PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Matematika adalah ilmu yang menjelaskan tentang pola atau keteraturan dan tingkatan.
Dalam hal ini bahwa yang memfasilitasi siswanya supaya dapat belajar berpikir kritis melalui
keteraturan (pattern) yang ada adalah Guru (Shadiq, 2014: xii). Matematika merupakan salah
satu Ilmu yang mengajarkan kedisiplinan.
Matematika adalah ilmu yang membahas berkaitan dengan cara berhitung dan menjelaskan
persoalan angka serta mengenai besaran dan jumlah, mempelajari hubungan antar pola, bentuk
dan sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat (Hamzah & Muhlisarini, 2014).
Matematika merupakan ilmu yang membahas berkaitan dengan perkembangan teknologi
modern, yang mempunyai peran penting di berbagai ilmu tentang disiplin dan memajukan daya
pikir manusia (Sari, Wahyuni & Rosmaiyadi, 2016). Supaya berhasil dalam belajar matematika,
siswa tentunya memerlukan beberapa hal diantaranya adalah guru yang berkemampuan,
kurikulum yang memadai yang bisa menepati kesempatan bagi semua siswa untuk mempelajari
struktur pengerjaan yang bermakna, lingkungan atau kelas yang mendukung proses kegiatan
belajar. siswa mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat perguruan tinggi masih
mendapatkan mata pelajaran matematika karena pelajaran matematika hampir disemua bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Proses kegiatan ini sengaja dibuat oleh guru karena tujuannya supaya bisa membangun
suasana lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar merupakan bagian dari
pembelajaran dalam matematika. Siswa diberikan kesempatan supaya berusaha dan mencari
pengalaman belajar karena itu merupakan bagian dari pembelajaran matematika.
Dari gagasan diatas yang merupakan pokok bahasan terdapat dipembelajaran dalam matematika
dimana Guru adalah sebagai salah satu perancang proses. Proses itu tentunya sengaja dilakukan
untuk dirancang, sehingga disebut proses pembelajaran. Pelaksana kegiatan belajar adalah siswa
dan salah satu bidang studi dalam pelajaran yang dipakai sebagai objek yang dipelajari, yaitu
matematika.
Guru adalah salah satu tokoh utama yang berperan penting untuk menentukan berhasil
atau tidaknya siswa dalam belajar matematika. Peran guru adalah mensyampaikan materi kepada
siswa.
Dengan demikian, diperlukan kemampuan mengajar guru yang meningkat terutama pada proses
pembelajaran supaya bisa menjadi guru yang profesional. salah satu usaha untuk meningkatkan
mutu pendidikan adalah kemampuan guru. kemampuan yang ditujukan adalah strategi yang
dipilih atau pendekatan pembelajaran yang tepat.
Pendekatan dalam kegiatan pembelajaran matematika merupakan langkah-langkah yang
ditempuh oleh guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran matematika supaya siswa mampu
memahami konsep yang diberikan. Kegiatan pada Pendekatan konstruktivitas ini, proses
penyelesaian masalah dalam matematika tidak diajarkan, namun dalam pendekatan ini siswa
diharuskan bisa menjelaskan masalah dan dapat mendorong siswa untuk menemukan cara untuk
menyelesaikan permasalahan, karena pembelajaran ini ditanamkan sehingga banyak peserta
didik yang kurang mampu menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran model konstruktivis adalah proses pembelajaran yang dimulai dengan persoalan
pengetahuan, yang pada akhirnya pengetahuan akan dibangun sendiri oleh siswa melalui
pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungannya (Karli dan Margaretha (2002:16)
Konstruktivisme merupakan pengetahuan tentang aliran filsafat dimana pengetahuan merupakan
hasil interaksi dari orang yang sedang belajar. Maksudnya setiap orang membentuk
pengetahuannya sendiri (Kukla, 2003:39).
konstruktivisme merupakan suatu proses kegiatan pembelajaran yang dimulai dengan
masalah pengetahuan dimana hanya bisa diatasi dengan pengetahuan diri yang dijelaskan pada
akhir proses belajar, karena melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan dapat
membangun pengetahuan pada anak (Karli, 2003:2).
(Yuleilawati, 2004:54) Ciri-ciri pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis menurut
beberapa sumber sebagai berikut:
1. Pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya dibangun atas dasar
pengetahuan
2. Belajar merupakan merupakan penafsiran pribadi tentang dunia
3. Belajar merupakan pengetahuan dikembangkan menurut pengalaman karena
keaktifannya.
4. Pengetahuan muncul karena adanya interaksi melalui berbagai akses yaitu, informasi
atau menyepakati suatu pandangan dalam bekerja sama dengan orang lain.
5. Belajar yang baik itu dalam keadaan latar yang layak atau hening, agar penilaian
disatukan dengan tugas.
Menurut peneliti, proses pembelajaran yang selama ini belum mampu menjadikan siswa
termotivasi untuk belajar, sehingga berdampak pada hasil belajar. Dikarenakan dalam proses
pembelajaran pada matematika guru bahkan cenderung memiliki sifat konvensional dalam
mengajar, dalam hal ini dapat membuat siswa hanya menerima materi pelajaran untuk dihafal
tanpa adanya aktifitas lain dari siswa, karena ini akan menyebabkan kurangnya kesempatan
siswa untuk menanyakan pelajaran yang belum dipahami, sehingga materi yang disampaikan
menjadi kurang bermakna (dihafal untuk dilupakan). Hasil belajar dari siswa akan maksimal
apabila proses pembelajarannya bermakna atau mudah dipelajari. Dengan demikian dapat
dipastikan bahwa melalui pembelajaran konstruktivis pembelajaran matematika menjadi lebih
bermakna karena siswa mudah memahami dan hasil belajarnya juga akan meningkat.
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang masalah di atas peneliti merasa tertarik
untuk mengangkat judul: “Pengaruh Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 17 Malang”
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan terdapat beberapa masalah dalam
pengaruh penerapan pendekatan konstruktivisme di SMPN 17 Malang. Permasalahan-
permasalahan tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa mengalami penurunan dalam memahami materi pokok tentang
pokok persamaan linear dua variabel.
2. Keberhasilan siswa dalam belajar di sekolah dipengaruhi juga oleh keadaan,
sikap, mental, emosi dan lingkungan sekolah siswa.
3. Materi yang sulit dipahami, dibutuhkan pemahaman dan penalaran yang lebih
dalam.
4. Keaktifan siswa dan kemampuan kognitif siswa yang bermacam-macam yang
harus dipahami oleh guru.
C. Pembatasan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, agar
penelitian dapat mencapai tujuan dan arah yang jelas dibatasi pada permasalahan
sebagai berikut:
1. Metode pengajaran dibatasi dengan menggunakan metode :
a. Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode eksperimen
melalui pendekatan konstruktivisme.
b. Sebagai pembanding dengan metode demonstrasi melalui pendekatan
konstruktivisme.
2. Kemampuan kognitif dibatasi pada pencapaian keberhasilan penguasaan materi
pelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes materi materi tentang sistem persamaan
linear dua variabel siswa kelas VIII.
3. Pokok bahasan yang diambil adalah materi tentang sistem persamaan linear dua
variabel siswa kelas VIII di SMPN 17 Malang.
D. Rumusan Masalah
1. Adakah Pengaruh Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Siswa Kelas VIII
SMPN 17 Malang?
2. Bagaimana Pengaruh Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Siswa Kelas VIII
SMPN 17 Malang?
E. Manfaat penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini diharapkan
mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapa bermanfaat yaitu:
a. Memberikan pemikiran bagi generasi muda yang bergerak dalam dunia pendidikan
yang berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan
perkembangan zaman.
b. Memberikan gagasan dalam ilmu Pendidikan yaitu membuat inovasi penggunaan
metode eksperimen dalam pencapaian hasil belajar siswa.
c. Sebagai bekal dan sumber pada penelitian-penelitian berikutnya yang berhubungan
dengan hasil belajar siswa serta menjadi bahan kajian lebih lanjut.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat untuk Sekolah
Penelitian ini sangat diharapkan bahwa dapat digunakan sebagai acuan yang bisa
dijadikan pegangan dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Manfaat untuk guru
Penelitian ini sangat diharapkan bisa digpakai sebagai masukan terutama dalam
menerapkan model pembelajaran sehingga bisa meningkatkan kegiatan belajar
mengajar
c. Manfaat Untuk siswa
Penelitian ini sangat diharapkan bisa membantu siswa untuk Lebih memahami dan
menggunakan rumus matematika dalam menyelesaikan soal dan Mengembangkan dan
menggunakan keterampilan berfikir kritis dan bekerjasama.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi kinseptual
1) Definisi Pendekatan Konstruktivisme
a. Hakekat Pendekatan
Adapun pendapat dari Wahjoedi (1999:121) mengenai pengertian pendekatan
yang berpendapat bahwa arti pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola
kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar
sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal.
Kemudian menurut Syaifuddin Sagala (2005:68) yang berpendapat mengenai
pengertian pendekatan berpendapat bahwa pendekatan pembelajaran merupakan jalan
yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk
suatu satuan instruksional tertentu.
Selanjutnya konsep pendekatan menurut Syaiful (2003:62) berpendapat bahwa
pendekatan adalah suatu pandangan guru terhadap siswa dalam menilai, menentukan
sikap dan perbuatan yang dihadapi dengan harapan dapat memecahkan masalah
dalam mengelola kelas yang nyaman dan menyenangkan dalam proses pembelajaran.
Pendapat yang senada kemudian dipertegas oleh Nurma (2009:1) bahwa, beliau
berpendapat mengenai pengertian pendekatan yakni pendekatan lebih menekankan
pada strategi dan perencanaan. Pendekatan juga dapat diartikan sebagai titik tolak
dalam melaksanakan pembelajaran kerena pendekatan yang dipilih dapat membantu
kita dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Lebih lanjut mengenai teori pendekatan menurut Sanjaya (dalam Rusman 2013:380)
yang mengatakan bahwa pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Berdasarkan dari beberapa kajian terhadap pengertian pendekatan belajar, maka
dapat disimpulkan bahwa pendekatan adalah sebuah langkah awal pembentukan suatu
ide dalam memandang suatu permasalahan atau objek kajian. Jadi pendekatan ini juga
akan menentukan arah dari pelaksanaan ide-ide tersebut guna menggambarkan dan
mendeskripsikan perlakuan yang diterapkan terhadap masalah-masalah atau objek
kajian yang akan ditangani.
b. Hakekat konstruktivisme
Definisi konstruktivisme Karli (2003:2) menyatakan bahwa konstruktivisme
adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang (perolehan
pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif yang hanya dapat diatasi
melalui pengetahuan diri dan pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun
oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.
Poedjiadi (2005:70) juga menyampaikan bahwa “konstruktivisme bertitik tolak dari
pembentukan pengetahuan dan rekonstruksi pengetahuan, yaitu mengubah
pengetahuan yang dimiliki seseorang yang telah dibangun atau dikonstruk
sebelumnya dan perubahan itu sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya”.
Konstruktivisme adalah aliran filsafat pengetahuan yang berpendapat bahwa
pengetahuan (knowledge) merupakan hasil konstruksi (bentukan) dari orang yang
sedang belajar. Maksudnya setiap orang membentuk pengetahuannya sendiri (Kukla,
2003: 39).
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa
pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Matthews, dalam Paul
Suparno,1997 : 18-17). Piaget (http://id.wikipedia.org/wiki/Teori Belajar Piaget)
bahwa semua pengetahuan adalah suatu konstruksi (bentukan) dari kegiatan atau
tindakan seseorang. Pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamat tetapi
merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh
dialaminya. Proses pengetahuan berjalan terus menerus dengan setiap kali
mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru.
Konstruktivistik merupakan perkembangan teori belajar Kognitif. Kostruktivisme
berangkat dari keyakinan bahwa pengetahuan adalah suatu proses pembentukan yang
terus menerus berkembang dan berubah. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari
konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Pengetahuan bukan
merupakan sesuatu yang tertentu atau tetap, melainkan suatu proses untuk menjadi
tahu.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konstruktivisme adalah
suatu pandangan yang mendasarkan bahwa perolehan pengetahuan atau konstruksi
(bentukan) dari orang yang sedang belajar yang diawali dengan terjadinya konflik
kognitif yang pada akhir proses belajar pengetahuan akan dibangun oleh melalui
pengalamannya dari hasil interkasi dengan lingkungannya.
Konstruktivistik dapat dilakukan dengan memberikan masalah pada siswa.
Pemberian masalah dimaksudkan untuk merangsang siswa agar berpendapat dan
berpikir kritis ketika mereka dihadapkan pada fakta-fakta baru. Siswa diperlakukan
sebagai pemikir-pemikir, atau dilatih untuk menjadi pemikir, bukan hanya sebagai
penerima pasif pengetahuan. Pembelajaran konstruktivistik lebih menekankan kepada
peningkatan keterampilan proses belajar, tidak semata-mata pada hasil belajar. Untuk
mencapai tujuan belajar, strategi yang dijalankan guru adalah menciptakan belajar
kolaboratif, yang memungkinkan pembahasan suatu masalah dari berbagai sudut
pandang.
c. Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivistik
Yuleilawati (2004:54) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran konstruktivis
menurut beberapa literatur yaitu sebagai berikut:
1. Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada
sebelumnya
2. Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia
3. Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan berdasarkan
pengalaman
4. Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi) makna melalui
berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi atau
bekerja sama dengan orang lain.
5. Belajar harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik, penilaian harus
terintegrasi dengan tugas dan bukan merupakan kegiatan yang terpisah.
2) Hasil belajar
Davis (dalam Slameto, 2003: 49) berpendapat "Hasil belajar adalah
pengetahuan yang diperoleh siswa sebagai hasil pembelajaran".
Arikunto (2009: 133) mengatakan bahwa “Hasil belajar adalah hasil akhir setelah
mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat
diamati, dan dapat diukur”.
Sudjana (2013: 22) mengatakan, “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
Arifin (2010: 303) juga mengatakan “Hasil belajar yang optimal dapat dilihat dari
ketuntasan belajarnya, terampil dalam menggerjakan tugas, dan memiliki
apresiasi yang baik terhadap pelajaran”.
Jihad dan Haris (2010:15) mendefinisikan, “Hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang
sesuai dengan tujuan pengajaran”.
Hasil belajar merupakan penilaian dari proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar juga dapat diartikan hasil dari proses
kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui apakah suatu program pembelajaran
yang dilaksanakan telah berhasil atau tidak, yang didapat dari jerih payah siswa
itu sendiri sesuai kemampuan yang ia miliki. Jadi dapat diartikan bahwa hasil
belajar merupakan usaha sadar yang dicapai oleh siswa dengan pembuktian untuk
mendapatkan umpan balik tentang daya serap siswa terhadap materi pelajaran
yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan hasil belajar dalam
pembelajaran.
{axdx++by=c
ey=f
maka dikatakan dua persamaan tersebut membentuk sistem persamaan linear dua
variabel. Solusi dari sistem persamaan linear dua variabel adalah pasangan nilai-
nilai pengganti variabel yang membuat persamaan-persamaan dalam sistem
tersebut menjadi pernyataan yang bernilai benar. Solusi dari sistem persamaan
dua variabel dapat ditulis sebagai pasangan terurut. Menyelesaikan sistem
persamaan persamaan linear dua variabel berarti mencari semua solusi dari sistem
persamaan linear dua variabel tersebut (Barnett et al., 2011:424).
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana
(2009: 3) menjelaskan bahwa perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang
dalam pengertian lebih luas meliputi bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil
dari suatu interaksi belajar dan tindak mengajar merupakan pengertian dari hasil
belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 3-4). Dalam perspektif guru, kegiatan
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Sintesis, mencakup
kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu
program.
Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
Berdasarkan uraian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kompetensi siswa setelah menerima pelajaran dalam proses belajarnya.
Kompetensi tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tingkat
kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil
belajar yang dicapai sebagai bukti dari pembelajaran.
3. Kajian Materi
a. Definisi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)
Sistem Persamaan Linier Dua Variabel adalah persamaan persamaan linier dua
variabel yang saling berkaitan atau berhubungan satu sama lainnya. Bentuk umum
sistem persamaan linier dua variabel adalah:
{axpx+by=c
+qy =r }
Dengan a , p , bdan q dinamakan koefisien, c dan r dinamakan konstanta serta x dan y
dinamakan variabel (peubah).
a. Metode Grafik
Pada metode grafik, himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear
dua variabel adalah koordinat titik potong dua garis tersebut. Jika garis-garisnya
tidak berpotongan di satu titik tertentu maka himpunan penyelesaiannya adalah
himpunan kosong.
Contoh :
Dengan metode grafik, tentukan himpunan penyelesaiannya dari sistem
persamaan linear berikut.
x+y=2
2x + y = 4, dengan x dan y bilangan real
Penyelesaian :
Grafik x + y = 2 memotong sumbu x, yaitu y = 0
Masukkan nilai y = 0 kedalam persamaan, maka
x+0=2
x=2
Grafik x + y = 2 memotong sumbu y, yaitu x = 0
Masukkan x = 0 kedalam persamaan, maka
0+y=2
y=2
Maka, HP = { 2,2 }
2x + 0 = 4
2x = 4
x=2
4
X+y=2
3
2x + y = 4
2
1 2
b. Metode Eliminasi
Menurut Cholik A. Sugiono, ”metode eliminasi artinya metode
menghilangkan salah satu variabel. Pada metode eliminasi, angka dari
koefisian variabel yang akan dihilangkan harus sama atau dibuat menjadi
sama.”
Arti dari eliminasi adalah menghilangkan. Jadi metode eliminasi berarti
menghilangkan salah satu variable variabel x dan y dari suatu persamaan linier
untuk memperoleh nilai dari variabel yang lain. Langkah-langkahnya sebagai
berikut.
(i) Angka dari koefisien variabel yang akan dihilangkan harus sama
atau diupayakan sama.
(ii) Jumlahkan atau kurangkan kedua persamaan yang diketahui agar
persamaan agar koefisien dari variabel yang akan dihilangkan
bernilai nol.
{3x+x +y =8
y=4 … … ..1
… … … .2
a. Angka dari koefisien variabel yang akan dihilangkan harus sama atau
diupayakan sama
{3x+x +y =8
y=4 … … ..1
… … … .2
b. Jumlahkan atau kurangkan kedua persamaan yang diketahui agar
koefisien dari variabel yang akan dihilangkan bernilai nol.
3 x+ y=4
x + y=8 |xx31→ 3 x+ y=4
→3 x +3 y=24
−2 y=−20
y=10
c. Angka dari koefisien variabel yang akan dihilangkan harus sama atau diupayakan
sama
{3x+x +y =8
y=4 … … ..1
… … … .2
d. Jumlahkan atau kurangkan kedua persamaan yang diketahui agar koefisien dari
variabel yang akan dihilangkan bernilai nol.
3x + y = 4
x+y=8
2x = - 4
x=-2
c. Metode Subtitusi
Menurut Cholik A. Sugiono, kata ”subtitusi” hampir sama artinya dengan
”pengganti”. Maka yang dimaksudkan dengan menyelesaikan sistem
persamaan linier dua variabel dengan metode subtitusi artinya ”dilakukan
dengan cara menganti salah satu variabel dengan variabel lainnya, yaitu
menganti x dengan y, atau menganti y dengan x.
Subtitusi adalah menggantikan. Jadi metode subtitusi berarti menggantikan
satu variabel dengan variabel yang lain. Langkah-langkahnya adalah:
(i) Mengubah salah satu persamaan dengan salah satu variabel dinyatakan
dalam variabel yang lain.
(ii) Mensubtitusikan persamaan baru yang didapat kedalam persamaan yang
lain Contoh: Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan
linier x – 3y = 5 dan 2x + 5y = 21
Penyelesaian:
{2x−3 y =5 … ….1
x +5 y=21 … … 2
Langkah-langkah penyelesaiannya adalah:
(i) Mengubah salah satu persamaan dengan salah satu variabel dinyatakan
dalam variabel yang lain. Persamaan (1) diubah menjadi x = 3y + 5
4. Hipotesis Penelitian
Menurut uraian teoritis dan tingkatan berpikir yang telah dipaparkan, hipotesis yang
disampaikan dalam penelitian ini berhubungan dengan Hasil belajar matematika pada siswa
yang menggunakan pendekatan konstruktivisme hasilnya jauh lebih baik dan meningkat
dibandingkan hasil belajar matematika siswa tidak menggunakan pendekatan konstruktivis.
BAB III
METODE PENELITIAN
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan
beberapa faktor yaitu Faktor pertama (A) yaitu materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel dengan penerapan pendekatan konstruktivisme. Faktor kedua (B) adalah Hasil
Belajar Siswa. Pada waktu eksperimen siswa diukur kemampuannya melalui tes
mengerjakan latihan soal sebagai observasi yang sama. Hasil kedua observasi digunakan
sebagai data eksperimen yang kemudian diolah dengan uji statistik.
r xy =N ∑ XY ¿ ¿ ¿
Keterangan :
𝑟xy = Koefisien kolerasi antara variabel X dan Y
X = Skor item
Y = Skor Total
n = Banyak Subjek (testi)
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus:
t hitung =r √ n−2
√1−r 2
t = Nilai t hitung
r = koefisien korelasi hasil r hitung
n = jumlah responden
Distribusi (Tabel t) ɑ = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n ˗ 2)
Kaidah keputusan: jika t hitung > t tabel berarti valid, sebaliknya
jika t hitung < t tabel berarti tidak valid
F. Teknik Pengumpulan
Menurut (Riduwan, 2012:69) metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data”. “Menurut (Sugiyono,
2018:224) Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dalam penelitian, karena
tujua utama dari penelitian adalah mendaatkan data, jika peneliti tidak mengetahui teknik
pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapat data yang memenuhi standar. Untuk
memperoleh data yang diperhatikan maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
a. Angket (Questionnaire)
(Sugiyono, 2018:124) angket merupakan pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi kesepakatan pertanyaan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Angket ini merupakan teknik pengumpulan data yang efisien
bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang
bisa diharapkan dari responden.
b. Wawancara
(Sugiyono, 2018:137-138) wawancara adalah suatu percakapan antara dua orang
atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal haldari responden yang akan lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil.
c. Dokumentasi
(Sugiyono, 2018) dokumentasi adalah untuk memperoleh data langsung
dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan,
laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian.
Dokumentasi dilakukan dalam penelitian untuk mengambil gambar sekolah yang diteliti
dan aktivitas peserta didik.
G. Analysis Data
Sugiyono, (2018:147) dalam penelitian kuantitatif , teknik analisis data merupakan kegiatan
setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis
data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi
data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan
untuk menguji hipotensis yang telah diajukan.
a. Uji prasyarat analisis
b. Uji Hipotesis
1. Rumus Uji Hipotesis
2. Hipotesis Statistik
DAFTAR PUSTAKA