan hasil belajara
siswa mta pelaran Matematika pada Keliling dan Luas Segitiga (Y). Diasumsikan
bahwa variable hasil belajar memiliki ketergantungan terhadap penerapan model
pembelajaran.
Bertolak dari pemikiran di atas, dengan menyoroti kasus yang melibatkan
siswa kelas VIII MTs Ma’arif Cikeruh Jatinangor , maka penelitian ini dapat
dihipotesiskan bahwa semakin baik (positif) penerapan model pembelajaran inkuiri
maka semakin baik/tinggi hasil belajar siswa. Sebaliknya, semakin jelek (negative)
penerapan model pembelajaran inkuiri akan semakin rendah pula hasil belajar
siswapada mata pelajaran matematika .
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengungkapkan permasalahan tentang
pembelajaran Matematika pada materi Keliling dan Luas Segitiga dengan model
pembelajaran inkuiri pada siswa kelas VIII MTs Ma’arif Cikeruh Jatinangor .
Kemudian peneliti melakukan tindakan pada pembelajaran dengan model
pembelajaran inkuiri agar siswa belajar dengan penuh makna. Dengan
memperhatikan prinsip kontekstual, yaitu proses pembelajaran yang diharapkan
dapat mendorong siswa untuk menyadari dan menggunakan pemahamannya,
mengembangkan diri dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Kriteria penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena: (1)
menggunakan latar belakang alami sebagai sumber data langsung dan penelitian
merupakan alat pengumpul data utama, (2) analisis data secara induktif, (3) bersifat
diskriptif, karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati sehingga yang dikumpulkan berkemungkinan
menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti, (4) adanya kriteria untuk keabsahan
data (Moeleong, 1995:4-7).
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK). Pemilihan jenis PTK karena peneliti terlibat langsung dan sudah
merupakan tugas peneliti sebagai pendidik yang harus selalu berusaha
meningkatkan mutu pendidikan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kajian
tentang situasi sosial dan pandangan untuk meningkatkan mutu tindakan yang ada
di dalamnya. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk memberikan
pertimbangan praktis dalam situasi nyata (Elliot dalam Wahyudi, 1997:46).
Dalam penelitian ini prosedur penelitian dimulai dengan siklus I setelah
dilaksanakan tes awal. Hasil tes awal diteliti dan diketahui kesulitan siswa dalam
memahami konsep Keliling dan Luas Segitiga . Penelitian ini akan mengungkap
persoalan yang terjadi dalam pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran inkuiri pada materiKeliling dan Luas Segitiga . Peneliti berada di
sekolah dari awal sampai akhir penelitian guna mengetahui keadaan siswa,
merumuskan tindakan selanjutnya, memantau dan melaporkan hasil penelitian.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelas VIII MTs Ma’arif Cikeruh Jatinangor . Lokasi
ini dipilih berdasarkan tempat tugas peneliti. Selain itu ternyata pada pembelajaran
materi Keliling dan Luas Segitiga menunjukkan hasil belajar siswa kurang optimal,
yaitu 65% dari siswa kelas VIII masih memperoleh nilai kurang dari 70 pada saat
diberikan tes awal menulis kata-kata, prase dan kalimat sederhana serta memami
makna inter personal ideasional dan tektual yang sederhana yang terdapat dalam
teks interaksional dan naratif yang disertai gambarmyang berlaku dalam
masyarakat. Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti berusaha untuk menelusuri
kesulitan siswa dalam pembelajaran Hakekat norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat sehingga dapat diupayakan pembelajaran yang sesuai keadaan siswa.
3. Prosedur Penelitian
Untuk kelancaran penelitian, diperlukan prosedur dalam penelitian yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yaitu dalam bentuk persiapan
penelitian.
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang digunakan untuk
memperoleh data dari sumber yang diteliti mulai dari awal sampai akhir untuk
disajikan dalam bentuk penelitian. Jalannya penelitian yang dilakukan sampai
dengan penyusunan penelitian ini adalah melalui dua tahap yaitu:
1) Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan usaha untuk mempersiapkan penelitian, dalam hal ini
yang dipersiapkan antara lain:
a. Mengikuti bimbingan dan pelatihan dari nara sumber.
b. Mengadakan koordinasi dengan guru MTs Ma’arif Cikeruh Jatinangor
Kabupaten Sumedang khususnya guru bidang studi matematika yang
lain untuk memperoleh penjelasan materi yang diberikan kepada siswa.
c. Menetapkan obyek penelitian yaitu seluruh siswa kelas dari 7 kelas Kelas
VIII MTs Ma’arif Cikeruh Jatinangor Tahun Pelajaran 2014/2015 dan
terpilih kelas VIII A.
2) Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah persiapan dianggap cukup baru penelitian dimulai, peneliti membagi
penelitian ini menjadi 3 siklus. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini
adalah:
a. Siklus I
1) Melakukan observasi tentang permasalahan-permasalahan yang sedang
terjadi dan mengkaji penyelesaiannya.
2) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi Keliling
dan Luas Segitiga .
3) Memberikan pengajaran mengenai Keliling dan Luas Segitiga dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri .
4) Mengadakan evaluasi pertama sebagai pengumpulan data.
5) Mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah diberikan
b. Siklus II
1) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada Keliling dan
Luas Segitiga
2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri .
3) Mengadakan evaluasi kedua sebagai penjaring data.
4) Mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah diberikan.
c. Siklus III
1) Merancang Rencana Pembelajaran (RP) pada materi Keliling dan Luas
Segitiga . Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran inkuiri
2) Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan.
3) Mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah diberikan.
E. Setting Penelitian
1. Gambaran Populasi
Populasi adalah obyek penelitian, yaitu kumpulan subyek sumber informasi
atau kelompok yang menjadi sasaran penelitian. Untuk pengambilan sampel dalam
suatu penelitian, terlebih dahulu harus mengetahui populasi yang dijadikan
penelitian.
“Totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung maupun pengukuran,
kuantitatif maupun kwalitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek
yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi.”
(Sudjana, 1986:157)
Dari sejumlah obyek yang dijadikan populasi maka keseluruhan harus
mempunyai ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri suatu populasi akan lebih tepat diketahui
dengan menilai tiap-tiap unsur yang dilakukan tanpa kecuali. Penentuan populasi
dan sampel dalam suatu penelitian sangat penting, guna menentukan obyek yang
akan diteliti serta batas-batasnya, sehingga akan mudah diukur variabel-variabelnya.
Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan maka yang diambil sebagai populasi
dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII MTs Ma’arif Cikeruh Jatinangor Tahun
Pelajaran 2014/2015.
ii. Subyek Penelitian
Satu masalah penting yang harus dilakukan oleh seorang peneliti, jika hendak
mengadakan Penelitian Tindakan Kelas yaitu penentuan subyek penelitian. Dari
kelas VII sampai kelas IX diKelas VIII MTs Ma’arif Cikeruh Jatinangor diambil satu
kelas sebagai subyek penelitian yaitu kelas VIII A yang berjumlah 45 siswa.
Pengambilan subyek penelitian dimaksudkan untuk menafsirkan sejumlah siswa
yang ada dalam populasi tanpa menganalisa secara keseluruhan permasalahan
yang ada pada populasi.
iii. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini diupayakan semaksimal mungkin agar
bisa mendapatkan data yang benar-benar valid, maka peneliti melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Membuat alat penelitian untuk mengevaluasi hasil belajar siswa kelas VIII
Melaksanakan evaluasi atau ulangan harian sebanyak tiga kali pada materi
Keliling dan Luas Segitiga Mengumpulkan data, mengoreksi hasil evaluasi
siswa dan menyimpulkan untuk mengadakan data kuantitatif daya serap siswa.
Pada penelitian ini data yang didapatkan itu belum berarti apa-apa sebab
data tersebut masih merupakan data mentah. Untuk itu diperlukan teknik
menganalisa data agar bisa ditafsirkan hasilnya sesuai dengan rumusan masalah.
Dalam penelitian ini digunakan penafsiran skor acuan kriteria (Criterion Referensi
Test).
Penafsiran skor acuan kriteria adalah pemberian skor berdasarkan
kemampuan siswa menyelesaikan evaluasi atau ulangan harian. Jawaban yang
benar dari siswa yang bersangkutan dapat dinyatakan dalam bentuk prosentase
sebagai berikut:
B
X 100 %
Skor = N
Dimana:
B = skor jawaban yang benar dari siswa yang bersangkutan
N = skor maksimal dari perangkat soal tes
Dari skor bisa ditafsirkan tentang ketuntasan belajar siswa sesuai dengan
standar kompetensi kurkulum sebagai berikut:
a. Ketuntasan Perorangan
Seorang siswa dikatakan berhasil (mencapai ketuntasan), jika telah mencapai
taraf penguasaan minimal 65%. Siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 65%
diberikan remedial Kompetensi Dasar yang belum dikuasai, sedang siswa yang telah
mencapai penguasaan 65% atau lebih dapat melanjutkan ke Kompetensi Dasar
berikutnya.
b. Ketuntasan Klasikal
Klasikal atau suatu kelas dikatakan telah berhasil (mencapai ketuntasan
belajar), jika paling sedikit 85% dari jumlah dalam kelompok atau kelas tersebut
telah mencapai ketuntasan perorangan.
Apabila sudah terdapat 85% dari banyaknya siswa yang mencapai tingkat
ketuntasan belajar maka kelas yang bersangkutan dapat melanjutkan pada satuan
pembelajaran berikutnya.
Apabila banyaknya siswa dalam kelas yang mencapai tingkat ketuntasan
belajar kurang dari 85% maka:
1) Siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 65% harus diberikan program
perbaikan mengenai bagian-bagian bahan pelajaran yang belum dikuasai.
2) Siswa yang telah mencapai taraf penguasaan 65% atau lebih dapat diberikan
program pengayaan.
3) Bila ketuntasan siswa lebih dari 85% maka pembelajaran yang dilaksanakan
peneliti dapat dikatakan berhasil. Tetapi bila ketuntasan belajar siswa kurang
dari 85% maka pengajaran yang dilaksnakana peneliti belum berhasil
F. Perencanaan Tindakan
1. Perencanaan Tindakan I
Tindakan pertama digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada
Keliling dan Luas Segitiga dalam pemecahan masalah-masalah dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri. Hal ini mengacu pada pendapat Dr.
Nurhadi dan Drs. Agus Gerrad bahwa “dalam pendekatan kontekstual dimana guru
menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.”
Dalam perencanaan atau tindakan tetap mengacu pada hasil temuan
kesulitan setiap siswa. Langkah-langkah yang ditempuh dalam siklus pertama
adalah:
a. Sebagai percobaan pertama siswa diminta untuk
membuat kelompok yang masing masing kelompok beranggotakan 5 sampai
6 orang.
b. Guru menjelaskan mengenai Keliling dan Luas
Segitiga
c. Mengadakan evaluasi dengan memberi soal
latihan.
2. Perencanaan Tindakan II
Tindakan kedua ini bertujuan untuk mengetahui bagaiama cara Keliling dan
Luas Segitiga. Langkah-langkah untuk melakukan percobaan di kelas adalah
sebagai berikut:
a. siswa dalam kelas dibagi menjadi 9 kelompok
masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa.
b. Peneliti memberikan pengarahan mengenai teknis
pembelajaran pada tiap kelompok
c. Memberikan penjelasan mengenai materi yang
akan dibahas, berkenaan dengan Keliling dan Luas Segitiga Memberikan
praktek untuk dipraktekan secara berkelompok, kemudian tiap perwakilan
kelompok diminta untuk mengerjakan permasalahan yang telah diberikan.
d. Langkah selanjutnya mengadakan evaluasi
dengan memberikan latihan
3. Perencanaan Tindakan III
Tindakan ketiga ini bertujuan untuk mengetahui beriman kepada hari akhir.
Langkah-langkah yang dilakukan di kelas adalah sebagai berikut:
a. siswa dianjurkan bergabung ke dalam kelompok
yang telah dibentuk dalam pertemuan sebelumnya.
b. peneliti memberi pengarahan kegiatan yang akan
dilaksanakan dan apa yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok.
c. Peneliti membimbing kelompok-kelompok yang
masih mengalami kesulitan dalam materi magnet. Langkah selanjutnya
mengadakan evaluasi dengan soal latihan.
CLASSROOM ACTION RESEARCH