PENDAHULUAN
1
menemukan kurangnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar.
Peneliti kemudian berminat melakukan telaah yang lebih jauh sehubungan
dengan bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar Matematika SMK Negeri 1
Sipirok dengan implementasi model pembelajaran Berbasis Proyek. Peneliti
tertarik pada model pembelajaran Berbasis Proyek karena metode tersebut adalah
salah satu bentuk model pembelajaran yang berpusat kepada siswa (Depdiknas,
2013). Model pembelajaran Berbasis Proyek merupakan suatu metode
pembelajaran yang mengarahkan siswa mengerjakan dan menyelesaikan suatu
proyek tertentu yang berhubungan dengan materi pelajaran (Depdiknas, 2013).
Demikianlah, banyak ahli pendidikan yang sependapat bahwa proses
pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered) akan mampu
meningkatkan mutu pembelajaran dan hasil belajar siswa (Depdiknas, 2013).
Model-model pembelajaran yang berpusat kepada siswa adalah model-model
kegiatan belajar yang mengarahkan siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan
belajar, yang diyakini akan mampu meningkatkan motivasi, aktivitas dan hasil
belajar siswa secara lebih maksimal. Apabila dibandingkan dengan sistem
pembelajaran lama yang cenderung terfokus pada pembeberan materi pelajaran
dengan metode ceramah, maka model-model pembelajaran yang berpusat kepada
siswa sepertinya memberi angin segar untuk meningkatkan mutu pendidikan
secara umum.
Selain itu, pembelajaran yang berpusat kepada siswa dipercaya mampu
mengarahkan siswa menemukan sendiri pengetahuannya melalui pengalaman
belajar (Mulyasa, 2006). Pembelajaran yang berpusat kepada siswa memfasilitasi
peserta didik untuk mengalami suatu proses pembelajaran yang berkesan dan
menyenangkan (Depdiknas, 2013). Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran yang
berkesan dan menyenangkan akan membuat siswa lebih berminat untuk
2
melibatkan dirinya dalam kegiatan tersebut. Kegiatan belajar yang melibatkan
siswa akan menambah minat dan motivasi belajar siswa, yang dengan sendirinya
akan meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Demikianlah, berdasarkan latar
belakang di atas, peneliti selanjutkan menyelenggarakan suatu Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) terkait peningkatan hasil belajar Matematika dengan
implementasi model pembelajaran Berbasis Proyek di Kelas XI TKJ di SMK
Negeri 1 Sipirok dengan tema pelajaran ‘Memahami Fungsi Komposisi dan
Fungsi Invers’.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Bagaiamana efektivitas model pembelajaran Berbasis Proyek terhadap
peningkatan hasil belajar Matematika di Kelas XI TKJ di SMK Negeri
1 Sipirok?
2. Bagaimanakah langkah-langkah model pembelajaran Berbasis Proyek
mampu meningkatkan pemahaman siswa di Kelas XI TKJ di SMK
Negeri 1 Sipirok terkait ‘Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers’?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Berbasis Proyek
terhadap peningkatan hasil belajar Matematika di Kelas XI TKJ di
SMK Negeri 1 Sipirok.
2. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah model pembelajaran
Berbasis Proyek mampu meningkatkan pemahaman siswa di Kelas XI
3
TKJ di SMK Negeri 1 Sipirok terkait Fungsi Komposisi dan Fungsi
Invers.’
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan kemampuan guru-guru mata pelajaran
Matematika di tingkat sekolah menengah kejuruan sehubungan dengan
implementasi model pembelajaran Berbasis Proyek.
2. Sebagai bahan referensi untuk menambah wawasan pendidik
sehubungan dengan implementasi model pembelajaran Berbasis
Proyek dalam pembelajaran Matematika.
3. Sebagai bahan referensi untuk melaksanakan penelitian lain yang
berhubungan.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
5
Faktor selanjutnya berkaitan dengan siswa. Siswa adalah organisme yang
unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan
anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan
irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama.
Proses pembelajaran dapat di pengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama
itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
Faktor ketiga adalah sarana dan prasarana. Sarana adalah segala sesuatu
yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran,
misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain
sebagainya, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak
langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan
menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya.
Kelengkapan sarana dan prasarana akan menuntun guru dalam menyelenggarakan
proses pembelajaran, dengan memiliki sarana dan prasarana merupakan
komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Yang terakhir adalah faktor lingkungan. Dilihat dari dimensi lingkungan
ada dua faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi
kelas dan faktor iklim sosial-psikologi. Faktor organisasi kelas yang di dalamnya
meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa
mempengaruhi proses pembelajaran.
Dengan kata lain, guru dalam proses pembelajaran memengang peranan
yang sangat penting. Peran guru, untuk siswa pada usia pendidikan dasar, tidak
mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio, komputer
dan lain sebagainya. Begitu juga halnya dengan siswa sebuah organisme yang
sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa. Jadi
proses pembelajaran guru dengan siswa adalah faktor utama dalam menentukan
keberhasilan belajar. Dengan demikian efektifitas proses pembelajaran terletak di
6
pundak guru (Ely, 1971). Sebagaimana belajar sebagai proses perubahan tingkah
laku dalam diri individu berkat adanya interaksi antara individu tersebut dengan
lingkungannya, Muhibbinsyah (1995) selanjutnya menjelaskan mengajar sebagai
suatu perbuatan yang memerlukan tanggung-jawab moral untuk membimbing
siswa dalam kegiatan suatu usaha belajar yang mengorganisasi lingkungan.
Dengan demikian, suatu proses belajar-mengajar adalah merupakan suatu inti dari
proses pendidikan yang secara keseluruhan mengintegrasikan kemampuan guru
dan potensi siswa untuk mencapai tujuan tertentu yang diharapkan. Proses belajar
mengajar tidak akan berlangsung dengan maksimal apabila tidak ada hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif antara pendidik dan peserta
didik. Interaksi atau hubungan timbal balik tersebut merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar yang bermutu (Usman, 2900).
Kegiatan belajar mengajar yang maksimal akan meningkatkan hasil
belajar siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. KBBI (2008) mengemukakn
bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukan
dengan nilai tes atau Angka nilai yang diberikan oleh guru. Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya (Sudjana, 2004). Lebih jauh lagi, Kingsley dalam Sudjana (2004)
menjelaskan bahwa ada tiga macam hasil belajar mengajar yakni keterampilan
dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan, serta sikap dan cita-cita, di mana
hasil belajar pada umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat
dibandingkan dengan satu kriteria (Prakosa, 1991). Relevan dengan penjelasan di
atas, hasil belajar yang dicapai siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor. Yakni
faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam dalam diri siswa, dan faktor
eksternal atau fakktor yang berasal dari luar diri siswa (Sudjana, 1989). Dengan
7
demikian salah satu faktor ekternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
kualitas pengajaran yang diberikan oleh guru.
8
Lebih jauh lagi, berikut ini akan dijelaskan tujuan yang diharapkan dari
implementasi model pembelajaran Berbasis Masalah tersebut. Sebagaimana fokus
dari model pembelajaran itu terletak pada kegiatan para peserta didik untuk
memecahkan masalah dan menyelesaikan tugas-tugas lainnya, maka dipercaya model
pembelajaran ini mampu memberi peluang pada peserta didik untuk bekerja
mengkonstruksi tugas yang diberikan guru, sehingga puncaknya nanti mereka akan
dapat menghasilkan produk karya. Akhirnya, berkaitan dengan harapan tersebut
tujuan pembelajaran Berbasis Proyek adalah agar siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan baru dalam pembelajaran, mampu meningkatkan kemampuannya dalam
pemecahan masalah, aktif dalam memecahkan masalah yang kompleks dengan hasil
produk nyata berupa barang atau jasa, mampu mengembangkan dan meningkatkan
keterampilannya dalam mengelola sumber, bahan dan alat untuk menyelesaikan tugas
dan mampu meningkatkan kolaborasi dengan sesama siswa lain di kelas tersebut.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan implemntasi model
pembelajaran Berbasis Proyek, secara sederhana dapat dijelaskan dengan diagram
sebagai berikut.
Untuk lebih jelasnya, penentuan proyek adalah langkah dimana peserta didik
menentukan tema/topik proyek berdasarkan tugas proyek yang diberikan oleh guru.
Peserta didik diberi kesempatan untuk memilih/menentukan proyek yang akan
9
dikerjakannya baik secara kelompok ataupun mandiri dengan catatan apa yang
selanjutnya akan dikerjakan oleh siswa tidak menyimpang dari tugas yang diberikan
guru. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek adalah sesi yang
berhubungan dengan kegiatan peserta didik merancang langkah-langkah
penyelesaian proyek dari awal sampai akhir, serta bagaimana mereka selanjutnya
mengelolaannya. Kegiatan perancangan proyek ini berisi aturan main dalam
pelaksanaan tugas proyek, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung tugas proyek,
pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas proyek, perencanaan
sumber/bahan/alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas projek dan kerja sama
antara nggota kelompok.
Selanjutnya, penyusunan jadwal pelaksanaan proyek berhubungan dengan
kegiatan dimana peserta didik di bawah dampingan guru melakukan penjadwalan
semua kegiatan yang telah dirancang. Jadwal tersebut menunjukkan berapa lama
proyek itu harus diselesaikan tahap demi tahap. Penyelesaian proyek dengan
fasilitasi dan monitoring guru, berhubungan dengan kegiatan dimana
pengimplementasian rancangan proyek yang telah dibuat dengan urutan aktivitas
yang menyangkut membaca, meneliti, observasi, interviu, merekam, berkarya seni,
mengunjungi objek projek atau akses internet. Demikianlah, guru bertanggung
jawab memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas proyek mulai
proses hingga penyelesaian proyek. Pada kegiatan monitoring, guru membuat rubrik
yang akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan tugas proyek.
Kemudian, penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek
berhubungan dengan kegiatan dimana hasil proyek dalam bentuk produk, baik itu
berupa produk karya tulis, karya seni atau karya teknologi/prakarya dipresentasikan
dan/atau dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat
dalam bentuk pameran produk pembelajaran. Evaluasi proses dan hasil proyek
adalah fase dimana guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran
10
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses refleksi pada
tugas proyek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap
evaluasi, peserta didik diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya selama
menyelesaikan tugas proyek yang berkembang dengan diskusi, untuk memperbaiki
kinerja selama menyelesaikan tugas proyek.
Demikianlah, peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran
Berbasis Proyek adalah sebagai perencana dan pendesain pembelajaran, pembuat
strategi pembelajaran, membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan
siswa, mencari keunikan siswa, menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai
macam penilaian dan membuat portofolio pekerjaan siswa. Sebaliknya, peranan
siswa dalam implementasi model pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai
pengguna kemampuan bertanya dan berpikir, pelaku riset sederhana, pembelajar ide
dan konsep baru, mempelajari mengatur waktu dengan baik, melakukan kegiatan
belajar sendiri/kelompok, mengaplikasikan hasil belajar lewat tindakan dan
melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).
BAB III
11
METODE PENELITIAN
12
1. Perencanaan (planning) adalah tahapan merancang dan merencanakan
tindakan dan tahapan peneliti membuat persiapan awal sebelum
memulai tindakan di tiap-tiap siklus. Di tahap perencanakan juga
dilakukan perbaikan rencana dari siklus sebelumnya ke siklus
berikutnya. Tindakan ini perlu dilakukan ketika peneliti menemukan
kelemahan dan kekurangan rencana sebelumnya, yang dianggap perlu
diperbaiki di siklus berikutnya.
2. Fase kedua pelaksanaan (act). Dalam tahapan ini peneliti bertindak
sebagai guru memberlakukan tindakan di dalam kelas sebanyak empat
kali pertemuan di dalam tiap siklus. Di tahap pelaksanaan peneliti
menguji-cobakan metode pembelajaran yang menjadi fokus dalam
penelitian ini, dengan asumsi metode tersebut memiliki kelebihan
13
untuk memecahkan masalah yang menjadi rumusan permasalahan di
dalam penelitian ini.
3. Fase ketiga merupakan tahap pengamatan (observe). Di tahap ini
peneliti yang bertindak sebagai participant-observer (Sugiono, 2005)
membuat catatan-catatan lapangan sehubungan dengan hasil temuan
yang menarik atas tindakan yang dilakukannya. Selain ini hasil
rekaman yang dibuat oleh rekan sejawat peneliti juga merupakan
bagian dari data temuan.
4. Fase terakhir dari PTK ini adalah fase refleksi (reflect). Fase ini
berhubungan dengan penelaahan data yang diperoleh, baik itu
kelebihan dan kekurangan dari teknik atau metode pembelajaran yang
sedang diuji-cobakan. Di fase refleksi, peneliti menelaah baik-
buruknya tindakan dan bagaimana memperbaikinya untuk siklus
selanjutnya.
14
D. Instrumen dan Teknik Analisis Data
Observasi dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang menjelaskan
keterlibatan dan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Data diolah
dengan menggunakan analisis deskriptif, yakni menganalisa data berdasarkan
teori-teori relevan yang dimunculkan dalam penelitian (Arikunto, 2006). Hasil
temuan dari setiap siklus selanjutnya digunakan sebagai bahan refleksi untuk
memperbaiki tindakan di siklus selanjutnya. Adapun instrumen yang digunakan
untuk mengkaji peningkatan hasil belajar siswa dalam kegiatan ini dapat diamati
melalui tabel berikut.
Persiapan
Pengayaan
Tanya Jawab
Latihan memaknai soal
Latihan mengerjakan soal
Latihan menjelaskan
jawaban
Presentasi
Total Skor
15
Siswa siswi yang terdiri atas 25 orang dibagi ke dalam enam kelompok
yang terdiri atas empat hingga lima siswa. Keenam kelompok tersebut terdiri atas
siswa-siswi yang heterogen dalam hal kemampuan, jenis kelamin dan minat
belajar. Namun demikian, untuk mempermudah analisis data, hanya nilai dari tiga
kelompok yang pada akhirnya akan dianalisis, dan masing-masing dianggap
mewakili kelompok berkemampuan Rendah, Sedang dan Tinggi.
16
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
Setelah menelaah hasil penelitian pendahuluan terkait pengamatan
kegiatan dan hasil belajar Matematika di Kelas XI TKJ di SMK Negeri 1 Sipirok,
peneliti berminat mengadakan suatu penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan hasil belajar Matematika siswa dengan implementasi model
pembelajaran Berbasis Proyek. Adapun tema pelajaran adalah Memahami Fungsi
komposisi dan Fungsi Invers. Sebagai langkah awal, peneliti selanjutnya
melakukan persiapan untuk memulai pelaksanaan Siklus I dengan menyusun RPP
dan membuat skenario pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran
Berbasis Proyek. Peneliti mempersipkan lembar observasi, menyediakan alat-alat
bantu pelajaran yang dibutuhkan sesuai dengan rencana, dan selanjutnya
memasuki kelas sasaran untuk melaksanakan tindakan. Adapun laporan hasil
penelitian Siklus I dijelaskan sebagai berikut.
17
yang relevan, dan peneliti memastikan kegiatan tersebut direkam sebagai bahan
temuan untuk analisis data. Peneliti menunjukkan contoh soal lain yang relevan
dan mengarahkan serta membimbing siswa untuk menyelesaikan soal dengan
sebaik-baiknya dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami materi pelajaran.
Kemudian di pertemuan ketiga, kegiatan dilanjutkan dengan menjelaskan
kembali tentang Funsi Komposisi. Di pertemuan ketiga tersebut, siswa diarahkan
langsung mengerjakan proyek soal yang telah dipersiapkan oleh peneliti dalam
kelompok. Peneliti memberikan soal lain yang lebih tinggi tingkat kesulitannya,
dan setiap kelompok diberi soal yang berbeda. Peneliti senajutnya menjelaskan
bahwa soal-soal tersebut merupakan proyek yang harus diselsaikan oleh masing-
masing kelompok dan akan dikumpulkan di akhir kegiatan. Selanjutnya di
pertemuan keempat, masing-masing perwakilan kelompok diharapkan tampil ke
depan menjelaskan langkah-langkah penyelesaikan soal yang merupakan proyek
tugas untuk kelompoknya. Siswa di kelompok yang lain mengamati dan
menanggapi.
Selama kegiatan pembelajaran, peneliti tetap mengarahkan siswa secara
maksimal sehingga proses penyelesaian tugas proyek tersebut berjalan dengan
lancar. Kegiatan pembelajaran tetap direkam untuk menambah validitas temuan.
Peneliti juga membuat catatan yang dianggap perlu untuk refleksi untuk
pelaksanaan kegiatan di siklus berikutnya. Berikut ini adalah nilai tiga kelompok
yang dianggap mewakili kelompok siswa yang berkemampuan rendah, sedang
dan tinggi dalam kegiatan pembelajaran di Siklus I kegiatan ini.
18
Unsur Yang Dinilai Skor
1 2 3 4 5
Persiapan √
Pengayaan √
Tanya Jawab √
Latihan menjelaskan √
jawaban
Presentasi √
Total Skor 2, 1
Persiapan √
Pengayaan √
Tanya Jawab √
Latihan menjelaskan √
jawaban
Presentasi √
19
Total Skor 3
Persiapan √
Pengayaan √
Tanya Jawab √
Latihan menjelaskan √
jawaban
Presentasi √
Total Skor 3, 28
20
nilai 2, 1 yang masuk ke dalam kategori Kurang. Kelompok II dan III masing-
masing dikategorikan berkemampuan Sedang dan Tinggi karena masing-masing
mendapatkan nilai 3 dan 3, 28. Dengan demikian, Kelompok III dikatakan
berkemampuan Tinggi dan lebih unggul dari kelompok II (kategori kelompok
berkemampuan Sedang), meskipun kedua kelompok tersebut masing-masing
masih dianggap mendapatkan nilai rata-rata cukup.
Kemudian, meskipun rata-rata nilai di atas belum memuaskan, tapi apabila
dibandingkan dengan hasil pengamatan di studi pendahuluan maka temuan
penelitian Siklus I sudah menunjukkan kemajuan yang positif. Siswa tidak lagi
pasif secara keseluruhan dalam mengikuti kegiatan belajar. Siswa tampak lebih
tertarik untuk menyelesaikan proyek kelompoknya meskipun hasilnya belum
maksimal. Peneliti juga harus benar-benar bekerja keras mengarahkan siswa
supaya tertib dalam mengikuti kegiatan agar tujuan pembelajaran tetap bisa
tercapai sesuai dengan direncanakan. Sebagai tindak lanjut dari temuan di Siklus
I, peneliti kembali merevisi rencana pelaksanaan tindakan untuk Siklus II. Peneliti
berencana mengupayakan meningkatkan aktivitas siswa dengan lebih maksimal
untuk hasil yang belajar yang lebih maksimal. Adapun hasil penelitian Siklus II
dapat diamati sebagai berikut.
21
menyelesaikan soal yang berhubungan dengan memahami Fungsi Invers dan
selanjutnya dipresentasikan di depan kelas seperti di sikulus sebelumnya. Selama
kegiatan berlangsung, peneliti tetap melakukan bimbingan dan pengarahan yang
maksimal, kegiatan tetap direkam dan peneliti membuat catatan lapangan
sebagaimana diperlukan, dan adapun temuan dari pelaksanaan Siklus II dapat
diamati berdasarkan tabel-tabel berikut.
Persiapan √
Pengayaan √
Tanya Jawab √
Latihan menjelaskan √
jawaban
Presentasi √
Total Skor 3, 14
22
Mata Pelajaran: Matematika Kelompok: II
Nama Proyek : Fungsi Invers Kelas : XI TKJ
Persiapan √
Pengayaan √
Tanya Jawab √
Latihan menjelaskan √
jawaban
Presentasi √
Total Skor 4, 14
Persiapan √
Pengayaan √
Tanya Jawab √
23
Latihan mengerjakan soal √
Latihan menjelaskan √
jawaban
Presentasi
Total Skor 4, 85
24
Proyek, maka motivasi maksimal dan latihan yang memadai sangat diperlukan
demi mengasah kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas dengan lebih baik.
Pengarahan peneliti terkait langkah-langkah menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan ‘Memahami Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers’ mempengaruhi
kemajuan siswa dalam mengikuti kegiatan, siswa menjadi lebih percaya diri dan
menunjukkan potensi pribadinya secara maksimal. Namun demikian, sangat
diperlukan kerja keras bagi guru yang mengimplementasi model pembelajaran
Berbasis Proyek mengingat guru harus mampu mengarahkan dan memberi
motivasi maksimal kepada siswa sekaligus melatih kemampuan siswa.
25
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian di atas, ada beberapa kesimpulan yang dapat
dikemukakan peneliti sebagai berikut.
1. Implementasi model pembelajaran Berbasis Proyek mampu
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
Matematika di Kelas XI TKJ SMK Negeri 1 Sipirok.
2. Hal tersebut dibuktikan dari fakta yang menunjukkan bahwa ada
peningkatan hasil belajar yang sangat signifikan antara Siklus I dan II
sehubungan dengan ‘Memahami Fungsi Komposisi dan Fungsi
Invers’.
3. Motivasi maksimal dan pengayaan materi mampu menambah rasa
percaya diri siswa untuk terlibat dan termotivasi dalam kegiatan
belajar.
B. Saran-Saran Penelitian
Berdasarkan temuan-temuan diatas, peneliti memberi saran untuk tindak
lanjut penelitian sebagai berikut.
1. Diperlukan kerja keras bagi guru yang mengimplementasi model
pembelajaran Berbasis Proyek mengingat guru harus mampu
mengarahkan dan memberi motivasi maksimal kepada siswa.
2. Sangat diperlukan praktik yang memadai bagi siswa untuk mampu
menyelesaikan tugas dengan baik.
3. Guru yang mengimplemnatasi model pembelajaran Berbasis Proyek
harus memiliki pemahaman yang memadai sehubungan dengan
pemanfaatan media pembelajaran.
26
4. Penelitian ini hanya dilaksanakan dalam waktu yang singkat dan
dalam skala terbatas, maka penelitian yang lebih jauh sehubungan
dengan tema-tema tersebut di atas perlu dilakukan untuk memperoleh
hasil yang jauh lebih memuaskan.
Referensi
27
Admin. Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
[online]. Diakses di
http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/151/hubptain-gdl-
ellyikasus-7509-3-babii.pdf (17 Oktober 2011).
Florin, Suzanne. 2010. The Success of Project Based Learning. [Online]. Diakses di
http://www.brighthub.com/education/k-12/articles/90553.aspx (18 Oktober
2011)
28
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
JADWAL PENELITIAN:
Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika di Kelas XI TKJ di SMK Negeri 1 Sipirok
29
Pertemuan Siklus Hari/Tanggal Kegiatan Tempat
I I Sabtu, 01- Sosialisasi dan Kelas XI TKJ
08-2020 apersepsi kegiatan
II Sabtu, 08-08- Pelaksanaan Kelas XI TKJ
2020 tindakan
III Sabtu, 22- Diskusi dan Kelas XI TKJ
08-2020 presentasi
IV Sabtu, 29-08- Presentasi dan Kelas XI TKJ
2020 persiapan Siklus
II
V II Sabtu, 05- Sosialisasi dan Kelas XI TKJ
09-2020 apersepsi kegiatan
VI Sabtu, 12-09- Pelaksanaan Kelas XI TKJ
2020 tindakan
VII Sabtu, 19- Diskusi dan Kelas XI TKJ
09-2020 presentasi
VIII Sabtu, 26-09- Presentasi dan Kelas XI TKJ
2020 refleksi hasil
kegiatan
30
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
LEMBAR OBSERVASI
31
FOTO-FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN
32
33