PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan dapat diartikan sebagai gerbang dalam menuju kesuksesan dan
keberhasilan suatu bangsa. Dengan kata lain, pendidikan merupakan hal yang
menjadi prioritas sebuah bangsa yang perkembangannya perlu diperhatikan
guna mencetak generasi muda penerus bangsa yang berkualitas dan mumpuni.
Melalui pendidikan kualitas sumber daya manusia (SDM) dapat meningkat
yang berperan dalam membatu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
secara dinamis (Sofyani, Jamaluddin, & Zainuddin, 2021). Sebagai upaya
pembaruan dan pengembangan di bidang pendidikan pemerintah melakukan
peningkatan kualitas pendidikan yang salah satunya diwujudkan dalam
pembaruan kurikulum di bidang pendidikan. Menurut (Prasetiya, 2018) peranan
kurikulum pada pendidikan memegang peran penting dalam terselenggaranya
proses pendidikan sekaligus dalam menentukan keberhasilan pendidikan.
Kualitas pendidikan di Indonesia dikembangkan dan ditingkatkan salah
satunya dengan adanya pembaruan kurikulum pendidikan oleh pemerintah.
Pembaruan kurikulum diwujudkan dengan penggantian Kurikulum KTSP yang
berlaku sebelumya ke Kurikulum 2013. Menurut (Pitaloka, 2020) Kurikulum
2013 merupakan kurikulum yang mengkolaborasikan penerapan kemampuan
teknis atau hard skill dan kemampuan yang bersifat kepribadian atau soft skill
siswa dalam pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan dalam proses
pembelajaran. Penerapan Kurikulum 2013 pada pembelajaran menggantikan
metode pembelajaran yang mengedepankan teacher centered-learning atau
metode pembelajaran yang mengutamakan peran guru sebagai sentral dalam
proses pembelajaran menjadi student centered-learning yang mengutamakan
keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran. Terbentuknya peserta didik
yang berkompeten dalam hal kemampuan pengelolaan emosi dan sikap,
penguasaan keterampilan dan penguasaan ilmu pengetahuan merupakan tujuan
dari diterapkannya Kurikulum 2013 dalam pendidikan. Metode pembelajaran
yang digunakan sebelum adanya revisi kurikulum cenderung menerapkan
metode ceramah yang pada dasarnya sebatas kegiatan penyampaian materi
secara tertulis maupun secara lisan oleh guru. Metode ceramah cenderung
menjadi metode yang paling sering digunakan dan diterapkan guru dalam
pembelajaran (Wijaya, 2019). Menurut (Wijaya, 2019) metode pembelajaran
ceramah kurang efektif diterapkan karena peserta didik cenderung tidak
memperhatikan penyampaian materi oleh guru dan mengobrol dengan teman
sehingga proses pembelajaran kurang maksimal. Penerapan metode
pembelajaran yang tidak sesuai mengakibatkan pemahaman peserta didik
terhadap materi menjadi kurang, keaktifan dan partisipasi peseta didik selama
proses pembelajaran kurang, serta hasil belajar yang dicapai peserta didik
kurang maksimal.
Sebagai upaya mewujudkan penerapan kurikulum 2013 yang optimal, guru
sebagai pendidik diharapkan mampu menentukan dan melaksanakan model
pembelajaran yang tepat selama proses pembelajaran. Menurut (Irwanto, 2018)
model pembelajaran yang tepat dan diterapkan selama proses pembelajaran
mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Proses pembelajaran yang
berlangsung dalam kurikulum 2013 peserta didik diharapkan mampu
berpartisipasi secara aktif dan terlibat dalam proses belajar sehingga peserta
didik tidak hanya menjadi pendengar namun juga sebagai subjek proses belajar
seperti berdiskusi secara aktif, mengemukakan opini, melakukan pemecahan
masalah dan pencarian solusi terkait mata pelajaran yang dipelajari (Amaliyah,
2021).
Model pembelajaran kooperatif menjadi model pembelajaran yang cocok
diterapkan pada kurikulum 2013. Salahhsatuumodelupembelajaran kooperatif
yaituimodelipembelajarannProblemmBaseddLearning. Penerapan model
pembelajaranmProblemmBaseddLearning (PBL) memberikan kesempatan
bagi siswa untuk mengimplementasikan pengetahuannsertaaketerampilan yang
dipelajarinya dengan menghubungkannya pada fenomena atau permasalahan
yang ditemui di dunia nyata sesuai topik pembelajaran (Irwanto, 2018).
PenggunaanmodelkpembelajarannProblemvBaseddLearningg(PBL)mmemberi
kan dampak positif bagi peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran
diantaranya peserta didik dapat menggali pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan melalui permasalahan nyata dalam kehidupan sehingga
diharapkan peserta didik memiliki pemahaman terhadap materi serta
meningkatkan hasil akhir belajar peserta didik pada materi yang dipelajari.
Administasi umum merupakan salah satu mata pelajaran yang diperoleh
oleh peserta didik kelas X pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Salah satu materi yang dipelajari oleh peserta didik kelas X pada mata pelajaran
administrasi umum yaitu tata ruang kantor atau office layout. Penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diharapkan membantu peserta
didik menjadi lebih aktif, berpartisipasi dalam proses diskusi serta memecahkan
permasalahan yang diberikan oleh guru. Berdasarkan fenomena penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), maka peneliti tertarik
untuk melaksanakan penelitian dengan mengangkat judul “Analisis Penerapan
Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas X OTKP pada Mata Pelajaran Administrasi Umum di SMK Negeri 1
Ngawi”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan latar belakang yang dituliskan di atas, maka
rumusan masalah pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mempengaruhi
hasil belajar siswa kelas X jurusan Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran
(OTKP) pada mata pelajaran Administrasi Umum di SMK Negeri 1 Ngawi.
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mempengaruhi hasil
belajar siswa kelas X jurusan Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran (OTKP)
pada mata pelajaran Administrasi Umum di SMK Negeri 1 Ngawi.
D. BATASAN PENELITIAN
Berdasarkannpemaparannlatarrbelakanggdannperumusannmasalahhdi
atas, maka batasan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dilaksanakan di SMK Negeri 1 Ngawi.
2. Bagaimana peran guru dalam menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas X dalam mata
pelajaran Administrasi Umum.
3. Bagaimana penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa kelas X
pada mata pelajaran Administrasi Umum di SMK Negeri 1 Ngawi.
E. MANFAAT PENELITIAN
Penelitianniniidiharapkannmemilikimmanfaat di bidanggteoritis
maupun di bidang praktisssebagaibberikut:
1. Teoritis
Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
mampu memperluas pengetahuan dan pemahaman di bidang
pendidikan khususnya pada penerapan model pembelajaran yang
tepat bagi siswa SMK Negeri 1 Ngawi dalam mengingkatkan
keaktifan serta keterampilan siswa sehingga mencapai hasil belajar
yang optimal. Selain itu penelitian ini diharapkan mampu membantu
guru dalam meningkatkan kinerja sehingga dapat menuntun dan
membimbing siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan
model pembelajaran yang diterapkan.
2. Praktis
a) Bagi SMK Negeri 1 Ngawi
Dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan perbaikan dan masukan dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan di SMK Negeri 1 Ngawi.
b) Bagi peneliti
Penilitian ini bagi peneliti bermanfaat sebagai pemenuhan tugas
akhir prodi S1 Pendidikan Administrasi Perkantoran di
Universitas Negeri Surabaya serta memperluas wawasan peneliti
terhadap implementasi pengetahuan dan keterampilan yang
didapatkan selama menempuh masa studi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORETIS
1. Pendidikanm
Pendidikan yaitu kegiatan yang dilakukan sebagai upaya
memperbaiki kualitas SumberrDayamManusiaa(SDM) dalam membentuk
generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mumpuni sebagai tolak ukur
kemajuan suatu bangsa (Prasetiya, 2018). Pendidikan pada dasarnya
menjadi upaya dalam membentuk generasi penerus yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi era globalisasi dan
persaingan. Menurut (Amaliyah, 2021) pendidikan merupakan sebuah
kegiatan belajar yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman dan
wawasan dalam bidang keilmuan serta melatih daya berpikir kritis.
Pendidikan merupakan upaya secara sadar dan terstruktur dalam
mencapai proses belajar dan pembelajaran dengan harapan potensi yang ada
pada diri siswa dapat berkembang sehingga menjadi seseorang yang
memiliki kualitas mumpuni. Pendidikan yang tengah berlangsung saat ini
terus dikembangkan agar sesuai dan relevan dengan kebutuhan dalam
kehidupan bermasyarakat yang semakin kompleks (Rachmawati, 2021).
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
meruapakn sebuah upaya secara sadar dan sistematis untuk melaksanakan
proses pembelajaran sebagai upaya merangsang keaktifan siswa,
pengetahuan, keterampilan serta daya berpikir kritis dalam
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sebagai kesiapan menjadi
sumberddayammanusiayyanggberkualitassdanssiapmmenghadapi
tantangan di masa mendatang. Melalui perkembangan pendidikan
diharpkan dapat membentuk dan mencetak generasi bangsa Indonesia yang
berkualitas dan mumupuni yang siap membangun Indonesia serta siap
menghadapi berbagai tantangan dan persaingan global di masa mendatang.
3. Hasil Belajar
Hasilbbelajarmmerupakannsebuah kemampuannyang dikuasai dan
diperoleh seorang siswa sebagai respon dari proses kegiatan pembelajaran
yang dilakukan. Menurut (Pebriyani, 2020) Hasilmbelajargadalah sebuah
perubahannperilakunbukanmhanya pada salah satu potensi yang dimiliki
akan tetapi juga meliputi perubahan perilaku secara keseleruhan mulai dari
bidang kognitif, bidang afektif, dan bidang psikomotorik.
Berdasarkan pendapat Howard Kingsley dalam (Pebriyani, 2020)
hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga diantaranya
penguasaanjketerampilan dan terbentuknyalkebiasaan, peningkatan
pengetahuan dan pemahaman, serta pembentukan sikapfdanncita-cita
seseorang. Dari ketiga kategori hasil belajar tersebut menjadi pedoman
dalam menentukan isi atau bahan dari kurikulum yang ditetapkan dan
digunakan. Ranah dalam hasil belajar pada dasarnya menjadikobjekldalam
penilaiannhasilhbelajar siswa. Ranah kognitif menjadi ranah paling umum
yang menjadibobjek penilaianhhasillbelajarssiswa oleh guru sebab ranah
kognitif bersinggungan dengan penguasaan siswa terhadap materi yang
dipelajari. Disimpulkan hasil belajar merupakan penguasaan yanggdimiliki
olehhsiswaasebagaihtimbal balik dari proseshbelajarryang dilalui baik
berkaitan dengan kemampuan intelektual sekaligus berkenaan dengan
penguasaan keterampilan.
4. Model Pembelajaran
Dalam upaya menciptakan suasana pembelajaran aktif dan menarik,
guru sebagai pendidik dapat menggunakan berbagai usaha sesuaigdengan
situasi dan kondisi serta menyesuaikan dengan mata pelajaran yang akan
dipelajari dengan tujuan menciptakan proses belajar efektif dan membantu
siswaalebih mudahhmemahami materihyangkdipelajari. Model
pembelajaran juga diartikan sebagai rencana yangfdisusun dan dijadikan
sebagaippedomanmdalam prosesppembelajaran sekaligus untuk
menentukan sarana pendukung yang tepat untuk digunakan dalam
pembelajaran (Zulkarnain, 2019). Disimpulkan modelmpembelajaran
merupakankpedoman yangfdigunakan oleh guru sebagai pendidik dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang terstruktur dan efektif.
C. KERANGKA BERPIKIR
MatasPelajaransAdministrasisUmum merupakan salah satu mata
pelajaran dalam kategori C1 atau merupakan dasar bidang keahlian
Manajemen dan Bisnis pada Jurusan OTKP. Mata PelajaranyAdministrasi
Umum diajarkan pada kelas X siswa SekolahyMenengahyKejuruany(SMK)
dengan beberapa kompetensi keahlian salah satunya yaitu materi mengenai
tata ruang kantor atau office layout. Dalam Mata Pelajaran Administrasi
Perkantoran, materi yang diajarkan kepada siswa cenderung membutuhkan
pemahaman yang lebih mendalam agar siswa mampu memahami dengan
maksimal serta mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi di
lingkunganysekitarysecara nyata.
Model pembelajaran dengan metode ceramah menjadi model
pembelajaran yang paling sering digunakanvguruvuntukvmenyampaikan
materi kepada siswa. Namun, modelvpembelajaran ini kurangvcocok
diterapkan pada materi yang membutuhkan keaktifan dan partisipasi siswa
dalam membantu memahami dan mencapai hasil optimal. Salahvsatu
modelvpembelajaran kooperatif yangvdapatvditerapkanvyaitu model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang mana dalam model
pembelajaran ini partisipasi siswa dituntut secara aktif dan mampu
memecahkan berbagai permasalahan yang sesuai dan relevan dengan
kondisi lingkungan sekitar. Model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) yang diterapkan dalam proses pembelajaran diharapkan mampu
meningkatkan bukan hanya kemampuan siswa dalam memecahkan
permasalahan namun juga dalam menigkatkan hasil belajar. Berikut
omerupakanobagan alurodariokerangkaoberpikiropadaopenelitian ini:
C. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian merupakan fasilitas atau sarana bagibpenelitibuntuk
mendapatkan danbmengumpulkanbdata-data penelitian. Instrumrn yang
digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu manusia sebagai instrumen pokok
serta pedomanbobservasi danbpedomanbwawancarabsebagaibinstrumen
pendukung.
1. Instrumen pokok
Instrumen pokok dari penelitian ini yaitu peneliti itu sendiri. Peneliti
memiliki peran untuk berhubungan langsung dengan informan penelitian
untuk menggali dan memahami berbagai aktivitas, fenomena, dan interaksi
yang terdapat di lapangan.
2. Instrumen penunjang
Instrumen penunjang digunakan oleh peneliti untuk mendukung instrumen
pokok yang digunakan dalam penelitian. Penetapan instrumen penunjang
pada hal ini ditentukan berdasarkan tujuan penelitian, serta data atau
informasi yang ingin didapatakan. Berdasarkanyhalytersebut, makaydalam
penelitianyiniypenelitiymenggunakan instrumen penunjang berupa
pedomanywawancara danupedomanuobservasi yangudigunakanupeneliti
untuk menghimpun data penelitian yang diperlukan.