Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan-perubahan dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, politik,

ilmu pengetahuan dan teknologi, akan memberikan dampak dalam proses

pembelajaran. Dengan adanya perubahan yang sangat pesat, maka permasalahan

yang ada dalam kehidupan juga akan semakin komplek. Dengan demikian, semua

orang yang ada didalam bidang pendidikan khususnya guru sangatlah berperan

penting untuk membantu pesera didik dalam mengahadapi segala permasalahan

yang ada. Dalam kaitannya dengan pengajaran, maka guru harus berupaya untuk

menciptakan situasi untuk mendorong terselenggaranya kegiatan belajar

dikalangan peserta didik.

Untuk menciptakan kegiatan belajar pada siswa, guru bukan hanya

menyampaikan sejumlah materi pelajaran. Akan tetapi berupaya untuk

membangkitkan gairah belajar pada peserta didik. Mohamad Ali (Khaerul

Wahidin 2010: 59), mengatakan bahwa mengajar adalah upaya memberikan

perangsang (stimulus), bimbingan pengarahan dan dorongan kepada siswa agar

terjadi proses belajar. Dalam kaitannya dengan tujuan, setelah terjadinya proses

pembelajaran diharapkan agar terjadi proses perubahan tingkah laku pada siswa

yang meliputi tiga domain, kognitif, afektif, dan psikomotor.

Pemerintah telah mengupayakan serta mengambil langkah-langkah

tertentu untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Langkah yang diambil adalah

dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan di antaranya adalah perubahan


kurikulum pendidikan formal, perubahan struktur, tingkat pendidikan, dan lain-

lain. Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat terlaksananya proses

belajar mengajar. Praktik pendidikan pada hakikatnya adalah usaha penciptaan

seperangkat stimulus yang diharapkan pula menghasilkan perilaku (seperangkat

respon tertentu). Pendidik khususnya guru sebagai fasilitator dalam proses

pembeelajaran dituntut untuk lebih kreatif.

Salah satunya dalam mata pelajaran matematika, guru harus berupaya

memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif menggunakan

kemampuan matematisnya. Dalam kurikulum matematika sekolah, memiliki

tujuan di antaranya agar siswa mampu menghadapi perubahan keadaan dunia

yang senantiasa berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang

logis, rasional, cermat, jujur, dan efektif. Namun hal ini tidak mungkin bisa

dicapai hanya dengan hafalan dan latihan soal yang rutin tanpa mengkaitkannya

dengan kenyataan hidup sehari-hari. Guru juga, masih mengandalkan model-

model pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga siswa lebih mengenal

pengetahuan dari “apa kata guru”, bukan datang dari “menemukan sendiri”.

Saat ini pembelajaran yang dilaksanakan disekolah masih belum optimal,

salah satu penyebabnya adalah berkenaan dengan cara penyampaian pelajaran

yang disampaikan oleh guru. Dikarenakan, guru tidak mempunyai cukup referensi

mengenai beberapa pendekatan matematika yang dapat digunakan, waktu yang

terbatas, dan alat pembelajaran yang terbatas jumlahnya. Guru mentransfer

pengetahuan kepada siswa dengan bantuan buku paket yang sudah ada dan

memberikan latihan soal kepada siswa, atau disebut dengan pembelajaran


konvensional. Siswa diposisikan sebagai obyek, siswa dianggap tidak tahu atau

belum tahu apa-apa, sementara guru memposisikan diri sebagai sumber yang

mempunyai pengetahuan. Peran guru dalam pembelajaran ini adalah ceramah,

menggurui, dan otoritas tertinggi berada pada guru. Penekanan yang berlebihan

pada isi dan materi yang diajarkan, juga materi pembelajaran matematika

diberikan dalam bentuk jadi. Walaupun pada akhir pemberian materi telah

menunjukan ketuntasan belajar namun bila ditinjau dari pencapaian tujuan

pembelajaran, hal tersebut jauh dari yang sebenarnya diharapkan. Hal ini

ditunjukan dengan siswa hanya sekadar menguasai prosedur penyelesaian tanpa

mengerti secara pasti mengenai hakikat dari penyelesaian atau pemecahan

masalah tersebut.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagai guru sebaiknya

memahami model-model pembelajaran yang ada untuk kemudian diterapkan

dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa tidak hanya menghafalkan rumus-

rumus matematika. Namun untuk mendorong siswa belajar, atau memberi

kesempatan pada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang

dipelajarinya. Kondisi belajar di mana siswa hanya menerima materi dari

pengajar, mencatat, dan menghafalkannya harus diubah menjadi berbagi

pengetahuan, mencari sendiri, menemukan pengetahuan secara aktif sehingga

terjadi peningkatan pemahaman (bukan ingatan). Untuk mencapai tujuan tersebut,

pengajar dapat menggunakan pendekatan, strategi, model, atau metode

pembelajaran yang inovatif. Tidak hanya dengan ceramah untuk menyampaikan

materi.
Sedangkan siswa selama ini hanya terjebak pada sebuah label bahwa

matematika adalah penyelesaian soal, jadi ketika masalah yang ada sudah

terpecahkan berarti penguasaan matematika mereka sudah baik. Hal ini

memberikan pengaruh yang tidak baik bagi pembangunan kemampuan berpikir

dan analisis siswa, karena siswa menjadi pasif, tidak kreatif, dan belajar apa

adanya berdasarkan apa yang diperoleh dari guru. Sebaliknya, siswa harus

berperan aktif di dalam kelas agar tercipta suatu pembelajaran yang inovatif.

Dengan adanya suatu kerja sama dalam pembelajaran siswa akan lebih aktif dan

kreatif di dalam kelas serta meningkatkan kecerdasan komunikasi antar siswa.

Siswa akan dituntut untuk mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama.

Padahal, selama ini biasanya siswa hanya bekerja secara individual, sehingga

terjadi adanya ketidakseimbangan dalam belajar.

Banyak upaya untuk mengatasi permasalahan diatas , salah satunya

dengan model pembelajaran problem solving. Problem Solving merupakan salah

satu model pembelajaran yang inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar

aktif kepada siswa dan dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa didalam

menyelesaikan permasalahan tentang matematika.

Berdasarkan uraian di atas, mendorong penulis untuk melakukan

penelitian dengan judul, “Penggunaan Model Pembelajaran Problem Solving

Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika Tentang

Pengukuran Bangun Ruang Pada Siswa Kelas V Di SD Negeri 3 Pabuaranlor”.


B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat

diidentifikasikan masalah-masalah yang berkaitan dengan pembelajaran

matematika sebagai berikut:

1. Kurangnya pemahaman siswa dalam mata pelajaran matematika, sehingga

memberi dampak pada hasil belajar siswa yang tidak meningkat.

2. Didalam menyampaikan pembelajaran matematika, guru menggunakan model

pembelajaran yang tidak inovatif. Karena kurangnya pemahaman guru

tentang model-model pembelajaran matematika

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Yang diterapkan dalam pembelajaran matematika di kelas V SD Negeri 3

Pabuaranlor adalah model pembelajaran problem solving.

2. Yang disampaikan dalam pembelajaran matematika di kelas V SD Negeri 3

Pabuaranlor adalah tentang pengukuran bangun ruang.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan-

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran problem solving pada mata

pelajaran matematika tentang pengukuran pada siswa kelas V SD Negeri 3

Pabuaranlor?
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang

pengukuran bangun ruang pada siswa siswa kelas V SD Negeri 3 Pabuaranlor

melalui model pembelajaran problem solving?

3. Apakah model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas V SD Negeri 3

Pabuaranlor?

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat bagi penulis

a. Untuk menambahkan pengalaman dan mengembangkan pengetahuan/

wawasan dalam menjalankan tugas sebagai guru atau pendidik.

b. Untuk menambahkan wawasan keilmuan sebagai wujud dari partisipasi

dalam mengembangkan ilmu, khususnya matematika.

c. Penulis dapat mengetahui pengaruh model pembelajaran problem solving

dalam mata pelajaran matematika.

2. Manfaat bagi siswa

a. Mampu mengembangkan kemampuan hidup siswa, kemampuan berpikir,

kemampuan berkomunikasi dan kemampuan bekerjasama.

b. Mendapatkan pengalaman yang baru dalam memperoleh materi pelajaran

dan termotivasi untuk belajar lebih aktif.


3. Manfaat bagi sekolah

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi semua

pihak yang bertanggung jawab di bidang pendidikan khususnya bagi guru

bidang studi matematika.

b. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dalam proses

pembelajaran.
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA

Proposal Skripsi

Oleh:
NOVI GESTIANI
NIM: 100641284

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2014

Anda mungkin juga menyukai