Anda di halaman 1dari 12

Adaara, Vol. 13, No.

1, Februari 2023

:Jurnal Manajemen Pendidikan Islam


Volume 13, No. 1 Februari 2023
P-ISSN:2407-8170 E-ISSN:2685-4538

METODE PROJECT BASED LEARNING


NELDA WATI
Universitas islam Riau
e-mail: neldawati@student.uir.ac.id
ABSTRACT
Project based learning is a learning method, which is applicable in all levels of education.
In this method, the teacher serves as facilitator. Project based learning is aimed to solve
problems, to make students learn the concepts of problem solving and to develop their
critical thinking. In studying the concept and developing their critical thinking, the
students work in groups to discuss real problems. Project based learning is expected to
make the students more creative and active, by learning from what they perceive from the
environment.
Keywords: project based learning, learning method

ABSTRAK
Project Based Learning adalah metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada semua
jenjang pendidikan. Dalam metode pembelajaran ini pendidik berperan sebagai fasiliator.
Project Based Learning bertujuan untuk menemukan pemecahan masalah, disamping itu
juga agar peserta didik mempelajari konsep cara pemecahan masalah dan mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. Dalam mempelajari konsep dan kemampuan berpikir kritis
tersebut peserta didik bekerja secara bersama‐sama dalam kelompoknya untuk mengkaji
masalah-masalah riil. Pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran ini
diharapkan dapat membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan kreatif, dengan belajar dari
apa yang mereka lihat dari lingkungannya.

Kata kunci: project based learning, metode pembelajaran

PENDAHULUAN

Guru merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan yang harus berperan secara
aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang semakin berkembang. Usaha untuk menciptakan guru yang professional
telah dilakukan pemerintah dengan membuat aturan persyaratan. Pasal 8 Undang-undang
No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi kompetensi
guru dapat ditunjukkan dengan hasil belajar. Hasil belajar menggambarkan mengenai tingkat
kemampuan siswa memahami materi yang dipelajari setelah mengikuti pembelajaran. Untuk
mendapatkan hasil belajar yang baik maka penting bagi guru untuk dapat mengelola
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan atau tujuan yang ingin dicapai.
Proses pembelajaran sebagai bagian yang penting tercantum dalam Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 19 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan
(SNP). Tingkat keberhasilan proses pembelajaran dapat diketahui dengan melihat pada nilai
hasil belajar yang didapat siswa. Nilai tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam
menentukan berhasil tidaknya suatu pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran adalah
salah satu faktor keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut. Oleh karena itu pemilihan
suatu model pembelajaran merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Langkah-langkah
pada model pembelajaran harus dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang
1
Adaara, Vol. 13, No. 1, Februari 2023
dicapai, hal tersebut harus dilakukan agar nantinya hasil belajar dapat menjadi lebih optimal.
Dalam proses pembelajaran pendidik dituntut kreatif dalam penyampaian
pembelajaran sehingga peserta didik tidak merasa bosan. Maka dari itu dibutuhkan
pengelolaan kelas yang baik dari pendidik. Dengan pengelolaan kelas yang baik maka akan
menarik minat dan kemauan peserta didik dalam mengikuti bahan pelajaran yang
disampaikan pendidik. Minat dan kemauan peserta didik dalam belajar tergantung dengan
bagaimana cara pendidik dalam menyampaikan bahan pelajaran. Apabila cara mengajar
pendidik monoton maka akan membuat peserta didik jenuh untuk mengikuti pelajaran
tersebut. Karena pada dasarnya dalam pelaksanaan pembelajaran dibutuhkan metode
pembelajaran yang efektif seperti Project Based Learning.
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus diiringi dengan peningkatan iman
dan taqwa umat manusia termasuk siswa sebagai generasi pelanjut. Proses pembelajaran
agama Islam harus dapat memberikan perubahan pola pikir, tindakan dan sikap kepada siswa.
Untuk itu inovasi dan kreatifitas dalam pembelajaran agama Islam harus ditingkatkan setiap
saat untuk menjawab tantangan tersebut di atas. Hal ini bertujuan untuk lebih
memaksimalkan pada hasil dan kemampuan yang diperoleh siswa sehingga mampu
mengembangkan daya pikir agar lebih kreatif dan mampu mencari solusi terhadap
permasalahan yang terjadi. Guru harus kreatif mengembangkan metode pembelajaran. Salah
satu metode yang perlu digunakan dalam proses belajar mengajar diantaranya adalah metode
Inquiry.
Project Based Learning (PBL) atau model pembelajaran berbasis proyek adalah salah
satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yang lebih
efektif. Model pembelajaran ini dapat menumbuhkan pemahaman dan daya nalar siswa.
Adapun di dalam pembelajaran,guru masih tergolong jarang menerapkan model
pembelajaran ini. Karena dalam penggunaannya model ini memerlukan perencanaan,
persiapan dan proses yang memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan model
pembelajaran lain. Model pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai titik awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan berdasarkan pengalaman secara nyata.
Perancangan model digunakan pada masalah kompleks yang memerlukan investigasi untuk
dapat memahami secara mendalam masalah tersebut. Model pembelajaran ini telah banyak
digunakan dalam upaya meningkatkan hasil belajar, peneitian yang dilakukan oleh Miswanto
(2011) menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek lebih
mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan siswa dapat mengembangkan
potensi siswa secara maksimal dan meningkatkan mutu pembelajaran. Untuk itu diperlukan
suatu inovasi dalam pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan kualitas pembelajaran mengenai
kemandirian siswa, kerjasama siswa, dan aspek penguasaan psikomotorik yaitu melalui
penerapan model PBL seperti penelitian yang dilakukan oleh Wiyarsi (2009) menyatakan
bahwa penerapan model PBL cukup efektif dilihat dari tiga aspek yaitu aspek kemandirian,
aspek kerjasama kelompok, dan aspek penguasaan psikomotorik.(Nirmayani & Dewi, 2021)
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran penggunaan model PBL sebagai
upaya dalam peningkatan hasil belajar Siswa. Secara praktis hasil penulisan dari paper ini
diharapkan mampu memberikan wawasan serta masukan bagi guru dalam melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model Project Based Learning PBL.

METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Rukajat dalam
Nurwilianingsih, 2020:17). Penelitian kualitatif juga dapat didefenisikan sebagai penelitian
yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan
prosedur statistik atau dengan cara kuantitatif (Sidiq dan Choiri, 2019:3).Dan menggunakan
2
Adaara, Vol. 13, No. 1, Februari 2023
metode eksperimen untuk mengatahui pengaruh keefektifan model pembelajaran PjBL
terhadap hasil belajar peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat (Sugiyono,
2011),bahwa metode eksperimen ini digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan
tertentu terhadap kondisi yang sudah dipersiapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengertian metode based learning
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam
upaya mencapai tujuan kurikulum.Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-
cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain ialah
teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada
peserta didik di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok atau klasikal, agar
pelajaran itu dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh peserta didik dengan baik.
Makin baik metode mengajar, makin efektif dalam pencapaian tujuan.
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah model pembelajaran
yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Menurut Kemdikbud (2013), peserta
didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran berbasis proyek (project based learning ) merupakan sebuah model
pembelajaran yang inovatif menekankan belajar kontektual melalui kegiatan-kegiatan yang
komplek. Dan memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran dikelas
dengan melibatkan kerja proyek,melalui pembelajaran kerja proyek,kreativitas dan motivasi
peserta didik dapat meningkat (Ridwan Abdullah Sani, 2015: 21).
Menurut Robert Capraro menyatakan project based learning merupakan
pembelajaran berbasis proyek adalah model instruksional yang didasarkan pada kinerja
peserta didik dalam proses menyelesaikan masalah nyata yang bermakna melalui cara untuk
mengatasinnya dan kemudian bertindak dengan cara kolaboratif untuk menciptakan solusi
masalah dengan menghasilkan suatu karya (William N Bender, 2012: 1). Menurut Nanang
Hanafiah dan Cucu Suhana model pembelajaran project based learning adalah pendekatan
pembelajaran yang memperkenalkan peserta didik untuk bekerja mandiri dalam
mengkonstruksi pembelajaran dan mengkulminasikannya dalamproduk nyata (Nanang
Hanafiah dan Cucu Suhana, 2009: 30).
Project based learning merupakan sebuah metode pembelajaran yang sudah banyak
dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Jika diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia, project based learning bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek.
Project based learning adalah sebuah metode pembelajaran yang inovatif, yang menekankan
belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.
Metode Project Based Learning merupakan penyempurnaan dari metode Problem
Based Learning. Project Based Learning merupakan salah satu strategi pelatihan yang
berorientasi pada CTL atau contextual teaching and learning process(Jones, Rasmussen dan
Moffit, 1997). CTL merupakan konsep pembelajaran yang membantu pendidik mengaitkan
antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik untuk
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dapat diterapkan dalam kehidupan mereka
sebagai anggota masyarakat.Project Based Learning adalah pembelajaran yang lebih
menekankan pada pemecahan problemotentik yang terjadi sehari‐hari melalui pengalaman
belajar praktik langsung dimasyarakat (John, 2008:374). Project Based Learning juga dapat
diartikan sebagai pembelajaran berbasis proyek,pendidikan berbasis pengalaman, belajara
utentik pembelajaran yang berakar pada masalah‐masalah kehidupan nyata.(Nurhani et al.,
2014)
Model pembelajaran PjBL (Project Based Learning) ini tidak hanya fokus pada hasil
akhirnya, namun lebih menekankan pada proses bagaimana siswa dapat memecahkan
masalahnya dan akhirnya dapat menghasilkan sebuah produk. Pendekatan ini membuat siswa
3
Adaara, Vol. 13, No. 1, Februari 2023
mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dengan berpartisipasi aktif dalam
pengerjakan proyeknya. Hal ini tentu saja lebih menantang daripada hanya duduk diam
mendengarkan penjelasan guru atau membaca buku kemudian mengerjakan kuis atau tes.

Jadi Project Based Learning adalah cara pembelajaran yang bermuara pada proses
pelatihan berdasarkan masalah‐masalah nyata yang dilakukan sendiri melalui kegiatan
tertentu (proyek). Titik berat masalah nyata yang dilakukan dalam suatu proyek kegiatan
sebagai proses pembelajaran ini merupakan hal yang paling penting.
Global SchoolNet (2000) melaporkan hasil penelitian the AutoDesk Foundation
tentang karakteristik Project Based Learning. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa
Project Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,adanya
permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik,peserta didik mendesain
proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan,peserta
didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk
memecahkan permasalahan,proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,peserta didik secara
berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan,produk akhir aktivitas belajar
akan dievaluasi secara kualitatif, dan situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan
dan perubahan,
Model pengajaran project based learning seringkali disebut dengan metode
pengajaran yang menggunakan persoalan masalah dalam sistemnya dengan tujuan
mempermudah siswa dalam proses pemahaman serta penyerapan teori yang diberikan. Model
tersebut menggunakan pendekatan kontekstual serta menumbuhkan keahlian siswa dalam
berpikir kritis. Sehingga mampu mempertimbangkan keputusan paling baik yang diambil
sebagai solusi penyelesaian dalam permasalahan yang diterima. Mempertimbangkan baik
buruknya suatu keputusan yang digunakan sebagai solving juga termasuk dalam teori yang
diberikan (Wena, 2010:145).Kerja proyek seringkali diartikan sebagai kerja yang tersusun
oleh beberapa tugas dan didasarkan dengan pertanyaan serta permasalahan yang menuntut
siswa cenderung berpikir kritis dalam pencarian solusinya. Langkah penyelesaian masalah
yang dilakukan oleh siswa dapat dijadikan dasar dalam melakukan penilaian (Wena, 2010).
Metode Project Based Learning ini berbeda dengan pembelajaran langsung yang
menekankan pada prestasi ide‐ide dan keterampilan pendidik. Peran pendidik pada metode
Project Based Learning adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan
memfasilitasi penyelidikandan dialog. Project Based Learning tidakakan terjadi tanpa
keterampilan pendidik dalam mengembangkan lingkungan pelatihan yang memungkinkan
terjadinya pertukaran ide dan dialog secara terbuka antara pelatih dan peserta. Pembelajaran
dengan metode Project Based Learning harus menggunakan masalah masalah nyata sehingga
peserta pelatihan belajar, berpikir, kritis dan terampil memecahkan masalah dan mendukung
pengembangan keterampilan teknis serta perolehan pengetahuan yang mendalam.Pada
metode pembelajaran Project Based Learning ini memfokuskan pada: pemecahan masalah
nyata, kerja kelompok, umpan balik, diskusi dan laporan akhir.(Pendidikan et al., 2021)
Peserta didik didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran dan
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, sehingga peserta didik berlatih melakukan
penyelidikan dan inkuiri.Levin (2001:1) menyatakan bahwa“Project Based Learning is an
instructionalmethodthat encourages learners to applycritical thinking, problem solving skill,
andcontent knowledge to real world problemsand issues”. Project Based Learning adalah
metode pembelajaran yang mendorong para peserta didik untuk menerapkan cara berpikir
yang kritis, keterampilan menyelesaikan masalah, dan memperoleh pengetahuan mengenai
problem dan isu‐isu riil yang dihadapinya. Pada project based learning ini pendidik akan
lebih berperan sebagai fasilitator yang memandu peserta didik menjalani proses
pembelajaran.(Anggraini & Wulandari, 2020)
Dasar Dalam alqur’an atau hadist
4
Adaara, Vol. 13, No. 1, Februari 2023
Al-Qur‟an merupakan kalamullah (firman Allah) yang mengandung berbagai aspek
kehidupan, baik aspek hukum, sejarah, aqidah(keimanan), maupun isyarat tentang
pengetahuan. Semua itu diperuntukan bagi manusia agar dijadikan pedoman hidup sehingga
kehidupannya lebih baik dan mendapat rahmat dari Allah SWT. Sehingga AlQur‟an
dikatakan sebagai “hudan li an nas” yaitu sebagai kitab yang diturunkan agar manusia keluar
dari kegelapan menuju terang benderang.Selain itu Al-Qur‟an juga sebagai “hudan li al
muttaqin”yaitu petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam di dalamnya memuat berbagai informasi
tentang seluruh kehidupan yang berkaitan dengan manusia. Karena memang Al-Qur‟an
diturunkan untuk umat manusia, sebagai sumber pedoman, sumber inspirasi dan sumber ilmu
pengatahuan.Salah satunya adalah hal yang berkaitan dengan Pendidikan yaitu metode
pembelajaran.Berbagai metode telah dijelaskan dalam banyak ayat Al- Qur‟an, diantaranya
metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demostrasi, karyawisata, cerita, penugasan maupun
penemuan.Beberapa hadist juga menguatkan, menganjurkan untuk menggunakan metode
yang tepat dalam proses pembelajaran.Kewajiban pendidik adalah bagaimana memilih dan
menggunakan metode yang sesuai agar proses dan tujuan pembelajaran tercapai dengan tidak
membosankan peserta didik.
Hal ini menunjukkan bahwa Allah sebagai sumber ilmu beserta terapannya yang
masih berlaku hingga saat ini dan seterusnya(Sarnoto, 2021b). Sebagaimana diketahui bahwa
ayat-ayat ini diturunkan sangat jauh sebelum ilmu pengetahuan ditemukan. Ini menunjukkan
bahwa wahyu (kalam Illāhi) yang ditulis dalam Al Quran memang mukjizat sepanjang masa.
Surah al Anbiyā/21:30
Yang artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara
keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka
tiada juga beriman?
Ayat di atas, berkaitan dengan “Big bang theory” yaitu teori terbentuknya alam
semesta yang menyatakan bahwa pada awalnya alam semesta merupakan satu kesatuan,
kemudian terjadi ledakan besar yang menghasilkan pecahan-pecahan dan meluas.
Surah as Sajadah/32:5 dan Surah al Ma’ārij/70:4
َ‫سنَ ٍة ِّم َّما تَعُد اُّون‬ َ ‫َار ٓٗه ا َ ال‬
َ ‫ف‬ ُ ‫ج اِّلَ اي ِّه فِّ اي يَ او ٍم كَانَ ِّم اقد‬ ِّ ‫س َم ۤا ِّء اِّلَى ااْلَ ار‬
ُ ‫ض ث ُ َّم يَ اع ُر‬ َّ ‫يُدَبِّ ُر ااْلَ ام َر ِّمنَ ال‬
Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-
Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.

‫سنَ ٍة‬ َ ‫َاره َخ ۡمس ِّۡينَ اَ ۡل‬


َ ‫ف‬ ُ ‫ح اِّلَ ۡي ِّه فِّ ۡى َي ۡو ٍم كَانَ ِّم ۡقد‬ ُّ ‫ج ۡال َم ٓٗل ِٕٮكَةُ َو‬
ُ ‫الر ۡو‬ ُ ‫ت َ ۡع ُر‬
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang
kadarnya limapuluh ribu tahun.
Kedua ayat di atas, berkaitan dengan temuan bahwa waktu akan berjalan lebih lambat
seiring dengan kecepatan cahaya. Semakin bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan
cahaya maka semakin lambat pergerakan waktu. Teori ini dikemukakan oleh Einstein dimana
telah dilakukan penelitian menggunakan dua buah jam atom: jam A dan jam B. Jam A
disimpan di bumi, sedangkan jam B dibawa keliling dunia via pesawat jet. Hasilnya? Setelah
sampai di bumi lagi, Jam B menunjukkan keterlambatan waktu sepersekian juta detik
terhadap jam A.
Mengacu kepada contoh di atas, jelas bahwa Al Qur’an dan ilmu science memang
tidak dapat dipisahkan, keduanya saling terhubungan antara satu dengan yang lain dan saling
mengikat, karena sejatinya Al-Qur’an juga telah menyatakan bahwa tidak ada keraguan di
dalam kandungan Al-Qur’an yang di dalamnya membahas semua yang berhubungan dengan
agama dan keilmuan (Sulaiman, 2020). Pengintegrasian sains dan Al-Qur’an melalui
penerapan model pembelajaran dengan pendekatan Project Base Learning, dalam konteks
sains modern bisa dikatakan sebagai profesionalisme atau kompetensi dalam satu keilmuan
yang bersifat duniawi di bidang tertentu disertai atau dibangun dengan pondasi kesadaran
5
Adaara, Vol. 13, No. 1, Februari 2023
keTuhanan.
Kesadaran tersebut akan muncul dengan adanya pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu
keislaman sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an. Oleh sebab itu, ilmu-ilmu Islam dan
kepribadian merupakn dua aspek yang saling menopang satu sama lain dan secara bersama-
sama menjadi sebuah pondasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-
Quran membuktikan diri sebagai mukjizat yang komprehensif karena tetap relevan dengan
perkembangan mutakhir yang dicapai umat manusia di era ilmu dan nalar(Miftahul Huda,
2022) .
Al-Qur’an merupakan pedoman bagi umat manusia dalam setiap aspek kehidupannya,
termasuk dalam bidang pendidikan(Sarnoto, 2021a). Implementasi pendidikan Islam di
sekolah disampaikan melalui sejumlah mata pelajaran yang seharusnya pula menanamkan
konsep-konsep pembelajaran melalui pendekatan Project Base Learning
dengan rujukan utamanya adalah al-Qur’an. Banyak ayat al-Qur’an yang mengisyaratkan
tentang ilmu pengetahuan dan teknologi di alam, terutama Sains. Masalahnya paradigma
umum yang berkembang sampai saat ini adalah “Sains merupakan ilmu pengetahuan produk
bangsa Barat non-muslim”, sehingga semakin memperluas praktik dikotomi pendidikan yang
mulai terindikasi sejak pertengahan abad ke-13 M.
pendekatan Project Base Learning dijadikan sebagai salah satu upaya reformasi
pendidikan Islam yang hendaknya dapat diterapkan oleh para guru dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Penerapan pembelajaran sains berbasis al-Qur’an dengan pendekatan Project
Base Learning akan menjadi lebih menarik, tidak membosankan bagi siswa serta bermakna
dalam mencapai tujuan pembelajaran untuk menghasilkan karya nyata Winarto (Winarto et
al., 2018). Hal ini seperti dijelaskan Nadia Ulfa Dinda dan Elfia Sukma, bahwa model Project
Based Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif baik
secara pribadi maupun kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menghasilkan
produk atau karya yang nyata.(Ulfa & Pendahuluan, 2013)

Situasi Pengguaan Metode based learning


Model pembelajaran ini dapat digunakan ketika pendidik ingin mengkondisikan
pembelajaran aktif yang berpusat pada peserta didik dimana peserta didik memiliki
pengalaman belajar yang lebih menarik dan menghasilkan sebuah karya berdasarkan
permasalahan nyata (kontekstual) yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Model
pembelajaran ini juga dapat digunakan ketika pendidik ingin lebih menekankan pada
keterampilan sains yaitu pada kegiatan mengamati, menggunakan alat dan bahan,
menginterpretasikan, merencanakan proyek, menerapkan konsep, mengajukan pertanyaan
dan berkomunikasi dengan baik.
Model problem based learning dilakukan dengan menghadapkan siswa pada
permasalahan nyata pada kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat menyusun
pengetahuannya sendiri dalam memecahakan masalah dan mengupayakan berbagai macam
solusinya, yang mendorong siswa untuk berpikir kreatif (Purnamaningrum, dkk., 2012). Ada
hubungan antara pemecahan masalah dengan kemampuan berpikir kreatif karena berpikir
kreatif merupakan suatu proses yang digunakan ketika memunculkan suatu ide baru dengan
menggabungkan ide-ide yang sebelumnya dilakukan. PBL diterapkan untuk merangsang
berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah (Utomo, Wahyuni, & Hariyadi,
2014). Selain dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, model problem based
learning juga dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Penggunaan PBL akan
melibatkan seluruh siswa dalam memecahkan suatu permasalahan sehingga dapat
mengembangkan kemampuan berpikir siswa, melatih keterampilan memecahkan masalah
dan meningkatkan penguasaan materi pembelajaran. Melalui model PBL, hasil belajar
kognitif akan meningkat seperti kemampuan mengetahui, memahami, mengevaluasi,
menginterpretasikan suatu objek tertentu dari penginderaannya (Mardiana, Irawati, & Sueb,
2016).
6
Adaara, Vol. 13, No. 1, Februari 2023
Selain itu pendidik juga dapat menggunakan model PjBL ketika ingin
mengembangkan kemampuan berfikir kreatif peserta didik dalam merancang dan membuat
sebuah proyek yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan secara sistematis.
Sehingga model PjBL ini dapat membudayakan berpikir tingkat tinggi (high order
thinking/HOT) dalam mengimplementasikan pembelajaran saintifik (Mengamati,
Mengasosiasi, Mencoba, Mendiskusikan, dan Mengkomunikasikan) serta pembelajaran abad
21 (4C: Critical thinking, Collaboration, Creative, Communication).(PBL, 2020)
Model pembelajaran ini dapat digunakan ketika pendidik ingin mendorong siswa
untuk belajar dan bekerja kooperatif dalam kelompok untuk mendapatkan solusi, berpikir
kritis dan analitis, mampu menetapkan serta menggunakan sumber daya pembelajaran yang
sesuai . Metode PBL / pemecahan masalah adalah suatu cara pembelajaran dengan
menghadapkan siswa kepada suatu problem/masalah untuk dipecahkan atau diselesaikan
secara konseptual masalah terbuka dalam pembelajaran. Pemecahan masalah (problem
solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah
kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Metode pemecahan masalah (problem solving) juga dikenal dengan metode
brainstorming, karena merupakan sebuah metode yang merangsang dan menggunakan
wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Guru disarankan
tidak berorientasi pada metode tersebut, akan tetapi guru hanya melihat jalan fikiran yang
disampaikan oleh siswa, pendapat siswa, serta memotivasi siswa untuk mengeluarkan
pendapat mereka, dan sesekali guru tidak boleh tidak menghargai pendapat siswa,
sesekalipun pendapat siswa tersebut salah menurut guru.

Kelebihan Dan Kekurangan Metode based learning


Project based learning adalah suatu pendekatan komprehensif yang memberikan
petunjuk bagi peserta didik, bekerja secara individu atau kelompok, dan berhubungan dengan
topik di dunia nyata. Penerapan project based learning yang baik dapat memberikan
kemampuan yang bermanfaat bagi peserta didik.Model PBL juga dimaksudkan untuk
mengembangkan kompetensi siswa, dalam penggunaannya maka perlu menyesuaikan dengan
kebutuhan guru dan siswa itu sendiri. Upaya untuk bisa menyesuaikan kebutuhan tersebut
diperlukan pemahaman mengenai kelebihan dan kekurangan pada PBL. Kelebihan
penggunaan model PBL menurut Moursund (1997, dalam Wena, 2013: 147) dan Kemdikbud
(2014: 33) yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa dengan mendorong mencari dan mendalami
keingintahuan menyelesaikan proyek.
2. Lingkungan belajar dapat meningkatkan keaktifan siswa memecahkan masalah-
masalah dengan menyelidiki topik-topik yang berkaitan dengan masalah dunia nyata,
saling bertukar pendapat antara kelompok yang membahas topik yang berbeda,
mempresentasikan proyek atau hasil diskusi mereka.
3. Mempraktikkan keterampilan berkomunikasi dalam proyek kelompok yang
dikerjakan bersama-sama.
4. Meningkatkan keterampilan siswa mencari dan mendapatkan informasi secara cepat
melalui sumber-sumber informasi.
5. Memberikan pengalaman dalam mempelajari keterampilan merencanakan,
mengorganisasi, negosiasi, dan membuat kesepakatan tentang tugas yang akan
dikerjakan.
6. Kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai kondisi dunia
nyata.
7. Meningkatkan kemampuan berpikir dalam mengembangkan masalah, mencari
jawaban dengan mengumpulkan informasi, berkolaborasi dan menerapkan
pengetahuan yang dipahami untuk menyelesaikan permasalahan dunia nyata.
7
Adaara, Vol. 13, No. 1, Februari 2023
8. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.
9. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.
10. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
11. Membuat siswa lebih aktif memecahkan masalah yang kompleks dengan hasil produk
nyata berupa barang atau jasa.
12. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan siswa mengelola sumber/bahan/alat
untuk menyelesaikan tugas.
13. Meningkatkan kolaborasi siswa melalui kerja kelompok.
14. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan
dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
15. Membuat peserta didik lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
kompleks.
Kelemahan dalam project based learning antara lain:

1. memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah, membutuhkan biaya


yang cukup banyak,
2. banyak pendidik yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana pendidik
memegang peran utama di dalam kelas,
3. banyaknya peralatan yang harus disediakan, peserta didik yang memiliki
kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami
kesulitan,
4. ada kemungkinan peserta didik ada yang kurang aktif dalam kerja kelompok,
ketika topik yang diberikan pada masing-masing kelompok berbeda, dan
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
5. Kurang berhasil bila jumlah peserta didik dalam jumlah yang banyak dalam satu
kelas.
6. Sulit menerapkan metode ini karena guru dan peserta didik sudah terbiasa dengan
metode ceramah dan tanya jawab.
7. Pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry lebih menekankan pada
penguasaan kognitif dan mengabaikan aspek keterampilan, nilai dan sikap.
8. Kebebasan yang diberikan kepada peserta didik tidak selamanya dapat
dimanfaatkan secara optimal dan sering terjadi peserta didik kebingungan .
9. Memerlukan sarana dan fasilitas.(Ii et al., n.d.)

Langkah- Langkah Metode Project Based Learning


Adapun langkah‐langkah pembelajara dengan metode Project Based Learning adalah
sebagai berikut:
1. Peserta didik dibagi dalam kelompok‐kelompok kecil dan masing masing
kelompok melaksanakan proyek nyata(connecting theproblem).
2. Masing‐masing kelompok diberikan penjelasan tentang tugas dan tanggung
jawab (setting the structure) yang harus dilakukan oleh kelompoknya dalam
praktik.
3. Peserta didik di masing‐masing kelompok berusaha maksimaluntuk
mengidentifikasikan masalah bisnis (visiting the problem) yang dihadapi
sesuai pengetahuan yang dimiliki; (a). mengidentifikasi masalah dengan
seksama untuk menemukan inti problem bisnis yang sedang dihadapi dan(b)
mengidentifikasi cara untuk memecahkan masalah.
4. Peserta didik di masing‐masing kelompok mencari informasi dariberbagai
sumber (buku, pedoman dan sumber lain) atau bertanya pada pakar yang
mendampingi untuk mendapatkan pemahaman tentang masalah (re‐visiting
the problem).
5. Berbekal informasi yang diperoleh peserta didik saling bekerjasama
8
Adaara, Vol. 13, No. 1, Februari 2023
danberdiskusi dalam memahami masalah dan mencari solusi (produce the
product) terhadap masalah dihadapi dan langsung diaplikasikan. Pelatih
bertindak sebagai pendamping.
6. Masing‐masing kelompok mensosialisasikan pengalaman dalammemecahkan
masalah kepada kelompok lainnya untuk mendapatkan masukan dan penilaian
(evaluation) dari kelompok lainnya.

langkah-langkah untuk menerapkan problem based learning.


1. Orientasi Siswa pada Masalah
Pertama-tama, guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perlengkapan
yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa untuk aktif memecahkan masalah yang
dipilih.
2. Mengorganisasi Siswa untuk Belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah yang dipilih.
3. Membimbing Penyelidikan Individual dan Kelompok
Guru berperan untuk mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai dan
melakukan eksperimen untuk mendapat penjelasan serta pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
Dalam tahap ini, guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan bentuk
laporan yang sesuai untuk menunjukkan hasil penyelidikan. Laporan dapat berbentuk
laporan tertulis, video, atau model lainnya.
5. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
Langkah terakhir dari pelaksanaan problem based learning adalah guru membantu
siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang
sudah dilewati.

Langkah‐langkah pembelajaran dengan metode Project Bsed learning menurut


pendapat Delise (1997:27‐35) bahwa terdapat 6 langkahProject Based Learning sebagai
berikut:
1. Connecting with the problem.Yaitu pelatih memilih, merancang dan menyampaikan
masalah yang dihubungkan dengan kehidupan seharihari peserta didik , terkait dengan
masalah.
2. Setting up the structure. Setelah peserta didik telah terlibat dengan masalah, pendidik
menciptakan struktur untuk bekerja melalui masalah yang dihadapi.Struktur ini akan
memberikan rancangan tugas‐tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik. Struktur
menjadi kunci dari keseluruhan proses bagaimana peserta didik latihan berfikir
melalui situasi nyata dan mencapai solusi yang tepat.
3. Visiting the problem. Pendidik fokus pada ide‐ide yang dimiliki peserta didik
pelatihan bagaimana menyelesaikan masalah. Fokus tersebut diarahkan untuk
menghasilkan fakta danbdaftar item yang membutuhkan klarifikasi lebih lanjut.
4. Revisiting the problem. Setelah peserta didik dalam kelompok kecil telah
menyelesaikan tugas mandiri, mereka harus segera bergabung kembali dalam kelas
untuk menemukan kembali masalah‐masalah tersebut. Pendidik pertama‐tama
meminta kelompok kecil untuk melaporkan hasil pengamatan mereka. Pada saat itu
pendidik menilai sumber yang mereka pakai sebagai referensi, waktu yang
digunakan, dan efektivitas rencana tindakan yang akan dilakukan.
5. Producing a product/performance.Membuat hasil pemecahan masalah yang
disampaikan kepada pendidik untuk dievaluasi tentang mutu isi dan penguasaan skill
mereka.
6. Evaluating performance and the problem. Pendidik meminta peserta didik untuk
mengevaluasi hasil kerja (performance) dari kajian masalah dan alternatif solusi yang
9
Adaara, Vol. 13, No. 1, Februari 2023
diajukan.(Pendidikan et al., 2021).

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Project Based Learning adalah metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada
semua jenjang pendidikan. Dalam metode pembelajaran ini pendidik berperan sebagai
fasiliator. Project Based Learning bertujuan untuk menemukan pemecahan masalah,
disamping itu juga agar peserta didik mempelajari konsep cara pemecahan masalah dan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Dalam mempelajari konsep dan kemampuan
berpikir kritis tersebut peserta didik bekerja secara bersama‐sama dalam kelompoknya untuk
mengkaji masalah-masalah riil. Pada mekanisme kelompok ini akan terjadi dialog saling
memberi dan menerima di antara anggota kelompoktersebut sehingga diperoleh pemahaman
yang mendalam dan matang.Project Based Learning ini memfokuskan pada: pemecahan
masalah nyata, kerja kelompok, umpan balik, diskusi dan laporan akhir.
Guru sebagai fasilisator memberikan tugas kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensinya. Adapun beberapa tahapan-tahapan dalam pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajarn berbasis proyek adalah sebagai berikut. 1) Penentuan
pertanyaan mendasar, 2) Membuat perencanaan desain produk. 3) Penyusunan jadwal
pembuatan produk. 4) Pemantauan kinerja peserta didik dan kemajuan proyek. 5) Penilaian
hasil . 6) Evaluasi pengalaman belajar.
Saran
Project Based Learning merupakan salah satu metode dalam pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang menghendaki adanya lingkungan belajar yang
nyata sesuai konteks yang real dilapangan. Oleh karena itu hendaknya pendidik dapat
menerapkan metode pembelajaran ini sesuai dengan materi pelajaran yang diampunya.
Karena dengan model pembelajaran seperti inilah peserta didik akan menjadi lebih aktif dan
kreatif, dengan belajar dari apa yang mereka lihat dari lingkungannya.

10
Adaara, Vol. 13, No. 1, Februari 2023

DAFTAR RUJUKAN

Anggraini, P. D., & Wulandari, S. S. (2020). Analisis Penggunaan Model Pembelajaran


Project Based Learning Dalam Peningkatan Keaktifan Siswa. Jurnal Pendidikan
Administrasi Perkantoran (JPAP), 9(2), 292–299.
https://doi.org/10.26740/jpap.v9n2.p292-299
Ii, B. A. B., Inquiry, A. M., & Inquiry, P. M. (n.d.). Oemar Hamalik, Kurikulum dan
Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 26.
Jawaruddin, J. (2016). Penerapan Metode Pembelajaran Inquiry Dalam Upaya Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Kelas XI MIA 3 SMA Negeri
2 …. Jurnal Inspiratif Pendidikan, V, 29–41. https://journal3.uin-
alauddin.ac.id/index.php/Inspiratif-Pendidikan/article/view/3203
Nirmayani, L. H., & Dewi, N. P. C. P. (2021). Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning) Sesuai Pembelajaran Abad 21 Bermuatan Tri Kaya Parisudha. Jurnal
Pedagogi Dan Pembelajaran, 4(3), 378. https://doi.org/10.23887/jp2.v4i3.39891
Nurhani, Paluin, Y. K., & Tureni, D. (2014). Penerapan Metode Inquiry Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SDN 3
Siwalempu. Jurnal Kreatif Tadulako Online, 4(2), 90–105.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/3398
PBL, T. (2020). Panduan Project Based Learning. Teknik Informatika Universitas Bina
Darma, 1–35.
https://if.binadarma.ac.id/document/1667374163_Panduan_Pelaksanaan_Mata Kuliah
Project.pdf
Pendidikan, J., Konseling, D., Fitriyah, A., Ramadani, S. D., Buchari, A., Pada, G., Aliyah,
M., Manado, N. M., Maajid Amadi, A. S., Ridwan, T., Nasrulloh, I., Zubaidah, S.,
Akbar, E., Priambudi, D., Azzahra, S. A., Chandra, N., Utami, M., Purnamasari, I.,
Handayani, D., … Daniel, F. (2021). STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts,
and Mathematics): Pembelajaran untuk Memberdayakan Keterampilan Abad ke-21.
Journal of Education, 3(1), 1–18. https://doi.org/10.26737/jpmi.v1i1.76
Ulfa, M., & Pendahuluan, A. (2013). METODE INKUIRIDALAM PERSPEKTIF AL- QUR ’
AN.
Cucu Suhana, Nanang Hanafiah. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Global School Net.(2000).Introduction to Networked Project-Based

11
Adaara, Vol. 13, No. 1, Februari 2023
Learning.http://www.gsn.org/web/pbl/whatis.htm (diuduh pada 1 Oktober 2014, pukul
22:10 WIB)
Gijbels, D, Dochy, F dan Van de Bossche, F. (2005) Effects of The Problem Based Learning.
A Meta‐analysis from theAngle Measurement. Journal Review of Educational
Research. Vol.75, 27‐49
Utomo, T., Wahyuni, D., & Hariyadi, S. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa (Siswa Kelas VIII Semester Gasal SMPN 1 Sumbermalang
Kabupaten Situbondo Tahun Ajaran 2012/2013). Jurnal Edukasi, 1 (1), 5–9.
Mardiana., Irawati, M. H., & Sueb. (2016). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Sikap Peduli
Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional II (156–167). Malang: Pusat Studi
Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Sani, Ridwan Abdullah. 2015. Pembelajaran Saintifik untuk implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sulaiman, M. (2020). Integrasi Agama Islam dan Ilmu Sains dalam Pembelajaran. Jurnal
Studi Islam Pancawahana, 15(1), 96–110.
Miftahul Huda. (2022). Integrasi Al-Quran dan Sains Dalam Taksonomi Pendidikan untuk
Mengenal Allah. Jurnal Qiroah, 12(1), 53–68.
https://doi.org/10.33511/qiroah.v12n1.53-68

12

Anda mungkin juga menyukai