Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Peserta didik adalah insan yang potensial untuk berkembang, yang
memiliki keinginan-keinginan tertentu, harapan dan tujuan hidup, aspirasi,
motivasi dan berbagai kemungkinan potensi lain yang ada di dalam dirinya. Oleh
karena itu, dalam suatu proses pembelajaran pendidik selayaknya memiliki
tanggung jawab untuk tidak hanya membuat siswa memahami materi pelajaran,
namun juga mampu melaksanakan suatu kegiatan pembelajaran yang
mengembangkan potensi dan kemampuan siswa sebagai persiapan menghadapi
kehidupan nyata di masa depan. Dengan kata lain, dalam menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran Matematika, guru diharapkan tidak hanya terfokus pada
pola KBM yang hanya mengacu pada pengembangan aspek kognitif saja,
melainkan secara utuh dan menyeluruh juga mampu mengembangkan aspek
afektif dan psikomotor siswa.
Berkenaan dengan pernyataan-pernyataan di atas, Purwanto (2009)
menyatakan bahwa rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dewasa ini terefleksi
dari masih tidak memadainya sumber daya manusia di Indonesia, yang
merupakan imbas langsung dari kurangnya usaha maksimal dari pemerintah atau
dari para pendidik untuk memperbaiki mutu pembelajaran yang diselenggarakan
di sekolah. Hal tersebut juga terjadi dalam pembelajaran Matematika di SMK
Negeri 1 Sipirok. Berdasarkan suatu studi pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti dengan mengamati laporan hasil belajar Matematika di tahun-tahun
sebelumnya, ditemukan bahwa nilai rata-rata raport siswa untuk mata pelajaran
Matematika masih cukup rendah. Dari hasil pengamatan di beberapa kelas yang
sedang menyelenggarakan kegiatan pembelajaran Matematika, peneliti juga

1
menemukan kurangnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar.
Peneliti kemudian berminat melakukan telaah yang lebih jauh sehubungan
dengan bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar Matematika SMK Negeri 1
Sipirok dengan implementasi model pembelajaran Berbasis Proyek. Peneliti
tertarik pada model pembelajaran Berbasis Proyek karena metode tersebut adalah
salah satu bentuk model pembelajaran yang berpusat kepada siswa (Depdiknas,
2013). Model pembelajaran Berbasis Proyek merupakan suatu metode
pembelajaran yang mengarahkan siswa mengerjakan dan menyelesaikan suatu
proyek tertentu yang berhubungan dengan materi pelajaran (Depdiknas, 2013).
Demikianlah, banyak ahli pendidikan yang sependapat bahwa proses
pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered) akan mampu
meningkatkan mutu pembelajaran dan hasil belajar siswa (Depdiknas, 2013).
Model-model pembelajaran yang berpusat kepada siswa adalah model-model
kegiatan belajar yang mengarahkan siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan
belajar, yang diyakini akan mampu meningkatkan motivasi, aktivitas dan hasil
belajar siswa secara lebih maksimal. Apabila dibandingkan dengan sistem
pembelajaran lama yang cenderung terfokus pada pembeberan materi pelajaran
dengan metode ceramah, maka model-model pembelajaran yang berpusat kepada
siswa sepertinya memberi angin segar untuk meningkatkan mutu pendidikan
secara umum.
Selain itu, pembelajaran yang berpusat kepada siswa dipercaya mampu
mengarahkan siswa menemukan sendiri pengetahuannya melalui pengalaman
belajar (Mulyasa, 2006). Pembelajaran yang berpusat kepada siswa memfasilitasi
peserta didik untuk mengalami suatu proses pembelajaran yang berkesan dan
menyenangkan (Depdiknas, 2013). Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran yang
berkesan dan menyenangkan akan membuat siswa lebih berminat untuk

2
melibatkan dirinya dalam kegiatan tersebut. Kegiatan belajar yang melibatkan
siswa akan menambah minat dan motivasi belajar siswa, yang dengan sendirinya
akan meningkatkan hasil belajar siswa tersebut. Demikianlah, berdasarkan latar
belakang di atas, peneliti selanjutkan menyelenggarakan suatu Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) terkait peningkatan hasil belajar Matematika dengan
implementasi model pembelajaran Berbasis Proyek di Kelas XI TKJ di SMK
Negeri 1 Sipirok dengan tema pelajaran ‘Memahami Fungsi Komposisi dan
Fungsi Invers’.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Bagaiamana efektivitas model pembelajaran Berbasis Proyek terhadap
peningkatan hasil belajar Matematika di Kelas XI TKJ di SMK Negeri
1 Sipirok?
2. Bagaimanakah langkah-langkah model pembelajaran Berbasis Proyek
mampu meningkatkan pemahaman siswa di Kelas XI TKJ di SMK
Negeri 1 Sipirok terkait ‘Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers’?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Berbasis Proyek
terhadap peningkatan hasil belajar Matematika di Kelas XI TKJ di
SMK Negeri 1 Sipirok.
2. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah model pembelajaran
Berbasis Proyek mampu meningkatkan pemahaman siswa di Kelas XI

3
TKJ di SMK Negeri 1 Sipirok terkait Fungsi Komposisi dan Fungsi
Invers.’

D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan kemampuan guru-guru mata pelajaran
Matematika di tingkat sekolah menengah kejuruan sehubungan dengan
implementasi model pembelajaran Berbasis Proyek.
2. Sebagai bahan referensi untuk menambah wawasan pendidik
sehubungan dengan implementasi model pembelajaran Berbasis
Proyek dalam pembelajaran Matematika.
3. Sebagai bahan referensi untuk melaksanakan penelitian lain yang
berhubungan.

E. Sistematika Penulisan Laporan


1. Bab I adalah bagian pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan penelitian.
2. Bab II merupakan kajian teori.
3. Bab III tentang metodologi penelitian.
4. Bab IV berhubungan dengan diskusi hasil penelitian, yang dibahas
berdasarkan siklus.
5. Bab V memuat kesimpulan dan saran.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar


Belajar diartikan sebagai serangkaian kegiatan atau aktivitas yang
dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan pengetahuan
atau kemahiran yang sedikit permanen (Mulyasa, 2006). Dengan demikian, proses
belajar akan berjalan dengan baik apabila disertai dengan tujuan yang jelas, dalam
hal ini tujuan tersebut adalah agar terjadi perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, sehingga perubahan
tersebut bermakna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya.
Mengajar mempunyai makna yaitu memindahkan ilmu dari guru ke siswa yang
dilakukan secara sengaja dengan berbagai proses yang dilakukannya. Sadiman
(1994) menambahkan bahwa mengajar merupakan aktivitas menyampaikan
pengetahuan pada anak didik agar anak didik mendapatkan dan menguasai
pengetahuan.
Berkaitan dengan hal di atas, Sanjaya (2008) menyebutkan beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran adalah sebagai berikut.
Yang pertama adalah factor guru. Guru adalah komponen yang sangat
menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru,
bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin
bisa diaplikasikan. Layaknya seorang prajurit di medan pertempuran.
Keberhasilan penerapan strategi berperang untuk menghancurkan musuh akan
sangat bergantung kepada kualitas prajurit itu sendiri. Demikian juga dengan
guru. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung
pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik dan taktik
pembelajaran.

5
Faktor selanjutnya berkaitan dengan siswa. Siswa adalah organisme yang
unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan
anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan
irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama.
Proses pembelajaran dapat di pengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama
itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
Faktor ketiga adalah sarana dan prasarana. Sarana adalah segala sesuatu
yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran,
misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain
sebagainya, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak
langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan
menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya.
Kelengkapan sarana dan prasarana akan menuntun guru dalam menyelenggarakan
proses pembelajaran, dengan memiliki sarana dan prasarana merupakan
komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Yang terakhir adalah faktor lingkungan. Dilihat dari dimensi lingkungan
ada dua faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi
kelas dan faktor iklim sosial-psikologi. Faktor organisasi kelas yang di dalamnya
meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa
mempengaruhi proses pembelajaran.
Dengan kata lain, guru dalam proses pembelajaran memengang peranan
yang sangat penting. Peran guru, untuk siswa pada usia pendidikan dasar, tidak
mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio, komputer
dan lain sebagainya. Begitu juga halnya dengan siswa sebuah organisme yang
sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa. Jadi
proses pembelajaran guru dengan siswa adalah faktor utama dalam menentukan
keberhasilan belajar. Dengan demikian efektifitas proses pembelajaran terletak di

6
pundak guru (Ely, 1971). Sebagaimana belajar sebagai proses perubahan tingkah
laku dalam diri individu berkat adanya interaksi antara individu tersebut dengan
lingkungannya, Muhibbinsyah (1995) selanjutnya menjelaskan mengajar sebagai
suatu perbuatan yang memerlukan tanggung-jawab moral untuk membimbing
siswa dalam kegiatan suatu usaha belajar yang mengorganisasi lingkungan.
Dengan demikian, suatu proses belajar-mengajar adalah merupakan suatu inti dari
proses pendidikan yang secara keseluruhan mengintegrasikan kemampuan guru
dan potensi siswa untuk mencapai tujuan tertentu yang diharapkan. Proses belajar
mengajar tidak akan berlangsung dengan maksimal apabila tidak ada hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif antara pendidik dan peserta
didik. Interaksi atau hubungan timbal balik tersebut merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar yang bermutu (Usman, 2900).
Kegiatan belajar mengajar yang maksimal akan meningkatkan hasil
belajar siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. KBBI (2008) mengemukakn
bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukan
dengan nilai tes atau Angka nilai yang diberikan oleh guru. Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya (Sudjana, 2004). Lebih jauh lagi, Kingsley dalam Sudjana (2004)
menjelaskan bahwa ada tiga macam hasil belajar mengajar yakni keterampilan
dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan, serta sikap dan cita-cita, di mana
hasil belajar pada umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat
dibandingkan dengan satu kriteria (Prakosa, 1991). Relevan dengan penjelasan di
atas, hasil belajar yang dicapai siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor. Yakni
faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam dalam diri siswa, dan faktor
eksternal atau fakktor yang berasal dari luar diri siswa (Sudjana, 1989). Dengan

7
demikian salah satu faktor ekternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
kualitas pengajaran yang diberikan oleh guru.

B. Model Pembelajaran Berbasis Proyek


Depdiknas (2013) menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah kesatuan
yang utuh dari suatu pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran yang sudah siap diimplementasikan di dalam proses belajar mengajar.
Dengan demikian, model pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning/PjBL) adalah salah satu model pembelajaran yang menggunakan
proyek/kegiatan sebagai media, dengan memfokuskan aktivitas peserta didik untuk
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan pemanfaatan informasi
untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Model pembelajaran ini
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dalam aktivitas yang
nyata.
Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk menghasilkan berbagai
produk sebagai bentuk hasil belajar. Adapun proses penemuan dalam Pembelajaran
Berbasis Proyek dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding
question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi). Ketika pertanyaan terjawab, peserta
didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah
disiplin yang sedang dikajinya. Model Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata yang berharga bagi atensi
dan usaha peserta didik. Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menggali konten (materi) pelajaran, dengan menggunakan
berbagai cara yang bermakna bagi dirinya dalam melakukan eksperimen secara
kolaboratif (Depdiknas, 2013).

8
Lebih jauh lagi, berikut ini akan dijelaskan tujuan yang diharapkan dari
implementasi model pembelajaran Berbasis Masalah tersebut. Sebagaimana fokus
dari model pembelajaran itu terletak pada kegiatan para peserta didik untuk
memecahkan masalah dan menyelesaikan tugas-tugas lainnya, maka dipercaya model
pembelajaran ini mampu memberi peluang pada peserta didik untuk bekerja
mengkonstruksi tugas yang diberikan guru, sehingga puncaknya nanti mereka akan
dapat menghasilkan produk karya. Akhirnya, berkaitan dengan harapan tersebut
tujuan pembelajaran Berbasis Proyek adalah agar siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan baru dalam pembelajaran, mampu meningkatkan kemampuannya dalam
pemecahan masalah, aktif dalam memecahkan masalah yang kompleks dengan hasil
produk nyata berupa barang atau jasa, mampu mengembangkan dan meningkatkan
keterampilannya dalam mengelola sumber, bahan dan alat untuk menyelesaikan tugas
dan mampu meningkatkan kolaborasi dengan sesama siswa lain di kelas tersebut.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan implemntasi model
pembelajaran Berbasis Proyek, secara sederhana dapat dijelaskan dengan diagram
sebagai berikut.

Penentuan Proyek 2. Perancangan langkah- 3. Penyusunan Jadwal


langkah penyelesaian proyek Pelaksanaan Proyek

6. Evaluasi proses dan 5. Penyusunan laporan dan 4. Penyelesaian projek


hasil proyek presentasi/publikasi hasil dengan fasilitasi dan
proyek monitoring guru

Skema 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek (diadaptasi


dari Keser & Karagoca (2010))

Untuk lebih jelasnya, penentuan proyek adalah langkah dimana peserta didik
menentukan tema/topik proyek berdasarkan tugas proyek yang diberikan oleh guru.
Peserta didik diberi kesempatan untuk memilih/menentukan proyek yang akan
9
dikerjakannya baik secara kelompok ataupun mandiri dengan catatan apa yang
selanjutnya akan dikerjakan oleh siswa tidak menyimpang dari tugas yang diberikan
guru. Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek adalah sesi yang
berhubungan dengan kegiatan peserta didik merancang langkah-langkah
penyelesaian proyek dari awal sampai akhir, serta bagaimana mereka selanjutnya
mengelolaannya. Kegiatan perancangan proyek ini berisi aturan main dalam
pelaksanaan tugas proyek, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung tugas proyek,
pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas proyek, perencanaan
sumber/bahan/alat yang dapat mendukung penyelesaian tugas projek dan kerja sama
antara nggota kelompok.
Selanjutnya, penyusunan jadwal pelaksanaan proyek berhubungan dengan
kegiatan dimana peserta didik di bawah dampingan guru melakukan penjadwalan
semua kegiatan yang telah dirancang. Jadwal tersebut menunjukkan berapa lama
proyek itu harus diselesaikan tahap demi tahap. Penyelesaian proyek dengan
fasilitasi dan monitoring guru, berhubungan dengan kegiatan dimana
pengimplementasian rancangan proyek yang telah dibuat dengan urutan aktivitas
yang menyangkut membaca, meneliti, observasi, interviu, merekam, berkarya seni,
mengunjungi objek projek atau akses internet. Demikianlah, guru bertanggung
jawab memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas proyek mulai
proses hingga penyelesaian proyek. Pada kegiatan monitoring, guru membuat rubrik
yang akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan tugas proyek.
Kemudian, penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek
berhubungan dengan kegiatan dimana hasil proyek dalam bentuk produk, baik itu
berupa produk karya tulis, karya seni atau karya teknologi/prakarya dipresentasikan
dan/atau dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat
dalam bentuk pameran produk pembelajaran. Evaluasi proses dan hasil proyek
adalah fase dimana guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran

10
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses refleksi pada
tugas proyek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap
evaluasi, peserta didik diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya selama
menyelesaikan tugas proyek yang berkembang dengan diskusi, untuk memperbaiki
kinerja selama menyelesaikan tugas proyek.
Demikianlah, peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran
Berbasis Proyek adalah sebagai perencana dan pendesain pembelajaran, pembuat
strategi pembelajaran, membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan
siswa, mencari keunikan siswa, menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai
macam penilaian dan membuat portofolio pekerjaan siswa. Sebaliknya, peranan
siswa dalam implementasi model pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai
pengguna kemampuan bertanya dan berpikir, pelaku riset sederhana, pembelajar ide
dan konsep baru, mempelajari mengatur waktu dengan baik, melakukan kegiatan
belajar sendiri/kelompok, mengaplikasikan hasil belajar lewat tindakan dan
melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).

BAB III
11
METODE PENELITIAN

A. Setting dan Partisipan Penelitian.


Telaah ini diselenggarakan di Kelas XI TKJ SMK Negeri 1 Sipirok.
Penelitian ini adalah suatu penelitian tindakan kelas (PTK) yang diselenggarakan
dalam dua siklus penelitian, dengan jumlah partisipan sebanyak 25 siswa yang
terdiri atas 10 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Selain ke 25 siswa-siswi
Kelas XI TKJ SMK Negeri 1 Sipirok tersebut, peneliti juga bertindak sebagai
partisipan yang melaksanakan tindakan di kelas (Sugiono, 2008). Sebagaimana
PTK ini bersifat kualitatif, penelitian ini bersifat reflektif (Arikunto, 2006),
dimana peneliti bertindak sebagai partisipan-observer yakni partisipan dan
sekaligus peneliti yang mengamati dan menelaah data (Sugiono, 2008). Untuk
validasi data temuan, peneliti meminta seorang rekan untuk merekam kegiatan
belajar, yang akan digunakan sebagai pelengkap data observasi lapangan.

B. Prosedur Pelaksanaan Tindakan


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus
penelitian. Telaah ini selanjutnya menggunakan model penelitian tindakan kelas
(PTK) model Arikunto (2006) yang proses kegiatannya disajikan seperti pada
gambar berikut. Gambar tersebut menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas
ini direncanakan secara berdaur/siklus, dan masing-masing siklus memenuhi
tahapan perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan
(observating) dan refleksi hasil tindakan (reflecting).

12
1. Perencanaan (planning) adalah tahapan merancang dan merencanakan
tindakan dan tahapan peneliti membuat persiapan awal sebelum
memulai tindakan di tiap-tiap siklus. Di tahap perencanakan juga
dilakukan perbaikan rencana dari siklus sebelumnya ke siklus
berikutnya. Tindakan ini perlu dilakukan ketika peneliti menemukan
kelemahan dan kekurangan rencana sebelumnya, yang dianggap perlu
diperbaiki di siklus berikutnya.
2. Fase kedua pelaksanaan (act). Dalam tahapan ini peneliti bertindak
sebagai guru memberlakukan tindakan di dalam kelas sebanyak empat
kali pertemuan di dalam tiap siklus. Di tahap pelaksanaan peneliti
menguji-cobakan metode pembelajaran yang menjadi fokus dalam
penelitian ini, dengan asumsi metode tersebut memiliki kelebihan

13
untuk memecahkan masalah yang menjadi rumusan permasalahan di
dalam penelitian ini.
3. Fase ketiga merupakan tahap pengamatan (observe). Di tahap ini
peneliti yang bertindak sebagai participant-observer (Sugiono, 2005)
membuat catatan-catatan lapangan sehubungan dengan hasil temuan
yang menarik atas tindakan yang dilakukannya. Selain ini hasil
rekaman yang dibuat oleh rekan sejawat peneliti juga merupakan
bagian dari data temuan.
4. Fase terakhir dari PTK ini adalah fase refleksi (reflect). Fase ini
berhubungan dengan penelaahan data yang diperoleh, baik itu
kelebihan dan kekurangan dari teknik atau metode pembelajaran yang
sedang diuji-cobakan. Di fase refleksi, peneliti menelaah baik-
buruknya tindakan dan bagaimana memperbaikinya untuk siklus
selanjutnya.

C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data


PTK ini bersifat kualitatif deskriptif. Dengan sendirinya data dalam telaah
ini dikumpulkan secara kualitatif, yakni melalui telaah dokumen dan observasi
lapangan. Telaah dokumen dilakukan dengan mengamati nilai-nilai raport dan
nilai-nilai praktik siswa di semester sebelumnya, yang digunakan untuk
mengkategorikan siswa berdasarkan kemampuannya demi keperluan tindak lanjut
penelitian. Observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa saat proses
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa, minat dan motivasi siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar, yang pada akhirnya akan menjelaskan peningkatan
hasil belajar siswa.

14
D. Instrumen dan Teknik Analisis Data
Observasi dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang menjelaskan
keterlibatan dan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Data diolah
dengan menggunakan analisis deskriptif, yakni menganalisa data berdasarkan
teori-teori relevan yang dimunculkan dalam penelitian (Arikunto, 2006). Hasil
temuan dari setiap siklus selanjutnya digunakan sebagai bahan refleksi untuk
memperbaiki tindakan di siklus selanjutnya. Adapun instrumen yang digunakan
untuk mengkaji peningkatan hasil belajar siswa dalam kegiatan ini dapat diamati
melalui tabel berikut.

Tabel 1. Format Penilaian Menggambar

Mata Pelajaran: Matematika Kelompok:


Nama Proyek : Kelas :

Unsur Yang Dinilai Skor


1 2 3 4 5

Persiapan
Pengayaan
Tanya Jawab
Latihan memaknai soal
Latihan mengerjakan soal
Latihan menjelaskan
jawaban
Presentasi
Total Skor

Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:


1. Sangat Baik: 5
2. Baik: 4
3. Cukup: 3
4. Kurang: 2
5. Sangat Kurang: 1

15
Siswa siswi yang terdiri atas 25 orang dibagi ke dalam enam kelompok
yang terdiri atas empat hingga lima siswa. Keenam kelompok tersebut terdiri atas
siswa-siswi yang heterogen dalam hal kemampuan, jenis kelamin dan minat
belajar. Namun demikian, untuk mempermudah analisis data, hanya nilai dari tiga
kelompok yang pada akhirnya akan dianalisis, dan masing-masing dianggap
mewakili kelompok berkemampuan Rendah, Sedang dan Tinggi.

16
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pendahuluan
Setelah menelaah hasil penelitian pendahuluan terkait pengamatan
kegiatan dan hasil belajar Matematika di Kelas XI TKJ di SMK Negeri 1 Sipirok,
peneliti berminat mengadakan suatu penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan hasil belajar Matematika siswa dengan implementasi model
pembelajaran Berbasis Proyek. Adapun tema pelajaran adalah Memahami Fungsi
komposisi dan Fungsi Invers. Sebagai langkah awal, peneliti selanjutnya
melakukan persiapan untuk memulai pelaksanaan Siklus I dengan menyusun RPP
dan membuat skenario pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran
Berbasis Proyek. Peneliti mempersipkan lembar observasi, menyediakan alat-alat
bantu pelajaran yang dibutuhkan sesuai dengan rencana, dan selanjutnya
memasuki kelas sasaran untuk melaksanakan tindakan. Adapun laporan hasil
penelitian Siklus I dijelaskan sebagai berikut.

B. Hasil Penelitan Siklus I


Siklus I diawali dengan sosialisasi, yang selanjutnya dijelaskan sebagai
berikut. Dalam kesempatan tersebut, peneliti menjelaskan tentang penelitian yang
diselenggarakan dan tujuannya, dan kemudian membagi siswa ke dalam 6
kelompok yang heterogen, dan menjelaskan tentang skenario untuk proyek
pembelajaran dengan tema pembelajaran memahami konsep himpunan.
Pertemuan kedua Siklus I diawali dengan penjelasan tentang proyek yang akan
dilaksanakan, yaitu mengharapkan siswa ntuk mampu menyelesaikan tugas tugas
soal latihan yang berhubungan dengan fungsi komposisi secara mandiri. Dalam
kesempatan di pertemuan kedua tersebut, peneliti menjelaskan teori melalui
bantuan laptop dan proyektor. Siswa memperhatikan dan mengajukan pertanyaan

17
yang relevan, dan peneliti memastikan kegiatan tersebut direkam sebagai bahan
temuan untuk analisis data. Peneliti menunjukkan contoh soal lain yang relevan
dan mengarahkan serta membimbing siswa untuk menyelesaikan soal dengan
sebaik-baiknya dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami materi pelajaran.
Kemudian di pertemuan ketiga, kegiatan dilanjutkan dengan menjelaskan
kembali tentang Funsi Komposisi. Di pertemuan ketiga tersebut, siswa diarahkan
langsung mengerjakan proyek soal yang telah dipersiapkan oleh peneliti dalam
kelompok. Peneliti memberikan soal lain yang lebih tinggi tingkat kesulitannya,
dan setiap kelompok diberi soal yang berbeda. Peneliti senajutnya menjelaskan
bahwa soal-soal tersebut merupakan proyek yang harus diselsaikan oleh masing-
masing kelompok dan akan dikumpulkan di akhir kegiatan. Selanjutnya di
pertemuan keempat, masing-masing perwakilan kelompok diharapkan tampil ke
depan menjelaskan langkah-langkah penyelesaikan soal yang merupakan proyek
tugas untuk kelompoknya. Siswa di kelompok yang lain mengamati dan
menanggapi.
Selama kegiatan pembelajaran, peneliti tetap mengarahkan siswa secara
maksimal sehingga proses penyelesaian tugas proyek tersebut berjalan dengan
lancar. Kegiatan pembelajaran tetap direkam untuk menambah validitas temuan.
Peneliti juga membuat catatan yang dianggap perlu untuk refleksi untuk
pelaksanaan kegiatan di siklus berikutnya. Berikut ini adalah nilai tiga kelompok
yang dianggap mewakili kelompok siswa yang berkemampuan rendah, sedang
dan tinggi dalam kegiatan pembelajaran di Siklus I kegiatan ini.

Tabel 2. Format Penilaian Memahami Fungsi Komposisi

Mata Pelajaran: Matematika Kelompok: I


Nama Proyek : Fungsi Komposisi Kelas : XI TKJ

18
Unsur Yang Dinilai Skor
1 2 3 4 5

Persiapan √

Pengayaan √

Tanya Jawab √

Latihan memaknai soal √

Latihan mengerjakan soal √

Latihan menjelaskan √
jawaban
Presentasi √

Total Skor 2, 1

Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:


1. Sangat Baik: 5
2. Baik: 4
3. Cukup: 3
4. Kurang: 2
5. Sangat Kurang: 1

Tabel 3. Format Penilaian Memahami Fungsi Komposisi

Mata Pelajaran: Matematika Kelompok: II


Nama Proyek : Fungsi Komposisi Kelas : XI TKJ

Unsur Yang Dinilai Skor


1 2 3 4 5

Persiapan √

Pengayaan √

Tanya Jawab √

Latihan memaknai soal √

Latihan mengerjakan soal √

Latihan menjelaskan √
jawaban
Presentasi √

19
Total Skor 3

Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:


1. Sangat Baik: 5
2. Baik: 4
3. Cukup: 3
4. Kurang: 2
5. Sangat Kurang: 1

Tabel 4. Format Penilaian Fungsi Komposisi

Mata Pelajaran: Matematika Kelompok: III


Nama Proyek : Fungsi Komposisi Kelas : XI TKJ

Unsur Yang Dinilai Skor


1 2 3 4 5

Persiapan √

Pengayaan √

Tanya Jawab √

Latihan memaknai soal √

Latihan mengerjakan soal √

Latihan menjelaskan √
jawaban
Presentasi √

Total Skor 3, 28

Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:


1. Sangat Baik: 5
2. Baik: 4
3. Cukup: 3
4. Kurang: 2
5. Sangat Kurang: 1

Demikianlah, tabel-tabel di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil


belajar siswa masih sangat rendah. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kelompok I (kategori kelompok berkemampuan Rendah), hanya mendapatkan

20
nilai 2, 1 yang masuk ke dalam kategori Kurang. Kelompok II dan III masing-
masing dikategorikan berkemampuan Sedang dan Tinggi karena masing-masing
mendapatkan nilai 3 dan 3, 28. Dengan demikian, Kelompok III dikatakan
berkemampuan Tinggi dan lebih unggul dari kelompok II (kategori kelompok
berkemampuan Sedang), meskipun kedua kelompok tersebut masing-masing
masih dianggap mendapatkan nilai rata-rata cukup.
Kemudian, meskipun rata-rata nilai di atas belum memuaskan, tapi apabila
dibandingkan dengan hasil pengamatan di studi pendahuluan maka temuan
penelitian Siklus I sudah menunjukkan kemajuan yang positif. Siswa tidak lagi
pasif secara keseluruhan dalam mengikuti kegiatan belajar. Siswa tampak lebih
tertarik untuk menyelesaikan proyek kelompoknya meskipun hasilnya belum
maksimal. Peneliti juga harus benar-benar bekerja keras mengarahkan siswa
supaya tertib dalam mengikuti kegiatan agar tujuan pembelajaran tetap bisa
tercapai sesuai dengan direncanakan. Sebagai tindak lanjut dari temuan di Siklus
I, peneliti kembali merevisi rencana pelaksanaan tindakan untuk Siklus II. Peneliti
berencana mengupayakan meningkatkan aktivitas siswa dengan lebih maksimal
untuk hasil yang belajar yang lebih maksimal. Adapun hasil penelitian Siklus II
dapat diamati sebagai berikut.

C. Hasil Penelitan Siklus II


Setelah peneliti kembali meminta siswa mempersiapkan hal-hal yang
dibutuhkan untuk kembali melaksanakan kegiatan, peneliti memasuki kelas
sasaran untuk melakukan pertemuan pertama Siklus II. Sama seperti pertemuan
pertama Siklus I, peneliti juga melakukan apersepsi dan motivasi di pertemuan
kedua Siklus II. Selanjutnya, di pertemuan kedua peneliti memberikan teori
tentang Fungsi Invers dan memberi contoh untuk diikuti oleh siswa. Di pertemuan
ketiga dan keempat, masing-masing kelompok diberi proyek baru untuk

21
menyelesaikan soal yang berhubungan dengan memahami Fungsi Invers dan
selanjutnya dipresentasikan di depan kelas seperti di sikulus sebelumnya. Selama
kegiatan berlangsung, peneliti tetap melakukan bimbingan dan pengarahan yang
maksimal, kegiatan tetap direkam dan peneliti membuat catatan lapangan
sebagaimana diperlukan, dan adapun temuan dari pelaksanaan Siklus II dapat
diamati berdasarkan tabel-tabel berikut.

Tabel 5. Format Penilaian Fungsi Invers

Mata Pelajaran: Matematika Kelompok: I


Nama Proyek : Fungsi Invers Kelas : XI TKJ

Unsur Yang Dinilai Skor


1 2 3 4 5

Persiapan √

Pengayaan √

Tanya Jawab √

Latihan memaknai soal √

Latihan mengerjakan soal √

Latihan menjelaskan √
jawaban
Presentasi √

Total Skor 3, 14

Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:


1. Sangat Baik: 5
2. Baik: 4
3. Cukup: 3
4. Kurang: 2
5. Sangat Kurang: 1

Tabel 6. Format Penilaian Fungsi Invers

22
Mata Pelajaran: Matematika Kelompok: II
Nama Proyek : Fungsi Invers Kelas : XI TKJ

Unsur Yang Dinilai Skor


1 2 3 4 5

Persiapan √

Pengayaan √

Tanya Jawab √

Latihan memaknai soal √

Latihan mengerjakan soal √

Latihan menjelaskan √
jawaban
Presentasi √

Total Skor 4, 14

Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:


1. Sangat Baik: 5
2. Baik: 4
3. Cukup: 3
4. Kurang: 2
5. Sangat Kurang: 1

Tabel 7. Format Penilaian Fungsi Invers

Mata Pelajaran: Matematika Kelompok: III


Nama Proyek : Fungsi Invers Kelas : XI TKJ

Unsur Yang Dinilai Skor


1 2 3 4 5

Persiapan √

Pengayaan √

Tanya Jawab √

Latihan memaknai soal √

23
Latihan mengerjakan soal √

Latihan menjelaskan √
jawaban
Presentasi
Total Skor 4, 85

Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:


1. Sangat Baik: 5
2. Baik: 4
3. Cukup: 3
4. Kurang: 2
5. Sangat Kurang: 1

Tabel-tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar Matematika siswa di


Kelas XI TKJ di SMK Negeri 1 Sipirok dapat ditingkatkan dengan implementasi
model pembelajaran Berbasis proyek. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin
meningkatkan nilai rata-rata hasil belajar siswa. Apabila di Siklus I kelompok I
(kategori kelompok berkemampuan Rendah), hanya mendapatkan nilai 2, 1 maka
di Siklus II nilai rata-rata kelompok tersebut meningkat menjadi 3, 14. Kelompok
II (mewakili kelompok berkemampuan Sedang) di Siklus I hanya mnedapat nilai
rata-rata 3, namun di Siklus II telah meningkat menjadi 4, 14. Kelompok III
(mewakili kelompok berkemampuan Tinggi), di Siklus I mendapat nilai rata-rata
3, 28 maka di Siklus II telah meningkat menjadi 4, 85 (Sangat baik).
Dengan demikian, implementasi model pembelajaran Berbasis Proyek
tidak hanya mampu meningkatkan hasil belajar namun juga mampu motivasi dan
menambah minat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Berdasarkan tabel-tabel
di atas, di antara tujuh kriteria penilaian yang mengindikasikan hasil kemampuan
belajar siswa, maka menggambar dianggap paling sulit oleh siswa. Hal tersebut
terlihat dari banyaknya waktu yang dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan
tugasnya. Lebih jauh lagi, dalam mengimplementasi model pembelajaran Berbasis

24
Proyek, maka motivasi maksimal dan latihan yang memadai sangat diperlukan
demi mengasah kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas dengan lebih baik.
Pengarahan peneliti terkait langkah-langkah menyelesaikan soal yang berkaitan
dengan ‘Memahami Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers’ mempengaruhi
kemajuan siswa dalam mengikuti kegiatan, siswa menjadi lebih percaya diri dan
menunjukkan potensi pribadinya secara maksimal. Namun demikian, sangat
diperlukan kerja keras bagi guru yang mengimplementasi model pembelajaran
Berbasis Proyek mengingat guru harus mampu mengarahkan dan memberi
motivasi maksimal kepada siswa sekaligus melatih kemampuan siswa.

25
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian di atas, ada beberapa kesimpulan yang dapat
dikemukakan peneliti sebagai berikut.
1. Implementasi model pembelajaran Berbasis Proyek mampu
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
Matematika di Kelas XI TKJ SMK Negeri 1 Sipirok.
2. Hal tersebut dibuktikan dari fakta yang menunjukkan bahwa ada
peningkatan hasil belajar yang sangat signifikan antara Siklus I dan II
sehubungan dengan ‘Memahami Fungsi Komposisi dan Fungsi
Invers’.
3. Motivasi maksimal dan pengayaan materi mampu menambah rasa
percaya diri siswa untuk terlibat dan termotivasi dalam kegiatan
belajar.

B. Saran-Saran Penelitian
Berdasarkan temuan-temuan diatas, peneliti memberi saran untuk tindak
lanjut penelitian sebagai berikut.
1. Diperlukan kerja keras bagi guru yang mengimplementasi model
pembelajaran Berbasis Proyek mengingat guru harus mampu
mengarahkan dan memberi motivasi maksimal kepada siswa.
2. Sangat diperlukan praktik yang memadai bagi siswa untuk mampu
menyelesaikan tugas dengan baik.
3. Guru yang mengimplemnatasi model pembelajaran Berbasis Proyek
harus memiliki pemahaman yang memadai sehubungan dengan
pemanfaatan media pembelajaran.

26
4. Penelitian ini hanya dilaksanakan dalam waktu yang singkat dan
dalam skala terbatas, maka penelitian yang lebih jauh sehubungan
dengan tema-tema tersebut di atas perlu dilakukan untuk memperoleh
hasil yang jauh lebih memuaskan.

Referensi

27
Admin. Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
[online]. Diakses di
http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/151/hubptain-gdl-
ellyikasus-7509-3-babii.pdf (17 Oktober 2011).

Arikunto.S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta-


Jakarta

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Boediono. 2002. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Badan


Penelitian Dan pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Daniel K. Schneider. 2005. Project-based learning. [Online]. Diakses


dihttp://edutechwiki.unige.ch/en/Project-based_learning (18 Oktober
2011).

Grant, M. (2009, April). Understanding projects in project based learning: A student’s


perspective. Paper presented at Annual Meeting of the American Educational
Research Association, San Diego, CA.

Florin, Suzanne. 2010. The Success of Project Based Learning. [Online]. Diakses di
http://www.brighthub.com/education/k-12/articles/90553.aspx (18 Oktober
2011)

Hamalik. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar.Bandung:Tarsito.

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi.


Jakarta: Depdiknas.

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Suharya, Toto. 2007. http://www.duniaguru.com. (20 Agustus 2007) 70 71.

28
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Yastika, 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: PT Remaha Rosdakarya.

W.J.S, Poerwadarminta. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: balai


Pustaka.

JADWAL PENELITIAN:
Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika di Kelas XI TKJ di SMK Negeri 1 Sipirok

29
Pertemuan Siklus Hari/Tanggal Kegiatan Tempat
I I Sabtu, 01- Sosialisasi dan Kelas XI TKJ
08-2020 apersepsi kegiatan
II Sabtu, 08-08- Pelaksanaan Kelas XI TKJ
2020 tindakan
III Sabtu, 22- Diskusi dan Kelas XI TKJ
08-2020 presentasi
IV Sabtu, 29-08- Presentasi dan Kelas XI TKJ
2020 persiapan Siklus
II
V II Sabtu, 05- Sosialisasi dan Kelas XI TKJ
09-2020 apersepsi kegiatan
VI Sabtu, 12-09- Pelaksanaan Kelas XI TKJ
2020 tindakan
VII Sabtu, 19- Diskusi dan Kelas XI TKJ
09-2020 presentasi
VIII Sabtu, 26-09- Presentasi dan Kelas XI TKJ
2020 refleksi hasil
kegiatan

30
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

LEMBAR OBSERVASI

31
FOTO-FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN

32
33

Anda mungkin juga menyukai