PENDAHULUAN
dalam menerapkan konsep matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan
siswa (skor) baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian akhir
proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana
dan prasarana yang ada, minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang
rendah, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan
pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan
kurang bersahabat dengan siswa, sehingga siswa merasa bosan dan kurang minat
belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan
memiliki hubungan yang erat dengan guru, dengan teman – temannya dan juga
berhasil bila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Atas dasar ini
munculah istilah Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA ). Salah satu pendekatan
belajar sebagai suatu sistem sosial yang memiliki ciri proses demokrasi dan proses
menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks belajar bagi siswa untuk
belajar tentang berpikir kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, serta untuk
belajar bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2000:2 dalam Nurhadi dkk,
2004), “ Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti Project-
secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada
siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan
secara berkelompok menjadi salah satu pendekatan yang sebaiknya di kuasai oleh
guru baik secara teoritis maupun praktis. Berangkat dari pemikiran tersebut
B. Rumusan Masalah
Matematika siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 –
2007 ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan
berdasar pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini
soal – soal pada pokok bahasan Logika Matematika di kelas X-1 SMA
Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 – 2007 yang diajarkan dengan metode
Problem-Based Learning.
Logika Matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Logika Matematika.
3. Bagi Sekolah
KAJIAN PUSTAKA
akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber atau obyek belajar baik
belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Selain itu
kegiatan belajar juga dapat di amati oleh orang lain. Belajar yang di hayati oleh
dilakukan oleh pembelajar (guru). Pada satu sisi, belajar yang di alami oleh
pebelajar terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi
lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan mental tersebut juga
didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dengan kata lain, belajar
ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi siswa, belajar
emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa
Para ahli meneliti gejala-gejala dari berbagai sudut pandang ilmu. Mereka
2. Keaktifan belajar
4. Pengulangan belajar
yang datang dari diri sendiri. Motivasi yang bersifat eksternal adalah motivasi
yang datang dari orang lain. Yang dimaksud dengan motivasi yang bersifat
intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
Sedang motivasi ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan
yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan untuk naik kelas atau
mendapatkan ijazah. Naik kelas dan mendapatkan ijazah adalah penyerta dari
keberhasilan belajar.
Dewasa ini para ahli memandang siswa adalah seorang individu yang
aktif. Oleh karena itu, peran guru bukan sebagai satu-satunya pembelajar, tetapi
individual, oleh karena itu belajar berarti suatu keterlibatan langsung atau
henti. Belajar yang berarti bila bahan belajar tersebut menantang siswa. Belajar
juga akan menjadi terarah bila ada balikan dan penguatan dari pembelajar.
Betapapun pembelajaran yang telah direkayasa secara pedagogis oleh guru, hasil
individual pebelajar.
C. Motivasi Belajar
itu berupa keinginan, perhatian atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat
tergolong rendah atau tinggi. Ada sebagian ahli psikologi pendidikan yang
belajar (Koeswara, 1989; Siagia, 1989; Sehein, 1991; Biggs & Telfer, 1987 dalam
Dimyati & Mudjiono, 2002 ). Sebagai kekuatan mental, motivasi dapat dibedakan
1. Motivasi Primer
Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani
2. Motivasi Sekunder
dengan motivasi primer. Sebagai ilustrasi seorang yang lapar akan tertarik pada
bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja dengan baik, orang harus belajar
bekerja. “Bekerja dengan baik” merupakan motivasi sekunder. Bila orang bekerja
dengan baik, maka ia akan memperoleh gaji berupa uang. Uang tersebut
orang bekerja dengan baik. Bila orang memiliki uang setelah ia bekerja dengan
Rahmad, 1991; Sumadi Suryabrata, 1991 dalam Dimyati & Mudjiono, 2002)
Berdasarkan sifatnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1. Motivasi Intrinsik
2. Motivasi Ekstrinsik
D. Pendekatan Belajar
Cepatnya informasi lewat radio, televisi, film, internet, surat kabar, majalah, dapat
hayat.
dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Dalam belajar tentang
E. Masalah-masalah Belajar
internal belajar. Dari sisi guru, yang memusatkan perhatian pada pebelajar yang
belajar.
Faktor internal yang dialamai oleh siswa meliputi hal-hal seperti; sikap
menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau unjuk hasil
belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan
belajar dan cita-cita siswa. Faktor-faktor internal ini akan menjadi masalah sejauh
siswa tidak dapat menghasilkan tindak belajar yang menghasilkan hasil belajar
lingkungan siswa di sekolah, dan kurikulum sekolah. Dari sisi guru sebagai
Mudjiono, 2002)
Sumadi Suryabrata (1984) mengklasifikasikan faktor-faktor yang
1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi
a. Faktor-faktor non-sosial
yang dipakai untuk belajar (alat tulis, buku, alat peraga, dan
b. Faktor-faktor sosial
samping kelas, atau seseorang sedang belajar di kamar, satu atau dua
orang hilir mudik keluar masuk kamar belajar itu dan sebagainya.
mungkin juga orang lain itu hadir tidak secara langsung atau dapat
kehadiran seseorang.
2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, dan ini pun dapat lagi
a. Faktor-faktor fisiologi
macam, yaitu :
yang tidak lelah. Dalam hubungannya dengan hal ini ada dua hal
itu.
alat indra.
b. Faktor-faktor psikologi
1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih
luas
kompetensi
pelajaran
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari
materi pelajaran.
bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2002:2 dalam Nurhadi dkk, 2004),
yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Secara garis besar
pembelajaran berbasis masalah terdiri dari penyajian kepada siswa situasi masalah
yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka
c. Penyelidikan autentik
berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata
atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. (Nurhadi,
Pengajaran berbasis masalah biasanya terdiri dari lima tahapan utama yang
dimulai guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah yang diakhiri
dipilih.
penyelesaian masalahnya.
dengan laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas
dengan temannya.
e. Tahap kelima adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dini R., 2005, Pengantar Dasar Matematika. Diktat Program Studi Matematika,
STKIP PGRI, Blitar.
Nurhadi, Yasin BY, Senduk AG., 2004, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan
dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang.
Riki Suliana. 2005. Dasar – dasar dan Proses Pembelajaran. Blitar Program Studi
Matematika STKIP PGRI Blitar
Tim Penyusun Intan Pariwara, 2004. Matematika Untuk SMA Jilid 1b. Klaten.
Intan Pariwara ( 3 – 32 )